bambang aryanto
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan M. Nasalis pars allaris Kerja otot otot tersebut menyebabkan nares dapat melebar dan menyempit Batas atas nasi eksternus melekat pada os frontal sebagai radiks (akar), antara radiks sampai apeks (puncak) disebut dorsum nasi. Lubang yang terdapat pada bagian inferior disebut nares, yang dibatasi oleh ;
Superior : os frontal, os nasal, os maksila Inferior : kartilago septi nasi, kartilago nasi lateralis, kartilago alaris mayor dan kartilago alaris minor Dengan adanya kartilago tersebut maka nasi eksternus bagian inferior menjadi fleksibel.
a.karotis.
Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a.maksilaris interna,diantaranya adalah ujung a.palatina mayor dan
Persarafan hidung
1. Anterior kavum nasi dipersarafi oleh serabut
Mukosa Hidung
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa penghidu. Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel sel goblet. Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadang kadang terjadi metaplasia menjadi sel epital skuamosa. Dalam keadaan normal mukosa berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir (mucous blanket) pada permukaannya. Palut lendir ini dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel goblet.
Fisiologi hidung
1. Sebagai jalan nafas 2. Pengatur kondisi udara (air conditioning) 3. Sebagai penyaring dan pelindung 4. Indra penghidu 5. Resonansi suara 6. Proses bicara
7. Refleks nasal
Etiologi
Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak anak. Pada anak anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis.
faktor predisposisi
1. 2. 3. 4. Alergi terutama rinitis alergi. Sinusitis kronik. Iritasi. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka.
Polip : Bertangkai Mudah digerakkan Konsistensi lunak Tidak nyeri bila ditekan Tidak mudah berdarah Pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin) tidak mengecil.
Patogenesis (1)
Menurut teori Barnstein, Terjadi perubahan mukosa hidung akibat peradangan atau aliran udara yang berturbulensi, (terutama didaerah sempit di kompleks ostiomeatal). Terjadi prolaps submukosa yang diikuti oleh reepitealisasi dan pembentukan kelenjar baru. Terjadi peningkatan penyerapan natrium oleh permukaan sel epitel yang berakibat retensi air sehingga terbentuk polip.
Patogenesis (2)
Teori lain mengatakan karena ketidakseimbangan saraf vasomotor Peningkatan permeabilitas kapiler Gangguan regulasi vascular
POLIP
Turun ke rongga hidung dan membentuk tangkai.
makroskopis
Massa bertangkai Permukaan licin dan konsistensi lunak Mudah digerakkan Bentuk bulat atau lonjong Berwarna putih keabu-abuan, agak bening Lobular Dapat tunggal/ multiple Tidak sensitive (bila ditekan atau ditusuk tidak terasa sakit) Tidak mudah berdarah Pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin) tidak mengecil
Polip berwarna kemerah-merahan karena iritasi kronis atau proses peradangan Polip berwarna kekuning-kuningan polip menahun banyak mengandung jaringan ikat Polip Koana polip yang tumbuh kearah belakang dan membesar di nasofaring Polip Antrokoana polip yang berasal dari dalam sinus maksila
mikroskopis
Tampak epitel pada polip serupa dengan mukosa hidung normal yaitu epitel bertingkat semu bersilia dengan submukosa yang sembab Mukosa mengandung sel-sel goblet, pembuluh darah, saraf dan kelenjar sangat sedikit. Polip yang sudah lama dapat mengalami metaplasia epitel karena sering terkena aliran udara, menjadi epitel transisional, kubik atau gepeng berlapis tanpa keratinisasi.
Berdasarkan jenis sel peradangannya, polip dikelompokkan menjadi 2 : 1. Polip Eosinofilik mempunyai latar belakang alergi 2. Polip Neutrofilik biasanya disebabkan infeksi atau gabungan keduanya
diagnosis
ANAMNESA Keluhan utama : hidung rasa tersumbat, rinore dari yang jernih sampai purulen (pada infeksi sekunder), hipoosmia atau anosmia Mungkin disertai bersin-bersin, rasa nyeri dihidung disertai sakit kepala didaerah frontal, post nasal drip Gejala sekunder : bernafas melalui mulut, suara sengau, halitosis, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup, dapat menyebabkan gejala pada saluran napas bawah, berupa batuk kronik dan mengi, terutama pada penderita polip nasi dengan asma. Harus ditanyakan riwayat rhinitis alergi, asma, intoleransi terhadap aspirin dan alergi obat lainya serta alergi makanan
Pemeriksaan fisik
Polip nasi massif deformitas hidung luar pelebaran batang hidunghidung tampak mekar. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior : terlihat massa yang berwarna pucat yang berasal dari meatus medius dan mudah digerakkan. Pembagian stadium polip menurut Mackay dan Lund (1997) a. Stadium 1: polip masih terbatas dimeatus medius b. Stadium 2: polip sudah keluar dari meatus medius, tampak dirongga hidung tapi belum memenuhi rongga hidung c. Stadium 3: polip yang massif
Naso-endoskopi
Polip stadium 1 dan 2 (kadang-kadang tidak terlihat pada pemeriksaan rinoskopi anterior) tampak dengan pemeriksaan nasoendoskopi. Pada kasus polip koanal juga sering dapat terlihat tangkai polip yang berasal dari ostium asesorius sinus maksila.
Pemeriksaan radiologi
Foto polos sinus paranasal (posisi waters, AP, aldwell dan lateral) : terlihat penebalan mukosa dan adanya batas udara cairan didalam sinus (kurang bermanfaat pada kasus polip) CT Scan diindikasikan pada kasus polip yang gagal diterapi dengan medikamentosa, jika ada komplikasi dari sinusitis dan pada perencanaan tindakan bedah terutama bedah endoskopi.
Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan pada kasus polip nasi ialah menghilangkan keluhan- keluhan, mencegah komplikasi dan mencegah rekurensi polip. Pemberian kortikosteroid untuk menghilangkan polip nasi (polipektomi medikamentosa). Dapat diberikan topical atau sistemik.
Kasus polip yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa atau polip yang sangat massif dipertimbangkan untuk terapi bedah, yaitu: - ekstraksi polip (polipektomi) menggunakan senar polip atau cunam dengan analgesi local - etmoidektomi intra nasal/ ekstranasal untuk polip etmoid - operasi Caldwell_Luc untuk sinus maksila. Yang terbaik adalah tersedia fasilitas endoskopi maka dapat dilakukan tindakan BSEF (Bedah Sinus Endoskopi Fungsional)
Pencegahan
1. Mengatur alergi dan asma, mengikuti pengobatan dokter rekomendasi untuk mengelola asma dan alergi. 2. Hindari iritasi. 3. Hidup bersih yang baik. 4. Melembabkan rumah Anda. 5. Gunakan bilasan hidung atau nasal lavage. Gunakan air garam (saline) spray atau nasal lavage untuk membilas hidung Anda.
Asuhan keperawatan
Pengkajian 1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan. 2. Riwayat Penyakit sekarang : 3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh sulit bernafas, tenggorokan. 4. Riwayat penyakit dahulu : - Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma - Pernah mempunyai riwayat penyakit THT - Pernah menedrita sakit gigi geraham
5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang. 6. Riwayat spikososial - Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih0 - Interpersonal : hubungan dengan orang lain merasa rendah diri dg penyakit
Pola fungsi kesehatan a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Untuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping b. Pola nutrisi dan metabolisme : biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung c. Pola istirahat dan tidur selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek d. Pola Persepsi dan konsep diri ; klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsep diri menurun e. Pola sensorik ; daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).
diagnosa keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan Gangguan persepsi sensori; penciuman Gangguan konsep diri ; harga diri rendah Risiko infeksi dll
Semoga bermamfaat