Anda di halaman 1dari 3

Pendidikan Anak Usia Dini, Tanggung Jawab Siapa?

OPINI | 19 May 2012 | 19:41 Dibaca: 594 Komentar: 0 0Anak-anak adalah investasi atau harta berharga bagi orang tua dan merupakan amanah untuk dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya. Sebagai orang tua, tentu saja pendidikan menjadi hal yang sangat signifikan bagi kemajuan anak-anaknya. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) melalui Undang Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengamanatkan dilaksanakannya pendidikan kepada seluruh rakyat Indonesia (education for all) sejak anak dilahirkan. Karena pendidikan anak pada usia dini disadari betul memegang peranan sangat penting. Maka, sejak tahun 2010, Kemendiknas menetapkan kebijakan pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) melalui pendekatan Holistik Integratif.Pengembangan anak usia dini yang dilakukan berdasarkan pemahaman untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling berkait secara simultan dan sistematis, yang meliputi berbagai aspek pengembangan fisik dan non fisik, agar anak dapat tumbuh kembang sebagai anak yang sehat, kuat, cerdas, ceria, dan berbudi luhur. (Bappenas).Menurut Menurut UNESCO ECCE (Early Chilhood Care and Education), Pendidikan anak usia dini dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun. Dalam Islam sendiri kewajiban mendidik anak sudah harus dilakukan semenjak Ibu mengandung. Pendidikan anak usia dini adalah suatu kewajiban dalam Islam, bahkan Pembentukan karakter anak semenjak dini akan berpengaruh pada anak ketika dewasa kelak.Pentingnya pendidikan anak usia dini juga dikemukakan oleh Feldman (2002) bahwa masa balita merupakan masa emas yang tidak akan berulang karena merupakan masa paling penting dalam pembentukan dasardasar kepribadian, kemampuan berfikir, kecerdasan, keterampilan, dan kemampuan bersosialisasi.Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruk. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age).Sebagai orang tua kadang tidak sadar, sikap kita pada anak justru akan menjatuhkan si anak. Misalnya, dengan memukul, memberikan pressure yang pada akhirnya menjadikan anak bersikap negatif, rendah diri atau minder, penakut dan tidak berani mengambil resiko, yang pada akhirnya karakter-karakter tersebut akan dibawanya sampai ia dewasa.Tuntutlah Ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat. Demikian sabda Rasulullah SAW. Karena itu, tidak seharusnya ada waktu yang kosong dari sentuhan pendidikan. Napas pendidikan harus senantiasa mengiringi perjalanan manusia. Dan, justru pada usia dini, pendidikan sangat berpengaruh terhadap karakter, kapabilitas, dan akuntabilitas anak. Sebab, anak usia dini memiliki spesifikasi unik yang tidak ada pada usia sesudahnya. Pada usia dini, anak mengalami fase formasi, kontruksi nalar, psikologis, dan sosial yang berpengaruh terhadap masa depannya.Dewasa ini, pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi pendidikan model bagi orang tua dalam mendidik anaknya sebelum memasuki sekolah Taman Kanak-kanak. Kehadiran sekolah PAUD pun bukan hanya di kota saja, namun sudah mulai merambat ke setiap pedesaan, bila dilihat dan di amati dari tingkat kebutuhannya, PAUD di pedesaan dan untuk keluarga miskin jauh lebih

tinggi kebutuhannya guna mengimbangi miskinnya rangsangan intelektual, sosial, dan moral dari keluarga dan orang tua. Hadirnya sekolah PAUD adalah sebagai pendidikan extra kedua setelah pendidikan pertama di rumah, karena Pendidikan Anak Usia Dini pertama bagi anak adalah rumah mereka sendiri dan orang tua adalah guru pertama mereka. Bagaimanapun juga, kehadiran sekolah PAUD akan memberikan dampak positif besar dalam membantu orang tua mendidik anak-anaknya, apalagi jika tarbiyah yang didapatkan oleh anak dirumah dari orang tua sangatlah terbatas, hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya pendidikan dan pengetahuan orang tua.Namun yang perlu dipahami bahwa pendidikan tidak hanya sekedar tanggung jawab guru, tapi juga orang tua dan masyarakat. Waktu pembelajaran di lembaga PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) tidak lebih dari tiga jam sehari, sisanya adalah waktu di rumah dan di lingkungan masyarakat. Beban orang tua dalam pendidikan anak sudah semestinya lebih besar dari dari pada guru, mengingat waktu yang dimilki anak jauh lebih besar di rumah dari pada di lembaga PAUD. Pengikisan peran orang tua dalam mendidik anaknya akan terjadi jika masyarakat kita menyerahkan pendidikan anaknya seutuhnya pada satuan pendidikan tanpa adanya keterlibatan mereka didalamnya. Hal ini bisa dilihat dari beberapa fenomena yang terjadi di kota dan di desa, kesibukan orang tua yang pergi bekerja, kemudian menjadikan sekolah PAUD hanya sebagai tempat penitipan anak sementara dan Orang tua bisa leluasa mencari nafkah untuk anak, tanpa memikirkan perawatan dan pengasuhannya. Dari sini kita harus memulai secara bersama-sama menggalang pendidikan anak.Gaya lama dimana orang tua menyerahkan pendidikan sepenuhnya pada guru, sudah saatnya mulai dikikis. Demikian juga masyarakat yang masih tutup mata terhadap pendidikan anak harus mulai ditumbuhkan. Bila di sekolah guru mengajarkan bertutur kata yang baik, maka masyarakat juga harus memperlihatkan contoh yang sama demikian juga dengan orang tua. Jangan sampai terjadi, di sekolah guru memberi contoh berbicara dengan kata-kata baik dan menghargai orang lain. Tetapi di rumah anak melihat orang tuanya sering mengeluarkan kata-kata kotor dan kurang sopan, apalagi mendengar tetangganya suka mencaci maki. Ini pasti akan membuat anak bingung, mana sebenarnya yang harus diikuti, guru, orang tua atau tetangganya. Bisa jadi anak akan berpikir bahwa ketiganya benar. Bila di sekolah anak di ajarkan berbicara dengan tutur kata yang sopan, namun dilingkungan masyarakat anak di ajarkan tutur kata yang tidak sopan, sehingga tidak jarang kita menumukan anak yang sudah pintar memaki dan berkata kotor.Jika pada fase ini input yang diterima anak positif dan kontruktif, maka ibarat pohon, akan terbangun akar yang kuat. Seberat dan setinggi apa pun daun dan rantingnya, ia tetap kokoh, tak goyah oleh tiupan angin yang dahsyat sekalipun. Karena itu, pendidikan usia dini harus menjadi perhatian bersama. Pendidikan usia dini akan membuat generasi bangsa mempunyai eksistensi, kepercayaan diri, dan orientasi masa depan. Visi hidupnya akan terbangun dengan baik, kuat, dan kokoh.Masyarakat juga perlu memahami pentingnya sekolah PAUD dan peran orang tua didalamnya agar anak mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan seluruh teman-temannya sehingga tidak membentuk sikap anak yang pragmatis. Ketiga unsur (guru, orang tua dan masyarakat)

secara bersama-sama memaksimalkan kegiatan pendidikan dalam ranah masing-masing. Antara guru dan orang tua harus memiliki kesamaan visi, jangan sampai apa yang diperoleh dari guru tidak sama dengan yang diperoleh dari orang tua atau bahkan sebaliknya. Disinilah pentingnya komunikasi efektif antara guru dan orang tua.Peran orang tua dalam berkomunikasi dengan guru juga harus ada saat anak kelak bersekolah di SD, SMP, dan SMA, sehingga tidak lepas tangan dalam pendidikan anaknya dan tidak terjadi miss komunikasi antara guru dan wali murid yang sering menyebabkan keegoisan masing-masing dalam menyelesaikan masalah. Semoga orang tua dan seluruh masyarakat mampu menjadi murabbi (guru) yang baik bagi anak-anaknya, sehingga kelak melahirkan generasi Aceh yang bermoral dan berakhlak mulia. Amin.

Anda mungkin juga menyukai