Anda di halaman 1dari 12

Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas

Pasal 64-66 UU no 13 tahun 2003 Permenakertrans No 19 tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain yang mencabut berlakunya:

Kepmenakertrans No :KEP-101/MEN/VI/2004 tentang Tata Cara Perizinan Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh (pasal 66 ayat 3) Kepmenakertrans No : KEP-220/MEN/X/2004 tentang Syarat-syarat Penyerahan sebagian Pelaksanaan Pekerjaan kepada Perusahaan Lain

Perusahaan

dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui : - PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN atau - PENYEDIAAN JASA PEKERJA/BURUH yang dibuat secara TERTULIS

Penyerahan

sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN yang dibuat secara TERTULIS (pasal 65 ayat 1)

Dilakukan

secara terpisah dari kegiatan utama Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan Tidak menghambat proses produksi secara langsung (pasal 65 ayat 2) jika TIDAK SESUAI maka DEMI HUKUM status hubungan kerja BERALIH menjadi PEKERJA/BURUH dengan PERUSAHAAN PEMBERI KERJA (pasal 65 ayat 8)

Perusahaan lain harus berbentuk BADAN HUKUM (pasal 65 ayat3) jika TIDAK maka DEMI HUKUM status hubungan kerja BERALIH menjadi PEKERJA/BURUH dengan PERUSAHAAN PEMBERI KERJA (pasal 65 ayat 8) Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja harus disesuaikan dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan (pasal 63 ayat 4) Hubungan kerja diatur dalam PERJANJIAN KERJA SECARA TERTULIS, baik dalam bentuk PKWT maupun PKWTT antara perusahaan lain dengan pekerja/buruh (ingat ! Syarat PKWT psl 59)

Pasal

1601 b Perjanjian dengan mana pihak yang satu, si pemborong mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan dengan menerima suatu harga yang ditentukan Dalam hal ini mengenai syarat dan ketentuan pemborongan berlaku AZAS KEBEBASAN BERKONTRAK

Dalam hal telah terjadi kesepakatan pemborongan pekerjaan dan pekerjaan telah mulai dikerjakan, maka pihak yang memborongkan tidak bisa menghentikan pemborongan pekerjaan, kecuali apabila dia bersedia memberikan ganti rugi atas segala biaya yang telah dikeluarkan pihak lainnya Pemborongan pekerjaan berhenti dengan meninggalnya si pemborong. Namun pihak yang memborongkan diwajibkan untuk membayar kepada ahli waris si pemborong harga pekerjaan yang telah dikerjakan menurut imbangannya terhadap harga pekerjaan yang telah dijanjikan dalam perjanjian, serta harga bahan-bahan bangunan yang telah disediakan asalkan bahan tersebut mempunyai manfaat

Si

pemborong bertanggungjawab terhadap perbuatan-perbuatan orang-orang yang telah dipekerjakan olehnya pekerja/buruh yang memegang suatu barang kepunyaan orang lain, untuk mengerjakan sesuatu pada barang tersebut, adalah berhak menahan barang itu sampai biaya dan upahupah yang dikeluarkan untuk barang itu dipenuhi seluruhnya, kecuali jika pihak yang memborongkan telah memberikan jaminan secukupnya untuk pembayaran biaya dan upah-upah tersebut

Pekerja/buruh

dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, KECUALI untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi

Adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh (ayat 2 huruf a) PK yang berlaku dalam hubungan kerja adalah PKWT yang memenuhi syarat sesuai pasal 59 dan/atau PKWTT yang dibuat secara TERTULIS dan ditandatangani kedua belah pihak (ayat 2 huruf b) Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul menjadi tanggungjawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh (ayat 2 huruf c) Perjanjian antara perusahaan pengguna dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dibuat secara TERTULIS (ayat 2 huruf d)

Perusahaan

penyedia jasa pekerja/buruh berbentuk BADAN HUKUM dan memiliki ijin dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan (ayat 3) Apabila tidak memenuhi ayat 1, 2 huruf a, b dan d serta ayat 3, maka DEMI HUKUM status hubungan kerja BERALIH menjadi hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan pemberi pekerjaan

Anda mungkin juga menyukai