Anda di halaman 1dari 16

BAB III PEMERIKSAAN POSTMORTEM PADA RAHANG BAWAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE MANDIBULA CANINA INDEX UNTUK MENENTUKAN

JENIS KELAMIN DITINJAU DARI SEGI ISLAM

3.1.

Pemeriks

! P"s#m"r#em P $ R % !& B ' % (!#(k Ke)e!#i!& !

Pe!e& k ! H(k(m me!(r(# Is* m Dalam suatu negara diperlukan tegaknya hukum yang seadil-adilnya untuk digunakan sebagai pengatur umatnya. Dalam hal ini penegak hukum dengan disertai kesadaran seluruh warga negara tersebut. Penegakan hukum suatu kasus dilakukan dengan pemeriksaan identifikasi forensik yang bekerja sama dengan ahli forensik. Pemeriksaan identifikasi menggunakan pemeriksaan post-mortem dalam hal ini menggunakan manusia sebagai obyeknya dan ante-mortem benda sebelum korban meninggal (Mahjudin, 199 !. "l-#uran menegaskan bahwa $manusia adalah mahluk yang mulia%. Dengan kemudian tersebut manusia harus diperlakukan se&ara terhormat dan adil, baik saat hidup maupun mati, seperti ditegaskan dalam ayat "l-#uran '

Artinya :Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Q.S An-Nisa ( ): !").#
50

(ntuk menyikap dan mengungkapkan kebenaran suatu obyek tertentu, manusia memerlukan ilmu khusus yang terkait dengan obyek tertentu. Mengingat keterbatasan manusia untuk dapan menguasai semua &abang ilmu pengetahuan, maka diperlukan orang yang ahli di bidang ilmu tertentu untuk dapat menjawab persoalan yang dihadapi. )al ini sejalan dengan penegasan pada ayat "l-#uran '

"rtinya ' $%an &ami tidak mengutus sebelum kamu, ke'uali (rang-(rang lelaki yang &ami beri )ahyu kepada mereka* maka bertanyalah kepada (rang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahu (Q.S. Al-Nahl (+,): -!.* Peralatan modern terkadang sulit untuk membuktikan sebab kematian dan identitas seseorang dengan hanya penyelidikan dari bagian tubuh manusia. +esulitan tersebut menjadi alasan untuk memperbolehkan pembedahan mayat dengan memeriksa rahang bawah sebagai obyek penyidikan, karena dianggap sangat dihajatkan dalam menegakkan hukum dan ,ika berkepentingan tersebut berkaitan dengan penegakkan hukum. (ntuk alasan mashlahah tersebut di atas maka seharusnya penegak hukum berkerjasama dengan dokter ahli terkait (ahli forensik, ahli gigi forensik, patologi forensik, dll! yang dapat diper&aya kejujurannya tersebut mendapatkan .isum et repertum, sehingga dari hasil penyelidikan itu dapat memberi keterangan kepada para penegak hukum untuk mengetahui identitas seseorang, sekaligus pelaku tindak pidana tersebut (Mahjudin, --.!.

51

Dalam melakukan pemeriksaan post-mortem maupun ante-mortem sebaiknya dengan tujuan untuk penengakan hukum. Dan bersifat darurat untuk kemaslahatan. Dengan melakukan pemeriksaan pada rahang bawah yang menggunakan pengukuran mandibula pada manusia atau pada anggota tubuh manusia yang lainnya itu semata hanya untuk penegakan hukum. Pemeriksaan tidak hanya pada bagian tubuh manusia saja ada yang menggunakan dokumen seperti foto, properti, ktp dan masih banyak lagi yang dapat digunakan dalam penegakan hukum suatu kasus (Mahjudin, --.!. /alah satu tujuan menjatuhkan sanksi hukum kepada terdakwa adalah dalam rangka memberikan pelajaran kepada mereka dan menakut-nakuti orang lain yang masih mempunyai niat seperti terdakwa. +arena itu menjatuhkan sanksi hukum, tidak dapat dikatakan sebagai perbuatan yang tidak manusiawi. 0ahkan "llah di dalam "l-#uran memerintahkan untuk menjatuhkan hukuman potong tangan bagi pen&uri, karena 1slam mengutamakan ketentraman orang banyak (Mahjudin, --.!. +alau penegak hukum tidak mau mengusut kejahatan karena yang dianiaya sudah mati lalu takut melakukan pengusutan dengan melalui pembedahan mayat berarti penegak hukum tersebut telah memberi jalan kepada penjahat agar tidak takut beraksi (Mahjudin, --.!.

52

3.+

P !$ !& ! Is* m Pe!&&(!

! Me#"$e M !$i,(*

C !i!

I!$e-

Se, & i Pem,e$ % ! M . # /A(#")si0 Pemeriksaan pada rahang bawah manusia berkaitan dengan pembedahan mayat (autopsi!. 0edah disebut juga operasi, bedel (untuk mengobati penyakit!. /e&ara bahasa, bedah berarti pengobatan dengan jalan memotong atau mengiris bagian tubuh seseorang. Dalam bahasa "rab disebut al-/asyrih, al-0irahah atau al-1Amaliyyah bi al-0irahah (melukai atau operasi pembedahan!. 0edah mayat sendiri mengandung makna yaitu suatu upaya tim dokter ahli untuk membedah mayat karena dilandasi maksud atau kepentingan tertentu. /edangkan autopsi adalah pemeriksaan tubuh dengan jalan pembedahan untuk mengetahui penyebab kematian ditinjau dari aspek tujuan, bedah mayat (autopsi! dibagi dalam empat kelompok, yaitu autopsi anatomis, autopsi klinis, dan autopsi forensik, bedah mayat bertujuan untuk menyelamatkan janin yang ada di dalam kandungan atau untuk mengeluarkan benda berharga. "utopsi forensik merupakan pembedahan terhadap mayat yang bertujuan men&ari kebenaran hukum dari suatu peristiwa yang terjadi, misalnya dugaan pembunuhan, ke&elakaan, bunuh diri, ben&ana dan lain-lain. Pembedahan seperti ini biasanya dilakukan atas permintaan pihak kepolisian atau kehakiman untuk memastikan sebab kematian seseorang. )asil 2isum dokter (.isum et repertum! ini akan mempengaruhi keputusan hakim dalam menentukan suatu perkara ("mirudin, --.!3 (4uhroni, --.!. Pemeriksaan rahang bawah atau dikenal dengan pemeriksaan odontologi forensik dengan mengukur rahang bawah sendiri merupakan bagian dari pemeriksaan autopsi forensik yang berfungsi dalam penelitian serta proses identifikasi untuk menentukan jenis kelamin seseorang. 5ujuan autopsi forensik
53

sejalan dengan prinsip islam, yaitu untuk menegakkan kebenaran dan keadilan penentuan hukum ("minudin, --.!. 3.+.1 H(k(m Is* m Me!&e! i Pem,e$ % ! M . # /A(#")si0 /yariat 1slam sangan memuliakan jiwa dan jasad seorang muslim setelah wafat sekalipun. /ehingga se&ara umum, melukai atau melakukan tindakan tidak hormat pada mayat seorang muslim diharamkan (/adeli, --.!. Dlam hadist nabawi tidak ada keterangan yang sharih tentang hukum melakukan autopsi. /ebab, autopsi seperti 6aman sekarang ini belum dikenal di masa lalu, yang dapat ditemukan hanyalah dalil-dalil dari sunnah nabiwiyah yang beberapa perbedaan pendapat diantara para ulama tentang hukum membedah mayat (/arwat, --.!3 (4uhroni, --.!. "da beberapa pokok hukum agama 1slam dalam meninjau masalah hambatan yang timbul dalam pelaksanaan bedah mayat ' 1. 1slam menyuruh menghormati manusia, baik ketika masih hidup maupun ketika sudah mati, hal tesebut terdapat pada ayat '

Artinya: %an sesungguhnya telah &ami muliakan anak-anak Adam, &ami angkut mereka di daratan dan di lautan, &ami beri mereka re2eki dari yang baik-baik dan &ami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah &ami 'iptakan. (Q.s, Al-3sra (+4): 45)
54

1slam melarang merusak tubuh orang yang sudah mati. Diriwayatkan oleh 1mam Muslim dan perawi lain. Dijelaskan dalam kitab 5uhfatul "hwad6i /yarh /unan at 5irmid6i bahwa jika duduk di atas kuburan tidak diperkenankan, maka untuk hal lain berupa tindakan tidak pantas, lebih tidak diperbolehkan ("hmad, --.!. --.!3 (Muhammad,

7.

1slam melarang melihat aurat orang lain, hal tersebut terdapat pada ayat "l-#uran'

Artinya:
&atakanlah kepada )anita yang beriman: $6endaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, ke'uali yang (biasa) nampak dari padanya. %an hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya ke'uali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka,
55

atau )anita-)anita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap )anita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat )anita. %an janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. %an bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai (rang-(rang yang beriman supaya kamu beruntung. (Q.S. Annur (7 ):31)

8. 9.

"llah mensyariatkan agama 1slam agar memelihara mashlahat. 1slam menyuruh agar menghukum terhadap sesuatu perkara dengan hukuman yang adil, hal ini terdapat pada ayat "l-#uran '

Artinya: %an &ami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At /aurat) bah)asanya ji)a (dibalas) dengan ji)a, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada 8ishaashnya. 9arangsiapa yang melepaskan (hak 8ishaash)nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus d(sa baginya. 9arangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah (rang-(rang yang 2alim.(Q.s, al-Ma:idah (!): !).

Meskipun dalam "l-#ur%an tidak ada ayat khusus yang menegaskan hukum bedah mayat, tetapi banyak ayat yang dapat dijadikan sebagai a&uan dan

56

landasan dalam menetapkan praktik bedah mayat, misalnya janji "llah yang akan memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-:ya diangkasa luar dan dalam diri manusia itu sendiri seperti dalam ayat "l-#uran '

Artinya: &ami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) &ami di segala )ilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bah)a Al Quran itu adalah benar. /iadakah 'ukup bah)a sesungguhnya /uhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu. (Q.s, al-Ah8a; ( +): !-). Pengertian ;dalam diri manusia*, pada ayat di atas menurut para mu;assir berarti di dalam tubuh manusia ada nilai ilmu pengetahuan dan kebenaran untuk diteliti. "yat ini dapat dijadikan sebagai a&uan perintah untuk melakukan penelitian se&ara mendalam tentang struktur tubuh manusia, jaringan, otot, tulang dan semua bagian manusia, baik luar maupun dalam (4uhroni, --.!. 3.+.+ Per#im, !& ! M s* % % #e!# !& Be$ % M . # #er% $ ) )e!&(k(r ! R % !& B ' %. Meskipun se&ara umum termasuk merusak jasad mayit adalah dilarang, namun beberapa ulama kontemporer membolehkan atas dasar pertimbangan maslahat tapi dengan beberapa syarat. Dalam ushul fikih dikenal kaidah yang menyatakan, jika ada dua maslahat yang kontradiktif, maka didahulukan maslahat yang paling besar. Dalam hal ini, maslahat bagi mayit adalah hendaknya jasadnya tidak dirusak. /edangkan maslahat umatnya, dengan diadakannya autopsi,
57

beberapa masalah terkait bisa mendapatkan solusi. 5erkait juga kaidah tentang mafsadah, jika ada dua mafsadah yang bertentangan maka dipilihlah yang paling ringan. "utopsi bisa menyebabkan ma;sadah (kerusakan!. /edangkan

ketidaktahuan akan sebab kematian, penyakit berbahaya dan tidak berkembangnya ilmu kedokteran adalah mafsadah yang jauh lebih besar (/adeli, --.!. 3.+.3 1 #' U* m #e!# !& Be$ % M . # 0eberapa pendapat para (lama berkenaan dengan pembedahan mayat ' a. /yeikh )asanain Makhluf (mu;ti dari Mesir! dalam buku <ajnah =atwa dari Mesir menyatakan, pemeriksaan bedah mayat untuk mayat yang terbunuh dalam rangka mengetahui dan menjelaskan sebab-sebab kematiannya serta untuk menetapkan sekaligus untuk menentukan tindak pidana (jinayat! atasdiri pembunuh atau membebaskannya, maka hal seperti ini tidak dilarang tentang bolehnya, apanila kebenaran tentang jinayat ini tergantung kepadanya. +arena ada dalil-dalil yang menunjukkan wajib berlaku adil dalam hukum, agar tidak terjadi menghukum orang yang tidak bersalah dan membebaskan orang yang bersalah. /udah banyak pemeriksaan mayat yang memperjelas antara yang benar dan yang salah, yang adil dan yang 6alim. 1a juga menjelaskan tentang hukum bedah mayat terkait dengan hokum belajar ilmu kedokteran itu sendiri. Dia menyatakan, karena belajar ilmu kedokteran hukumnya fardu kifayah, maka segala ilmu yang dapat menuju kesempurnaannya menjadi wajib pula (Mahjudin, 199 !.

58

b. /yeikh >usuf "d-dajuy dalam rangka lokakarya <isum et =epertum (/( Medan 19.1 menyatakan di dalam kitab-kitab fi?ih tidak dijumpai keterangan-keterangan yang memuaskan tentang hal ini. /ementara orang mengira pemeriksaan bedah mayat itu haram. 5idak bilehkan syariat karena 1slam memuliakan dan menghormati orang mati. "kan tetapi orang yang mengetahui jiwa syariah dan tuntutan-tuntutan akan melihat. /elamanya harus ditimbang

berimbang, sehingga akan timbul penetapan hukum yang paling kuat di antara keduanya, berdasarkan hikmah dan pandangan yang benar. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa harus jauh mempertimbangkan maslahat yang kuat sesuai dengan jiwa dan syariat 1slam serta disesuaikan pula dengan kepentingan dan kebahagian akhirat. +arena itu dalam melakukan 2isum , adakalanya merupakan suatu keharusan dalam beberapa hal, seperti apabila seseorang dituduh melakukan jinayat terhadap orang lain. +e&urigaan dan tuduhan itu akan hilang jika telah dilakukan pembuktian dengan melakukan autopsi yang dapat memberikan keterangan bahwa matinya orang tersebut bukan karena mati dianiaya (jinayat!. 0egitulah kemampuan pemeriksaan bedah mayat itu untuk menyelamatkan orang yang sudah diikat oleh kesulitan dari berbagai segi dan begitu juga sebaliknya. Maka orang yang memikirkan hal tersebut di atas se&ara global serta keterangan-keterangan lebih lanjut yang lebih terperin&i, maka orang

59

tersebut akan berpendapat memperbolehkan tindakan autopsi, itu karena mendahulukan maslahat yang kuat atas mudharat yang lemah. Pemeriksaan bedah mayat dengan maksud tersebut di atas, bukanlah penghinaan atau merusak kehormatan jena6ah, karena autopsi dengan maksud tersebut malahan bertujuan untuk kemaslahatan umat. 0anyak hadist-hadist yang menonjolkan kemuliaan tubuh manusia dan orang mengira bahwa pemeriksaan bedah mayat tidak dibenarkan untuk alasan apapun. "kan tetapi jika berfikir sedikit tentang kaidah-kaidah syariat dapat diketahui bahwa ruang lingkup hukum syara: adalah memelihara mashlahat dan menghindari mudharat. /esuatu yang mengandung mashlahat yang kuat menyuruh setiap muslim untuk mengerjakannya dan segala sesuatu yang mengandung mudharat yang kuat haruslah ditinggalkan. /udah jelas bahwa pertimbangan antara mafsadah (merusakkan kehormatan@kemulian orang mati! dengan mashlahat (mengobati, menetapkan keadilan, melepaskan orang yang tidak bersalah dari hukuman atas pelaku kejahatan! menunjukkan bahwa mashlahahtnya lebih kuat dari pada mudharatnya (Mahjudin, 199 !. &. Majlisul Majma: al >i8hi al 3slami dari =abithah al 1Alam al 3slami dalam sebuah darrah di Makkah pada hari /abtu, 8 /hafar 18.- ) menyatakan, berdasarkan atas beberapa faktor darurat yang menuntut adanya autopsi (at-/asyrih! pada mayat, dan maslahat yang bisa diambil meski dengan merusak jasad mayit, maka majelis

mengeluarkan beberapa ketetapan.


60

1.

Diperbolehkan melakukan autopsi mayat untuk salah satu tujuan di bawah ini ' 1. 1n2estigasi atas tuduhan kriminal untuk mengetahui sebabsebab kematian atau kejahatan yang dilakukan. )al itu dilakukan manakala seorang hakim kesulitan untuk mendapatkan informasi 2alid seputar sebab kematian dan autopsi dipandang sebagai jalan keluarnya. . Mengetahui dan meneliti penyebab suatu penyakit, yang untuk mengetahunya diharuskan melakukan pembedahan atau autopsi. /ehingga penyakit tesebut bisa diidentifikasi dan di&ari &ara penanggulangannya. 7. Pembelanjaran medis seperti yang ada di beberapa jurusan kedokteran (Muhammad, --.!.

11.

"utopsi untuk praktek (pembelajaran! harus menjaga beberapa hal berikut ' 1. ,ika mayat diketahui identitasnya, maka harus ada ijin dari si mayit sebelum meninggal atau ijin dari ahli warisnya. /ebab, dilarang membedah mayat yang terjaga darahnya (muslim! ke&uali karena dalam kondisi darurat. . "utopsi hendaknya pada bagian yang dibutuhkan saja agar tidak terjadi hal-hal yang berlebihan.

61

7. 5idak diperbolehkan mengautopsi mayat wanita selain ahli medis wanita, ke&uali jika mereka benar-benar tidak ada.

3.3 P !$ !& ! Is* m Pemeriks

! P"s#m"r#em P $

R % !& B ' %

$e!& ! Me#"$e C !i! I!$e- (!#(k Me!e!#(k ! Je!is Ke* mi! $ ! Pe!e!#( ! I$e!#i# s Se"r !& M(s*im Metode identifikasi dibuat dalam rangka menentukan jenis kelamin dan identitas seseorang, baik itu sebagai korban maupun sebagai tersangka. Penentuan identitas korban sendiri sangatlah penting untuk diketahui, karena itu terkait erat masalah hukum, so&ial, ekonomi, budaya, dan agama. 0agi korban yang telah meninggal dunia dan diketahui bahwa identitasnya adalah seorang muslim, maka hal ini penting dalam beberapa urusan diantaranya adalah ' 1. 5ata &ara pemakaman harus dilakukan menurut agama 1slam Dalam hal ini jena6ah harus dirawat sesuai syariat 1slam, seperti memandikan, mengafani, menyembahyangkan dan menguburkan. ,ika jena6ah yang digunakan sebagai bahan penyidikan dan pendidikan itu diketahui seorang muslim, maka diharuskan untuk disholatkan terlebih dahulu, sebelum digunakan untuk penyidikan dan pendidikan dalam kedokteran forensik. ,ika jena6ah tidak diketahui identitasnya sekaligus agamanya, maka haruslah diketahui mayoritas agama tempat jena6ah
62

tersebut berasal, jika mayoritas 1slam maka jena6ah tersebut disholatkan terlebih dahulu (al-"lbani, 1999!. . Pembagian harta warisan Pembagian harta warisan sangat penting bagi keluarga yang ditinggalkan. )al ini terkait dalam beberapa hal di antaranya adalah penentuan siapa yang berhak menjadi ahli waris (berhubungan dengan nasab!, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masing-masing ahli waris untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya. "danya beberapa hal yang harus dilakukan sebelum pembagian warisan diantaranya adalah ' a. Pembayaran utang baik kepada "llah swt (na6ar dan 6akat! maupun kepada manusia, hutang ini harus dilunasi terlebih dahulu dengan harta waris, sebelum harta waris dibagikan. b. ,ika ada biaya perawatan (tahji2!, maka harta waris harus dikurangi dahulu biaya perawatan. &. Pelaksanaan wasiat si mayit, 1slam membatasi jumlah wasiat yang akan diberikanyaitu tidak lebih dari 1@7 bagian harta waris. 7. Massa iddah bagi istrinya. 8. +ejelasan nasab bagi anak dan keluarga yang ditinggalkan ("nonim, --9!3 (/iddi?, --A!. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa '

63

1! Perkembangan ilmu pengetahuan telah mengantarkan umat manusia untuk menelaah lebih jauh tentang kepentingan dan kemaslahatannya, lebih-lebih dari tinjauan kemaslahatan menurut hukum 1slam. /emua penemuan baru sebagai hasil dari perkembangan teknologi tersebut, hendaknya disejalankan dengan kaidah-kaidah hukum 1slam, seperti hukum ;0edah Mayat* menurut pandangan 1slam. ! 0edah mayat adalah suatu upaya tim dokter ahli untuk membedah mayat, karena ada suatu maksud atau kepentingan tertentu. ,adi, bedah mayat tidak boleh dilakukan oleh sembarangan orang, walaupun hanya sekedar mengambil barang dari tubuh (perut! mayat itu. /ebab, manusia harus dihargai kendatipun ia sudah menjadi mayat. "palagi yang ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan penegakan hukum. "utopsi juga dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu yang berdasarkan hukum-hukum 1slam, yaitu tindakan ini dilakukan hanya sebatas pada hal-hal yang sangat dibutuhkan (tidak berlebihan! dan harus tetap menghargai serta menghormati hak-hak mayat yang di autopsi. 7! Penentuan 1dentitas seorang muslim dengan metode odontologi forensik sangat penting dilakukan dikarenakan terkait dengan pengenalan identitas korban termasuk jenis kelamin korban sangat berarti bagi orang-orang yang ditinggalkan terutama bagi keluarga dan anak-anaknya. /elain itu, ada beberapa bidang yang memiliki kepentingan yang erat dalam pengenalan mayat di antaranya adalah hukum, sosial, ekonomi, budaya dan agama. Dalam bidang agama

64

berkaitan dengan tata &ara pemakanan sesuai syariat 1slam, pembagian harta waris, masa iddah untuk wanita muslim dan menjelaskan nasab seorang anak. Bleh sebab itu autopsi dilakukan sangat bermanfaat bagi seorang muslim.

65

Anda mungkin juga menyukai