Anda di halaman 1dari 20

AKTUALISASI FALSAFAH KALAM DALAM KONTEKS KEKINIAN Ahmad Kholil

Fakultas Humaniora dan Budaya Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Jalan Gajayana No. ! Malang, "el#. !$%$!&&' ()&, email* +humi,!%-yahoo..o.id Abstract Islamic theology, as one cluster of Islamic knowledge is a product of thought in certain cultural social environment. Therefore, everything related to it is no longer appropriate today. The knowledge gives so it can solve life's problems that start to threaten human existence, practice, good deeds, a substantive meaning to the religious doctrine and social harmony. The knowledge such as Islamic knowledge, philosophy, and theology must have been oriented to humanity problems. They are already completed with natural phenomena, social and cultures which have been always develop. We hope that Islamic studies won't miss actuality which has been released from humanity dimensions. Key words: faith, monotheism, practices, good deeds, social harmony

Pendahuluan "eks atau nash dengan sarana jajaran huru/0huru/ yang dengannya melahirkan makna adalah alat menyam#aikan maksud dan tujuan. 1alam situasi komunikasi, yaitu dalam tindak sosial, teks menjadi sumber 2a.ana yang selalu melibatkan bebera#a kom#onen. +om#onen tersebut meli#uti* #enyam#ai #esan, yaitu #embi.ara atau #enulis, #enerima #esan, #endengar atau #emba.a, makna #esan, sebagai isi yang disam#aikan #enyam#ai, kode yang beru#a lambang0lambang kebahasaan, saluran yang beru#a sarana, dan konteks. +onteks men.aku# #osisi tem#at dan 2aktu di mana #eristi2a komunikasi itu terjadi. 3e.ara teoritis, ada dua kesatuan bahasa yang #erlu diketahui, yaitu #ertama, bahasa yang abstrak yang digunakan dalam #engajaran bahasa untuk mengetahui /ungsi atau aturan0aturan kebahasaan bekerja. +edua, yang digunakan untuk berkomunikasi. Menurut #ara ahli bahasa, #ermasalahan kebahasaan tidak .uku# hanya diselesaikan dengan #endekatan linguistik saja, teta#i memerlukan #ertimbangan0#ertimbangan nonlinguistik. 4ertimbangan nonlinguistik itu meli#uti konteks #er.aka#an, tindak tutur, #rinsi# inter#retasi lokal, #rinsi# analogi dan lain sebagainya. %

5da#un unsur0unsur konteks yang #erlu di#ertimbangkan di antaranya adalah to#ik #embi.araan, latar #eristi2a dan kode 67ani, (!!'* %8(0%89:. ;leh +arena itu, <homsky mengenalkan konse# deep structure dan surface structure. Deep structure adalah struktur batin yang berhubungan dengan /enomena kebahasaan se.ara umum. 1inamakan batin karena ia melihat unsur bahasa yang dari dalam, tidak nam#ak. 3edangkan la2annya adalah surface structure, unsur luar atau #ermukaan. Batin dan bagian luaran identik dengan isi dan bentuk dalam stile. 3truktur lahir adalah 2ujud bahasa yang konkret, yang da#at diobservasi. Ia meru#akan suatu bentuk #er2ujudan bahasa #er/ormansi kebahasaan. 1i #ihak lain, struktur batin meru#akan makna abstrak dari suatu kalimat atau bahasa yang disam#aikan. Ia meru#akan struktur makna yang ingin diungka#kan 6Fo2ler, %88&* ':. 1engan demikian, bentuk struktur lahir da#at saja di#andang sebagai teknis #enyam#aian belaka, yaitu teknik #engungka#an dari struktur batin. 3truktur batin yang sama da#at diungka# dalam berbagai bentuk struktur lahir. 3e#erti halnya menganalisis 2a.ana, untuk mengerti maksud sebenarnya dari #enutur atau #enulis, #enerima atau analis #erlu memahami bebera#a /aktor non linguistik di atas. Faktor0/aktor tersebut dalam studi 2a.ana dikenal dengan #rinsi# presupposition, im#likatur, in/erensi, dan missing link in/erensi. Mengenai teks atau bebera#a norma yang di#ahami sebagai doktrin yang ada dalam ajararan0ajaran keagamaan, baik itu yang ber.orak teologis 6Ilmu +alam:, hukum Islam 6/i=ih:, mau#un tasa2u/, semuanya dalam kategori Ibnu +haldun termasuk ilm al na l, kalau di#ahami se.ara keliru, tentu berakibat tidak baik 6+artanegara, (!! * sosial. Masalah inilah yang akan diskusikan oleh #enulis #ada artikel ini. Bukan untuk maksud mendangkalkan keyakinan dan sika# keberagamaan kita, namun justru demi menem#atkan sika# keberagamaan itu #ada #osisi yang benar dan #ro#orsional. +eyakinan terhada# suatu ajaran agama sudah tentu sangat #ersonal0subjekti/. Ia su.i, sakral, dan tidak da#at diganggu. Namun keyakinan sema.am itu jangan sam#ai membuat anti#ati dan tidak ada toleransi terhada# keyakinan yang dianut orang lain, dan juga tidak se#atutnya membuat si #emeluk teramat /anatik terhada# ke#er.ayaan subjekti/nya sendiri hingga buta terhada# kebenaran yang mungkin juga ada #ada keyakinan orang lain. Pengert an Il!u Kala! ( 0 &:. >/ek kekeliruan itu bukan hanya menjadikan chaos!personal, teta#i bisa juga se.ara

3ebagai sebuah disi#lin keilmuan, ilmu kalam baru mun.ul setelah Islam yang #ada a2al kelahirannya lebih menekankan #ada amal kebajikan dengan orientasi kemaslahatan umat tan#a teori dan konse# #emikiran yang rumit berhada#an se.ara langsung dengan tradisi dan adat kebiasaan tertentu yang membutuhkan #enjelasan rasional untuk sebuah tindakan tertentu. Ilmu kalam ini, sebagai sebuah disi#lin keilmuan di masa Nabi dan +hula/aur 7asyidin belumlah lahir, karena umat relati/ terkendali dan alam #emikiran luar belum begitu nam#ak mem#engaruhi sika# dan #emikiran kaum muslimin. 1isam#ing itu, Islam saat itu lebih mengutamakan amal #raktis dari#ada teori. Ilmu kalam terbukti sebagai disi#lin keilmuan #ertama dalam Islam yang mengado#si sistem #emikiran /ilsa/at ?unani. ;leh karena itu, sebelum ingin mengetahui lebih jauh tentang /ilsa/at, dalam konteks amal ubudiyah Islam, sebaiknya belajar lebih dulu ilmu kalam. 4enda#at demikian ini setidaknya bisa dirujuk dari tahun kelahiran #ara /iloso/ muslim sema.am al +indi 62. ('!H:, al Farabi, Ibnu 3ina dan lainnya yang lebih dahulu ada jika dibanding dengan #ara tokoh ilmu kalam se#erti Hasan Bashri 6&($ M.:, @ashil bin 5thoA 6%)% H.:, 5mr bin Ubaid 62. %9) H:, 5bu HudBail al 5lla/ 6%$ H.:, Ibrahim al Nadham 6((% H.: dan tokoh0tokoh lainnya. Ilmu +alam tidak lain adalah tauhid atau akidah. Ia meru#akan ilmu #okok dan dasar yang amat #enting dalam beragama. +arena itu, Ilmu +alam dinamakan juga ushuluddin. 4ada buku0buku #elajaran tingkat madrasah tsanawiwah dan aliyah untuk materi yang berbi.ara tentang ketauhidan atau akidah ini biasanya tertulis akidah akhla=, akidah Islam atau a=idah tasa2u/. 1inamakan akidah karena ilmu ini adalah hukum yang mengikat #ikiran dan hati #emeluk Islam agar ter/okus dalam setia# aktivitasnya, baik duniawi mau#un ukhrawi, #ada satu tujuan yaitu ketuhanan, transendetalisme 6"habathabaAi, %88% dan M. I=bal, %8$%* :. 3ementara dinamakan akhlak dan tasa2u/ karena #ada dasarnya manusia hidu# di dunia ini harus semaksimal mungkin menera#kan etika demi ketenangan dan ketertiban sosial. Belajar akidah adalah belajar untuk bisa berakhlak se#erti akhlak "uhan yang memiliki si/at adil, melindungi, konsisten dan juga demokratis. 3emua orang berada dalam #osisi yang amat dekat dengan "uhan, dalam artian dilindungi dan disayangi tan#a #andang bulu selama ia teta# menjunjung etika dan berakhlak karimah 6al 3yaArani, "t* 9(:. ;leh karena itu, ilmu ini #enting demi untuk ter#eliharanya tatanan kehidu#an sosial yang baik dan su#aya terus bertambah baik. 1isam#ing itu juga usaha untuk mem#erluas .aku#annya hingga menyentuh as#ek riil kehidu#an sosial budaya )

masyarakat #erlu terus diaktualkan, sehingga orang benar0benar beragama, dalam arti nilai agama menjadi ruh yang memberi s#irit dalam setia# aktivitas keseharian mena2arkan #emikiran keislaman yang demikian berarti mem#rioritaskan #raksis dari#ada teori semata. 4emikiran ini tidak memiliki ke#entingan atas ideologyCmaBhab tertentu, teta#i hanya memiliki ke#entingan atas manusia itu sendiri yang tidak lain adalah alat untuk #erubahan sosial budaya 6Hana/i, (!! * % )0% 9:. 3e.ara /ormal, obyek #embi.araan ilmu kalam adalah 2ujud "uhan, si/at0si/at yang mesti 62ajib:, mungkin 6jaiB:, mau#un yang mustahil ada #adaNya. Membi.arakan tentang 7asul0rasul "uhan, si/at0si/at yang ada #ada #ara rasul, baik yang 2ajib, mungkin, mau#un yang mustahil ada #ada mereka. 5da juga yang mengatakan bah2a ilmu kalam adalah ilmu yang membi.arakan bagaimana meneta#kan ke#er.ayaan0ke#er.ayaan keagamaan dengan bukti0bukti yang meyakinkan. Menurut Ibnu +haldun, ba#ak sosiologi dunia, se#erti yang dikuti# 5hmad Hana/i dalam buku Theologi Islam, ilmu kalam adalah ilmu yang menguraikan alasan0alasan untuk mem#ertahankan ke#er.ayaan0ke#er.ayaan dengan menggunakan dalil0dalil #ikiran dan berisi bantahan terhada# orang0orang yang menyim#ang dari ke#er.ayaan yang dianut #ara golongan 3ala/ dan 5hlussunnah. 6Hana/i, %8&9* ):. Merujuk bebera#a sumber yang memuat materi ketauhidan dan akhla Islamiyah, meski#un tidak menyebutkan #engertian ilmu kalam se.ara de/initi/, da#at diambil #engertian bah2a ilmu ini berarti adalah ilmu yang #embahasannya berkisar #ada #ersoalan ke#er.ayaan0ke#er.ayaan di atas, yaitu ke#er.ayaan tentang 5llah dan si/at0si/atNya, tentang #ara 7asul dan juga si/at0si/atnya. 1emikian juga ke#er.ayaan terhada# berita0berita 6sam'iyat: yang diba2a kitab su.i dan nabi se#erti alam ghaib, hari akhir, kebangkitan, dan alam akhirat. Untuk menjelaskan se.ara rasional semua keyakinan keagamaan ini, #ara ahli kalam mengado#si sistem #emikiran ?unani, dan sejak saat itu mereka menyebut ilmu tersebut sebagai ilmu kalam. +onsekuensinya, dengan .ara dan sistem #emahaman yang berbeda, makna dan #engertian untuk hal0 hal tertentu juga berbeda. 3ementara itu, Imam 5bu Hani/ah untuk menyebut kitab anggitannya yang menjelaskan materi0materi ke#er.ayaaan keagamaan di atas menyebutnya dengan al "i h al #kbar, sebagai imbangan dari al fi h fi al ilm atau ilm al anun 6ilmu hukum: Ilmu tentang ke#er.ayaan agama ini menurutnya lebih utama dari#ada ilm al $anun 6Hana/i, %8&9* 9:. Istilah lain yang digunakan untuk ilmu kalam adalah "eologi Islam 6Islamic Theology:. 4emakaian kata teologi da#at dibenarkan dari segi etimologis mau#un 9

#raksisnya. 3e.ara etimologis, theos artinya "uhan dan logos berarti ilmu, science, atau discourse. 1engan demikian ilmu kalam atau teologi adalah ilmu tentang ketuhanan, yaitu suatu disi#lin yang berbi.ara tentang "uhan dari segala segi yang berarti juga berhubungan dengan alam dan manusia. "eologi bisa juga tidak ber.orak agama, teta#i meru#akan bagian dari /ilsa/at 6philoshophical theology% atau /ilsa/at ketuhanan. "eologi ber.orak agama karena ia meru#akan intellectual expression of religion, #enjelasan yang bersi/at #enalaran untuk #ersoalan0#ersoalan keagamaan. ;leh karena itu, untuk membatasi la#angan #embi.araannya, biasanya dibubuhi kuali/ikasi tertentu, se#erti "eologi +risten, "eologi +atolik, "eologi ?ahudi, atau "eologi Islam. Bahkan untuk kuali/ikasi yang lebih terbatas bisa kita temukan istilah "eologi tanah, "eologi #embebasan, "eologi 3ejarah dan lain sebagainya. Da#angan #embi.araan teologi memang meli#uti bidang yang amat luas, namun #engertian yang umum tidak lain adalah Ethe science wich treats of the fact and phenomena of religion, and the relation between &od and manE. 3uatu ilmu yang berbi.ara tentang kenyataan0kenyataan dan gejala0gejala 6sosial kemasyarakatan: yang berhubungan dengan keagamaan, yaitu yang berhubungan dengan "uhan dan Manusia 6Hana/i, (!! * 80%9:. 4enjelasan dari sebuah #emikiran keagamaan da#at dilakukan dengan jalan #emikiran logis dan rasional, berdasarkan #ada #enyelidikan ilmiah, mau#un berdasarkan #ada 2ahyu yang tentunya juga melibatkan #emikiran meski#un tidak dominan dan meski#un masing0masing ayat #ada al Furan. 4ara tokoh yang terjun di bidang ilmu ini disebut sebagai 'utkallimun, yaitu ahli ilmu kalam. +elom#ok ini biasanya diangga# sebagai golongan yang berdiri sendiri yang menggunakan akal #emikiran rasional dalam memahami nash!nash al Furan mau#un dalam mem#ertahankan ke#er.ayaan0ke#ar.ayaannya. Mereka berbeda dengan #ara ulama salaf 6ahlul hadits: yang terkesan tekstual dalam menera#kan teks0teks keagamaan. Begitu juga berbeda dengan #ara #enganut tasa2u/ yang seringkali mendasarkan #engetahuan kassyaf 6ma'rifah: atau #engalaman batin untuk mena/sirkan teks0teks bahkan /enomena alam. Meski#un sebagai kelom#ok #ertama yang mengado#si #emikiran /ilsa/at ?unani, #ara 'utakallimun berbeda dengan #ara /iloso/ yang berguru se#enuhnya ke#ada #ara /iloso/ ?unani. Meski#un demikian, dalam hemat #enulis, tidak ada sebuah #enda#at atau #emikiran yang murni hasil #emikiran rasional dan #erenungan ilmiah saja. 1emikian juga tidak ada yang murni hasil intuisi, buah dari kontem#lasi yang ber2ujud wangsit atau 2ahyu. 3emua doktrin dan ajaran sudah melalui jalur transmisi akal rasional, baik dari a2al

inter#retasi terhada# sebuah teks atau /enomena mau#un dalam metode #enyam#aian 6rumusan: dari hasil ta/sir tersebut. 5llah dalam /irmanNya memang banyak menganjurkan #enggunaan akal dalam memahami sesuatu dan juga untuk menghada#i sesuatu. Maka ketika banyak golongan yang mengingkari agama dan adanya "uhan, mengingkari diutusnya #ara Nabi beserta ajaran yang diba2anya, dan adanya sekelom#ok elit #enguasa yang menyalahgunakan 2e2enang dengan menyandarkan segala kebijakannya yang menindas #ada alasan EkehendakE "uhan, mereka yang berusaha mengajak ke#ada kebenaran dan kemaslahatan tentunya juga dituntut kerja keras untuk mengajak kembali ke#ada sumber yang a2al dalam Islam 6al Furan: dengan akalnya untuk menghada#i #ara #engingkar dan #elaku #enyalahgunaan 2e2enang 6#olitisi: dengan Gmemba(ak) dalil. 1alam sejarahnya, /aktor #olitik lebih dominan andilnya dalam mengembangkan ilmu kalam. 3ejak masa Mua2iyah yang mendukung teologi jabari hingga al0Makmun yang mengekor #ada #emikiran rasional golongan 'ukta*ilah, bahkan menjadikannya sebagai ma*hab resmi kerajaan. Bila ditelusuri lebih jauh, hingga soal suksesi ke#emim#inan #as.a 2a/atnya Nabi atau juga klasi/ikasi sekte0 sekte +unni dan 3yiAi #as.a ,hulafaur -asyidin sebenarnya juga #ersoalan #embagian 2ilayah kekuasaan. 1isam#ing /aktor ini, ada /aktor eksternal yang melatarbelakangi #asang0surut #erkembangan ilmu kalam, yaitu banyaknya mualla/ dari #emeluk ?ahudi dan Masehi yang membutuhkan #enjelasan ilmiah dari a#a yang disaksikan, dan juga kaum 'ukta*ilah yang sungguh0sungguh membutuhkan #emikiran dan #enjelasan rasional ala ?unani untuk menghada#i la2an0la2an ideologisnya dari kaum non0muslim yang telah lebih dulu menyera#nya, dan juga untuk menghada#i sesama muslim yang .ondong #ada #emahaman yang tekstualis. ;leh karena itu, melihat /aktor0/aktor yang menyebabkan lahirnya ilmu kalam di atas, tidak benar bila ada angga#an bah2a ia lahir murni dari ajaran Islam tan#a keterlibatan /aktor lain di luarnya. 1emikian juga tidak benar bila ia diangga# bukan suatu disi#lin keislaman hanya karena adanya /aktor0/aktor yang datang dari luar, yaitu /ilsa/at. 4remis ini da#at dijadikan antaran untuk memahami bagian berikut yang menjadi maksud utama #enulis dan sekaligus menjadi inti dari tulisan ini. 5rtinya, yang dikatakan sebagai doktrin yang mengikat, mestinya dilihat lebih dulu latar sosial a#a yang memi.u, sehingga tradisi dan budaya kaum muslim terus berkembang sebagai sunnatullah yang tidak bisa dihindari. 4erkembangan dan #erubahan itu mestilah terjadi #ada kehidu#an yang memang tidak statis ini. '

Do"tr n Kala! yang Fungs onal 3ayyid 5bdul @ahhab al 3yaArani, dalam 'i*an al ,hadiriyyah mengatakan bah2a setia# ajaran atau doktrin 6tentunya di bidang a#a saja* +alam, "asa2u/, atau Fi=ih: dari seorang #lim #ada ma*hab tertentu yang diyakini bersandar #ada ketentuan +yari'at Islam 6Hukum 5llah: tidak di#erintahkan se.ara 2ajib untuk mengikutinya dengan ke/anatikan buta ke#ada satu maBhab itu saja. Mengikuti satu maBhab atau bertaklid #ada #enda#at tertentu tidak lain hanyalah anjuran 6tathawwu' dan ikhtiyar: karena #enda#at tersebut lebih mudah di#ahami dan diangga# sebagai sika# yang lebih berhati0hati. Ia menegaskan hal ini dengan menguti# #enda#at Imam 5bu Hani/ah yang mengatakan 65l 3yaArani, "t* 99:. E3uatu ajaran yang datang dari 7asulullah akan kami ikuti dengan se#enuh keyakinan, dan yang datang dari sahabatnya akan kami #ilih 6yang lebih kuatCbenar: untuk kami ikuti. 3edangkan yang datang dari selain itu 6kami berke2ajiban mentar(ih: karena kedudukan mereka samaE. Imam 5bu Hani/ah memang dikenal lebih banyak menggunakan #enalaran rasional dalam banyak #enda#atnya tentang /i=ih, sehingga ia diangga# sebagai ahlu al ra'yi, yang lebih banyak mendahulukan akal dari#ada 3unnah Nabi. Namun sebenarnya tidak demikian, karena #ernah suatu saat diajukan #ertanyakan ke#adanya bagaimana seandainya ada #enda#at 5bu Bakar atau Umar Ibnu +hattab tentang suatu hal, a#akah ia masih melakukan i(tihad untuk soal yang sama. 3ang Imam menja2ab, E+alau#un ada #enda#at Utsman Ibnu 5//an atau 5li Ibnu 5bi "halib, saya akan mengikuti #enda#at mereka.E 5rtinya, Imam 5bu Hani/ah tidak anti Hadits bahkan atsar sahabat sekali#un, ia hanya meragukan kevalidannya sebagai amal yang dilakukan nabi atau #ara sahabatnya itu. +asus yang ham#ir sama terjadi #ada kita di sini untuk studi0studi keislaman, baik yang berhubungan dengan ilmu kalam, tasa2u/, bahkan juga /i=ih Islam yang tentu semuanya bermula dari ta/sir terhada# nash!nash al Furan mau#un Hadits Nabi. 5rtinya, #erbedaan yang menimbulkan anga#an bah2a sekelom#ok orang tidak ber#egang #ada kedua sumber #okok ajaran Islam itu hanya #ada level #ena/siran atau mengambil makna dari a#a yang tertulis saja, bukan meragukan al Furan atau Haditsnya. 1alam kasus ilmu0ilmu keislaman kini, as#ek0as#ek kesejarahan #ada ilmu0ilmu tersebut kurang begitu menda#at #erhatian dari #ara ilmuan, bahkan juga dari #ara ahli agama sendiri. Ilmu0ilmu itu nam#aknya dikategorikan sebagai ilmu yang imun, kebal, tidak da#at dikaji ulang, diuji dan mungkin dibatalkan &

keabsahannya. Ini semua, lanjutnya, terjadi karena as#ek0as#ek historis0em#iris sangat dikaburkan, bahkan tidak jarang di.am#ur0adukkan dengan as#ek0as#ek normati/ dari kesalehan sam#ai mun.ul suatu angga#an bah2a ilmu0ilmu itu sama dengan 2ahyu itu sendiri 65bdullah, (!!'* !:. 4ada dasarnya, semua kom#onen ilmu0ilmu keislaman adalah masuk dalam ka2asan ran.ang0bangun yang tidak le#as dari as#ek kesejarahannya. Inilah yang ditegaskan oleh 5min 5bdullah sebagai Islam!.istoris. Bangunan #engetahuan tersebut semula dirintis dan di/ormulasikan oleh tokoh0tokoh yang hidu# #ada masa tertentu dengan di#engaruhi oleh #roblem dan tantangan yang nyata dalam konteks Baman itu. 4roblem dan tantangan itu, dari masa ke masa, dari satu 2ilayah ke 2ilayah yang lain akan berbeda dan se.ara alamiah konstruksi ilmu #engetahuan yang mendasarinya akan menjadi terbuka untuk diuji ulang, diteliti, dan akhirnya dirumuskan lagi oleh ilmuan #ada kurun 2aktu yang lain, sebagai konsekuensi dari sebuah disi#lin keilmuan yang menuntut si/at em#iris, sistematis, obyekti/, analitis dan veri/ikati/ 63urajiyo, (!!&* 8:. 3etia# ilmu, baik itu ilmu alam, humaniora, sosial, agama atau ilmu0ilmu keislaman, dari #ers#ekti/ /ilsa/at ilmu harus di/ormulasikan dan dibangun di atas teori0teori yang berdasarkan #ada kerangka metodologi yang benar. 1ari sudut #andang ini, teori0teori sebagai 2ujud eks#resi intelektual tidak ada yang bersi/at sakral dan dogmatik. Debih jauh lagi, teori0teori yang sudah ma#an itu tidak da#at dijadikan sebagai garansi kebenaran untuk situasi dan tem#at yang berbeda. +ena#a, sebab anomali0anomali, #emikiran0#emikiran, kenyataan0kenyataan yang berbeda da#at saja terjadi #ada teori0teori yang sudah diangga# #aten tersebut. 1isam#ing alasan ini, adalah kenyataan bah2a, ilmu #engetahuan atau teori itu tidak tumbuh dalam kevakuman, lebih0lebih doktrin sosial0keagamaan yang dalam hal ini ilmu kalam. Ia jelas di#engaruhi oleh .ita rasa sejarah, sosial, dan #olitik. +arena itu, sering ditemukan #enda#at yang berbeda #ada tokoh yang #ada sisi ideologis menganut ma*hab yang sama, demikian juga #ada generasi yang diangga# berhubungan langsung sebagai guru dan murid. Misalnya 5bu HudBail al 5lla/ dan Bisri al Mustamir dari MuAtaBilah, 5syAari dan Maturidi dari 3unni, dari kelom#ok teolog, atau 5bu Hani/ah sebagai #endiri maBhab Hana/i dan /lama .anafiah sebagai #elanjut #emikiran 5bu Hani/ah dalam bidang /i=ih Islam. 1emikian juga Imam 3ya/iAi sebagai #endiri maBhab 3ya/iAi dengan /lama +yafiiyah sering ditemukan #enda#at yang tidak sama dengan bangunan dasar maBhab #erintisnya. $

1alam hal ini, tidak da#at di#ungkiri bah2a teori0teori ilmu #engetahuan, atau#un doktrin sosial keagamaan hanyalah suatu #roduk, hasil #emikiran dan karya manusia. ;leh karena itu ia bisa saja bersi/at terbatas oleh adanya kondisi #eristi2a0 #eristi2a kesejarahan yang melingku#inya. 1engan kata lain, teori, #aradigma, eks#resi intelektual, re/leksi /iloso/is0religius, semuanya berada dalam lingku# kesejarahan yang berkaitan dengan situasi, asumsi, ke#entingan, dan konteks sosial0 budaya tertentu 65mi.o, %8$8* Hi:. Berdasarkan #ertimbangan0#ertimbangan di atas, agar terhindar dari #engulangan materi0materi studi yang statis, sakralistik, dan dogmatik, #enera#an /ilsa/at ilmu untuk diskusi ilmu0ilmu keislaman saat ini haruslah dilakukan. 4ertimbangan lain, /ilsa/at ilmu sangat terkait dengan sosiologi ilmu #engetahuan, dan kedua .abang ini tam#aknya kurang begitu menda#at tem#at yang layak dalam tradisi ilmu0ilmu keislaman yang telah diangga# baku. 1alam bingkai #emahaman metodologis sesuai tuntutan /ilsa/at ilmu yang diintegrasikan dengan #emahaman sosiologi ilmu yang te#at, sia#a#un akan menyadari bah2a semua teori, #rinsi#, hukum atau kerangka kerja dalam ilmu0ilmu keislaman da#at saja salah, dan oleh karenanya bukan suatu kesalahan kalau ditashih dan dikoreksi ulang. "an#a mengurangi keta0dhiman, rasa hormat ke#ada ulama salaf, sebenarnya bukanlah suatu hal yang dilarang bila koreksi dilakukan terhada# buah #emikiran mereka, karena Islam dalam sumbernya yang #okok memang menganjurkan #engamatan se.ara langsung dan terlibat, baik dengan #enelitian0 ilmiah, #erenungan akal0#emikiran, mau#un re/leksi /iloso/is0religius, yaitu dengan jalan kassyaf!ilahiyah. Ilmu0lmu keislaman yang telah disinggung di atas, kalau#un diteliti dan dikaitkan dengan 2a.ana /ilsa/at ilmu serta dihubungkan dengan sosiologi ilmu #engetahuan, untuk melihat /enomena keberagamaan masyarakat muslim haruslah menggunakan bebera#a #endekatan, yaitu linguistik0historis, teologis0/iloso/is, dan sosiologis0antro#ologis. +etiga model #endekatan ini meru#akan suatu #endekatan yang multidimensi dalam mem#elajari ilmu0ilmu keislaman sebagai suatu entitas yang utuh. Memadukan ketiga #endekatan tersebut ke dalam satu #andangan akademik yang integrated akan membuat #engkaji atau sia#a#un yang belajar dengan sungguh0 sungguh lebih tangga# terhada# dimensi sosial0antro#ologis dalam keagamaan. 3ementara dalam 2aktu yang bersamaan ia juga akan mem#erhatikan as#ek0as#ek /iloso/is dan /enomenologis, sekaligus mem#ertimbangkan juga #roblem0#roblem linguistik dan /ilologis dalam tradisi keilmuan Islam 65bdullah, (!!'* '):. 8

4ada dasarnya, ketika sebuah gagasan #emikiran atau ide yang tertuang dalam sebuah #ernyataan verbalis yang menjelama menjadi suatu keyakinan atau G#agar keimananI massa yang didasarkan #ada #ernyataan tersebut, kemudian diamalkan dan dio#erasionalkan di tengah kehidu#annya akan mun.ul berbagai ma.am #emahaman dan inter#retasi. Imam al Fusyairi #ernah mendokumentasikan bebera#a ajaran yang berkaitan dengan ajaran0ajaran tasa2u/ dalam al -isalah al $usyariyah. 1emikian juga Ibnu 7usydi mendukumentasikan bebera#a model #emahaman yang berkaitan dengan hukum Islam 6Fi=ih: dalam karyanya 1idayah al!'u(tahid wa 2ihayah al 'u tashid. 3e.ara sosiologis, ketika sebuah #emahaman keagamaan yang #ada a2alnya bersi/at individu itu menjadi #emahaman sebuah kelom#ok, lalu terorganisasi dalam suatu #erkum#ulan terjadilah sebuah #roses sosialisasi, saling #engaruh mem#engaruhi untuk menambah #engikut, menda#atkan tangga#an dan res#on dari kelom#ok lain. 1engan demikian, tidak mustahil terjadi #ertentangan dan kon/lik jika #emikiran yang tersebar itu menyentuh ke#entingan lain se#erti budaya, agama, atau bahkan ekonomi. 1engan #emahaman sosiologis sema.am itu, da#at di#astikan bah2a debat dan #ergumulan #emikiran antar berma.am teori yang diajukan oleh berbagai #en.etus mau#un #enentangnya itu bukan lagi agama sebagaimana asalnya. 1i sini, tidak di#ungkiri adanya .am#ur tangan logika atau akal #ikiran yang disumbangakan #ara ilmuan dan .endik0.endekia dengan keunggulan dan kekurangannya masing0 masing. Itulah kena#a Imam al GaBali teta# mengakui kebenaran yang terkandung dalam ajaran0ajaran /ilsa/at meski#un ia tidak se#enuhnya setuju dengan #ara /iloso/. <etusan demikian ia lontarkan se.ara eks#lisit dalam 'a asid al "alasifah sebagai mu=addimah untuk karya berikutnya, yaitu Tahafut al "alasifah yang berisi kritikan terhada# model #emikiran /ilsa/at yang s#kulati/ 65l GaBali, %8'!* %$:. 5nalisa yang kritis terhada# suatu #emikiran yang menghasilkan sebuah klausul hukum sebagai #ijakan, baik dalam 2ujud ritual #eribadatan mahdo mau#un aktivitas sosial akan menemukan titik relevansi jika melihat #erkembangan sebuah teori yang sebagaimana diketahui melalui #en.akokan dan #engayaan dengan berbagai disi#lin ilmu yang lahir seBaman atau yang mun.ul belakangan, se#erti linguistik, semiotik, hermeneutik, cultural studies dan lain sebagainya. ;leh karena itu, #erlu di#ertegas bah2a aturan0aturan #arsial yang berbi.ara se.ara detil mengenai hukum, dari sumber a#a saja, bahkan dari ayat0ayat al Furan, yang dalam hal ini ayat0 ayat 'adaniyah #erlu dikritisi, karena ia bisa saja dinasakh oleh ayat0ayat yang lain. Namun untuk hal0hal yang berisi #rinsi#0#rinsi# universal dan /undamental, se#erti %!

keadilan, kebaikan, kesabaran dan lain sebagainya tidak #erlu ada keraguan bah2a ia akan teta# relevan 6Masud, %8$9* (! 0(!':. 1alam #ada itu, melihat #raktik kehidu#an sosial masyarakat muslim dalam kaitannya dengan keilmuan Islam saat ini, masyarakat muslim terbagi dalam tiga kategorial, yaitu 4ertama, 2ilayah #raktik keyakinan dan #emahaman 2ahyu yang telah diinter#retasikan oleh #ara ulama, tokoh #anutan yang ahli di bidangnya. @ilayah ini lebih mengutamakan amaliyah #raktis dari#ada klasi/ikasi sahih tidaknya suatu sumber sebagai dasar #ijakan keberagamaannya. +arena itu, #ada kelom#ok ini kurang begitu di#erhatikan antara yang asli agama dan #roduk tradisi atau budaya lokal. 4ada dasarnya Islam lebih mengutamakan ini, selama keimanan sudah menjadi dasar untuk semua akti/itas, maka niat sudah se.ara otomatis harus Dillahi "aJala. Barangkali tidak salah kalau sedikit mengado#si #ara #engikut +hinto yang tidak mau membi.arakan "uhan atau a#a saja namanya yang berkaitan dengan "uhan, karena bagi mereka semuanya tidak da#at digambarkan, tidak da#at di.eritakan dan tidak da#at diuraikan. Mereka tidak ingin membahas agama, mereka ingin mem#raktikkannya 67ahmat, (!!9* ((:. Hal seru#a ada juga dalam ajaran tasa2u/, di mana dengannya orang dituntun su#aya tidak hanya banyak membahas tentang ketuhanan saja, teta#i juga banyak beribadah atau beramal nyata yang berman/aat bagi kehidu#an. +edua, 2ilayah teori keilmuan yang diran.ang dan disusun sistematika dan metodologinya oleh #ara ilmuan yang sesuai di bidang kajiannya masing0masing 6kalam, /i=ih dan tasa2u/:. 5#a yang ada dalam 2ilayah ini sebenarnya adalah teori0 teori #engetahuan Islam yang diabstraksikan baik se.ara dedukti/ dari nash!nash atau se.ara indukti/ dari #raktik0#raktik kehidu#an sosial masyarakat muslim di se#anjang sejarah kehidu#an #eradabannya. 5da#un yang ketiga, dalam hidu# keberagamaan yang dihubungkan dengan ilmu #engetahuan itu adalah telaah kritis atas berbagai teori yang telah terumus se.ara ma#an. 1oktrin kalam misalnya, atau tasa2u/, didialogkan dengan teori0teori yang berlaku #ada 2ilayah lain, ulum al $uran, ulum al .adits dan lain sebagainya. 4ada kelom#ok ketiga ini, mungkin juga akan mendialogkan ilmu0 ilmu keislaman itu dengan disi#lin di luar keilmuan agama se#erti ilmu alam, ilmu budaya, dan ilmu sosial: 5bdullah, (!!'* &(0&9:. Islam sebagai agama memang sudah sem#urna, teta#i sebagai budaya ia akan terus hidu# dan berkembang 6a living culture:. +onsekuensinya ia akan terus memiliki vitalitas, daya kreati/ dan ada#tasi yang luar biasa selama #engikutnya mau dan mam#u melakukan i(tihad!i(tihad yang a#likati/. 1alam #erjalanan sejarahnya, %%

terbukti dari sumber yang #rimer al Furan dan 3unnah Nabi #ara ulama dan .erdik #andai mengembangkan sistem dan #ola #ikir yang sesuai dengan minat dan #otensinya masing0masing dalam interaksi budaya yang included. ;leh karena itu, #ada #osisi yang terentang jauh dari masa a2al turunnya sumber kehidu#an Islam 6masa Nabi:, menjadi kenis.ayaan untuk memahami Islam dengan baik seseorang harus mengetahui dengan baik #ula seluk0beluk dan #ernak0#ernik dalam cluster keilmuan IslamK kalam, /i=ih, tasa2u/ dan juga /ilsa/at, selain al Furan dan 3unnah tentunya. +eem#at cluster keilmuan Islam di atas tersebar luas dalam rentang budaya dan #eradaban masyarakat muslim sejak masa skolastik0klasik hingga saat ini dengan .iri dan keunikannya masing0masing. Ilmu kalam yang dikenal sebagai pokok agama 34ushuluddin4% lebih menekankan #ada as#ek #embenaran dan #embelaan akidah se.ara kurang kom#romistis, sehingga ia memiliki .orak yang bersi/at keras, tegas, agresi/, de/ensi/ dan mungkin a#ologis. Fi=ih lebih banyak mengatur hubungan manusia dengan "uhan dalam konteks ibadah mahdo se#erti shalat, Bakat, #uasa, haji. 4engaturan ini juga merambah #ada 2ilayah lain dalam hubungan manusia dengan sesama se#erti nikah, dan berbagai muamalah lainnya. 1emikian juga mengatur hubungan manusia dengan lingkungan atau alam sekitarnya. Filsa/at lebih menekankan as#ek logika dalam #emikiran keislaman. Jika kalam dan /i=ih lebih menekankan #ada nash0nash, maka /ilsa/at berangkat dari #remis0#remis logis yang bersemayam dibalik nash. 1engan kata lain, jika yang #ertama dan kedua lengket dengan teks, yang ketiga lebih #ada #en.arian makna, substansi, dan esensi dari #esan0#esan yang tersirat setelah melalui #roses inter#retasi. 5da#un tasa2u/ yang dikenal sebagai Islam mistik lebih menekankan #ada unsur dalam 6esoterik:, yaitu as#ek s#iritualitas batiniyah. "asa2u/ ini mun.ul sebagai reaksi terhada# menyatu #adunya #ola #emikiran kalam dan /i=ih yang diangga# kering dan terlalu /ormal, disam#ing juga res#on atas #ola #emikiran /ilsa/at yang terkesan mengutamakan akal dan mengesam#ingkan #enghayatan keji2aan 6d*augh, alb:. +eem#at cluster keilmuan Islam itu, 2alau#un berasal dari sumber yang sama, al Furan dan 3unnah Nabi, dalam sejarah #erkembangan #eradaban Islam mengembangkan 2ilayah dan .itra keilmuannya sendiri0sendiri. Begitu /anatismenya #ara #raktisi keilmuan terhada# disi#lin keilmuan yang ditekuni, #ernah suatu masa terjadi #ertentangan yang begitu keras sehingga terkesan keem#atnya berasal dari sumber yang berbeda. Hal itu terjadi karena klaim su#remasi dan keunggulan kebenaran inter#retasi satu disi#lin ilmu atas yang lain. Begitu kerasnya #ertentangan %(

itu, tidak jarang hingga melahirkan vonis0vonis negati/ se#erti bid'ah, murtad, mulhid dan sebagainya, di mana hal itu sebenarnya di#i.u oleh #ersoalan non0agama, karena ingin merebut sim#ati massa atau untuk da#at lebih jauh masuk ke dalam #usaran #olitik dan sistem #emerintahan yang berkuasa. "er.atat dalam sejarah tokoh0tokoh yang mengalami nasib tragis karena #ersoalan di atas, se#erti 5hmad Ibnu Hanbal, al Hallaj dan 3uhra2ardi al Ma=tul 6Utsman, (!!(* 990 :. 4asang surutnya disi#lin keilmuan di atas tam#aknya tergantung #ada konteks sosilal budaya dan #ergumulan sosial0#olitik umat Islam #ada suatu masa dan 2ilayah tertentu. @alau#un dalam Islam tidak ada lembaga yang memiliki otoritas tertinggi 6lembaga ortodoksi: untuk kebenaran #ena/siran dari sumber #okok ajaran Islam, namun sudah #asti inter#retasi yang dekat bahkan mungkin mendukung stabilitas sosial0#olitik akan menda#at sokongan dari #emerintah atau kelom#ok yang berkuasa 63aleh, (!!9* &80 $(:. Bahkan ada juga suatu maBhab teologis yang sangat eklektik dalam artian /leksibel tidak terkungkung dengan suatu aliran tertentu hanya demi untuk kemaslahatan. Fi=ih yang dikesankan rigid #un ternyata begitu berhada#an dengan situasi tertentu amat toleran dan mengakui adanya kebenaran #ada suatu ajaran yang #ada saat yang lain diyakini salah. Mengenai toleransi ini, ada .ontoh dari tokoh 5hli 3unnah. 1ikisahkan bah2a 5bu Hasan al 5syari #ada saat tertentu membela rasionalisme, teta#i di saat yang lain ia terkesan tekstualis. +e.enderungan ini mungkin didasarkan #ada #ernyataannya bah2a hanya dengan mengkombinasikan berbagai #andangan #ara teolog mutakhir orang akan da#at memaknai universalisme ajaran Nabi 63aleh, (!!9* 8!:. <ontoh lain sebagai bukti, #enda#at Imam 3ya/iA tentang sika#nya yang meninggalkan doAa =unut ketika berBiarah ke makam 5bu Hani/ah. Ini menegaskan bah2a menjaga etika dengan menghormati Imam Mujtahid beserta #engikutnya itu lebih utama dari#ada berdebat soal 3unnah yang masih di#erselisihkan 63yaArani, "t* '(:. 1engan melihat dan mem#ertimbangkan /aktor sejarah lahirnya suatu doktrin #ada cluster0cluster keilmuan di atas, di mana kita kemudian tahu bah2a ada #ersaingan atau kom#etisi berbagai ideologi, kelom#ok sosial, ekonomi, #olitik, budaya, bahkan mungkin rivalitas berbagai #enganut agama lain, sehingga kemudian #eran institusi keagamaan Islam dalam berbagai 2adahnya dikukuhkan dan dilegitimasikan demi eksistensinya masing0masing. ;leh karena itu, tidaklah salah kiranya ketika #ersaingan dan kom#etisi itu sudah diambang batas kon/lik sosial yang didukung oleh #enganutnya masing0masing dengan mendahulukan emosi dan kekuatan /isik, umat merindukan uraian keberagamaan yang bersi/at sejuk, %)

mengayomi, dan lebih mengutamakan kedalaman s#iritual demi kemaslahatan dan kemajuan umat islam se.ara lebih luas, tan#a meninggalkan ke/anatikannya terhada# suatu disi#lin keilmuan, baik sains murni mau#un kegamaan. Tantangan #ra"t s Teolog Isla!$ 5gama adalah nasihat yang akan mengarahkan ke jalan mana kaki kehidu#an dilangkahkan. 5gama adalah kekuatan s#iritual yang diyakini #ara #emeluknya akan da#at memenuhi kebutuhan rohani manusia. 5gama, bila diyakini dan dihayati se#enuh hati dengan mengede#ankan ke#asrahan ke#ada "uhan sebagai inti keberagamaan, tan#a harus mem#erhatikan bentuk /ormalnya, akan menis.ayakan kedamaian, rahmah bagi segena# alam. 5gama dalam hal ini bisa saja berarti s#iritualitas, dimana dengannya akan membuat orang lebih kuat bertahan hidu#, kuat menghada#i berbagai .obaan karena ada Gsangkaan kuatI 6keyakinan: "uhan selalu bersamanya. Bahkan ada #enelitian ilmiah yang berkesim#ulan bah2a orang yang memilki s#iritualitas relati/ berumur lebih #anjang dibandingkan dengan orang yang tidak memilikinya 6Berita 5oice of #merika 6L;5:, )! Juli (!!$:. 5gama memang selalu diterima dan dialami se.ara subyekti/ oleh masing0 masing #enganutnya. ;leh karena itu, de/inisi agama oleh setia# orang tentunya juga sesuai dengan #engalaman dan #enghayatan masing0masing terhada# suatu keyakinan yang dianut. Menurut James Martineau, agama adalah ke#er.ayaan ke#ada "uhan yang selalu hidu#, yakni suatu keyakinan dalam hati terhada# "uhan atau kekuatan ilahiyah yang mengatur alam semesta dan mem#unyai hubungan moral dengan sesama manusia. 3u#aya setia# keyakinan masuk dalam de/inisi ini, #ara ilmuan mengganti kata "uhan dengan E+uasa yang transendenE, E+uasa0kuasa di atas manusiaE, E3esuatu di luarE6# 1eyond: ,E 7ealitas su#ernaturalE, dan lain sebagainya 6Jalaluddin, (!!9* (%:. Namun demikian, #erlu digarisba2ahi bah2a orientasi keagamaan orang itu beragam, ada yang untuk tujuan di luar agama yang disebut beragama se.ara ekstrinsik dan ada yang beragama dengan berusaha hidu# berdasarkan agama, yakni beragama se.ara intrinsik. "ujuan di luar agama itu bisa beru#a jabatan, harta atau hanya beru#a menginginkan #ujian orang sekali#un, sementara yang betul0betul agama hanyalah ikhlas beraktivitas a#a saja karena 5llah. +alau mengerjakan sesuatu, meski#un itu ber2ujud amal ukhra2i teta#i tidak karena 5llah, misalnya karena ingin menda#at ganjaran surga atau terbebas dari an.aman neraka, menurut kaum su/i bukanlah intrinsik agama. %9

Berkenaan dengan sistem, dogma atau ajaran agama, ada kesan bah2a kebanyakan kaum agama2an ber#enda#at bah2a rumusan tentang keimanan hingga #ada credo yang berkaitan dengan amal #erbuatan keseharian yang bersumber dari agama harus di#er.ayai begitu saja 6taken for granted: oleh #emeluknya. 3truktur /undamental agama memang demikian adanya, namun, kiranya #erlu di#ahami bah2a rumusan mengenai iman 6belief, akidah: atau kredo tersebut tidak bisa dile#askan sama sekali dari rumusan bahasa yang dibuat manusia. 1i sinilah titik #erbin.angan kita kali ini, karena dalam hemat #enulis, semua rumusan, de/inisi, dalil atau istidlal dan batasan0batasan tertentu lainnya menis.ayakan adanya #ola #ikir dan logika yang mengiringi, baik #ada sisi #erumus, lingkungan dan juga res#on orang lain. 4ada al Furan dan Hadis, yang #ada keduanya diyakini otoritas "uhan sangat dominan dalam #erumusan redaksinya, tidak di#ungkiri di#engaruhi oleh kondisi sosio0 geogra/is 5rab, bagaimana dengan #emikiran /ikih atau yang lainnya yang meru#akan hasil #erenungan dan #emahaman manusia terhada# kedua sumber hukum tersebut. "entunya manusia tidak mungkin bisa terle#as dari kondisi sosial budaya masyarakat dalam #erumusan0#erumusannya 6+hala/, %8&$* ':. 4ada umumnya, #ola #ikir yang digunakan dalam sistem ber#ikir akidah, dogma kalam atau lainnya yang berkenaan dengan keilmuan Islam adalah #ola #ikir dedukti/, #ola #ikir bayaniyah , yaitu #ola #ikir yang sangat bergantung #ada teks. 3ementara dalam metode #enyim#ulan sesuatu, sebenarnya masih ada #ola #ikir lain, yaitu indukti/ dan abdukti/, atau burhaniyah dan ir/aniyah menurut 5bid al Jabiri 65l Jabiri, %88):. 3uatu .ara untuk men.ari dalil dari lembaran0lembaran EkitabE sebagai legitimasi atas suatu tindakan atau hal0hal tertentu adalah .ontoh untuk model #ola #ikir bayaniyah ini. 1engan demikian, #ola #ikir ini menggiring orang ke arah model ber#ikir yang bersi/at (ustifikative 6the logic of (ustification: dengan menggunakan nash!nash yang sudah tersedia sejak berabad0abad yang lalu. Berbeda dengan #ola #ikir dedukti/, #ola #ikir indukti/ lebih menekankan #ada #engalaman em#iris, sehingga dalam model #ola #ikir ini memiliki angga#an bah2a setia# ilmu #engetahuan bersumber dari realitas em#iris0historis, yaitu suatu realitas yang da#at ditangka# indera, dirasakan oleh #engalaman, dan kemudian diabstraksikan menjadi konse#0konse#, rumus0rumus dan dalil0dalil yang disusun sendiri oleh #enemunya dengan menggunakan bahasa hasil olah #ikirnya. +alau #ola #ikir dedukti/ mengangga# rumusan hasil #engamatan indera2i terhada# realitas itu sebagai ilusi karena si/atnya yang berubah0ubah dan tidak meyakinkan, maka dalam #ola #ikir indukti/ tidak ada sesuatu yang bersi/at ilusi/, karena semua yang dikenal %

dalam alam em#iris oleh manusia da#at dijadikan bahan dasar ilmu #engetahuan. Inilah salah satu .ontoh #ola #emikiran burhani, demonstrati/ 65bdullah, %88'* (9) M ('9:. +edua model #ola #ikir ini, dedukti/ dan indukti/, dalam #erkembangan sejarah ilmu #engetahuan diangga# kurang memadai untuk menjelaskan se.ara .ermat tata kerja di#erolehnya ilmu #engetahuan. +arena itu mun.ul kategori baru dalam #ola #ikir keilmuan, yaitu #ola #ikir abdukti/. 4ola #ikir ini menekankan adanya hi#otesis, inter#retasi, dan #roses #engujian di la#angan terhada# rumus0rumus, konse#0konse#, dan dalil0dalil yang dihasilkan dari kombinasi kedua model #ola #ikir di atas. 1engan #ola #ikir ini, seluruh bangunan keilmuan da#at dikaji kembali melalui #engalaman dan #engamatan yang terus0menerus berkembang dalam kehidu#an #raktis kemasyarakatan, tidak terke.uali bangunan keilmuan kalam atau akidah. Maka tidak ada hal yang tertutu# untuk menerima kemungkinan #erubahan, sesuai dengan tuntutan Baman 65rkoun, %88!* %&(:. 1engan mengembangkan #ola #ikir abdukti/ sebagai tuntutan Baman kekinian yang mengutamakan kebenaran sesuai dengan kenyataan dan dengan mengado#si #ola #ikir dan sika# sunni yang eklektik tan#a kehilangan ruh keagamaan yang total, serta dengan mengatasnamakan Islam yang menyuruh umatnya menjadi Eummatan wasathanE, maka sudah seyogyanya kita meninggalkan ma*hab yang memiliki angga#an bah2a rumusan ilmu #engetahuan keagamaan di bidang a#a saja 6kalam, tasa2u/, dan /i=ih: bersi/at absolutely absolute, harus diterima a#a adanya, tan#a kritik karena memang sudah tau ifi. 3udah seyogyanya juga, sebagai #enganut suatu agama yang salah satu de/inisinya adalah E#emujaan "uhan yang indah dan membebaskanE, kita abaikan suatu maBhab yang mengangga# bah2a rumusan keagamaan itu bersi/at absolutely relative. +ita berdiri di tengah0tengah keduanya, dengan konse# #emikiran keagamaan yang relatively absolute. +alau yang #ertama, absolutely absolute, di era kehidu#an global yang #luralistik ini, baik se.ara internal di kalangan umat Islam sendiri mau#un eksternal dalam kan.ah hubungan dengan umat0umat lain, akan melahirkan sika# claim of truth se.ara se#ihak. 3ika# ini tidak elegan dan kurang sim#atik karena mengangga# salah dan memandang rendah kelom#ok lain yang ujung0ujungnya menjadikan hidu# merasa tidak aman dan nyaman. Hidu# tidak aman karena di#enuhi rasa .uriga antara satu dengan yang lain, di#enuhi kekha2atiran akan diganggu atau dibinasakan. 3ebagai la2annya adalah absolutely relative. +alau yang #ertama serba mutlak tan#a kom#romi, yang kedua ini mengandung ke.enderungan ke arah sika# dan #andangan %'

EnihilismeE dan GsekularismeE yang terkesan kurang a#resiati/ terhada# kehidu#an yang memang membutuhkan #edoman dan tuntunan norma, baik yang datang dari ajaran agama, dalam arti dari kitab su.i dan Hadits Nabi atau#un adat0istiadat, beru#a local genius dari suatu #eradaban. +edua model atau konse# keberagamaan ini bisa diangga# saling berhada#an se.ara diameteral se#erti dalam teologi Islam antara (abari dan adari. 3ebagai #enyeimbang yang menengahi antara absolutely absolute dan absolutely relative adalah relatively absolute. -elatively absolute, dalam bahasa Imam al 3yarani se#erti yang terkandung dalam 'i*an al ,hadiriyah berada te#at di tengah dua medan ekstrim yang berla2anan EtasydidE dan Etakh/i/E. 4osisi tengah ini dimaksudkan untuk teta# memandang mulia dan sakral keyakinan yang kita miliki, tan#a harus meremehkan suatu keyakinan yang dimiliki orang lain. 5kidah yang kita miliki, sebagai sumber #edoman hidu# harus kita #egang teguh se.ara absolute untuk membimbing kehidu#an individu, keluarga dan kelom#ok kita sendiri, sekaligus memu#uk ji2a untuk mengembangkan sika# toleransi tehada# orang lain yang memiliki keyakinan dan keimanan berbeda sebagai #edoman hidu# mereka yang juga di#egang se.ara absolute. 1engan bahasa lain, kita memang membutuhkan #egangan hidu# yang kokoh, teta#i orang lain juga membutuhkan hal yang sama. 3ika# absolute yang berlebihan hanya akan melahirkan mala#etaka. 1engan #emahaman bah2a hidu# memerlukan sika# absolute dalam menjalankan moral keagamaan yang diiringi dengan belajar memahami dan menghargai sika# relative ketika harus berhada#an dan hidu# bersama keyakinan dan keimanan model lain, termasuk ateisme, dunia akan menghormati, bahkan mengakui urgensitas agama dalam kehidu#an duniawiyah yang /ana ini. 1ari #emahaman keagamaan yang mengakomodasi berbagai #emikiran, se#erti ter.ermin dari model ketiga di atas, dihara#kan kaum beragama mam#u memberi kontribusi nyata dalam kehidu#an sosial. +hutbah tentang moral itu #erlu, teta#i memberikan sarana untuk #erbaikan kehidu#an tidak kalah #entingnya. 1alam banyak hal, moral itu adalah #roduk bukan alat #enyelesaian untuk mengatasi masalah0masalah bangsa saat ini. 1alam hemat #enulis, setelah #er.aya 6iman: bah2a 5llah Maha +uasa langsung terjun dan bekerja nyata itu lebih baik. Berbi.ara, dalam berbagai bentuk dan ma.amnya, meski#un #enting tidak #erlu banyak0banyak. S !#ulan %&

Hasan Hana/i dalam bukunya Dirasah Islamiyah bertanya dengan nada keluhan menga#a kajian0kajian tentang kemanusiaan dan sejarah hilang dari khaBanah keilmuan masa laluNE 1alam #ertanyaan itu menginginkan su#aya seseorang atau kelom#ok orang terutama ilmuan saat ini memiliki #andangan yang tajam mengenai #ersoalan kemanusiaan beserta hal0hal yang melingku#inya se#erti /enomena alam, sosial dan budaya yang selalu berkembang dengan amat #esat. 3tudi0studi keislaman dihara#kan jangan sam#ai kehilangan aktualitas dengan terle#as dari dimensi kemanusiaannya karena al#a mengkaji #ersoalan0#ersoalan yang konkrit dialami manusia. 4ola #ikir yang mengakibatkan ilmu kalam adalah dedukti/0tekstualistik tum#ulnya #andangan terhada# /enomena alam, dan /enomena kemanusian kontem#orer, karena tidak mengusung s#irit amal dan science se.ara sinergis, memisahkan antara keyakinan yang di hati dengan tindak keseharian. 4emisahan amal sebagai im#likasi iman dengan sains ini sudah tentu akan menimbulkan kerusakan. Iman tan#a sains akan menimbulkan /anatisme dan ke(umudan. 3alah satu solusi untuk merubah model #emikiran keagamaan menjadi tajam adalah #ola #ikir induktif!kontekstual, bahkan lebih kom#lit jika dengan #ola abdukti/ sebagai kombinasi dari keduanya. Bukankah ada kaidah yang mengatakan bah2a teks itu terbatas sedang #eristi2a 6sosial0budaya: tidak terbatas. ;leh karena itu, alangkah lebih bijaksana jika /aktor0/aktor kesejarahan tidak dilu#akan ketika melihat suatu rumusan, ide, gagasan atau kaidah yang tersim#ul dalam suatu teks. EJangan sekali0sekali melu#akan sejarahOI, kata 3ukarno, sebagai tem#at bertanya yang mam#u memberikan ja2aban #aling jujur. Melihat sejarah tentu juga dengan semangat kritis, karena ia sering menjadi alat legitimasi atas suatu ideologi. 1alam kaitannya dengan ilmu0ilmu keislaman ini maka jangan dilu#akan bah2a konse# #elaku dosa besar dalam #emikiran ilmu kalam bermula dari #eristi2a historis0#olitis yang berkenaan dengan kon/lik antara MuAa2iyah dan 5mr Ibnu 5sh di satu sisi dengan 5li Ibnu 5bi "halib dan 5bu Musa al 5syAari #ada sisi yang lain. Jangan dilu#akan #ula bah2a kekuasaan mutlak "uhan yang menjelma menjadi 6abariyah yang fatalis yang seringkali dila2ankan dengan 4al ikhtiyar4 usaha manusia untuk menentukan jalanCnasibnya berkaitan dengan #ersoalan #olitik untuk menjaga status uo di masa kekuasaan Bani Umaiyah. Tadwin al $uran hingga ter2ujud musha/ dalam satu susunan yang tertib dan Edise#akatiE tidak lain adalah ide Umar yang kemudian menjadi lebih sem#urna dengan #enyatuan ba.aannya di masa Utsman Ibnu 5//an. 4erbedaan mengenai +unni dan +yi'i sebenarnya juga karena %$

/aktor #olitik untuk membagi kekuasaan antara ahlu al bait dan ghairu ahl al 1ait. Mengenai hukum Islam, /i=ih yang sering disebut syariah adalah hasil i(tihad ulama klasik 6Hana/i, Maliki, 3ya/iAi dan Hanbali: yang mereka sendiri menghara#kan terus ada koreksi dan #embenahan. "entunya mereka juga tidak menginginkan ke#engikutan yang tan#a reserve. 1alam tasa2u/, yang terklasi/ikasi menjadi falsafi, akhla i, atau salafi dan amali tidak lain karena e/ek dari latar belakang, ke.enderungan serta keyakinan terhada# kebenaran yang diikuti #ara tokohnya. 3emua konse#, kaidah dan rumusan di atas merujuk ke#ada al Furan dan 3unnah Nabi, meski#un demikian masing0masing memiliki kekhasan yang membedakan satu dengan lainnya. 5khirnya da#at ditarik kesim#ulan bah2a semua dasar0dasar keyakinan itu berada dalam lintasan garis kebenaran dalam syari'ah #llah, selama etika dan tata moral menjadi landasan utamanya dalam bertindak. 3elama menjunjung toleransi dan tidak truth claim dengan sika# menyalah!nyalahkan orang lain hanya karena dasar ideologis berbeda a#alagi mengangga#nya sesat, maka orang akan bersama 5llah, berada dalam kebenaran 4etunjukNya dan insya #llah masuk surga. Da%tar Pusta"a 5bdullah, M. 5min. (!!'. Islamic +tudies di 7erguruan Tinggi. ?ogyakarta* 4ustaka 4elajar. ,,,,,,,,,. %88'. +tudi #gama8 2ormativitas atau .istorisitas. ?ogyakarta* 4ustaka 4elajar. 5l GhaBali. %8'!. 'a ashid al "alasifah. Ditah i +ulaiman Dunya. Mesir* 1aar al MaAari/. 5l 3yaArani, 5bdul @ahhab. "t. 'i*an al ,hadiriyah. "ah=i= 5bdurrahman Hasan Mahmud. "t* "#. 5mi.o, 7obert 1. %8$8. .istoricism and ,nowledge. Ne2 ?ork* 7ouledge, <ha#man. 5rkoun, Mohammad. %88!. #l Islam8 al #khla wa al +iyasah. "erjemahan. Hasan 3halih Beirut* MarkaB al InmaA al Faum. FauBan, 3aleh. (!!9. Teologi 7embaruan. Jakarta* 3erambi Ilmu 3emesta. Hana/i, Hasan. (!! . 1ongkar Tafsir8 9iberasi, -evolusi, .ermeneutik "erj. Jajat Hidayatul Firdaus.Jojakarta* 4rismaso#hie. ,,,,,,,,,. (!!'. .ishar al :aman. Mesir* MarkaB al0+itab lial0Nasyr. %8

Hana/i, 5hmad. %8&9. Theologi Islam. Bandung* Bulan Bintang. I=bal, M. %8$%. The -econstruktion of -eligious Thought in Islam. Ne2 1elhi* +itab Bhavan. +hala/, 5bd al @ahhab. %8&$. Ilm /shul al "i h. +u2ait* 1ar al PIlm. <et. ke0%(. Masud, Muhammad +halid. %8$9. Islamic 9egal 7hilosophy. Islamabad 64akistan:* Islami. 7esear.h Institute. 7ani, 5bdul. (!!'. 5nalisa @a.ana* 3ebuah +ajian Bahasa dalam 4emakaian. Malang* Bayumedia 4ublishing. 7ahmat, Jalaluddin. (!!9. 7sikologi #gama. Bandung* MiBan. 3urajiyo. (!!&. "ilsafat Ilmu dan 4erkembangannya di Indonesia. Jakarta* Bumi 5ksara. "habathabaAi, 3ayyid Husain Muhamad. %88%. al 'i*an fi Tafsir al $uran. Baeirut* MuAassasah al 5Alami li al MathbuAah. Lol. Hv. Utsman, Fatimah. (!!(. Wahdat #l #dyan Dialog 7luralisme #gama. ?ogyakarta* D+i3.

(!

Anda mungkin juga menyukai