Anda di halaman 1dari 45

TUGAS INDIVIDU

PATOFISIOLOGI KEPERAWATAN

OSTEOSARCOMA

oleh :

NURUL ARIFAH
010710361 B
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2008-2009
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah YME karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya
selaku penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah Patofisiologi Keperawatan
dengan tema Osteosarcoma sebagai tugas individu dalam semester gasal ini.
Tidak lupa ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak
yang membantu terselesaikannya makalah ini. Khususnya kepada Bapak Joni
Haryanto,

S.Kp.,

MS

selaku

dosen

yang

membimbing

penulis

dalam

menyelesaikan tugas makalah ini.


Makalah ini disusun dari berbagai sumber reverensi yang relevan, baik
buku-buku diktat kedokteran dan keperawatan, jurnal diatas tahun 2000, artikelartikel nasional dan internasional dari internet dan lain sebagainya. Semoga saja
makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri khususnya maupun bagi
para pembaca pada umumnya.
Tentu saja sebagai manusia, penulis tidak dapat terlepas dari kesalahan.
Dan penulis menyadari makalah yang dibuat ini jauh dari sempurna. Karena itu
penulis merasa perlu untuk meminta maaf jika ada sesuatu yang dirasa kurang.
Penulis mengharapkan masukan baik berupa saran maupun kritikan demi
perbaikan yang selalu perlu untuk dilakukan agar kesalahan - kesalahan dapat
diperbaiki di masa yang akan datang.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
Judul
01
Kata
Pengantar
..02
Daftar
Isi
03
Bab I Pendahuluan
1.1Latar
Belakang
.04
1.2Permasalahan
05
1.3Tujuan
..06
1.4Manfaat
06
Bab II Tinjauan Kasus
2.1
Definisi
Kasus..0
7
2.2
Etiologi
.08
2.3
Epidemiologi
.09
2.4
Patologi
09
2.5
Manifestasi
Klinis10
2.6
Penatalaksanaan
11
Bab III Konsep Keperawatan
3.1
Definisi
Keperawatan..20
3.2
Konsep
dan
Teori
Keperawatan.20

3.3
Paradigma
Keperawatan22
3.4
Proses
Keperawatan.24
Bab
IV
Web
of
Causion.29
Bab
V
Diagnosa
Keperawatan30
Bab VI Penutup
6.1
Simpulan
.40
6.2
Saran
...40
Daftar
Pustaka
...41
Lampiran.......................................................................................................43

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Osteosarkoma adalah penyakit kuno yang masih belum lengkap (sulit)
dipahami. Istilah "sarcoma" diperkenalkan oleh ahli bedah Inggris John Abernathy
pada 1804 dan ini berasal dari akar Yunani yang berarti "gemuk/pembesaran."
Pada 1805, ahli bedah Perancis

Alexis Boyer (ahli bedah pribadi untuk

Napoleon) pertama menggunakan istilah "osteosarcoma." Boyer menyadari


bahwa osteosarkoma adalah berbeda dari entitas lainnya lesions tulang, seperti
osteochondromas (exostoses).
Bukti lebih lanjut mengenai pemikiran dan investigasi mengenai penyakit
ini ditemukan oleh pertengahan 1800an. Peltier mencatat pada tahun 1847, Baron

yang menunjukkan kepada Guillaume Dupuytren pengetahuan tentang patologik


secara garis besar Tampilan osteosarkoma ketika dia menulis berikut:
"Osteosarkoma, yang benar adalah pemerosotan dari kanker
tulang, manifesnya sendiri dalam bentuk putih kemerah-merahan
atau massa, lardaceous dalam tahap dari penyakit; tetapi tampak
di lain waktu, poin dari kelemahan, masalah cerebriform,
extravasating darah, dan berwarna putih atau cairan dari viscid
konsistensi dalam interior."
Osteosarkoma harus dibedakan dengan kondrosarkoma dan fibrosarkoma,
di mana juga terjadi pada tulang. Ostesarkoma memiliki sifat khas berupa,
perjalanan klinisnya yang agresif dan mempuyai prognosis yang jelek.
Osteosarcoma sangat langka di kalangan anak-anak (0,5 juta per kasus
per tahun pada anak-anak <y 5). Namun, insiden yang terus meningkat dengan
umur, semakin meningkat secara dramatis di masa remaja, sesuai dengan
pertumbuhan remaja yang cepat.
Dari data yang ada, disebutkan bahwa di Amerika Serikat, akibat
osteosarkoma adalah 400 kasus per tahun (4,8 juta per penduduk <20 y).
keseluruhan 5 tahun untuk menilai kelangsungan hidup pasien didiagnosis antara
1974 dan 1994 adalah 63% (59% untuk laki-laki, 70% untuk perempuan). Insiden
ini sedikit lebih tinggi pada kulit hitam daripada kulit putih.
Osteosarkoma adalah kematian bentuk kanker musculoskeletal yang
paling sering menyebabkan pasien mati dari penyakit metastatik berkenaan
dengan paru-paru. Kebanyakan osteosarkoma muncul sebagai kurungan lesions
yang cepat berkembang dalam bidang tulang panjang. Ada 3 daerah-daerah
terpencil adalah tulang paha, yang proximal tulang kering, dan proximal humerus,
tetapi hampir setiap tulang dapat terpengaruh.
Tidak semua osteosarkoma timbul dalam kurungan sama, karena
beberapa bagian dapat menjadi nyata dalam jangka waktu sekitar 6 bulan
(sinkronis osteosarcoma), atau beberapa bagian dapat dicatat selama lebih dari 6
bulan (metachronous osteosarcoma). Hal itu tersebut adalah jelas multifocal
osteosarcoma langka, tetapi ketika terjadi, ia cenderung pada pasien muda
kurang dari 10 tahun.
Kasus-kasus klasik atau primer yang meliputi 75% osteosarkoma.
Osteosarkoma dapat pula timbul secara sekunder pada tulang yang menjadi
5

tempat kelainan yang sudah ada terlebih dahulu. Dalam kategori ini, kelainan
yang paling sering mempengaruhinya yaitu penyakit Paget.
Osteosarkoma yang merupakan penyulit dan penyakit Paget, sering
muncul pada tulang-tulang pipih yang memiliki lesi pagetik; terjadi pada usia
diatas 50 tahun dan sangat agresif. Hanya beberapa penderita dapat bertahan
hidup lebih dari 2 tahun.

1.2 Permasalahan
1. Apakah yang dimaksud dengan Osteosarcoma ?
2. Bagaimanakah etiologi, epidemologi, patologi, manifestasi klinis, dan
penatalaksanaan dari Osteosarcoma itu ?
3. Bagaimanakah bagan Web of Causion (WOC) dari Osteosarcoma ?
4. Bagaimanakah relevansi antara konsep keperawatan bila dihubungkan
dengan kasus Osteosarcoma ?
5. Bagaimanakah diagnosa keperawatan yang dapat dilakukan pada kasus
Osteosarcoma ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi mengenai kasus Osteosarcoma
2. Menjelaskan etiologi, epidemologi, patologi, manifestasi klinis, dan
penatalaksanaan dari Osteosarcoma
3. Menggambarkan bagan Web of Causion (WOC) dari kasus Osteosarcoma
4. Menjelaskan hubungan konsep keperawatan dan kasus Osteosarcoma
5. Menjelaskan

diagnosa

keperawatan

yang

dilakukan

pada

kasus

Osteosarcoma

1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan pengetahuan mengenai kasus Osteosarcoma

2. Menambah wawasan pengetahuan mengenai penerapan konsep


keperawatan pada kasus Osteosarcoma
3. Menambah wawasan pengetahuan mengenai penerapan diagnosa
keperawatan pada kasus Osteosarcoma

BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Definisi Kasus
Meskipun kebanyakan orang mungkin berpikir tulang adalah keras atau
bagian "mati," namun, tulang adalah bagian yang kompleks, jaringan hidup.
Seperti semua jaringan lain dari tubuh, ia mengandung sel hidup. Itu adalah
sarcoma yang menyerang bagian tulang. Sarcoma adalah tumor ganas (kanker)
yang punya potensi menyebar. Osteosarkoma bukan penyakit turunan. Gen
memang ikut berperan. Tapi, porsinya hanya 3 persen.
Osteosarkoma merupakan penyakit yang sel kankernya (ganas) ditemukan
di tulang. Ini adalah yang paling umum dari jenis kanker tulang. Osteosarkoma
paling sering terjadi di remaja dan dewasa muda. Kanker ini sebagian besar
menyerang remaja pria yg sering mengkonsumsi obat penambah tinggi badan.
anak laki-laki yang memiliki tinggi diatas rata-rata memiliki potensi yang lebih
besar untuk itu. Pada anak-anak dan remaja, tumor paling sering muncul di
sekitar tulang lutut. Gejala-gejala dan kesempatan untuk pemulihan pada anakanak dan remaja yang muncul akan tampak sama.

Setelah osteosarkoma telah pertama ditemukan, tes lain dapat dilakukan


untuk mengetahui apakah kanker sel telah menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Hal ini disebut pementasan. Saat ini, tidak ada sistem untuk pementasan
osteosarkoma. Tetapi, kebanyakan pasien dikelompokkan tergantung pada
apakah kanker hanya ditemukan di satu bagian tubuh (diterjemahkan penyakit)
atau apakah kanker telah menyebar dari satu bagian tubuh lain (metastatic
penyakit) sehingga akan berpengaruh terhadapa rawatan penyakit. Berikut ini
adalah kelompok yang digunakan untuk osteosarkoma:

Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di mana
kanker berasal.

Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal ke bagian
tubuh yang lain. Kanker yang paling sering menyebar ke paru-paru.
Mungkin juga menyebar ke tulang lain. Tentang satu di lima pasien dengan
osteosarkoma dengan kanker yang telah metastasized pada saat itu dapat
terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarkoma, tumor muncul dalam 2 atau
lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.

Metastatic penyakit di diagnosa


Penyakit Metastatic adalah kanker yang telah menyebar dari tempat di
mana ia mulai bagian tubuh yang lain. Bila kanker telah menyebar ke paruparu, masa adalah lebih baik jika kanker adalah satu-satunya di paru-paru
dan di tempat-tempat lebih sedikit di paru-paru. Untuk kanker yang telah
menyebar ke tulang, ramalannya adalah lebih baik jika tumor adalah
semua tulang yang sama.

Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred) setelah
itu telah dirawat.

Hal itu dapat datang kembali dalam jaringan dimana

pertama kali atau mungkin datang kembali di bagian lain dari tubuh.
Osteosarkoma paling sering terjadi dalam paru-paru. Ketika osteosarkoma
ditemukan, biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah perawatan
selesai. Nanti kambuh lagi adalah mungkin terjadi, tetapi langka.

2.2 Etiologi
Penyebab tumor ini hampir semua keganasan yang lain, masih merupakan
teka-teki yang belum terpecahkan. Radiasi dan virus onkogenik, yang telah
terlihat dalam terjadinya keganasan yang lain, telah dianggap sebagai agen
penyebab.
Beberapa faktor etiologik telah diindentifikasi pada osteosarkoma orang
dewasa yang lebih jarang terjadi, tetapi hanya sedikit kasus saja. Osteosarkoma
epidemik dilaporkan pada pelukis lempeng jam radium disebabkan oleh
penumpukan radioaktif jam radium didalam tulang (lihat Bab 18), Thorotrast-dulu
menggunakan bahan kontras radiografik yang mengandung radioaktif thorium
dioxide erat hubungannya dengan timbulnya osteosarkoma seperti pada
neoplasma hati.
Selain itu, juga terdapat faktor kecenderungan genetik. Osteosarkoma
pada masa kanak-kanak mungkin sekali memiliki dasar genetik, meskipun tak
seorangpun pernah menemukannya. Mungkin kelainan genetik pada kromosom
13 dapat menyebabkan osteosarkoma pada kelompok pasien ini. Terjadi
dysplasia tulang, termasuk penyakit Paget, dysplasia fibrosa, enchondromatosis,
dan turun temurun beberapa exostoses dan retinoblastoma (kuman-garis bentuk)
adalah faktor risiko. Kombinasi konstitusional mutasi genetik dari RB (germline
retinoblastoma) dan terapi radiasi dikaitkan dengan risiko tinggi terutama
pengembangan osteosarkoma, Li-Fraumeni Sindrom (mutasi germline p53), dan
Rothmund-Thomson Sindrom (autosomal yang terdesak asosiasi dari bawaan
cacat tulang , dysplasia rambut dan kulit, hypogonadism, dan katarak).

2.3 Epidemologi
Osteosarkoma merupakan 20% dari seluruh kanker tulang ganas yang
dapat terjadi di mana-mana dari tulang, biasanya di luar batas yang paling dekat
metaphyseal pertumbuhan tulang piring. Yang paling sering terjadi adalah pada
tulang paha (42%, 75% dari yang terpencil di tulang paha), tulang kering (19%,
80% dari yang di proximal tulang kering), dan humerus (10%, 90% dari yang di

yang proximal humerus). Lokasi lain yang signifikan adalah tengkorak dan rahang
(8%) dan panggul (8%). Dan lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah lutut.

2.4 Patologi
Osteosarkoma paling sering terjadi pada rongga medular daerah metafisis
tulang panjang. Ujung bawah femar, bagian atas tibia, dan bagian atas humerus
adalah tempat yang paling sering terkena. Osteosarkoma jarang terjadi di
periosteum (osteosarkoma periosteal) atau pada permukaan luar (osteosarkoma
parosteal).
Secara makrokopis, osteosarkoma tampak sebagai massa lunak dengan
daerah nekrosis dan pendarahan. Dapat ditemukan pembentukan tulang dan
kartilago. Tulang yang terkena membesar akibat adanya tumor, yang dapat
menginfitrasi rongga medulla dan jaringan lunak di luar tulang. Secara radiologist,
osteosarkoma tampak sebagai lesi-lesi destruktif irregular. Derajat kalsifikasi
menentukan radioopasitas.
Osteosarkoma merupakan neoplasma agresif yang menginfitrasi secara
luas. Metastasis hematogen, paling sering pada paru, terjadi secara dini. Jarang
terjadi metastasis limfatik dan tumor pada kelenjar limfe.
Secara mikrokopis, osteosarkoma tersusun dari osteoblas ganas disertai
anaplasia dan laju mitonik yang tinggi. Berdasarkan derajat anaplasia,
osteosarkoma diklasifikasikan menjadi derajat I-III; pasien tumor derajat I memiliki
daya tahan hidup lebih lama
Osteoid dalam jumlah yang bervariasi dihasilkan oleh sel-sel tumor dan
dapat mengalami kalsifikasi (tumor tulang). Adanya osteoid pada tumor tulang
ganas menegakkan diagnosis osteosarkoma. Pembentukan kartilago juga sering
terjadi dan dapat luas (osteosarkoma kondroblastik). Pada beberapa kasus, dapat
terlihat banyak sel raksasa. Pada kasus lain, ruang vascular kavernosa
mendominasi gambaran histologik (osteosarkoma teleangiektatik).

2.5 Manifestasi Klinis


Adapun gejala atau tanda yang ditimbulkan yang paling umum gejala
osteosarkoma adalah rasa sakit dan bengkak di kaki atau lengan. Hal ini paling
10

sering terjadi di lagi tulang dari tubuh - seperti di atas atau di bawah lutut atau di
lengan atas dekat bahu. Sakit mungkin buruk selama bergerak atau di malam
hari, dan benjol atau bengkak dapat mengembangkan di kawasan hingga
beberapa

minggu

setelah

mulai

sakit.

Sakit

yang

berlebihan

dapat

membangunkan di malam hari atau sakit saat istirahat menjadi perhatian khusus.
Dalam beberapa kasus, pertama tanda penyakit itu yang rusak lengan atau kaki,
karena kanker telah melemahkan tulang untuk membuatnya rentan untuk
istirahat.
Pada kasus ini, resiko osteosarkoma paling sering dilihat pada remaja
anak laki-laki, dan bukti-bukti menunjukkan bahwa remaja yang tinggi daripada
rata-rata memiliki risiko tambahan untuk mengembangkan penyakit. Anak-anak
yang telah mewarisi salah satu langka sindrom kanker juga berada di risiko tinggi
untuk osteosarkoma. Sindrom ini termasuk retinoblastoma (tumor jahat yang yang
berkembang di retina, biasanya pada anak-anak berusia di bawah umur 2) dan LiFraumeni Sindrom (jenis mewarisi mutasi genetik). Karena terhubungan ke
radiasi lain, dapat memicu DNA mutasi, anak-anak yang telah menerima
perawatan radiasi untuk episode sebelum kanker juga meningkat di risiko untuk
osteosarkoma.

2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Jenis Perawatan
Berbagai jenis perawatan tersedia untuk pasien dengan osteosarkoma.
Beberapa perawatan yang standar (yang saat ini digunakan terapi), dan beberapa
sedang diuji dalam uji klinis. Perawatan klinis dalam percobaan adalah penelitian
studi yang dimaksudkan untuk membantu meningkatkan perawatan saat ini atau
memperoleh informasi tentang perawatan baru untuk pasien dengan kanker.
Ketika uji klinis menunjukkan bahwa perlakuan yang baru lebih baik dari standar
perawatan, pengobatan baru yang dapat menjadi standar perawatan.
Jika diduga bahwa masalah adalah osteosarkoma, sebelum pertama
biopsi, penderita dapat merekomendasikan dokter spesialis yang disebut
pembedah tulang ahli onkologi.

11

1. Perawatan Standar
Tiga jenis perawatan standar yang digunakan:

Bedah (mengambil yang kanker dalam suatu operasi).

Kemoterapi (menggunakan obat untuk membunuh kanker sel).

Terapi radiasi (menggunakan tinggi dosis x-ray untuk membunuh


sel kanker).

Selain standar terapi ini, perawatan yang disebut perawatan biologis terapi
sedang diuji untuk lokal dan metastatic osteosarcoma. Terapi biologis adalah
perawatan yang menggunakan sistem kekebalan tubuh pasien untuk melawan
kanker. Zat yang dibuat oleh badan atau dilakukan di laboratorium yang
digunakan untuk meningkatkan, langsung, atau mengembalikan perlawanan
alami tubuh terhadap kanker. Jenis kanker ini perawatannya disebut biotherapy
atau immunotherapy.
A. BEDAH

Perawatan bedah untuk osteosarkoma terdiri dari amputasi baik atau


operasi penyelamatan anggota badan. Saat ini, kebanyakan remaja dengan
kasus osteosarkoma lengan atau kaki dapat ditangani dengan operasi
penyelamatan anggota badan daripada amputasi. Dalam operasi penyelamatan
anggota badan, tulang dan otot yang dipengaruhi oleh osteosarkoma disingkirkan,
meninggalkan kesenjangan di tulang yang baik yang diisi oleh tulang cantum
(biasanya dari tulang bank) atau lebih sering logam bagian badan khusus. Ini
dapat tepat dicocokkan dengan ukuran yang cacat tulang. Risiko infeksi lebih
tinggi dan patah tulang dengan tulang bank ini dan oleh karena itu penggantinya
logam prostheses lebih umum digunakan untuk rekonstruksi dari tulang setelah
pengangkatan tumor.
Jika kanker telah menyebar ke saraf dan pembuluh darah sekitar tumor
aslinya pada tulang, amputasi (mengeluarkan bagian dari anggota badan
bersama osteosarcoma) seringkali satu-satunya pilihan.
Ketika osteosarkoma telah menyebar ke paru-paru atau tempat lain,
pembedahan mungkin juga dilakukan untuk menghapus tumor ini di lokasi yang
jauh tersebut.
Semua pasien dengan osteosarkoma harus operasi untuk menghapus
tumor, jika memungkinkan. Dokter mungkin hanya menghapus beberapa kanker
12

dan bagian yang sehat dari jaringan di sekitar kanker. Ketika Tumor adalah dalam
berat tulang, tulang harus dilindungi selama kegiatan untuk menghindari fraktur.
Kadang-kadang semua atau sebagian dari lengan atau kaki mungkin akan
dibuang (diamputasi) untuk memastikan bahwa semua yang diambil dengan
kanker. Jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, kelenjar getah
bening yang akan dihilangkan (getah bening node pemotongan).
Pada pasien dengan osteosarkoma yang belum tersebar di luar tulang,
peneliti menemukan tidak adanya perbedaan dalam keseluruhan hidup apakah
pasien memiliki anggota badan-hemat operasi atau apakah mereka telah
melakukan operasi dengan amputasi. Bila kanker dapat dibawa keluar tanpa
amputasi, perangkat buatan atau tulang dari tempat-tempat lain di dalam tubuh
dapat digunakan untuk menggantikan tulang yang telah dibuang. Proses
pembangunan kembali (kembali) merupakan bagian dari tubuh diubah dengan
operasi sebelumnya disebut rekonstruksi operasi. Pilihan untuk rekonstruksi di
operasi dengan pasien osteosarkoma tergantung pada banyak faktor, termasuk di
mana letak tumor, bagaimana besarnya, usia pasien, dan lain sebagainya.
B. KEMOTERAPI

Kemoterapi biasanya diberikan baik sebelum maupun setelah operasi. Ia


menghilangkan kantong kecil dari sel kanker di tubuh, bahkan yang terlalu kecil
untuk tampil saat scan medis. Seseorang dengan osteosarkoma diberi obat
kemoterapi intravena (melalui pembuluh darah) atau secara oral (dengan mulut).
Obat memasuki aliran darah dan bekerja untuk membunuh kanker di bagian
tubuh di mana penyakit telah menyebar, seperti paru-paru atau organ lain.
Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker.
Kemoterapi dapat dilakukan dengan pil atau dimasukkan ke dalam tubuh dengan
jarum lewat pembuluh darah atau otot. Kemoterapi disebut perawatan sistemik
karena obat memasuki aliran darah, perjalanan melalui tubuh, dan dapat
membunuh sel kanker di seluruh tubuh. Kemoterapi dengan lebih dari satu obat
disebut kemoterapi kombinasi.
Kadang-kadang kemoterapi adalah menyuntikkan langsung ke dalam
wilayah dimana ditemukan kanker (kemoterapi daerah). Dalam osteosarkoma,
operasi ini sering digunakan untuk menghapus lokal tumor kemoterapi dan
kemudian diberikan untuk membunuh semua sel kanker yang tetap dalam tubuh.

13

Kemoterapi diberikan setelah operasi dalam penghapusan kanker yang disebut


kemoterapi pembantu. Kemoterapi juga dapat diberikan sebelum operasi yang
mengecilkan kanker sehingga dapat dihapus selama operasi; ini disebut
neoadjuvant kemoterapi.
Neoadjuvant kemoterapi
Kebanyakan perawatan osteosarkoma menggunakan protokol untuk
periode awal selama sistemik kemoterapi sebelum reseksif definitif dari
dasar tumor (reseksi dari metastases untuk pasien dengan penyakit
metastatik). Patolog yang menilai nekrosis di tumor yang terdeteksi. Pasien
dengan lebih besar atau sama dengan 90% nekrosis di dasar tumor
setelah induksi kemoterapi memiliki prognosa lebih baik dibandingkan
dengan kurang nekrosis. Pasien dengan nekrosis kurang (<90%) di dasar
Tumor berikut awal kemoterapi memiliki pengulangan lebih tinggi dalam 2
tahun pertama dibandingkan dengan pasien yang lebih baik dengan jumlah
kebekuan ( 90%). Foto Modalitas seperti dinamis resonan magnetik
imaging mungkin bisa noninvasive menawarkan metode untuk menilai
nekrosis. Kurang nekrosis tidak boleh diartikan dengan arti yang telah
kemoterapi tidak efektif; tarif untuk menyembuhkan pasien dengan sedikit
atau tidak kebekuan berikut induksi kemoterapi jauh lebih tinggi
dibandingkan harga obat untuk pasien yang tidak menerima kemoterapi.
Rawatan osteosarkoma termasuk kemoterapi (penggunaan obat medis
untuk membunuh sel kanker dan bersembunyi di kanker) diikuti oleh operasi
(untuk menghapus sel kanker atau Tumor) dan kemudian kemoterapi lebih lanjut
(untuk membunuh semua sisa sel kanker dan meminimalkan kesempatan dari
kanker datang kembali). Bedah sering dapat secara efektif menghapus kanker
tulang, sementara kemoterapi dapat membantu menghilangkan sisa sel kanker di
tubuh.
C. TERAPI RADIASI

Menggunakan terapi radiasi x-ray atau energi sinar yang tinggi lainnya
untuk membunuh sel kanker dan Tumor yang bersembunyi. Radiasi untuk
osteosarcoma umumnya berasal dari mesin di luar tubuh (eksternal terapi
radiasi).
14

2. Perawatan dalam percobaan klinis


Untuk beberapa pasien, mengambil bagian dalam percobaan klinis
mungkin merupakan pilihan terbaik dalam perawatan. Percobaan klinis adalah
bagian dari proses penelitian kanker. Uji klinis dilakukan untuk mengetahui
apakah pengobatan kanker yang baru itu aman dan efektif atau lebih baik dari
standar perawatan.
Banyak dari hari ini standar perawatan untuk kanker didasarkan pada awal
uji klinis. Pasien yang mengambil bagian dalam percobaan klinis mungkin
menerima perlakuan standar atau termasuk orang-orang yang pertama untuk
menerima perlakuan yang baru.
Pasien yang mengambil bagian dalam uji klinis juga membantu
meningkatkan cara dalam penanganan kanker di masa depan. Bahkan bila uji
klinis tidak efektif untuk memimpin perawatan baru, mereka sering menjawab
pertanyaan penting dan membantu penelitian berkembang.
Beberapa uji klinis hanya mencakup pasien yang belum menerima
perlakuan. Lain, tes uji coba untuk perawatan pasien kanker yang belum pulih
dengan lebih baik. Ada juga tes uji klinis cara baru untuk berhenti dari kanker
berulang (datang kembali) atau mengurangi efek samping dari pengobatan
kanker.
Uji klinis ada di banyak negara bagian. Dalam daftar berikut perawatan
untuk berbagai tahapan, link ke hasil pencarian untuk saat ini adalah termasuk uji
klinis untuk masing-masing bagian. Untuk beberapa jenis kanker atau tahap,
mungkin tidak ada apapun yang tercantum didalamnya.
3. Perawatan Baru
Perawatan tengah dikembangkan dengan penelitian obat kemoterapi baru.
Penelitian lain juga difokuskan pada peran faktor pertumbuhan tertentu mungkin
berperan di pengembangan osteosarkoma. Penelitian ini dapat digunakan untuk
mengembangkan obat baru untuk memperlambat pertumbuhan faktor tersebut
sebagai cara untuk merawat kanker. Untuk osteosarkoma yang tidak dapat
dihilangkan dengan operasi, studi yang saat ini sedang berlangsung untuk

15

menguji perawatan yang baru menggunakan kombinasi kemoterapi dan lokalisasi,


radiasi dosis tinggi.

2.6.2 Prosedur Diagnostik

Biopsi-Biopsi harus dilakukan oleh ahli bedah tulang

Definitif resection

Reseksi dari dasar luka dan apapun berkenaan dengan metastases paruparu adalah penting untuk disembuhkan.

Reseksi ini harus dilakukan dengan pembedahan tulang (dasar luka) dan
yang berkenaan dengan bedah dada (tebece paru metastases).

Praoperasi (neoadjuvant) kemoterapi sering perlu bantuan ahli bedah


melakukan reseksi dengan penyusutan tumor serta memungkinkan
penilaian histopathologic tumor secara responsif, yang utama untuk
memperkirakan hasil.
Untuk mendiagnosa osteosarkoma, tenaga kesehatan mungkin akan

melakukan ujian fisik, memperoleh lebih detil sejarah medis, dan ketertiban X-ray
untuk mendeteksi perubahan dalam struktur tulang. Tenaga kesehatan mungkin
juga memerintahkan resolusi magnetik (MRI) scan daerah yang terjangkit, dan
akan menemukan daerah yang terbaik untuk biopsi dan menunjukkan apakah
osteosarkoma telah menyebar dari tulang dekat ke otot dan lemak. Tenaga
kesehatan juga akan biopsi tulang untuk mendapatkan sampel dari tumor untuk
pemeriksaan di laboratorium. Ini adalah pembedahan tulang yang terbaik yang
dilakukan oleh ahli bedah berpengalaman dalam perawatan dari osteosarkoma
(pembedah tulang ahli onkologi).
Kadang-kadang juga biopsi jarum, dengan panjang rongga jarum untuk
mengambil sampel dari tumor. Obat bius lokal yang biasanya digunakan di
daerah yang sedang dibiopsi. Alternatif lain, mungkin menawarkan biopsi yang
terbuka, di mana bagian dari tumor akan dihapus dalam ruang operasi oleh ahli
bedah sedangkan pasien di bawah kontrol obat bius.

16

Jika diagnosa osteosarkoma terjadi, tenaga kesehatan akan memesan CT


scan tulang dada, kadang-kadang, studi MRI tambahan. Ini akan ditampilkan jika
kanker telah menyebar ke mana-mana bagian tubuh yang melebihi tumor asli.
Tes Ini akan diulang setelah pengobatan dimulai untuk menentukan seberapa
baik itu bekerja dan apakah kanker terus menyebar.

2.6.3 Efek samping Jangka pendek dan Jangka Panjang


Beberapa perawatan kanker menyebabkan efek samping yang terus
muncul atau tahunan setelah perawatan kanker telah berakhir. Ini disebut efek
akhir. Efek akhir dari pengobatan kanker mungkin termasuk masalah fisik,
perubahan dalam suasana hati, perasaan, berpikir, belajar atau memori, dan
memiliki kedua kanker (jenis kanker baru). Beberapa efek akhir dapat diobati atau
dikontrol.
Amputasi memiliki efek samping jangka pendek dan jangka panjang.
Lamanya minimal 3 sampai 6 bulan hingga satu orang belajar menggunakan
bagian badan buatan/palsu (lengan atau kaki), dan ini hanya awal jangka panjang
psikologis dan rehabilitasi sosial.
Dengan operasi penyelamatan anggota badan, satu biasanya dimulai pada
lipatan lutut atau bagian tubuh yang terkena dampak dengan segera. gerakan
pasif yg terus menerus (BPS) mesin, yang terus menerus merekatkan dan
memperkuat lutut yang dapat digunakan untuk meningkatkan gerakan untuk
tumor di sekitar lutut. Terapi fisik dan rehabilitasi untuk 6 hingga 12 bulan berikut
operasi biasanya memungkinkan anak untuk berjalan pada awalnya dengan
berjalan kaki atau alat bantu topang dan kemudian tanpa perangkat.
Awal komplikasi setelah operasi termasuk infeksi dapat memperlambat
penyembuhan dari luka bedah, dan logam yg berhubung dengan bagian badan
perangkat atau bank tulang mungkin perlu diganti dalam jangka panjang. mungkin
masalah yang terlambat lainnya termasuk patah tulang dari bank atau kegagalan
bank untuk menyembuhkan tulang untuk anak tulang, yang mungkin lebih
memerlukan pembedahan.
Banyak dari obat-obatan yang digunakan dalam kemoterapi juga
membawa risiko baik masalah jangka pendek dan jangka panjang. Efek jangka
pendek termasuk anemia, pendarahan yang tidak normal, dan peningkatan risiko
17

infeksi karena kerusakan pada tulang sumsum, serta kerusakan ginjal dan
penyimpangan haid. Beberapa obat membawa risiko radang kandung kemih dan
pendarahan ke dalam air kencing, gangguan pendengaran, dan kerusakan hati
Lainnya dapat menyebabkan masalah jantung dan kulit. Tahun-tahun setelah
kemoterapi untuk osteosarkoma, pasien memiliki peningkatan risiko kanker
lainnya yang berkembang.

2.6.4 Kesempatan Sembuh


Hasil penelitian terakhir kesempatan sembuh antara 60% - 80% untuk
penderita yang kankernya belum menyebar
Studi baru-baru ini telah dilaporkan bahwa tingkat kelangsungan hidup dari
60% menjadi 80% adalah memungkinkan untuk osteosarkoma yang belum
tersebar di luar tumor, tergantung pada keberhasilan kemoterapi.
Osteosarkoma yang telah tersebar tidak dapat selalu diobati dengan
berhasil. Selain itu, seseorang yang osteosarkoma terletak di lengan atau kaki
umumnya memiliki lebih dari satu prognosa penyakit yang melibatkan tulang
rusuk, bahu, punggung, atau tulang panggul.
Masa (kesempatan pemulihan) sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebelum dan setelah perawatan. Masa dari saat osteosarkoma diobati tergantung
pada berikut:
Lokasi yang bengkak
Ukuran yang bengkak
Tahapan dari kanker (apakah yang tersebar di mana ia mulai dari
tempat lain ke dalam tubuh)
Usia pasien
Hasil tes darah dan tes lainnya
Jenis Tumor (berdasarkan bagaimana melihat sel kanker di bawah
mikroskop)
Setelah osteosarkoma diolah, prognosis juga tergantung pada berikut:
Berapa banyak yang dibunuh oleh kanker kemoterapi; dan / atau
Berapa banyak dari tumor telah diambil oleh operasi.
Perlakuan perawatan tergantung pada pilihan berikut:

18

Lokasi yang bengkak


Tahapan dari kanker
Apakah kanker recurred (kembali) setelah perawatan
Usia dan kesehatan umum pasien

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Definisi Keperawatan
19

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian


integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk

pelayanan

biologi-psikologi-sosial-spiritual

yang

komprehensif,

ditujukan pada individu, keluarga, masyarakat, baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Lokakarya Nasional, 1983).
Bila menilik kasus osteosarkoma, maka definisi yang diungkapkan Virginia
Henderson (Fourteen Basic needs, 1960) berikut ini menjadi lebih sesuai:
Fungsi yang unik dari perawat adalah membantu individu sehat
ataupun sakit untuk menggunakan kekuatan, keinginan dan
pengetahuan yang dimilikinya sehingga individu tersebut mampu
melaksanakan aktivitas sehari harinya, sembuh dari penyakit
atau meninggal dengan tenang.
Namun, secara keseluruhan, keperawatan juga merupakan serangkaian
kegiatan yang bersifat terapeutik atau kegiatan praktik keperawatan yang memiliki
efek penyembuhan

terhadap

kesehatan

(Susan,

1994

80). Dimana,

keperawatan harus dilakukan secara holistic (menyeluruh) dan humanistik.

3.2 Konsep dan Teori Keperawatan


Konsep merupakan suatu abstraksi yang dibentuk atau ditarik melalui
generalisasi dari sesuatu yang spesifik, sedangkan teori merupakan set
hubungan konsep-konsep, proporsi yang menggambarkan pandangan sistematis
terhadap suatu fenomena dengan merinci (specifying) hubungan antar konsep
yang bertujuan untuk menjelaskan dan prediksi fenomena.
Konsep dan teori keperawatan itu sendiri berfungsi sebagai tolok ukur kita
dalam meningkatkan mutu dan kualitas di bidang keperawatan.
Konsep keperawatan meliputi empat faktor yaitu human (individu),
environment (masyarakat), kesehatan (sehat-sakit) serta keperawatan. Dimana,
disempurnakan

dengan

karakteristik teori

keperawatan

yang

merupakan

hubungan konsep-konsep keperawatan itu sendiri.


Empat faktor dari konsep keperawatan tersebut adalah :
1) Manusia/ Individu

20

Manusia adalah organisme yang hidup dalam keseimbangan yang tidak


stabil (meliputi: biologi-psikologi-sosial-spiritual-kultural)
2) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar indiviu. Manusia
berada dan ikut menentukan kondisi lingkungan yang penuh dengan
penyebab stressor.
3) Kesehatan
Menurut WHO, sehat berarti keadaan yang sempurna baik fisik, mental,
dan social, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sedangkan
menurut Undang Undang No. 23 1992, sehat berarti keadaan sejahtera
dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara
sosial dan ekonomi.
4) Keperawatan
Keperawatan ialah perkembangan sistematik dari keperawatan menuju
kepada keperawatan sebagai profesi, bermula dari pandangan dan
pernyataan dari Florence Nightingale yang mempunyai visi yang sangat
maju tentang keperawatan.
Bila dikaitkan dengan kasus osteosarkoma yang terjadi, hemat kami,
konsep dan teori keperawatan yang hampir sesuai adalah pernyataan tokoh di
bawah ini:
1) Ernestine Wiedenbach (1964)
Perhatian utamanya adalah kepada aspek kiat atau aspek praktik dari
keperawatan. Menurut Wiedenbach keperawatan klinik (clinical nursing)
mempunyai empat komponen, yaitu filasafat (Philosophy), kemanfaatan/
kegunaan (purpose), praktik, dan kiat (art). Pandangan ini yang melandasi
pendapatnya bahwa pada praktik keperawatan terdapat tiga komponen,
yaitu:
a) Mengidentifikasi kebutuhan klien/ pasien;
b) Melaksanakan bantuan yang diperlukan; dan
c) Mengevaluasi dan menyatakan (mensahkan) bahwa bantuan yang
diberikan memang bermanfaat.

21

Teori keperawatan ini kemudian dikenal sebagai the helping art of clinical
nursing.
2) Dorothea E. Orem (1971)
Orem melihat individu sebagai suatu kesatuan utuh yang terdiri atas
suatu yang bersifat fisik, psikologik dan social, dengan derajat kemampuan
mengasuh diri sendiri (self care ability) yang berbeda beda. Berdasarkan
pandangan ini, ia berpendapat bahwa kegiatan atau tindakan keperawatan
ditujukan kepada upaya memacu kemampuan mengasuh diri sendiri. Ia
menyatakan bahwa teorinya, yaitu self-caredeficit theory of nursing
merupakan teori umum (general theory).
Pada teori ini, ia menggambarkan kapan keperawatan diperlukan,
keperawatan diberikan jika: (1) kemampuan kurang dibandingkan dengan
kebutuhan, (2) kemampuan sebanding dengan kebutuhan, tetapi diprediksi
untuk

masa

yang

akan

datang

kemungkinan

terjadi

penurunan

kemampuan dan peningkatan kebutuhan.

3.3 Paradigma Keperawatan


Banyak ahli yang mendefinisikan paradigma, diantaranya paradigma adalah
cara bagaimana kita memandang dunia (Adam Smith, 1975) atau menurut
Ferguson bahwa paradigma adalah pola pikir dalam memahami dan menjelaskan
aspek tertentu dari setiap kenyataan.
Selain itu, beberapa pengertian paradigma lainnya, paradigma adalah
hubungan teori teori yang membentuk susunan yang

mengukur teori itu

berhubungan satu dengan yang lain sehingga menimbulkan hal hal yang perlu
diselidiki (Depkes RI, 1989).
Menurut Thomas Kuhn (1979) paradigma sebagai model, pola atau
pandangan dunia yang dilandasi pada dua karaktieristik yaitu penampilan dari
kelompok yang menunjukkan keberadaannya terhadap sesuatu yang diyakini dan
terbuka untuk penyelesaian masalah dalam kelompoknya.
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau
cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan
terhadap fenomena yang ada dalam keperawatan (La Ode Jumadi, 1999 : 38).

22

Berdasarkan beragam pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa


paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara
kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan
terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan.
Dengan demikian, paradigma keperawatan memberi arah kepada perawat
dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi
keperawatan seperti aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan serta
kehidupan profesi.
Terdapat empat komponen paradigma keperawatan yaitu :
1. Manusia
Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah manusia
sebagai sistem terbuka yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungan,
sistem adaptif dengan kondisi di sekitarnya, personal dan interpersonal
(pribadi dan juga bagian dari masyarakat) yang secara umum dapat
dikatakan holistik atau utuh, yakni menyangkut aspek biologi, psikologi,
sosial, kultural, dan spiritual.
2. Keperawatan
Komponen yang kedua dalam paradigma keperawatan ini adalah
konsep keperawatan. Definisi keperawatan itu sendiri telah dijelaskan
sebelumnya.
Intinya, keperawatan sebagai paradigma merupakan suatu instrumen
pendidikan

yang

memfasilitasi

kedisiplinan

yang

memiliki

tujuan

memfasilitasi kesehatan individu berdasarkan prinsip prinsip keilmuan.


3. Konsep Sehat Sakit
Sehat adalah keadaan utuh secara fisik, jasmani, mental dan sosial dan
bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan
kelemahan (WHO).
Kesakitan adalah perasaan tidak nyaman pada seseorang akibat
penyakit sehingga mendorongnya untuk mencari bantuan (Kozier, 2000) .
Status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh :
1. Politik, yang mencakup keamanan, penekanan, penindasan

23

2. Prilaku manusia, mencakup kebutuhan, kebiasaan dan adat istiadat


3. Keturunan, genetik, kecacatan, etnis, faktor risiko dan ras
4. Pelayanan kesehatan, upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
5. Lingkungan, tanah, udara, dan air
6. Sosial dan ekonomi meliputi pendidikan dan pekerjaan
4. Lingkungan
Konsep lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada
lingkungan masyarakat yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya
dan spiritual.
Selain keempat komponen diatas, paradigma keperawatan menjelaskan
tentang hubungan perawat sebagai tenaga kesehatan yakni menekankan
kegiatan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit sebagai bentukbentuk pelayanan kesehatan yang penting untuk dilaksanakan, hubungan
perawat dengan pasien yakni suatu bentuk hubungan profesional dan timbal balik
yang akan mengakibatkan tercapainya kesehatan untuk pasien dapat berjalan
dengan cepat, serta hubungan perawat dengan lingkungannya yakni tidak lepas
dari interaksi dengan tenaga pemberi pelayanan kesehatan lainnya yang
memerlukan suatu kerjasama tim yang solid, sikap saling menghargai dan
menghormati.

3.4 Proses Keperawatan

24

Proses keperawatan awalnya diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai


proses yang terdiri dari tiga tahap, yaitu pengkajian, perencanaan dan evaluasi.
Kajian selama bertahun tahun, penggunaan dan perbaikan telah mengarahkan
perawat pada pengembangan proses keperawatan menjadi lima langkah yang
konkrit (pengakajian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi).
Proses keperawatan adalah suatu metode dimana suatu konsep
diterapakan dalam praktek keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai suatu
pendekatan problem-solving yang memerlukan ilmu; teknik, dan keterampilan
interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien/keluarga.
Tujuan proses keperawatan secara umum adalah untuk membuat suatu
kerangka konsep berdasarkan kebutuhan individu dari klien, keluarga, dan
masyarakat dapat terpenuhi.
Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan
berhubungan yakni pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Tahap tersebut berintegrasi terhadap fungsi intelektual

problem

solving, ketrampilan, dan sikap dalam mendefinisikan tindakan keperawatan.


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,
verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini
mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan
sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar
untuk diagnosa keperawatan.
Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data (baik subjektif yakni
dari klien atau objectif berdasarkan observasi) tentang kebutuhan, masalah
kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya
hidup yang dilakukan klien. Informasi yang terkandung dasar data adalah dasar
untuk mengindividualisasikan rencana asuhan keperawatan, mengembangkan
dan memperbaiki sepanjang waktu asuhan perawatan untuk klien.
2. Diagnosa Keperawatan

25

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon


manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat sebagai akontabilitas
memberikan

intervensi

secara

pasti

untuk

dapat mengidentifikasi dan


menjaga

status

kesehatan

manurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpernito, 2000).


NANDA menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan
klinik tentang respon individu, keluarga, dan masyarakat tentang masalah
kesehatan aktual dan potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai

tujuan asuhan keperawatansesuai dengan kewenangan

perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data, dimana


menurut NANDA diartikan sebagai definisi karakteristik. Definisi karakteristik
tersebut dinamakan tanda dan gejala. Tanda adalah sesuatu yang dapat
diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien.
Tujuan dari diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi masalah
dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit, faktorfaktor

yang

menunjang

atau

menyebabkan

suatu

masalah

(etiologies),

kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.


Dalam menentukan diagnosa keperawatan ada 4 langkah yang harus kita
tempuh, yaitu:
a.Klasifikasi dan Analisa Data
b.Interpretasi Data
c.Validasi Data
d.Perumusan diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa
keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan
menyimpulkan rencana dokumentasi (Iyer et al., 1996).
Secara tradisional, rencana keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen
tulisan

tangan

dalam

menyelesaikan

masalah,

tujuan

dan

intervensi.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, rencana keperawatan merupakan metode

26

komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada klien. Setiap klien yang


memerlukan asuhan keperawatan perlu suatu perencanaan yang baik.
Tujuan perencanaan meliputi :
a. Tujuan Administratif

Untuk mengidentifikasi fokus keperawatan kepada klien atau kelompok

Untuk

membedakan

tanggung

jawab

perawat

dengan

profesi

kesehatan lainnya.

Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi


keperawatan.

Untuk menyediakan klasifikasi klien.

b.Tujuan Klinik

Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan.

Mengkomunikasikan dengan staf perawat ; apa yang diajarkan, apa


yang diobservasi, dan apa yang dilaksanakan

Menyediakan kriteria hasil (outcomes) sebagai pengulangan dan


evaluasi keperawatan

Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu,


keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakan.

Dalam melakukan perencanaan tahap-tahap yang harus dilakukan,yaitu:


1. Menentukan prioritas
2. Menentukan kriteria hasil
3. Menentukan rencana tindakan
4. Dokumentasi
4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik (Iyer et al., 1996). Tahap implementasi dimulai setelah rencana
tindakan disusun dan ditujukan

pada nursing oders untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karana itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien.

27

Tahap dalam tindakan implementasi keperawatan meliputi :


1.

Persiapan

2.

Perencanaan

3.

Dokumentasi

Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan


yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan
keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai
keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi tindakan keperawatan.
Selama tahap implementasi, perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.
Semua tindakan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan oleh instansi.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
implementasi sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan dan implementasi.
Proses evaluasi terdiri dari 2 tahap :

Mengukur pencapaian tujuan klien

Membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian


tujuan.

Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam


mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan
dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan mengakhiri rencana
tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan),
memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan dalam
mencapai tujuan), meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan).

28

BAB IV
WEB OF CAUSION
VIRUS
ONKOGENIK

GENETIKA

KELAINAN GENETIK
PADA LENGAN PANJANG
KROMOSOM 13

TERPAPAR
RADIASI

TUMOR

MASUK KEDALAM TUBUH

TUMBUH KEDALAM JARINGAN METAFIN


TERJADI DELESI PADA TULANG

OSTEOLITIK

MENGEROSI KORTEKS
PERTUMBUHAN
TULANG ABNORMAL

OSTEOSARKOMA

OSTEOBLASTIK

JARINGAN LUNAK TERSERANG

TIMBUL LESI
DESTRUKTIF
IREGULAR

TULANG RUSAK

TULANG HUMERUS
PARU
NYERI TULANG RAWAN

METASTASIS PARU
MK:GANGGUAN
RASA NYAMAN

MK:
INFEKSI

TIMBUL BENJOLAN

MK:KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT

TERAPI

MK:KOMPLIKASI
PENYAKIT

RADIASI X-RAY
BEDAH
KEMOTERAPI

MK:KELETIHAN

MK:
KERUSAKAN
INTEGRITAS
KULIT

BIOPSI

MK:
GANGGUAN
RASA
NYAMAN

AMPUTASI

ALOPESIA

MK:GANGGUAN
CITRA TUBUH

BERAT
BADAN
TURUN

MUAL/
MUNTAH

MK:
PERUBAHAN
NUTRISI

MK:KERUSAKAN MOBILITAS FISIK

BAB V
29

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pasien didorong untuk mendiskusikan awal dan perjalanan gejala. Selama
wawancara, perawat mencatat pemahaman pasien mengenai proses penyakit,
bagaimana pasien dan keluarganya mengatasi masalah dan bagaimana pasien
mengatasi nyeri yang dirasakannya.
Pada pemeriksaan fisik, massa dipalpasi dengan lembut, ukuran dan
pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkannya, dan nyeri tekan dicatat.
Pengkajian status neurovaskuler dan tentang gerak ekstremitas merupakan data
dasar sebagai pembanding kelak.
Mobilitas dan kemampuan pasien melakukan aktivitas kehidupan seharihari dievaluasi.
2. Diagnosis
A. Berdasar data pengkajian, diagnosis keperawatan utama meliputi berikut ini:
-

Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit dan program terapeutik

Nyeri yang berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan

Risiko terhadap cedera misalnya fraktur patologik yang berhubungan


dengan tumor

Koping tidak efektif yang berhubungan dengan rasa takut tentang


ketidaktahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung
tidak adekuat

Gangguan harga diri yang berhubngan dengan hilangnya bagian tubuh


atau perubahan kinerja peran

B. Sedangkan diagnosis keperawatan spesifiknya antara lain:


1. Diagnosa keperawatan esensial yang berhubungan dengan diagnosa
sarkoma

30

Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosis kanker dan


proognosis yang tidak pasti

Perubahan penampilan peran berhubungan dengan dampak diagnosis


kanker pada peran pasien dalam keluarga dan komunitasnya

Berduka antisipasi berhubungan dengan kehilangan yang nyata dan/


atau dirasakan karena kanker seperti kehilangan kesehatan, hidup,
pekerjaan, privasi, keintiman, dan hubungan

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan dampak diagnosis


kanker dan prognosis yang tidak pasti

2. Diagnosa keperawatan esensial yang berhubungan dengan kemoterapi


Resiko

terhadap

infeksi

berhubungan

dengan

penatalaksanaan

kemoterapi karena destruksi pembelahan sel-sel hematopoietik yang


cepat dan mengakibatkan immunosupresi
Resiko terhadap cedera berhubungan dengan supresi sumsum tulang
sebagai akibat dari trombositopenia
Perubahan Nutrisi yaitu kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah, dan diare
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia, penurunan berat
badan, dan/atau perubahan sekunder terhadap kemoterapi
Risiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
ekstravasasi kemoterapio vesikan seperti adriamisin dan/atau vinkristin
Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan efek samping
kemotrapi ifosfamid (IFEX) atau kemoterapi sitoksan dosis tinggi yang
mengakibatkan hematuria dan/atau toksisitas ginjal
Perubahan persepsi/sensotik, kinestetik berhubungan dengan toksisitas
SSP kerena Ifosfamide (IFEX)
3. Diagnosa keperawatan esensial yang berhubungan dengan pembedahan

Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan pembedahan


Intervensi:
o Jelaskan prosedur bedah
-Biopsi insisi
31

-Eksisi local
-Eksisi dengan batas luas
-Penggunaan implant dan pencangkokan khusus
-Reseksi en bloc
-Amputasi
-Reseksi metastasis
-Pembedahan sitoreduksi
o Jelaskan istilah-istilah dan prosedur umum yang berhubungan
dengan bahan patologi
o Nahas kemungkinan hasil pembedahan
-Perubahan bentuk tubuh
-Perubahan fungsi tubuh
-Keterbatasan gerak
-Kehilangan ekstremitas
o Jelaskan persiapan praoperasi
-Alat-alat persiapan pembedahan dan pembersihan usus
-Pengangkatan prostesis dan alat lainnya
-Keterbatasan gerak
-Kehilangan ekstremitas
o Sediakan bahan-bahan pengajaran/video pengetahuan tentang
pembedahan
o Jelaskan kebiasaan rutin yang dilakukan setelah pembedahan
-Mekanisme pembersihan paru, pengelolaan gerak pasien, dan rasa
nyeri
-Kemungkinan penggunaan alat-alat seperti drain, penutup luka,
slang toraks, slang nasogastrik, kateter urine, dll.

Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan amputasi


ekstremitas
Agen kemoterapi osteosarkoma:
Dozorubisin,

Sisplatin,

Metotreksat,

Siklofosfamid,

Ifosfamid,

Daktinomisin, Bleomisin
Intervensi:

32

o Kaji status emosi


o Tentukan dan evaluasi :
-Pertumbuhan dan perkembangan
-Rentan gerak sendi, kekuatan otot
-Cara berjalan, keseimbangan, dan koordinasi
-Status vascular (sirkulasi dan sensasi)
o Pengkajian pascaoperasi meliputi:
-Status fisik umum, tanda vital
-Penempatan posisi tubuh yang benar
-Tanda dan gejala komplikasi pascabedah yang berhubungan
dengan pembedahan (perdarahan, infeksi, sindrom kompartemen,
emboli paru, pemecahan kulit)
-Tanda dan gejala komplikasi yang berhubungan dengan gangguan
mobilitas (konstipasi, pemecahan kulit, pneumonia, retensi urine,
anoreksia)
-Pengelolaan nyeri (nyeri fantom setelah amputasi)
-Kemampuan untuk melakukan latihan rentang gerak dan/atau
penggunaan alat bantu (tongkat penyangga, prostesis, dll)
-Kemampuan untuk merawat puntung amputasi dan prostesis
o Koordinasikan terapi rehabilitasi dengan tim multidisiplin (terapis
fisik, terapis pekerjaan, ahli prostesis, dll)
o Rancang pertemuan dengan pasien rehabilitasi jika memungkinkan
o Ajarkan pasien:
-Bahas pentingnya terapi fisik (latihan rentang gerak, kemampuan
berjalan)
-Ajarkan pentingnya nutrisi yang baik dan hidrasi
-Bahas dengan pasien/keluarga kemungkinan komplikasi yang
berhubungan dengan amputasi (iritasi kulit, perubahan penyangga,
pembengkakan atau nyeri yang lebih hebat, demam, masalah
mekanis dengan prostesis)
-Tekankan pentingnya komunikasi yang terbuka
-Sediakan informasi untuk mendapatkan dukungan kelompok bagi
pasien/keluarga

33

Nyeri berhubungan dengan intervensi pembedahan

Gangguan citra tubuh berhubngan dengan amputasi, reseksi luas


terhadap jaringan lunak, atau pemendekan anggota badan karena
sarcoma

Risiko terhadap perubahan sensori/persepsi yakni taktil berhubungan


dengan kemungkinan adanya kerusakan saraf karena pembedahan
sebagian anggota gerak

Risiko terhadap koping individu takefektif berhubungan dengan


penggunaan donor mayat untuk tandur tulang

4. Diagnosa keperawatan esensial yang berhubungan dengan terapi radiasi


Risiko terhadap kerusakan kulit berhubungan dengan trauma jaringan
dan terapi radiasi
Keletihan berhubungan dengan efek samping terapi radiasi
Kurang pengetahuan berhubungan dengan terapi radiasi pada daerah
ekstremitas yang sakit
3. Perencanaan dan Implementasi
Sasaran. Sasaran utama pasien meliputi pemahaman mengenai proses
penyakit dan program terapi, pengontrolan nyeri, tiadanya fraktur patologik, pola
penyelesaian masalah yang efektif, peningkatan harga diri dan tiadanya
komplikasi
Asuhan keperawatan pasien yang menjalani eksisi tumor tulang pada
beberapa hal sama dengan pasien lain yang menjalani pembedahan skeletal.
Tanda vital dipantau, kehilangan darah dikaji, dilakukan observasi untuk mengkaji
timbulnya komplikasi seperti trombosis vena profunda, emboli paru, infeksi,
kontraktur, dan atrofidisuse. Bagian yang dioperasi harus ditinggikan untuk
mengontrol pembengkakan; status neurovaskuler ekstremitas harus dikaji.
Biasanya daerah tersebut diimobilisasi dengan bidal, gibs, atau pembalut elastis
sampai tulang menyembuh.
4. Intervensi Keperawataan

34

Memahami Proses Penyakit dan Terapi. Pendidikan pasien dan


keluarganya mengenai proses dan diagnosis penyakit serta program penanganan
sangat penting. Penjelasan mengenai uji diagnostik, penanganan (misal,
perawatan luka), dan hasil yang mungkin terjadi (misal, penurunan rentang gerak,
kebas, perubahan kontur tubuh) dapat membantu pasien menyesuaikan diri
dengan prosedur dan perubahan yang terjadi. Kerja sama dan kepatuhan
terhadap program terapi harus didorong melalui pemahaman. Perawat dapat
menekankan dan menjelaskan informasi yang diberikan oleh dokter paling efektif
bila perawat hadir selama diskusi antara dokter dan pasien. Pasien didorong agar
bisa sedapat mungkin mandiri.
Pengontrolan Nyeri. Teknik penatalaksanaan nyeri psikologik dan
farmakologik dapat digunakan untuk mengontrol nyeri dan meningkatkan tingkat
kenyamanan pasien. Perawat bekerja sama dengan pasien dalam merancang
program manajemen nyeri yang paling efektif, sehingga akan meningkatkan
pengontrolan pasien terhadap nyeri. Perawat mempersiapkan pasien dan
memberikan dukungan selama prosedur yang menyakitkan.
Setelah pembedahan, pasien akan merasakan nyeri baik di bagian yang
dibedah maupun tempat donor. Analgetika opioid sesuai resep dapat digunakan
selama periode pascaoperasi awal. Kemudian, setelah itu analgetika non-opioid
oral sudah memadai untuk mengurangi nyeri.
Mencegah Fraktur Patologik. Tumor tulang akan melemahkan tulang
sampai ke titik di mana aktivitas normal atau perubahan posisi dapat
mengakibatkan fraktur. Selama asuhan keperawatan tulang yang sakit harus
disangga dan ditangani dengan lembut. Penyangga luar (misal, bidai) dapat
dipakai untuk perlindungan tambahan.
Pembatasan beban berat badan yang dianjurkan harus diikuti. Pasien
diajar bagaimana mempergunakan alat Bantu dengan aman dan bagaimana
memperkuat ekstremitas yang sehat.
Koping Efektif. Pasien dan keluarganya didorong untuk mengungkapkan
rasa takut, keprihatinan, dan perasaan mereka. Mereka membutuhkan dukungan
dan perasaan

diterima agar mereka mampu menerima dampak tumor tulang

maligna. Perasaan terkejut, putus asa, dan sedih pasti akan terjadi. Maka rujukan

35

ke perawat psikiatri, ahli psikologi, konselor, atau rohaniawan perlu diindikasikan


untuk bantuan psikologik khusus.
Meningkatkan

Harga

Diri.

Kemandirian

versus

ketergantungan

merupakan isu pada pasien yang menderita keganasan. Gaya hidup akan
berubah secara dramatis, paling tidak sementara. Keluarga harus didukung dalam
menjalankan penyesuaian yang harus dilakukan. Perubahan citra diri akibat
pembedahan dan kemungkinan amputasi harus diketahui. Peyakinan yang masuk
akal mengenai masa depan dan penyesuaian aktivitas yang berhubungan dengan
peran harus dilakukan. Perawatan diri dan sosialisasi harus didorong. Pasien
harus berpatisipasi dalam perencanaan aktivitas harian. Keterlibatan pasien dan
keluarganya sepanjang terapi dapat mendorong kepercayaan diri, pengembalian
konsep diri, dan perasaan dapat mengontrol hidupnya sendiri.
Penyembuhan Luka. Penyembuhan luka dapat terlambat karena trauma
jaringan akibat pembadahan atau radiasi sebelumnya. Tekanan pada daerah luka
harus dioptimalkan untuk memperbaiki peredaran darah ke jaringan. Balutan luka
nontraumatik dan aseptik akan mempercepat penyembuhan. Pemantauan dan
pelaporan temuan laboratorium memungkinkan pemberian intervensi untuk
memperbaiki homeostasis dan penyembuhan luka.
Mengubah posisi pasien sesering mungkin akan mengurangi insidensi
kerusakan kulit akibat tekanan. Nyeri dan penghindaran gerakan menunjukan
potensial terjadinya kerusakan kulit. Tempat tidur terapeutik khusus diperlukan
untuk mencegah kerusakan kulit dan memperbaiki penyembuhan luka setelah
pembedahan plastik konstruktif dan grafting ekstensif.
Nutrisi Adekuat. Karena kehilangan selera makan, mual, dan muntah
sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, maka perlu diberikan
nutrisi yang memadai untuk mempercepat penyembuhan dan kesehatan.
Antiemetika dan teknik ralaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.
Stomatitis dapat dikontrol dengan obat cuci mulut anestetik atau antijamur.
Hidrasi yang memadai sangat penting. Suplemen nutrisi atau parenteral total
dapat diresepkan untuk mendapatkan nutrisi yang memadai.
Infeksi Luka Operasi. Antibiotik profilaksis dan teknik balutan aseptik
ketat dilakukan untuk mengurangi terjadinya osteomielitis dan infeksi luka operasi.
Selama penyembuhan, infeksi lain (misal: infeksi saluran napas atas) harus
dihindari sehingga penyebaran hematogen tak akan berakibat osteomielitis.
36

Bila pasien mendapat kemoterapi, hitung jenis dan harus dipantau dan
pasien harus diintruksikan untuk menghindari bertemu dengan orang yang
sedang menderita demam atau infeksi.
Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan Rumah. Persiapan
dan koordinasi untuk perawatan ksehatan berkelanjutan dimulai sejak dini
sebagai

suatu

tindakan

multidisiplin.

Pendidikan

pasien

ditujukan

pada

pengobatan, pembalutan, dan program terapi, selain program terapi fisik dan
okupasi. Penggunaan peralatan khusus secara aman harus dijelaskan. Pasien
dan keluarga harus mempelajari tanda dan gejala kemungkinan komplikasi.
Pasien diminta untuk mencatat nomor telepon orang yang dapat segera dihubungi
bila sewaktu-waktu timbul masalah. Kadang, perjanjian dibuat bersama agen
asuhan kesehatan untuk supervisi perawatan di rumah dan tindak lanjut. Perlunya
supervisi kesehatan jangka panjang ditekankan untuk meyakinkan telah terjadi
penyembuhan atau untuk mendeteksi kekambuhan tumor atau metastasis.
5. Evaluasi
Hasil yang Diharapkan
1.Menerangkan proses penyakit dan program terapi
a.Menerangkan proses patologik
b.Menentukan sasaraan program terapeutik
c.Mencari penjelasan informasi
2. Mampu mengontrol nyeri
a. Memanfaatkan teknik pengontrolan nyeri, termasuk obat yang diresepkan
b.Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat,
selama menjalankan aktivitas sehari-hari, atau tempat operasi
3. Tidak mengalami patah tulang patologik
a. Menghindari stres pada tulang yang lemah
b. Mempergunakan alat bantu dengan aman
c. Memperkuat ekstremitas yang sehat

37

4. Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif


a. Mengemukakan perasaannya dengan kata-kata
b. Mengidentifikasi kekakuan dan kemampuannya
c. Membuat keputusan
d. Meminta bantuan bila perlu
5. Memperlihatkan konsep diri yang positif
a. Mengindentifikasi tanggung jawab rumah tangga dan keluarga yang mampu
ditanggungnya
b. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuannya
c. Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri
d. Memperlihatkan kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari
6. Memperlihatkan tiadanya komplikasi
a. Memperlihatkan penyembuhan luka
b. Tidak mengalami kerusakan kulit
c. Mempertahankan atau meningkatkan berat badan
d. Tidak mengalami infeksi
e. Mengatasi efek samping terapi
f. Melaporkan gejala toksisitas obat atau komplikasi pembedahan
7. Berpatisipasi dalam perawatan kesehatan berkelanjutan di rumah
a. Mematuhi regimen yang ditentukan (mis, menelan setiap obat yang
diresepkan, tetap menjalankan program terapi fisik dan okupasi)
b. Menyetujui perlunya supervisi kesehatan jangka panjang
c. Rajin memenuhi janji perawatan kesehatan tindak lanjut
d. Melaporkan bila ada gejala atau komplikasi

38

BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Sarkoma osteogenik atau osteosarkoma merupakan neoplasma tulang
primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat
yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang,
terutama lutut. Kasus sarkoma osteogenik paling banyak menyerang anak remaja
dan mereka yang baru menginjak masa dewasa, tetapi dapat juga menyerang
penderita penyakit Paget yang berusia lebih dari 50 tahun.
Penyebab utama masih misteri, tetapi faktor genetik, virus onkologi, dan
terpapar radiasi disinyalir sebagai asal muasal timbul sarkoma osteogenik ini.
Nyeri yang menyertai destruksi tulang dan erosi adalah gejala umum dari penyakit
ini.

39

Beberapa jenis tumor primer seperti sarkoma osteogenik dapat dirawat


paling baik dengan jalan amputasi atau melakukan pembedahan ablative secara
menyeluruh. Meskipun kemoterapi dan imunoterapi agaknya juga mempunyai
kemampuan

untuk

menyembuhkan,

tetapi

sering

kali

perlu

dilakukan

pembedahan untuk membuang tumor dan semua jaringan di sekitarnya. Selain


itu, juga dikembangkan terapi x-ray sinar tingkat tinggi.

6.2 Saran
Setelah penulis menjabarkan mengenai kasus osteosarkoma, diharapkan
memberi suatu pencerahan dan tambahan ilmu pengetahuan mengenai kasus ini.
Namun, dalam uraiannya, penulis sadar bahwa masih banyak hal yang dirasa
kurang dan oleh karenanya penulis mengharapkan suatu masukan dan saran
untuk kebaikan mendatang dalam segala bidang, terutama kasus osteosarkoma
ini. Penelusuran lebih jauh dan dalam lagi mengenai perkembangan kasus
osteosarkoma ini merupakan jalan terbaik untuk mendapat informasi yang lebih
relevan disamping makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Linda Jual. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8.


Jakarta : EGC

Kusnanto, S.Kp., M.Kes. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC

Robbin dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II edisi 4. Jakarta : EGC

Chandrasoma, Parakrama; Taylor, Clive R. 2005. Ringkasan Patologi


Anatomi. Jakarta : EGC

Price, Sylvia A., dkk. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit, edisi 4. Jakarta : EGC

Otto, Shirley E. 2003. Pocket Guide to Oncology Nursing 2 nd edition.


Kansas : Mosby-Year Book, Inc

Gale, RN, MS, Danielle; Charatte, RN, BSN, OCN, Jane. 1995.
Oncology Nursing Care Plans. Texas : Skidmore-Roth Publishing

40

Meyer WH; Malawer MM. 1991. Osteosarcoma : Clinical features and


Evolving Surgical and Chemotheraputic Strategies, Pediatr Clin North
Am 38:317

Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan


Praktik, edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Akses internet tanggal 30 Oktober 2008 pukul 10 WIB :

http://en.wikipedia.org/wiki/Osteosarcoma
http://www.cancerindex.org/ccw/faq/osteo.htm#q51
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001650.htm
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/osteosarcoma
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/osteosarcoma/Healt
hProfessional/
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=338687
http://www.emedicine.com/orthoped/TOPIC531.HTM
http://www.cancer.org/docroot/CRI/CRI_2_3x.asp?dt=52
http://www.cancer.org/docroot/CRI/CRI_2_1x.asp?rnav=criov&dt=52

Akses internet tanggal 31 Oktober 2008 pukul 21 WIB :

http://emedicine.medscape.com/article/1256857-overview
http://content.nejm.org/cgi/content/full/356/26/2721
http://content.nejm.org/cgi/content/full/341/16/1217
http://content.nejm.org/cgi/content/full/350/16/1655
http://kidshealth.org/parent/medical/cancer/cancer osteocacoma.html
http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&sl=en&u=http://kidshealth.org/parent/medical/cancer/cancer_ost
eosarcoma.html&sa=X&oi=translate&resnum=3&ct=result&prev=/sear
ch%3Fq%3Dosteosarcoma%26hl%3Did
www.google.co.id/gwt/n?
eosr=on&q=osteosarkoma&hl=in&ei=uWdASciXGoSE6AO7saeaAg&
source=m&sa=X&oi=blended&ct=res&cd=2&rd=1&u=http%3A%2F

41

%2Fwww.indonesiaindonesia.com%2Ff%2F9862-kanker-tulangprimer%2F
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/osteosarcoma

LAMPIRAN

42

Picture 1. Osteosarcoma (Tumor of the bone)

Picture 2. Clinical appearance of a teenager who presented with osteosarcoma of


the proximal humerus. Note the impressive swelling throughout the deltoid
region, as well as the disuse atrophy of the pectoral musculature.

Picture 3. Sarcoma Osteogenic or Osteosarcoma

Picture 4. Chest radiograph of patient with osteosarcoma who died from


pulmonary metastatic disease. Note the presence of a pneumothorax as well
as radiodense (bone-forming) metastatic lesions.

43

Picture 5. Radiographic appearance (plain radiograph) of a proximal humeral


osteosarcoma Note the radiodense matrix of the intramedullary portion of the
lesion, as well as the soft-tissue extension and aggressive periosteal reaction.

Picture 6. Magnetic resonance image appearance (T1-Weighted Image) of


Osteosarcoma of the proximal humerus. Note the dramatic tumor extension into
adjacent soft-tissue regions.

Picture 7. Core needle biopsy instruments commonly used for bony specimens.
Craig needle set.

44

Picture 8. Resected specimen of a proximal tibia osteosarcoma. The primary


lesion was such that the knee joint was resected with the primary lesion. Note that
the previous longitudinal biopsy tract was completely excised with the specimen
performed.

Picture 9. Intraoperative photograph of Van Ness rotationplasty procedure


osteosynthesis of the tibia to the residual femur is being performed.

45

Anda mungkin juga menyukai