Anda di halaman 1dari 13

Manajemen Bencana Bencana merupakan malapetaka yang luar biasa, baik yang disebabkan gejala alam maupun hasil

perbuatan manusia, dapat merusak tempat tinggal, mengacaukan kehidupan bermasyarakat serta menyebabkan kesakitan dan kematian yang signifikan, dimana melampaui kemampuan kapasitas normal dari populasi yang terkena. Menurut Undangundang No. 4 Tahun !!", Bencana adalah rangkaian peristi#a yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan$atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban ji#a manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Terdapat % jenis bencana, yaitu&
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristi#a atau serangkaian

peristi#a yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.
2. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristi#a atau rangkaian

peristi#a nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan #abah penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristi#a atau serangkaian

peristi#a yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat dan teror. Menurut Barbara 'antamaria ()**+,, ada tiga fase suatu bencana dapat terjadi, yaitu & ). Fase pre-impact merupakan warning phase, tahap a#al dari bencana. -nformasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca. 'eharusnya pada fase inilah segala persiapan dilakukan dengan baik oleh pemerintah, lembaga dan masyarakat. . Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks bencana. -nilah saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup, fase ini terus berlanjut hingga tejadi kerusakan dan kedatangan bantuan-bantuan yang darurat terlaksana. %. Fase post-impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase darurat. .uga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi kualitas normal. 'ecara umum pada fase post-impact para korban akan mengalami tahap

respons fisiologi mulai dari penolakan (denial,, marah (angry,, ta#ar-mena#ar (bargaining,, depresi (depression, hingga penerimaan (acceptance). Mengingat dampak yang ditimbulkan dari berbagai jenis bencana yang telah diuraikan di atas perlu diadakan suatu upaya penanggulangan bencana yang sistematis. Manajemen bencana adalah proses yang sistematis dimana didalamnya termasuk berbagai macam kegiatan yang memanfaatkan kemampuan dari kebijakan pemerintah, juga kemampuan komunitas dan indi/idu untuk menyeseuaikan diri dalam rangka meminamalisir kerugian. Tujuan dilakukan manajemen bencana, diantaranya&
1. Menghindari kerugian pada indi/idu, masyarakat, dan Negara melalui tindakan dini.

. Meminimalisasi kerugian pada indi/idu, masyarakat dan Negara berupa kerugian yang berkaitan dengan orang, fisik, ekonomi, dan lingkungan bila bencana tersebut terjadi, serta efektif bila bencana itu telah terjadi.
3. Meminimalisasi penderitaan yang ditanggung oleh indi/idu dan masyarakat yang

terkena bencana. Membantu indi/idu dan masyarakat yang terkena bencana supaya dapat bertahan hidup dengan cara melepaskan penderitaan yang langsung dialami. 4. Memberi informasi masyarakat dan pihak ber#enang mengenai resiko. +. Memperbaiki kondisi sehingga indi/idu dan masyarakat dapat mengatasi

permasalahan akibat bencana. 'ecara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi dalam kedalam tiga kegiatan utama, yaitu& ). 0egiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini. . 0egiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue ('12,, bantuan darurat dan pengungsian. %. 0egiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.

0egiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal justru kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pasca bencana. 'edikit sekali pemerintah bersama masyarakat maupun s#asta memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan didalam menghadapi bencana atau bagaimana memperkecil dampak bencana. 0egiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, e/akuasi dan pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah bersama s#asta maupun masyarakatnya. 3ada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi. 0egiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. 3ada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bah#a rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau depresi. Manajemen bencana dapat dibagi menjadi beberapa fase& ). 4ase Mitigasi Mitigasi merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengurangi resiko dan potensi kerusakan akibat keadaan darurat. 1nalisa demografi populasi rentan dan kemampuan komunitas harus dianalisa. Mitigasi mencakup pendidikan kepada publik, tindakan untuk menyiapkan bencana pada indi/idu, keluarga, dan komunitas. 5imulai dengan mengidentifikasi hazard potential yang mempengaruhi operator organisasi. -ndonesia kini tengah menuju mitigasi$tindakan pre/entif. Mitigasi yang dilakukan adalah dengan pembangunan struktural dan non struktural di daerah rentan gempa dan bencana alam lainnya. Tindakan mitigasi struktural

contohnya dengan pemasangan sistem informasi peringatan dini tsunami, yang bekerja setelah terjadi gempa. Mitigasi non struktural adalah penataan ulang tata ruang area rentan bencana. . 4ase 0esiapsiagaan dan 3encegahan (Prevention phase) 4ase kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik dengan berbagai tindakan untuk meminamalisir kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana dan menyusun perencanaan agara dapat melakukan kegiatan pertolongan serta pera#atan yang efektif saat terjadi bencana. Tindakan terhadap bencana menurut 3BB ada * kerangka, yaitu& pengkajian terhadap kerentanan, membuat perencanaan, pengorganisasian, sistem informasi, pengumpulan sumber daya, sistem alarm, mekanisme tindakan, pendidikan dan pelatihan penduduk, gladi resik. Beberapa langkah yang dilakukan oleh Badan Nasional 3enanganan Bencana baik tingkat Nasional dan 5aerah telah diusahakan sekeras mungkin. 6ontohnya pemetaan daerah ra#an bencana gempa, regionalisasi daerah bencana gempa, penetapan daerah yang menjadi #ilayah basis pencapaian lokasi bencana gempa, serta penetapan daerah lokasi e/akuasi saat dilakukan penanganan korban gempa bumi. %. 4ase Tindakan (Respond Phase) 4ase tindakan merupakan fase dimana dilakukan berbagai aksi darurat yang nyata untuk menjaga diri sendiri atau harta kekayaan. Tujuan dari fase tindakan adalah mengontrol dampak negatif dari bencana. 1kti/itas yang dilakukan, yaitu& instruksi pengungsiaan, pencarian dan penyelamatan korban, menjamin keamanan dilokasi bencana, pengkajian terhadap kerugian akibat bencana, pembagian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat, pengiriman dan penyerahan barang material, dan menyediakan tempat pengungsian. 4ase tindakan dibagi menjadi fase akut dan fase sub akut. 4ase akut dihitung sejak 47 jam pertama bencana terjadi disebut juga fase penyelamatan dan pertolongan medis darurat sedangkan fase sub akut terjadi sejak -% minggu setelah bencana. 4. 4ase 3emulihan

4ase pemulihan merupakan fase dimana indi/idu atau masyarakat dengan kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti kondisi sebelumnnya. 3ada fase ini orang-orang mulai melakukan perbaikan darurat tempat tinggal, mulai sekolah atau bekerja, memulihkan lingkungan tempat tinggalnya. 4ase ini merupakan masa peralihan dari kondisi darurat ke kondisi tenang. +. 4ase 2ehabilitatif 4ase 2ehabilitasi merupakan fase dimana indi/idu atau masyarakat berusaha mengembalikan fungsi fungsi-fungsinya seperti sebelum bencana dan merencanakan rehabilitasi terhadap seluruh komunitas. 0eadaannya mengalami perubahan dari sebelum bencana. Upaya yang dilakukan dalam manajemen '5M 0esehatan yang terkait dengan penanggulangan krisis akibat bencana dibagi dalam tiga tahap berikut sesuai dengan siklus penanggulangan bencana. ). 3rabencana (pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, a. 3enyusunan peta ra#an bencana 3enyusunan peta ra#an bencana dan peta geomedik sangat penting artinya untuk memperkirakan kemungkinan bencana yang akan terjadi serta kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan dan ketersediaan '5M 0esehatan berikut kompetensinya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan peta ra#an bencana adalah& a, 1ncaman (ha8ard,, jenis bahaya bencana apa yang mungkin terjadi. -nformasi ini dapat diperoleh dengan melihat keadaan geografis #ilayah setempat. b, 0erentanan (/ulnerability,, sejauh mana akibat dari bencana ini terhadap kehidupan masyarakat (khususnya kesehatan,. -nformasi yang dibutuhkan dalam menilai kerentanan yang terkait '5M 0esehatan berhubungan dengan data tentang in/entarisasi ketenagaan yang dimiliki, contohnya dokter ahli, dokter umum, pera#at, bidan, sanitarian, ahli gi8i, dan lain-lain.

c, 3enyusunan peta ra#an bencana sebaiknya dilakukan secara lintas program (melibatkan unit-unit program yang ada di 5inas 0esehatan, dan lintas sektor (melibatkan instansi terkait seperti 3emda, 2'U, TN-, 39:2-, 5inas 0essos, 3M-, 9rmas, :'M, 3eta ra#an bencana secara berkala die/aluasi kembali agar sesuai dengan keadaan dan kondisi setempat. b. 3enyusunan peraturan dan pedoman dalam penanggulangan krisis akibat bencana yang salah satunya terkait dengan penempatan dan mobilisasi '5M 0esehatan. c. 3emberdayaan tenaga kesehatan pada sarana kesehatan khususnya 3uskesmas dan 2', terutama di daerah ra#an bencana. d. 3enyusunan standar ketenagaan, sarana dan pembiayaan. e. 3enempatan tenaga kesehatan disesuaikan dengan situasi #ilayah setempat (kera#anan terhadap bencana,. f. 3embentukan Tim 2eaksi 6epat (Brigade 'iaga Bencana, B'B,. g. 'osialisasi '5M 0esehatan tentang penanggulangan krisis akibat bencana. h. 3elatihan-pelatihan dan gladi. i. 3embentukan 3usat 3elayanan 0esehatan Terpadu atau 3'6 di 0abupaten$0ota. . 'aat bencana (tanggap darurat, a. Mobilisasi '5M 0esehatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. b. 3engorganisasian '5M 0esehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. %. 3ascabencana (pemulihan$rehabilitasi dan rekonstruksi, a. Mobilisasi '5M 0esehatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. b. 3engorganisasian '5M 0esehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. c. Upaya pemulihan '5M 0esehatan yang menjadi korban agar dapat menjalankan fungsinya kembali.

d. 2ekruitmen '5M 0esehatan untuk peningkatan upaya penanggulangan krisis akibat bencana pada masa yang akan datang. 3rogram pendampingan bagi petugas kesehatan di daerah bencana. Bencana adalah hasil dari munculnya kejadian luar biasa (hazard, pada komunitas yang rentan (vulnerable, sehingga masyarakat tidak dapat mengatasi berbagai implikasi dari kejadian luar biasa tersebut. Manajemen bencana pada dasarnya berupaya untuk menghindarkan yaitu&
a.

masyarakat

dari

bencana

baik

dengan

mengurangi

kemungkinan

munculnya hazard maupun mengatasi kerentanan. Terdapat lima model manajemen bencana

Disaster management continuum model. Model ini mungkin merupakan model yang paling popular karena terdiri dari tahaptahap yang jelas sehingga lebih mudah diimplementasikan. Tahap-tahap manajemen bencana di dalam model ini meliputi emergency, relief, rehabilitation, reconstruction, mitigation, preparedness, dan early warning.

b.

Pre-during-post disaster model. Model manajemen bencana ini membagi tahap kegiatan di sekitar bencana. Terdapat kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan sebelum bencana, selama bencana terjadi, dan setelah bencana. Model ini seringkali digabungkan dengan disaster management continuum model.

c.

Contract-expand model. Model ini berasumsi bah#a seluruh tahap-tahap yang ada pada manajemen bencana (emergency, relief, rehabilitation, reconstruction, mitigation, preparedness, dan early warning, semestinya tetap dilaksanakan pada daerah yang ra#an bencana. 3erbedaan pada kondisi bencana dan tidak bencana adalah pada saat bencana tahap tertentu lebih dikembangkan (emergency dan relief, sementara tahap yang lain sepertirehabilitation, reconstruction, dan mitigation kurang ditekankan.

d.

The crunch and release model.

Manajemen bencana ini menekankan upaya mengurangi kerentanan untuk mengatasi bencana. Bila masyarakat tidak rentan maka bencana akan juga kecil kemungkinannya terjadi meski hazard tetap terjadi.
e.

Disaster risk reduction framework. Model ini menekankan upaya manajemen bencana pada identifikasi risiko bencana baik dalam bentuk kerentanan maupun hazard dan mengembangkan kapasitas untuk mengurangi risiko tersebut. 0ebijakan penanggulangan bencana diterjemahkan dalam 'istem Nasional

3enaggulangan Bencana ('isNas 3B,, dimana sistem dan sub-sistem ini telah dan terus dikembangkan dengan komponen sebagai berikut& 1. Legislasi o Nasional UU 3B no. 4 tahun !!" tentang penanggulangan bencana, 3eraturan 3residen no. !7 tahun !!7 tentang Badan Nasional 3enanggulangan Bencana, 3eraturan 3emerintah (33, no. ) tahun !!7 tentang 3enyelenggaraan 3enanggulangan Bencana, 33 no. tahun !!7 tentang 3endanaan dan 3engelolaan Bantuan Bencana, dan 33 no. % tahun !!7 tentang 3eran 'erta :embaga -nternasional dan :embaga 1sing non 3emerintah 5alam 3enanggulangan Bencana. 3eraturan 0epala (3erka, BN3B dan lain sebagainya. o 5aerah 3eraturan daerah atau ;anun terkait penenggulangan bencana yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah atau kepala daerah di le/el pro/insi dan kabupaten. 1dapun contohnya seperti ;anun No + tentang 3enanggulangan Bencana aceh dan lain sebagainya. 2. Kelembagaan 3embentukan kelembagaan yang kuat dalam upaya penanggulangan bencana ada yang bersifat formal dan non- formal. 5alam hal ini, lembaga yang bersifat formal adalah Badan Nasional 3enanggulangan Bencana (BN3B, untuk nasional dan Badan 3enanggulangan Bencana 5aerah (B3B5, untuk pro/insi dankabupaten$kota.

:embaga ini dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana mempunyai tugas dan fungsi <koordinasi, komando dan pelaksana. Untuk lembaga yang bersifat non-formal adalah platform atau forum 3B$32B seperti 3:1N1' 32B untuk tingkat nasional dan berbagai macam forum sejenis lainnya yang ada di daerah. 3. Perencanaan 3emaduan penanggulangan bencana kedalam perencanaan pembangunan

(Nasional$5aerah, dapat dilakukan dengan mengitegrasikan aspek-aspek 2encana 3enanggulangan Bencana dalam 23.3(5, dan 23.M(5, serta 2encana 1ksi = 32B dalam 203(5, 1dapun jenis-jenis perencanaan dalam penanggulangan bencana, sebagai berikut & o 2encana 3enanggulangan Bencana o 2encana Tanggap 5arurat o 2encana 0ontijensi o 2encana 9perasi o 2encana 3emulihan 4. Pendanaan 'umber-sumber pendanaan dalam penanggulangan sebagai berikut&
a.

5ana 5-31 (13BN$13B5, adalah dana untuk mendukung kegiatan rutin dan operasional lembaga$departemen terutama untuk kegiatan pengurangan risiko bencana.

b.

510 adalah danan untuk pemda 3ro/insi$0abupaten$0ota yang di#ujudkan dalam mata anggaran kebencanaan, disesuaikan dengan tingkat kera#anan dan kemampuan daerah.

c. d.

5ana Contingency adalah dana untuk penanganan kesiapsiagaan. 5ana 'iap 3akai (on call) adalah dana untuk bantuan kemanusiaan (relief, pada saat terjadi bencana.

e. f.

5ana bencana yang berpola hibah. 5ana yang bersumber dari masyarakat.

5.

Pengembangan kapasitas 'ub-sistem pengembangan kapasitas bisa dilakukan melalui &

a, 3endidikan dan 3elatihan o o o o o Memasukkan pendidikan kebencanaan dalam kurikulum sekolah Membuka program studi <disaster management> di perguruan tinggi Menyusun standar modul pelatihan manajemen bencana Melakukan pelatihan manajer dan teknis penanggulangan bencana Mencetak tenaga profesional dan ahli penanggulangan bencana

b,. 3enelitian dan 3engembangan -ptek 0ebencanaan. o 3emahaman karakteristik ancaman$ha8ard dan teknologi penanganannya c,. 3enerapan Teknologi 3enanggulangan Bencana o 2isk mapping dan tataruang o 5eteksi dini$?@' untuk ancaman bencana o 2umah tahan gempa$building code o Teknologi untuk penanganan darurat o Teknologi pangan untuk bantuan darurat 6. Pen elenggaraan 3elaksanaan penanggulangan bencana dengan melakukan serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan pada tahapan sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana mencakup kegiatan-kegiatan mulai dari fase pencegahan bencana, tanggap darurat, sampai pada fase rehabilitasi dan rekontruksi yang dilakukan secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh.

!anggap "ar#rat dan $at#an !#gas Tanggap darurat bencana adala% serangkaian tindakan yang diambil secara cepat menyusul terjadinya suatu peristi#a bencana, termasuk penilaian kerusakan, kebutuhan (damage and needs assessment,, penyaluran bantuan darurat, upaya pertolongan, dan pembersihan lokasi bencana. Tujuan dilakukan tanggap darurat, yaitu& ). Menyelamatkan kelangsungan kehidupan manusia. . Mengurangi penderitaan korban bencana. %. Meminimalkan kerugian material. Tahapan Tanggap Bencana ). Tahap 3engaktifan & a. Mengumumkan terjadinya bencana dan melaksanakan tanggap a#al. b. Mengorganisasi komando dan pengendalian. . Tahap 3enerapan & a. '12. o 3encarian korban atau material hilang atau dikha#atirkan hilang atau menghadapi bahaya o Memberikan bantuan pada saat terjadi musibah b. Triase c. 3engelolaan definitif atas pasien $ sumber bahaya. %. Tahap 3emulihan & a. Menghentikan kegiatan. b. 0embali ke operasi normal. c. 5ebriefing. Tim Bantuan Bencana a. Tim Aerak 6epat Tim yang dharapkan dapat segera bergerak dalam #aktu !- 4 jam setelah ada informasi kejadian bencana. Terdiri dari&

o 3elayanan medik 5okter Umum$B'B 5okter 'pesialis Bedah 5okter 'pesialis 1nastesi 3era#at Mahir (Bedah$Aa#at 5arurat, Tenaga 5 ---$-B 1poteker $ 1ss. 1poteker 'opir 1mbulans o 'ur/eilans 'anitarian ?pidemiolog o 3etugas 0omunikasi b. 'ubtim 2apid 1ssesment (2C1, Tim yang bisa diberangkatkan bersama dengan tim reaksi cepat. o 5okter Umum o ?pidemiolog o 'anitarian c. 'ubtim Medik Tim yang diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah tim gerak cepat dan tim 2C1 kembali dengan laporan hasil kegiatan mereka di lapangan. 'ubtim medik bertugas untuk mera#at korban yang membutuhkan pera#atan medis. o 5okter spesialis o 5okter umum

o 1poteker D asisten apoteker o 3era#at mahir o Bidan (d% kebidanan, o 'anitarian (skm$d% kesling, o 1hli gi8i (d%$d4 gi8i$skm, o Tenaga sur/eilans (d iii$i/ kesehatan$skm, o ?ntomolog (d iii$i/ kesehatan$skm$sarjana biologi, d. e. Manajemen 3elaksanaan 'ubtim 0esehatan Tim ini bertugas untuk menolong korban yang tidak mengalami luka. &'F'&'($) 5amayanti, 5oty. !)). Manajemen encana! Mendorong Mitigasi erbasis Resi"o. .akarta& Aramedia 3ustaka Utama. 4ebransyah, 1de. Utama. 3an 1merican Cealth 9rgani8ation. !!%. ?A6. 'ambodo, ?ndo. !) . Manajemen Bencana. +"ripsi. 'ema, Aul. !!". encana $lam. .akarta& Eudhistira. 'umaryono, 5joko. !!+. Pedoman %asional Manajemen encana di ,ndonesia. encana $lam! Perlindungan #esehatan !!*. Meni"mati #etida"pastian. .akarta& Aramedia 3ustaka

Masyara"at (terj. %atural &isasters! Protecting 'he Public(s )ealth)* .akarta&

0ementerian 0oordinator Bidang 3olitik, Cukum dan 0eamanan, 2epublik -ndonesia. .akarta. @ijayanti, 1di 4allah. !)). Manajemen Bencana. +"ripsi. Uni/ersitas -ndonesia. Eulaela#ati, ?lla dan 'yihab, Usman. !!7. Mencerdasi encana. .akarta& Arasindo.

Anda mungkin juga menyukai