Anda di halaman 1dari 3

Nama : Eka saryanti Nim : 521102521

TIKUS DESA dan TIKUS KOTA


Faris menulis undangan untuk sepupunya samsam untuk hadir

mengunjunginya ke desa diakhir pekan. Samsam membaca undangan tersebut dan dia merasa senang, dan berkata pada dirinya : Waktu yang panjang telah berlalu, aku belum melihat sepupuku dan juga desa dimana ia tinggal, aku akan memenuhi undangannya dan aku akan mengunjunginya, dan menghabiskan waktu bersamanya pada hari kamis dan jumat. Samsam memakai pakaian yang paling bagus, dan dia mengendarai mobilnya yang kecil sambil berjalan di jalan-jalan kota, dan dia keluar kejalan yang menghubungkan tempatnya ke desa Faris. Faris tinggal dilubang pohon yang besar. Dia membersihkan rumahnya itu dengan baik dan dia menghiasinya dengan bunga-bunga dan mawar-mawar. Pada waktu makan siang, samsam dan Farid makan buah kemiri, kenari dan biji-bijian. Tetapi samsam tidak merasa kagum dengan makanan itu dan dia berkata : Luar biasa ! luar biasa ! Apakah kamu masih memakan kayu dan bijibijian sampai sekarang wahai Faris ? Sesungguhnya makanan kami dikota itu lebih istimewa dari pada makanan kalian, kamu harus datang kepada kami untuk melihat makanan kami, dan kamu merasakan makanan kami yang enak dan kamu tahu perbedaannya. Samsam mengajak Faris menaiki mobilnya menuju ke kota. Faris merasa terganggu dengan suara-suara manusia dan bisingnya mobil-mobil di jalan raya. Samsam tinggal dirumah yang besar yang dimiliki oleh seorang laki-laki yang paling kaya dikota ini. Dan dia memiliki ruang yang bagus di dinding dapur.

Samsam mencium aroma makanan yang sangat lezat sepanjang waktu ketika diruangannya. Malam pun tiba, dan tidurlah penghuni rumah dan samsam mengajak temannya Faris ke ruang makan. Kedua temannya ini naik keatas meja makan dengan sangat hati-hati. Adapun diatasnya terdapat daging yang sangat banyak yang baru dibuat dan buah-buahan dan kue-kue (coklat) dan bermacam-macam keju. Faris kagum dengan pemandangan ini, dia tidak pernah melihat makanan sebanyak ini sepanjang hidupnya. Faris makan, makan....dan terus makan, dan ketika dia makan sepotong dari keju yang enak, masuklah kucing yang ganas dan menerkam mereka berdua. Maka loncatlah dua sekawan ini dari meja makan dalam sekali lompatan. Faris berlari dengan cepat, Samsam pun berlari dengan cepat pula dan kucing yang ganas itu mengejar mereka berdua. Mereka sampai dirumah samsam pada waktu yang tepat. Dan samsam menggunci pintu rumahnya dengan cepat, maka berhentilah kucing yang ganas itu disamping pintu sambil mengeong dengan suara yang keras dan dia terus berputar-putar dengan keganasannya. Faris merasa sakit perut dan dia merasa bising dengan suara-suara manusia dan suara-suara mobil serta keramaian kota. Dan dia merasa lelah setelah memakan makanan yang banyak dan bertambah ketakutannya terhadap kucing yang ganas. Faris berterimakasih kepada sepupunya Samsam dan dia merasa malu dan pergi. Dan ketika dijalan Faris merasa rindu untuk kembali ke kampung halamannya yang tenteram, aman dan lingkungannya yang masih alami. Faris

memakan cabang dari dedaunan yanng hijau dan dia berjalan disekitar kampungnya yang tenang. Faris tidak pernah lagi pergi ke kota. Dia lebih mengistimewakan makanan di desanya yang kecil dan kehidupannya yang mudah dan aman dari pada makanan kota yang enak dan hidupnya yang susah dan bahaya.

Anda mungkin juga menyukai