3001 9684 1 PB
3001 9684 1 PB
)
1
2
p:
2
2
+
K
1
2
p:
2
2
(8)
Di dalam sistem penyaluran air yang melibatkan
sejumlah pipa dengan berbagai ukuran dan
perlengkapannya (valve, reducer, elbow, dll), akan
menimbulkan rugi-rugi gesekan. Rugi-rugi gesekan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya;
berat jenis air, kekentalan (viscosity), kekasaran
permukaan pipa bagian dalam, kecepatan aliran air,
diameter pipa, panjang pipa dan hambatan elemen
sistem pemipaan (pipe fitting). Aliran fluida di dalam
pipa dibagi dalam dua bagian yaitu laminer dan
turbulent. Aliran laminer terjadi pada kecepatan rendah,
dimana antar lapisan fluida yang mengalir tidak
tercampur satu sama lain. Aliran laminer memiliki
Reynold number kurang dari 2x10
4
. Aliran turbulent
terjadi pada kecepatan tinggi, dimana antar lapisan
fluida yang mengalir tercampur satu sama lain dan
membentuk pusaran. Aliran turbulent memiliki Reynold
number lebih besar dari 4x10
4
.
Rugi-rugi energi pada persamaan (8) dapat juga
dinyatakan dalam bentuk rugi-rugi head, dengan
membagi kedua ruas dengan masa fluida yang mengalir
(.g):
p
1
p.g
+
1
2
2g
+
1
=
p
2
p.g
+
2
2
2g
+
2
+ [
I
2
2
2g
+K
2
2
2g
(9)
E
1
=E
2
+[
2
2
-
1
2
2g
+(
2
1
) + [
I
2
2
2g
+K
2
2
2g
(10)
dimana:
p =tekanan fluida, N/m
2
=masa jenis fluida, kg/dm
3
H
= (p/.g) =head dalampipa, (m)
v =kecepatan aliran fluida, m/det
g =percepatan grafitasi, m/det
2
h =head elevasi, m
=faktor gesekan Darcy - Weisbach
l =panjang pipa, m
=diameter bagian dalampipa, m
K =koefisien resistansi aliran fluida (head minor
coefficient) besarnya tergantung valve & fitting
dan sistempemipaan.
V =volume (m
3
)
A =luas penampang pipa (m
2
)
22
Jurnal ELKHA Vol.5, No 1, Maret 2013
Rugi-rugi head akibat gesekan fluida dengan dinding
pipa dibagi menjadi dua bagian yaitu rugi head mayor;
h
L major
= [
I
2
2
2g
dan rugi head minor; h
L minor
=K
2
2
2g
, K nilai koefisien untuk berbagai jenis valve and fitting.
Rugi head mayor terjadi pada saluran pipa,
sedangkan rugi head minor terjadi pada elemen
pemipaan seperti katub (valve), lengkungan (elbow),
perubahan diameter pipa (expansion and contraction),
dan lain-lainnya. Faktor gesekan aliran air dengan
dinding pipa dipengaruhi oleh kecepatan aliran fluida,
berat jenis, kekentalan, diameter bagian dalampipa dan
kekasaran permukaan pipa bagian dalam.
Hubungan antara faktor gesekan (f), Reynold
number (R
N
=
p
1
3
,
_ (11)
dimana :
=kekentalan fluida (viscosity)
=kekasaran permukaan pipa bagian dalam
(roughness), mm
2.3 Model Matematis Optimisasi Stasiun Pompa
Estimasi perhitungan potensi penghematan energi
pada operasional pompa dengan aksi kontrol loop
tertutup melalui pengaturan kecepatan motor penggerak
pompa dapat dilakukan menggunakan program
komputer. Programyang dibuat tidak hanya digunakan
untuk menghitung besarnya kebutuhan energi stasiun
pompa tetapi juga dapat digunakan untuk memilih
spesifikasi pompa yang paling efisien dalam satu
stasiun. Sebagai masukan program diperlukan data
kebutuhan debit maksimum, debit harian, kurva sistem
pemipaan dan kurva karakteristik pompa dalambentuk
data diskrit. Perhitungan optimisasi energi stasiun
pompa menggunakan programmatlab.
Untuk mengubah kurva karakteristik pompa
menjadi data diskrit, digunakan teknik regresi least
square, kurva h
dc
=f(q) di dekati dengan persamaan
kuadrat, sedangakan kurva = f(q) didekati dengan
persamaan pangkat tiga.
h
dc
= Aq
2
+ Bq + C (12),
= Dq
3
+ Eq
2
+ fq + g (13)
Data diskrit unjuk kerja pompa akan akurat jika nilai R
2
sama dengan atau mendekati 100%. Demikian juga
halnya untuk data kurva karakteristik sistem pemipaan,
didekati dengan persamaan kuadrat. Kurva karakteristik
sistem pemipaan dapat diperoleh melalui perhitungan
berdasarkan data lapangan (persamaan 10) atau
pengukuran.
2.3.1 Optimisasi Pemilihan spesifikasi dan Operasional
Pompa dengan VSD
Besarnya daya masukan pompa pada putaran
variabel dengan memperhitungkan rugi-rugi pada
seluruh komponen sistempompa adalah:
Pin =
Pout
qt
(14)
t = p . m . v (15)
Besarnya daya hidrolis atau daya keluaran pompa,
Pout =.q.g.h (Watt) (16)
Pada putaran pompa sebesar (n
1
) yang lebih rendah dari
putaran nominal (n
0
), efisiensi motor (m) dan efisiensi
VSD (v) akan berubah seperti dalampersamaan (17-
18) dengan k =(
n
1
n
0
), [6].
m =0.94187 (1- c
-9.04k
) (17)
v =0.5087 +1.283k 1.42k
2
=0.5834k
3
(18)
Untuk menghitung besarnya biaya energi tahunan
dari stasiun pompa yang terdiri dari sejumlah pompa
berdasarkan kebutuhan debit harian rata-rata dan sistem
tarif yang berlaku di Indonesia dapat dihitung
menggunakan persamaan (19). Fungsi tujuan optimisasi
biaya energi tahunan dari suatu stasiun pompa adalah:
Min(AEC)=
p.g.q
](d)h
dc(])
(d)
q
t
(d)
n
]=1
m
d=1
|t
I]
.(t
I](d)
) +
I
]
.(t
](d)
) | (19)
Fungsi kendala:
q
j
(d) q
max(j)
;
60% h
max(j)
h
dc(j)
(d) h
max(j)
;
t
(d) 70%
m =periode waktu dalamsatu tahun
n =jumlah pompa yang bekerja pada periode waktu d
q =debit pompa (liter/detik)
h
dc
=total discharge head pompa (meter)
t =efisiensi total sistempompa
t
lf
=tarif waktu luar beban puncak (Rp./kWh)
t
lf
=periode waktu luar beban puncak
t
f
=tarif waktu beban puncak (Rp./kWh)
t
f
=periode waktu beban puncak
Stasiun pompa direncanakan untuk mengalirkan air
dengan debit yang dapat diubah sesuai dengan
kebutuhan. Berdasarkan kondisi instalasi, variasi debit
diharapkan berkisar antara 70% hingga 100% dari
kapasitas nominal. Pangaturan debit dapat dilakukan
dengan mengatur putaran motor penggerak pompa.
Dengan memasukkan persamaan (4) ke dalam
persamaan (12) dan (13) diperoleh:
h
dc(1)
= Aq
1
2
+ Bq
1
+ C
2
(20)
1
= Dq
1
3
+ Eq
1
2
+ Fq
1
2
+ G
3
(21)
Subscrip (
1
) menunjukkan nilai variabel pada putaran
tertentu.
2.3.2 Sketsa Perhitungan energi pada Stasiun Pompa
dengan Model Matematis
Estimasi perhitungan penggunaan energi dengan
solusi model matematis dapat digunakan pada sistem
pompa dengan pengaturan debit secara konvensional
maupun menggunakan peralatan VSD. Metode
perhitungan didasarkan pada pengaturan sebuah pompa,
namun dapat juga digunakan untuk sejumlah pompa
23
yang bekerja secara paralel dengan karakteristik yang
identik. Proses perhitungan secara analisa matematis
dapat dijelaskan berdasarkan gambar 2. Titik kerja
pompa adalah perpotongan antara kurva sistem
pemipaan dengan kurva unjuk kerja pompa. Pada
contoh kasus gambar 2, kurva pompa merupakan
gabungan dari tiga buah pompa identik, titik A adalah
perpotongan kurva unjuk kerja pompa pada putaran
nominal sebesar n
0
dengan kurva sistem pemipaan.
Efisiensi pompa pada titik kerja A dapat dibaca pada
kurva efisiensi pada nilai debit yang sama sebesar q
A
.
Titik A merupakan titik kerja paling optimal unjuk kerja
pompa dengan pengaturan debit menggunakan katup.
Jika operasional pompa dikehendaki untuk
menghasilkan debit sebesar q
B
melalui pengaturan katub
, maka titik kerja pompa akan bergeser dari titik A ke
titik B. Daya bruto masukan pompa sebesar P
in
=.g
h
C
.q
B
/ , sedangkan daya hidrolis keluaran pompa P
out
=
.g.h
B
.q
B
. Pengaturan debit menggunakan katub akan
menimbulkan rugi-rugi tekanan (head) sebesar h, yaitu
perbedaan tekanan antara titik B dengan titik C, yang
berarti juga terjadi rugi-rugi daya sebesar P =.g.
h.q
B
/ . Efisiensi pembebanan pada titik B dan C
sama, pada debit q
B
besarnya efisiensi dapat dibaca pada
kurva = f(q).
Pengaturan debit sebesar qb dapat dilakukan dengan
menurunkan putaran motor penggerak menjadi n
1
menggunakan VSD, sehingga besarnya daya masukan
yang diperlukan oleh pompa pada titik B sebesar: P
B
=
.g. h
B
.q
B /
. Berbeda dengan pengaturan debit secara
konvensional, efisiensi pompa pada titik B dapat
diperoleh dengan membuat garis lintasan kurva h
parabola hingga memotong kurva unjuk kerja pompa
pada putaran nominal n
0
, yaitu pada titik D. Pada
pengaturan putaran sebesar 60%, seperti ditunjukkan
dalamgambar 3, besarnya efisiensi pompa pada titik B
sama dengan efisiensi pada titik kerja D. Kurva h
parabola adalah kurva yang dibuat berdasarkan hukum
affinity, dengan garis lintasan yang selalu berubah
mengikuti titik kerja operasional pompa. Efisiensi pada
titik D dapat dihitung dengan memasukkan nilai q
D
pada
persamaan (21).
Gambar 2. Sketsa model perhitungan energi pada operasional
pompa dengan pengaturan putaran (VSD)
Estimasi penggunaan energi dari sejumlah pompa
identik yang bekerja secara paralel dalam satu stasiun
dapat dihitung menggunakan program computer
berdasarkan uraian gambar 2, dan diagramalir proses
perhitungan dengan solusi model matematis seperti
dalamgambar 4., dengan beberapa asumsi dan kriteria
sebagai berikut:
1. Stasiun pompa terdiri dari sejumlah pompa dengan
karakteristik yang identik. Hal ini dimaksudkan
untuk memudahkan dalam perhitungan maupun
proses pengendalian putaran motor menggunakan
VSD
Gambar 4 Diagramalir pemilihan pompa dengan solusi model
matematis
2. Dari data kebutuhan debit rata-rata harian dalam
setahun, diambil debit tertinggi sebagai acuan untuk
menentukan kapasitas debit maksimum pompa
(q
max
). Pada debit maksimum tersebut dipilih pompa
yang memiliki efisiensi mendekati maksimal (best
efficiency point).
3. Karena sulitnya untuk memilih pompa yang benar-
benar sesuai dengan kebutuhan, maka debit pompa
ditentukan pada kisaran 100 s/d 150 persen dari
debit yang dibutuhkan (q
R
), sedangkan kebutuhan
discharge head minimal (h
dc.min
), ditentukan pada
kisaran 100 s/d 200 persen dari discharge head
yang dibutuhkan (h
dc.R
). Hal ini dimaksudkan untuk
membatasi besarnya investasi pengadaan pompa
dan memudahkan proses komputasi.
24
Jurnal ELKHA Vol.5, No 1, Maret 2013
4. Pengaturan operasional pompa adalah gabungan
antara kontrol on off dan kontinyu dengan aksi
kontrol PID.
5. Dalam kurun waktu satu tahun kurva sistem
dianggap tidak mengalami perubahan.
6. Perhitungan biaya energi untuk operasional pompa
berdasarkan persamaan (19), dengan tarif listrik
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011.
7. Dari hasil perhitungan komputer dipilih satu
diantara sejumlah spesifikasi pompa yang
menghasilkan biaya energi tahunan paling murah.
3. Penerapan Model Optimisasi
Model optimisasi penggunaan energi ini diterapkan
pada stasiun pompa unit pengolahan air minum Selat
Panjang. Sasaran dari penerapan model adalah untuk
mensimulasikan perhitungan penggunaan biaya energi
listrik, bilamana pada stasiun pompa dilakukan
penggantian pompa dengan spesifikasi yang lebih tepat
dan perbaikan sistem operasional dengan mengga-
bungkan kontrol on off dengan peralatan VSD.
Hasil perhitungan dari penerapan model dibandingkan
dengan penggunaan energi pada kondisi sebelumnya
untuk mengetahui besarnya peluang penghematan biaya
energi tahunan.
3.1 Karakteristik Produksi Air Bersih Tahunan
Kapasitas produksi air bersih unit pengolahan air
minumSelat Panjang sangat tergantung pada kualitas air
baku dari sungai Landak. Kualitas air baku sungai
Landak selalu berubah dalamsiklus satu tahun, yang
dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Pada musimkemarau
air sungai Landak mengalami pasang surut, sehingga
harus berhenti produksi atau mengurangi kapasitas
produksinya akibat kandungan garam pada air baku
cukup tinggi, demikian juga pada musimpenghujan, air
baku berwarna coklat tua mengandung gambut. Instalasi
pengolahan air minum Selat Panjang dirancang hanya
untuk kualitas air baku normal, sehingga kapasitas
produksinya akan terganggu bilamana kualitas air baku
tidak standar. Kapasitas produksi harian air bersih pada
tahun 2011 bervariasi antara 70 s/d 253 liter / detik.
Instalasi pengolahan air minumSelat Panjang dilengkapi
dengan satu stasiun pompa air baku dan satu stasiun
pompa air bersih, dengan kapasitas debit yang sama.
3.2 Karakteristik SistemPemipaan Air Baku dan Air
Bersih
Hambatan sistem pemipaan yang melibatkan
berbagai jenis komponen, material pipa dan sifat fluida
yang dialirkan, dapat dihitung menggunakan persamaan
(10). Berdasarkan data hasil pengukuran lapangan dan
data karakteristik berbagai jenis pipa, fitting, valve, dan
lain-lainnya (komponen mayor dan minor), dari hasil
komputasi dan interpolasi kurva diperoleh persamaan
h = f(q) untuk sistempemipaan air baku:
h = 0.000083q
2
0.001101q + 10.087288
dan h=f(q) untuk sistempemipaan air bersih:
h = 0.000112q
2
+ 0.020430q + 5.893734
3.3 Stasiun Pompa
Unit instalasi pengolahan air minumSelat Panjang
dilengkapi dengan stasiun pompa air baku dan air
bersih. Stasiun air baku untuk melayani dua unit
instalasi pengolahan air minum, masing-masing
berkapasitas 100 dan 200 liter / detik. Untuk
memudahkan operasional masing-masing stasiun pompa
dipasang 3 buah pompa dengan spesifikasi yang identik.
Data pompa sebagai masukan program adalah: debit
maksimum(q
max
), head minimum (h
dcmin
) dan koefisien
persamaan unjuk kerja pompa (h=f(q) dan =f(q)).
Untuk mendapatkan spesifikasi pompa yang paling
sesuai dengan kebutuhan, dalam kasus ini
dinominasikan sebanyak 30 tipe dari berbagai merk
termasuk yang terpasang saat ini.
3.4 Implementasi ProgramOptimisasi
Implementasi dari program optimisasi penggunaan
energi pada stasiun pompa IPA Selat Panjang diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pemilihan spesifikasi pompa dan estimasi
penggunaan energi stasiun pompa air baku
No.
Pompa
Type Pompa q(l/det) h(m) Energi
(kWh)
8 Wilo-ASP125B-335 85,00 29,00
423.914
10 Wilo-ASP150A-260 110,00 15,00 366.433
11 Wilo-ASP150A-275 110,00 18,00 366.994
12 Wilo-ASP150A-290 110,00 22,00 364.972
27 Ebara 200DL522 90,00 15,20 449.728
28 Ebara150x125FS4
KA530-318
100,00 25,30 366.602
Tabel 2. Hasil pemilihan spesifikasi pompa dan estimasi
penggunaan energi stasiun pompa air bersih
No.
Pompa
Type Pompa q(l/det) h(m) Energi
(kWh)
8 Wilo-ASP125B-335 85,00 29,00 392.212
11 Wilo-ASP150A-275 110,00 18,00 359.938
12 Wilo-ASP150A-290 110,00 22,00 353.845
28 Ebara 150x125FS4
KA530-318
100,00 25,30 358.423
Dari hasil kompilasi data pada stasiun pompa air
baku tabel 1., diperoleh enam tipe pompa yang
memenuhi kriteria dan pompa merk Wilo tipe
ASP150A-290 merupakan pompa yang paling efisien
dengan total penggunaan energi sebesar 364.972 kWh per
tahun. Pompa Ebara tipe 150x125FS4KA530-318 yang
digunakan saat ini menempati urutan ke tiga paling
efisien dengan konsumsi energi sebesar 366.602 kWh
per tahun.
Sedangkan implementasi program pada stasiun
transmisi air bersih tabel 2., diperoleh empat tipe pompa
yang memenuhi kriteria dari 30 tipe pompa yang
disediakan. Diantara ke empat tipe pompa tersebut
terdapat satu tipe pompa yang paling efisien yaitu
pompa merk Wilo- ASP150A-290 dengan konsumsi
energi listrik sebesar 353.845 kWh per tahun. Pompa
Ebara tipe 150x125FS4KA530-318 yang digunakan saat
25
Jurnal ELKHA Vol.5, No 1, Maret 2013
ini menempati urutan ke dua paling efisien dengan
konsumsi energi sebesar 358.423 kWh per tahun.
Berdasarkan data rekening PLN, penggunaan energi
listrik untuk penggerak pompa pada IPA Selat Panjang
pada tahun 2011 sebesar 1.091.586 kWh. Penerapan
program optimisasi memerlukan energi listrik sebesar
712.268 kWh per tahun, sehingga diperoleh
penghematan energi listrik sebesar 379.318 kWh per
tahun. Besarnya biaya energi listrik yang dapat di hemat
dengan penggantian spesifikasi pompa dan pemasangan
peralatan VSD ditunjukkan dalamtabel 4.
Tabel 3. Peluang penghematan energi listrik
Penggunaan
energi listrik
Th.2011 (kWh)
Penggunaan
energi listrik
setelah optimasi
(kWh)
Peluang
penghematan
energi listrik
(kWh)
1.091.586 712.268 379.318
Tabel 4. Peluang penghematan biaya energi listrik
tahunan dengan tarif rata-rata Rp.763 / kWh
Biaya energi
listrik Th.2011
(Rp.)
Biaya energi
listrik setelah
optimasi (Rp.)
Peluang
penghematan
Biaya energi
listrik (Rp.)
832.880.118 543.460.484 289.419.634
4. Kesimpulan
Pemborosan energi listrik pada unit instalasi
pengolahan air minumSelat Panjang telah berlangsung
cukup lama. Spesifikasi pompa yang terpasang pada
stasiun pompa air baku maupun air bersih sudah tidak
lagi sesuai dengan kondisi pembebanan saat ini.
Karakteristik sistem pemipaan telah mengalami
perubahan, terutama akibat terjadinya sedimentasi pada
pipa bagian dalam. Endapan kapur dan bahan kimia
yang telah berlangsung cukup lama akan meningkatkan
kekasasaran dan mengurangi luas permukaan pipa
bagian dalam. Head dinamik pada kurva sistem
pemipaan akan selalu berubah seiring dengan waktu
pemakaian.
Sistem operasional stasiun pompa secara
konvensional, memerlukan operator yang memiliki
pengalaman dan keahlian yang cukup. Monitoring
terhadap kinerja pompa harus dilakukan secara terus-
menerus, terutama jika terjadi perubahan kondisi
kualitas air sungai Landak. Kondisi demikian
menyebabkan operasional instalasi pengolahan air
minumkurang efektif dan berpengaruh terhadap mutu
produksi.
Permasalahan pemborosan energi pada stasiun
pompa dapat diatasi melalui dua hal yaitu evaluasi
spesifikasi pompa dan pemasangan peralatan variable
speed drive sebagai pengendali debit dengan pengaturan
loop tertutup. Berdasarkan hasil implementasi program
pada instalasi pengolahan air minum Selat Panjang
menunjukkan bahwa, penggunaan energi listrik untuk
operasional stasiun pompa masih tergolong boros.
Penggantian pompa terpasang dengan spesifikasi
alternatif hasil komputasi program dan pemasangan
VSD akan memberikan peluang penghematan energi
listrik bruto lebih dari 35% per tahun. Estimasi tersebut
masih perlu dilakukan koreksi terhadap validitas data
masukan dan faktor lainnya yang secara keseluruhan
tidak lebih dari 10%.
Referensi
[1] Mecro, B.C., J ack, A.G. 2008. Efficiency trends in
electric machine and drive, Energy Policy, vol 36, pp.
4336-434.
[2] Garibotti Edoardo. 2008. Energy saving and better
performances through variable speed drive application in
desalination plant brine blowdown pump service,
Desalination, vol. 220, pp. 496-501.
[3] Pulido-calvo Inmaculada, Gutierrez-Estrada J uan Carlos,
Asensio-Fernandes Ricardo, Optimal design of pumping
station of island intensive fishfarms, Aquacultural
Engineering, 2006, vol. 35, pp. 283-291.
[4] Da Cruz Bernard, PUMPS: Maintenance, Design, and
Reliability Conference, IDC Technologies, 2009
[5] Kneissl J ohan, Energi Optimization of System by Using
Variable Speed Driven Pumps, ITT 2010
[6] Fu Yongzheng, Cai Yaqiau, Wu Keqi. Forecasting The
Energy Saving Benefit of Variable Speed Pump, Task
Quarterly 10 No 1, 2733, 2005.
[7] Zhang He, Xia Xiaohua, Zhang J iangfeng, Optimal
sizing and operation of pumping system to achieve
energy efficiency and load shifting, Electric Power
Systems Research, 2011.
Biography
Suparno, lahir di Trenggalek 13 September 1964. Lulus
Diploma Teknik Elektro (D3) Politeknik Institut
Teknologi Bandung tahun 1989, lulus S1 Teknik Elektro
Universitas Brawijaya Malang tahun 1996 dan lulus S2
Teknik Elektro Universitas Tanjung Pura pada tahun
2013. Dari tahun 1990 hingga saat ini bekerja sebagai
tenaga pengajar di jurusan Teknik Elektro Politeknik
Negeri Pontianak.
26
Jurnal ELKHA Vol.5, No 1, Maret 2013