Anda di halaman 1dari 6

MENTERI DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 21 TAHUN 2013
TENTANG
FASILITASI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
MenImbang : a. babwa dengan menIngkatnya penyaIabgunaan narkotIka
dan dI masyarakat membabayakan perkembangan sumber
daya manusIa IndonesIa dan mengancam kebIdupan
bangsa dan negara;
b. babwa pemerIntab daerab bertanggungjawab meIIndungI
masyarakat dan menIngkatkan kuaIItas kebIdupan
masyarakat meIaIuI IasIIItasI pencegaban penyaIabgunaan
narkotIka;
c. babwa berdasarkan pertImbangan sebagaImana dImaksud
daIam buruI a dan buruI b, perIu menetapkan Peraturan
MenterI DaIam NegerI RepubIIk IndonesIa tentang FasIIItasI
Pencegaban PenyaIabgunaan NarkotIka;
MengIngat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tabun 2004 tentang
PemerIntaban Daerab (Lembaran Negara RepubIIk
IndonesIa Tabun 2004 Nomor 12S, Tambaban Lembaran
Negara RepubIIk IndonesIa Nomor 443?) sebagaImana
teIab dIubab beberapa kaII, terakbIr dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tabun 200S tentang Perubaban Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tabun 2004 tentang
PemerIntaban Daerab (Lembaran Negara RepubIIk
IndonesIa Tabun 200S Nomor S9 dan Tambaban Lembaran
Negara RepubIIk IndonesIa Nomor 4S44);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tabun 200S tentang
KementerIan Negara (Lembaran Negara RepubIIk IndonesIa
Tabun 200S Nomor 166, Tambaban Lembaran Negara
RepubIIk IndonesIa Nomor 4916);
3. Undang-Undang Nomor 3S Tabun 2009 tentang NarkotIka
(Lembaran Negara RepubIIk IndonesIa Tabun 2009 Nomor
143, Tambaban Lembaran Negara RepubIIk IndonesIa
Nomor S062);
SALINAN
- 2 -
4. Peraturan PresIden Nomor 23 Tabun 2010 tentang Badan
NarkotIka NasIonaI;
S. Peraturan MenterI DaIam NegerI Nomor 41 Tabun 2010
tentang OrganIsasI dan Tata Kerja KementerIan DaIam
NegerI (BerIta Negara RepubIIk IndonesIa Tabun 2010
Nomor 316), sebagaImana teIab dIubab dengan Peraturan
MenterI DaIam NegerI Nomor 14 Tabun 2011 tentang
Perubaban Atas Peraturan MenterI DaIam NegerI Nomor 41
Tabun 2010 tentang OrganIsasI dan Tata Kerja
KementerIan DaIam NegerI (BerIta Negara RepubIIk
IndonesIa Tabun 2011 Nomor 16S);
6. Peraturan MenterI DaIam NegerI Nomor 44 Tabun 2009
tentang Pedoman Kerjasama Departemen DaIam negerI dan
PemerIntab daerab dengan OrganIsasI Kemasyarakatan
dan Lembaga NIrIaba LaInnya daIam BIdang Kesatuan
Bangsa dan PoIItIk DaIam NegerI, sebagaImana teIab
dIubab dengan Peraturan MenterI DaIam NegerI Nomor 39
Tabun 2011 tentang Perubaban Atas Peraturan MenterI
DaIam NegerI Nomor 44 Tabun 2009 tentang Pedoman
Kerjasama Departemen DaIam negerI dan PemerIntab
daerab dengan OrganIsasI Kemasyarakatan dan Lembaga
NIrIaba LaInnya daIam BIdang Kesatuan Bangsa dan PoIItIk
DaIam NegerI;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK
INDONESIA TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
PasaI 1
DaIam Peraturan MenterI DaIam NegerI InI yang dImaksud dengan:
1. NarkotIka adaIab zat atau obat yang berasaI darI tanaman atau bukan
tanaman, baIk sIntentIs maupun semIsIntentIs yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubaban kesadaran, bIIangnya rasa, mengurangI
sampaI mengbIIangkan rasa nyerI, dan dapat menImbuIkan
ketergantungan.
2. PemerIntab Daerab adaIab gubernur, bupatIJwaIIkota dan perangkat
daerab sebagaI unsur penyeIenggara pemerIntaban daerab.
3. PemerIntaban Daerab adaIab penyeIenggaraan urusan pemerIntaban oIeb
PemerIntab Daerab dan DPRD menurut asas OtonomI dan tugas
pembantuan dengan prInsIp OtonomI seIuas-Iuasnya daIam sIstIm Negara
Kesatuan RepubIIk IndonesIa sebagaImana dImaksud daIam Undang-
Undang Dasar Negara RepubIIk IndonesIa Tabun 194S.
4. Satuan Kerja Perangkat Daerab yang seIanjutnya dIsIngkat (SKPD) adaIab
perangkat daerab pada pemerIntab daerab.
- 3 -
S. Pencegaban adaIab segaIa upaya, usaba atau tIndakan yang dIIakukan
secara sadar dan bertanggung jawab yang bertujuan untuk menIadakan
danJatau mengbaIangI Iaktor-Iaktor yang menyebabkan terjadInya
penyaIabgunaan narkotIka.
6. PenyaIabguna adaIab orang yang menggunakan narkotIka tanpa bak atau
meIawan bukum.
?. Peredaran NarkotIka adaIab setIap kegIatan atau serangkaIan kegIatan
penyaIuran atau penyeraban narkotIka baIk daIam rangka perdagangan,
bukan perdagangan maupun pemIndabtanganan.
S. Peredaran GeIap NarkotIka adaIab setIap kegIatan atau serangkaIan
kegIatan yang dIIakukan secara tanpa bak atau meIawan bukum yang
dItetapkan sebagaI tIndak pIdana narkotIka.
9. Lembaga PendIdIkan adaIab Iembaga yang menyeIenggarakan pendIdIkan
IormaI, non IormaI dan InIormaI.
10. Lembaga atau InstansI VertIkaI dI Daerab adaIab Iembaga yang
menyeIenggarakan urusan pemerIntaban yang menjadI urusan pemerIntab
meIIputI poIItIk Iuar negerI, pertabanan, keamanan, yustIsI, moneter dan
IIskaI nasIonaI dan agama.
11. FasIIItasI adaIab upaya pemerIntab daerab daIam pencegaban
penyaIabgunaan narkotIka.
12. KonsuItasI adaIab upaya yang dIIaksanakan untuk sInkronIsasI danJatau
barmonIsasI rencana dan penyeIenggaraan pencegaban penyaIabgunaan
narkotIka.
13. MenterI adaIab MenterI DaIam NegerI RepubIIk IndonesIa.
PasaI 2
FasIIItasI pencegaban penyaIabgunaan narkotIka bertujuan untuk mencegab
penyaIabgunaan narkotIka dI daerab.
BAB II
FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
PasaI 3
(1) Gubernur meIakukan IasIIItasI pencegaban penyaIabgunaan narkotIka dI
provInsI dan kabupatenJkota dI wIIayabnya.
(2) BupatIJwaIIkota meIakukan IasIIItasI pencegaban penyaIabgunaan
narkotIka dI kabupatenJkota.
(3) PeIaksanaan IasIIItasI sebagaImana dImaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dIIakukan oIeb KepaIa SKPD yang terkaIt dengan pencegaban dan
penyaIabgunaan narkotIka yang dIkoordInasIkan oIeb KepaIa SKPD yang
membIdangI urusan kesatuan bangsa dan poIItIk.
- 4 -
PasaI 4
Gubernur dan bupatIJwaIIkota daIam meIakukan IasIIItasI sebagaImana yang
dImaksud daIam PasaI 4, meIaksanakan tugas sebagaI berIkut:
a. menyusun peraturan daerab mengenaI narkotIka yang memuat sekurang-
kurangnya:
1. antIsIpasI dInI;
2. pencegaban;
3. penanganan;
4. rebabIIItasI;
S. pendanaan; dan
6. partIsIpasI masyarakat.
b. menIngkatkan partIsIpasI masyarakat daIam rangka pencegaban
penyaIabgunaan narkotIka;
c. meIakukan kemItraanJkerjasama daIam rangka pencegaban
penyaIabgunaan narkotIka dengan:
1. OrganIsasI kemasyarakatan;
2. Swasta;
3. Perguruan tInggI;
4. SukareIawan;
S. Perorangan; danJatau
6. Badan bukum
d. meIIbatkan Forum Kerukunan Umat Beragama, Forum Kewaspadaan DInI
Masyarakat dI Daerab dan KomunItas InteIIjen Daerab untuk pencegaban
penyaIabgunaan narkotIka; dan
e. menyusun program dan kegIatan pencegaban penyaIabgunaan narkotIka.
PasaI S
FasIIItasI pencegaban penyaIabgunaan narkotIka, dIIakukan meIaIuI kegIatan
antara IaIn:
a. semInar;
b. Iokakarya;
c. worksbop;
d. baIaqob;
e. pageIaran, IestIvaI senI dan budaya;
I. outbond sepertI jambore, perkemaban, dan napak tIIas;
g. perIombaan sepertI Iomba pIdato, jaIan sebat, dan cIpta Iagu;
b. pemberdayaan masyarakat;
I. peIatIban masyarakat;
j. karya tuIIs IImIab; dan
k. sosIaIIsasI, dIsemInasI, asIstensI dan bImbIngan teknIs.
- 5 -
BAB III
PELAPORAN
PasaI 6
(1) BupatIJWaIIkota meIaporkan penyeIenggaraan IasIIItasI pencegaban
penyaIabgunaan narkotIka IIngkup KabupatenJKota Kepada Gubernur.
(2) Gubernur meIaporkan penyeIenggaraan IasIIItasI pencegaban
penyaIabgunaan narkotIka IIngkup provInsI Kepada MenterI DaIam NegerI.
(3) PeIaporan sebagaImana dImaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dIIakukan
secara berkaIa setIap 6 (enam) buIan atau sewaktu-waktu jIka dIperIukan.
PasaI ?
Laporan sebagaImana dImaksud daIam PasaI 6 menjadI baban evaIuasI dan
penyusunan kebIjakan IebIb Ianjut.
BAB IV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
PasaI S
(1) MenterI DaIam NegerI meIaIuI DIrektur JenderaI Kesatuan Bangsa dan
PoIItIk meIakukan pembInaan dan pengawasan penyeIenggaraan IasIIItasI
pencegaban penyaIabgunaan narkotIka dI provInsI.
(2) Gubernur meIaIuI KepaIa SKPD ProvInsI yang membIdangI urusan
Kesatuan Bangsa dan PoIItIk meIakukan pembInaan dan pengawasan
penyeIenggaraan IasIIItasI pencegaban penyaIabgunaan narkotIka dI
provInsI dan kabupatenJkota dI wIIayabnya.
(3) BupatIJWaIIkota meIaIuI KepaIa SKPD KabupatenJKota yang membIdangI
urusan Kesatuan Bangsa dan PoIItIk meIakukan pembInaan dan
pengawasan penyeIenggaraan IasIIItasI pencegaban penyaIabgunaan
narkotIka dI KabupatenJKota.
BAB VI
PENDANAAN
PasaI 9
Pendanaan penyeIenggaraan IasIIItasI pencegaban penyaIabgunaan narkotIka
bersumber darI Anggaran Pendapatan dan BeIanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan BeIanja Daerab ProvInsI dan Anggaran Pendapatan dan
BeIanja Daerab KabupatenJKota serta sumber-sumber IaIn yang sab dan tIdak
mengIkat.
- 6 -
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
PasaI 10
Peraturan MenterI InI muIaI berIaku pada tanggaI dIundangkan.
Agar setIap orang mengetabuInya, memerIntabkan pengundangan Peraturan
MenterI InI dengan penempatannya daIam BerIta Negara RepubIIk IndonesIa.
DItetapkan dI Jakarta.
pada tanggaI 21 FebruarI 2013
MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
GAMAWAN FAU2I
DIundangkan dI Jakarta
pada tanggaI 1 Maret 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMIR SYAMSUDDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 3S2
SaIInan sesuaI dengan asIInya
KEPALA BIRO HUKUM
ttd
2UDAN ARIF FAKRULLOH
PembIna Tk. I (IVJb)
NIP. 19690S24 199903 1 001

Anda mungkin juga menyukai