Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

PERCOBAAN VI
KINETIKA ADSORPSI
















OLEH :



NAMA : MUH. YAMIN A.
STAMBUK : F1C1 08 049
KELOMPOK : V
ASISTEN : ALIMUDDIN


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
K E N D A R I
2 0 1 0
KINETIKA ADSORPSI
A. Hasil Pengamatan
1. Data Pengamatan
Waktu kontak
(menit)
Volume CH
3
COOH 0,1
N yang dititrasi
Volume NaOH 0,5 N
yang dibutuhkan
20 20 ml 4,2 ml
40 20 ml 4,1 ml
60 20 ml 4,2 ml
80 20 ml 4,2 ml

2. Perhitungan
a. Penentuan Konsentrasi Akhir Asam Asetat dengan Konsentrasi awal 0,1 N
- Untuk t = 20 menit
N CH
3
COOH V CH
3
COOH = N NaOH V NaOH
N
mL
mL
N
NaOH V
COOH CH V
NaOH N
COOH CH N
105 , 0
2 , 4
20
5 , 0
3
3
=
=
=

- Untuk t = 40 menit
N CH
3
COOH V CH
3
COOH = N NaOH V NaOH
N
mL
mL
N
NaOH V
COOH CH V
NaOH N
COOH CH N
1025 , 0
1 , 4
20
5 , 0
3
3
=
=
=

- Untuk t = 60 menit
N CH
3
COOH V CH
3
COOH = N NaOH V NaOH
N
mL
mL
N
NaOH V
COOH CH V
NaOH N
COOH CH N
105 , 0
2 , 4
20
5 , 0
3
3
=
=
=

- Untuk t = 80 menit
N CH
3
COOH V CH
3
COOH = N NaOH V NaOH
N
mL
mL
N
NaOH V
COOH CH V
NaOH N
COOH CH N
105 , 0
2 , 4
20
5 , 0
3
3
=
=
=

b. Tabel Hasil Perhitungan
t (menit) C akhir (N) ln C 1/C 1/C
2

20 O,105 -2,2538 9,5238 90,7029
40 0,1025 -2,2779 9,7561 95,1814
60 0,105 -2,2538 9,5238 90,7029
80 0,105 -2,2538 9,5238 90,7029






3. Penentuan Orde Reaksi
1) Penentuan Orde Reaksi 1
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| | | | ( ) ( )
| | | |
| | | |
| | | |
| | | |
a bx y
A t k A
t k A A
t k A A
t k A A
maka t jika t t k A A
t
t
t k
A
A
A
dt k
A
A d
A k
dt
A d
t
t
A
A
+ =
+ =
=
+ =
=
= =
=
=
=
} }
0
0
0
0
0 0 0
0 0
1
ln ln
ln ln
ln ln
ln ln
: , 0 , ln ln
ln
0 0


2) Penentuan Orde Reaksi 2
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| | | |
( )
| | | |
| | | |
a bx y
A
t k
A
t k
A A
maka t jika t t k
A A
t
t
t k
A
A
A
dt k
A
A d
A k
dt
A d
t
t
A
A
+ =
+ =
=
= =
=
=
=
} }
0
0
0 0
0
0 0
2
2
1 1
1 1
: , 0 ,
1 1
1
0 0

3) Penentuan Orde Reaksi 3
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| |
| | | |
( )
| | | |
| | | |
a bx y
A
t k
A
t k
A A
maka t jika t t k
A A
t
t
t k
A
A
A
dt k
A
A d
A k
dt
A d
t
t
A
A
+ =
+ =
=
= =
=
=
=
} }
2
0
2
2
0
2
0 0
2
0
2
0 0
2
3
3
1
2
1
2
1
2
1
: , 0 ,
2
1
2
1
2
1
0 0

4. Grafik

- Orde satu

-2.2538
-2.2779
-2.2538 -2.2538
y = 0.000x - 2.265
R = 0.066
-2.28
-2.275
-2.27
-2.265
-2.26
-2.255
-2.25
0 20 40 60 80 100
l
n

C

t (menit)
Dari grafik di atas diperoleh persamaan: y = 0,000x 2,265 sehingga
diperoleh: k = 0
- Orde dua

Dari grafik di atas diperoleh persamaan: y = -0,001x + 9,64 sehingga
diperoleh: k = -0,001
- Orde tiga

9.5238
9.7561
9.5238 9.5238
y = -0.001x + 9.64
R = 0.066
9.5
9.55
9.6
9.65
9.7
9.75
9.8
0 20 40 60 80 100
1
/
C

t (menit)
90.7029
95.1814
90.7029 90.7029
y = -0.022x + 92.94
R = 0.066
90
90.5
91
91.5
92
92.5
93
93.5
94
94.5
95
95.5
0 20 40 60 80 100
1
/
C
2

t (menit)
Dari grafik di atas diperoleh persamaan: y = -0,022x + 92,94 sehingga
diperoleh: 2k = b
k =
2
b

k =
1
011 , 0
2
022 , 0

=

menit
















B. Pembahasan
Kinetika kimia menyangkut laju reaksi kimia. Dalam deskripsi kuantitatif,
kinetika kimia berkaitan erat dengan pertanyaan berapa cepat reaksi kimia terjadi dan
faktor-faktor apa yang mempengaruhi laju reaksi tersebut. Ahli kimia menggunakan
kinetika sebagai piranti untuk memahani aspek-aspek fundamental mekanisme reaksi.
Ahli kimia terapan menggunakan kinetika untuk menemukan cara yang lebih baik
dalam pencapaian reaksi kimia yang diinginkan. Insinyur kimia menggunakan
kinetika untuk perancangan reaktor dalam reaksi kimia atau rekayasa proses
Adsorpsi merupakan peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain
yang terjadi karena adannya ketidakseimbangan gaya tarik pada permukaan zat
tersebut. Zat yang menjerap disebut adsorben, sedangkan zat yang terjerap disebut
adsorbat. Adsorben dapat berupa zat padat maupun zat cair. Adsorben padat
diantaranya adalah silica gel, alumina, platina halus, selulosa, dan arang aktif
(Sukardjo, 1985). Adsorpsi melibatkan proses perpindahan massa dan menghasilkan
kesetimbangan distribusi dari satu atau lebih larutan antara fasa cair dan partikel.
Pemisahan dari suatu larutan tunggal antara cairan dan fasa yang diserap membuat
pemisahan larutan dari fasa curah cair dapat dilangsungkan. Fasa penyerap disebut
sebagai adsorben. Bahan yang banyak digunakan sebagai adsorben adalah karbon
aktif, molecular sieves dan silika gel. Permukaan adsorben pada umumnya secara
fisika maupun kimia heterogen dan energi ikatan sangat mungkin berbeda antara satu
titik dengan titik lainnya. Pada praktiknya, proses adsorpsi bisa dilakukan secara
tunggal namun bisa pula merupakan kelanjutan dari proses pemisahan dengan cara
distilasi (Khaeruddin et al., 2007).
Secara umum adsorpsi digolongkan menjadi dua macam, yaitu adsorpsi fisika
(physical adsorption) dan adsorpsi kimia (chemical adsoption). Pada adsorpsi fisika,
gaya yang menyebabkan adsorpsi tersebut sama dengan gaya yang menyebabkan
kondensasi dari suatu gas menbentuk cairan. Panas yang dibebaskan relatif kecil dan
adsorpsi ini bersifat reversible. Adsorpsi fisika dapat membentuk lapisan adsorbat
dengan ketebalan beberapa (Atkins, 1999). Reaksi kimia yang terjadi di permukaan
juga bersifat permanen dan tidak bolak-balik. Adsorpsi fisika tidak melibatkan
perubahan kimia. Tidak ada perubahan struktural dalam partikel-partikel yang saling
terkait. Biasanya adsorpsi fisik ini dapat dijelaskan melalui gaya-gaya fisika seperti
ikatan van der Waals, ikatan hidrogen, gaya London, dipol induksian dan lain-lain
yang semuanya mempunyai energi tertentu namun tidak sampai mengakibatkan
perubahan struktural dalam partikelpartikel yang berinteraksi. Adsorpsi fisik ini
bersifat bolak-balik karena terjadi sistem kesetimbangan di permukaan. Dengan kata
lain terjadi desorpsi setelah adsorpsi dan hal ini terjadi bergantian dalam
kesetimbangan. Dengan demikian variasi yang membawa kompleksitas di permukaan
akan memberikan pengaruh cukup signifikan dalam adsorptivitasnya. Perubahan
energi kinetik yang ditimbulkan oleh suhu, pengocokan, waktu kontak dan jumlah
volume akan memberikan pengaruh terhadap adsorptivitas adsorbat (Wonorahardjo,
2008).
Adsorpsi suatu zat pada permukaan adsorben bergantung pada beberapa faktor
dan memiliki pola isoterm adsorpsi tertentu. Untuk proses adsorpsi yang terjadi
dalam larutan, jumlah zat yang teradsorpsi bergantung pada : (1) jenis adsorben, (2)
jenis adsorbat atau zat yang teradsorpsi, (3) luas permukaan adsorben, (4) konsentrasi
zat terlarut, dan (5) temperature (Suadarna, 2008). Adsorbsi suatu gas/larutan dapat
dideskripsikan sebagai akumulasi zat, baik berupa atom maupun ion pada lapisan
permukaan. Pada permukaan adsorben terdapat sejumlah situs aktif yang sebanding
dengan luas permukaan. Setiap situs aktif ini ternyata hanya mampu mengasorpsi satu
molekul.
Dalam percobaan kinetika adsorpsi ini digunakan arang aktif sebagai adsorben
dan asam asetat sebagai larutan yang akan diserap pada arang aktif ini. Arang aktif
adalah arang yang telah mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimianya karena
dilakukan perlakuan aktifasi dengan aktifator bahanbahan kimia ataupun dengan
pemanasan pada temperatur tinggi, sehingga daya serap dan luas permukaan partikel
serta kemampuan arang tersebut akan menjadi lebih tinggi. Arang aktif merupakan
senyawa amorph, yang dapat dihasilkan dari bahanbahan yang mengandung karbon
atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan
permukaan lebih luas.
Dalam proses praktikum ini akan dilihat adanya pengaruh waktu terhadap
kecepatan adsorpsi arang aktif pada molekul-molekul asam asetat. Teknik yang
digunakan adalah perendaman dimana sebelumnya arang aktif ditambahkan larutan
asam asetat dan dikocok selama 1 menit kemudian didiamkan selama selang waktu
tertentu yaitu 30 menit, 60 menit. 90 menit, dan 120 menit. Selanjutnya disaring dan
filtrat yang dihasilkan kemudian dititrasi dengan larutan NaOH.
Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka dapat ditentukan orde reaksi 1, 2,
dan 3 dari larutan asam asetat 0,5 N dengan konsentrasi akhir dari asam asetat yang
bervariasi. Setelah diketahui orde reaksi dari masing-masing larutan asam asetat,
maka dapat dibuat dalam bentuk grafik hubungan antara orde terhadap waktu yang
dibutuhkan untuk penyerapan, dan menganalisa grafik tersebut gunanya untuk
menentukan nilai konstanta adsorpsi (k) dan orde reaksi yang tepat untuk asam asetat.
Orde reaksi terhadap suatu komponen merupakan pangkat dari konsentrasi komponen
itu, dimana pada reaksi orde 1 adalah reaksi-reaksi yang lajunya berbanding langsung
dengan konsentrasi reaktan, dimana grafik barupa garis lurus dengan nilai y negatif (-
).Untuk reaksi orde 2 lajunya berbanding langsung dengan kuadrat konsentrasi dari
satu reaktan dengan hasil konsentrasi yang meningkat sampai pangkat 1 atau 2 dari
reaktan dimana nilai y positif. Sedangkan untuk reaksi orde 3 laju berbanding
langsung dengan pangkat 3 konsentrasi dari suatu reaktan dimana nilai y positif (+)
sama dengan orde 2.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada menit 30 dan menit ke
60 terlihat bahwa semakin banyak waktu yang digunakan maka konsentrasi akhirnya
akan semakin menurun. Namun pada menit ke 90 dan 120 konsentrasinya kembali
seperti pada menit ke 30. Secara teori seharusnya semakin banyak waktu yang
digunakan maka konsentrasi akhirnya akan semakin menurun. Penurunan ini dapat
tertjadi karena semakin lama waktu yang digunakan maka semakin banyak molekul-
molekul asam asetat yang diserap oleh arang aktif sehingga zat terlarut akan semakin
sedikit yang menyebabkan konsentrasi larutan akan berkurang. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor. Salah satunya kesalahan dalam melakukan titrasi atau kesalahan
dalam melihat titik akhir titrasi.
Untuk mengetahui proses adsorpsi asam asetat oleh arang aktif berlangsung
pada orde reaksi berapa, maka dapat dilakukan dengan cara memplot grafik hubungan
ln [C] terhadap waktu (untuk orde 1),
| | C
1
terhadap waktu (untuk orde 2), dan
| |
2
1
C

terhadap waktu (untuk orde 3). Dari ketiga hubungan tersebut, grafik yang paling
linier ditunjukkan oleh plot antara ln [C] terhadap waktu dengan nilai R (kelinieran)
yaitu 0,066. Sehinga dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa reaksi
berlangsung pada orde 1.
H. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan menunjukkan proses adsorpsi asam asetat oleh
arang aktif termasuk reaksi orde 1, dengan tetapan reaksi sebesar k = 0.








DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W., 1997, Kimia Fisika II, Erlangga, Jakarta.
Khaeruddin et al., 2007 Produksi Isopropil Alkohol Murni Untuk Aditif Bensin
Yang Ramah Lingkungan Sebagai Wujud Pemanfaatan Produk Samping Pada
Industri Gas Alam. J. Kimia Organik.
Suadarna, I.N., 2008. Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit Terhadap Ion Kromium
(III). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1).
Sukardjo, 1986, Kimia Fisika, PT. Bina Aksara, Yogyakarta.
Wonohardjo, S, 2008, Dinamika Di Permukaan Adsorben, Beberapa Konsep Untuk
Memahami Adsorptivitas Partikel Kecil, Kimia UNM.

Anda mungkin juga menyukai