Anda di halaman 1dari 5

Pemulihan Oleh Jaringan Ikat (Fibrosis)

Jejas jaringan berat atau menetap yang disertai kerusakan pada sel parenkim dan kerangka stroma menimbulkan suatu keadaan yang pemulihannya tidak dapat dilaksanakan melalui regenerasi parenkim saja. Dalam kondisi seperti ini, pemulihan terjadi melalui penggantian sel parenkim nonregenertaif oleh jaringan ikat. Terdapat empat komponen umum proses ini: 1. Pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis) 2. Migrasi dan proliferasi fibroblas 3. Deposisi ECM 4. Maturasi dan reorganisasi jaringan fibrosa (remodelling) Pemulihan dimulai dalm waktu 24 jam setelah jejas melalui emigrasi fibroblas dan induksi proliferasi fibroblas dan sel endotel. Dalam 3 sampai 5 hari muncul jenis jaringan khusus yang mencirikan terjadinya pertumbuhan, yang disebut jaringan granulasi. Istilah jaringan granulasi berasal dari gambaran makroskopisnya yang berwarna merah muda, lembut, dan bergranula, seperti yang terlihat di bawah keropeng pada luka kulit. Gambaran histologisnya ditandai dengan proliferasi fibroblas dan kapiler baru yang halus dan berdinding tipis di dalam ECM yang longgar (Gbr. 3-10A) . Jaringan granulasi kemudian akan mengumpulkan matriks jaringan ikat secara progresif, yang akhirnya menghasilkan fibrosis padat (pembentukan jaringan parut,Gbr 3-10B), yang dapat melakukan remodelling lebih lanjut sesuai perjalanan waktu.

1.

Angiogenesis

Angiogenesis atau neovaskularisasi, yaitu proses saat pembuluh darah yang telah ada sebelumnya akan mengeluarkan tunas kapiler untuk menghasilkan pembuluh darah baru. Angiogenesis merupakan suatu proses penting dalam penyembuhan pada lokasi jejas, dalam pengembangan sirkulasi kolateral pada lokasi iskemia, dan dalam memberi kemungkinan pada tumor untuk semakin membesar melampaui desakan pasokan darah semula. Empat tahapa umum yang terjadi dalam perkembangan pembuluh darah kapile yangr baru (Gbr. 3-11) Degradasi proteolitik pada pembuluh darah induk baru BM, memungkinkan pembentukan suatu tunas kapiler. Migrasi sel endotel dari kapiler asal menuju suatu rangsang angiogenik Proliferasi sel endotel di belakang ujung terdepan sel yang bermigrasi. Maturasi sel endotel dengan penghambatan pertumbuhan dan penataan menjadi pembuluh kapiler; tahapan ini mencakup rekrutmen dan proliferasi perisit (untuk kapiler) dan sel otot polos (untuk pembuluh darah yang lebih besar ) untuk menyokong pembuluh endotel dan untuk memberikan funsi tambahan.

Beberapa faktor menginduksi angiogenesis, tetapi yang terpenting adalah faktor pertumbuhan dasar fibroblas (bFGF)dan faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF). Meskipun faktor angiogenik dihasilkan oleh berbagai jenis sel, pada sebagian besar reseptor hal tersebut terbatas pada sel endotel saja. Selain menyebabkan proliferasi, faktor tersebut menginduksi sel endotel untuk menyekresi proteinase untuk mendegradasi membran basalis, meningkatkan migrasi sel endotel, dan mengarahkan pembentukan pembuluh darah barudari populasi sel endotelyang semakin meluas Protein ECM struktural juga mengatur pembentukan tunas pembuluh darah baru pada angiogenesis, terutama melalui interaksi dengan integrin pada sel endotel yang bermigrasi. Protein non struktural berperan dalam proses tersebut dengan mendestabilkan interaksi sel ECM untuk memudahkan migrasi sel yang berlanjut. 2. Fibrosis ( pembentukan jaringan parut )

Fibrosis atau pembentukan jaringan parut, menambah kerangka jaringan granulasi pada pembuluh darah baru dan ECM longgar yang berkembang dini pada tempat pemulihan. Proses fibrosis berlangsung dalam dua langkah: (1) emigrasi dan proliferasi fibroblas ke dalam tempat jejas, dan (2) deposisi sel ini pada ECM. Rekrutmen dan stimulasi fibroblas dikendalikan oleh banyak faktor pertumbuhan yang akan digambarkan kemudian, meliputi faktor pertumbuhan yang berasal dari trombosit(PDGF), bFGF, dan TGF-. Salah satu sumber dari berbagai faktor ini adalh endotel teraktivasi. Ketika proses penyembuhan mengalami kemajuan , jumlah fibroblas yang berproliferasi dan pembuluh darah baru akan berkurang namun, secara progresif fibroblas akan lebih mengambil fenotipe sintesis sehungga terjadi peningkatan deposisi ECM. Secara khusus, sintesis kolagen sangat penting untuk pengembangan kekuatan pada tempat penyembuhan luka. Namun pnumpukan kolagen yang sesungguhnya tidak hanya bergantung pada peningkatan sintesis, tetapi juga degradasi kolagen. Pada akhirnya , bangunan dasar jaringan granulasi berkembang menjadi suati jaringan parut yang sebagian besar terdiri atas fibroblas inaktif berbentuk kumparan, kolagen padat, fragmen jaringan elastis, dan komponen ECM lainnya. Saat jaringan parut menjadi matang, akhirnya regresi pembuluh darah akan mengubah jaringan granulasi yang sangat banyak pembuluh darahnya menjadi suatu jaringan parut yang pucat dan avaskular. 3. Remodelling Jaringan Parut

Perubahan dari jaringan granulasi menjadi jaringan parut melibatkan perubahan dalam komposisi ECM ; bahkan setelah sintesis dan deposisinya, ECM jaringan parut akan diubah dan dilakukan remodelling. Hasil akhir dari setiap tahapan adalah keseimbangan antara sintesis dan degradasi ECM. Degradasi kolagen dan komponen ECM lainnya dilakukan oleh suatu kelompok metaloproteinase. Metaloproteinase harus dibedakan dengan neutrofil, katepsin G, plasmin, dan proteinase serin lain yang dapat memecah ECM, tetapi bukan metaloenzim. Metaloproteinase, meliputi kolagenase interstisial, yang memecah kolagen fibril tipe I, II, dan III; gelatinase yang memecah kolagen amorf dan fibronektin; dan stromelisin yang mengatabolisasi berbagai unsur pokok ECM, termasuk proteoglikan, laminin, fibronrktin, dan kolagen amorf.

Enzim ini dihasilkan oleh berbagai macam jenis sel (fibroblas, makrofag, neutrofil, sel sinovial, dan beberapa sel epitel) serta sintesis dan sekresinya diatur oleh faktor pertumbuhan, sitokin, fagositosis bahkan tekanan fisik. Sintesis dihambat oleh TGF- dan secara farmakologis dapat ditekan dengan streoid.karena berpotensi menimbulkan kerusakan berat pada jaringan, aktivitas metaloproteinase dikendalikan secara ketat. Oleh karena itu enzim enzim ini secara khusus dihasilkan sebagai prekusor inaktifyang harus diaktifkan pertama kali yang dilakukan oleh bahan kimiawi tertentu (misalnya plasmin) yang mungkin harus muncul pada tempat jejas. Selain itu, kolagenase aktif dapat dihambat dengan cepat oleh inhibitor metaloproteinase jaringan (TIMP, tissue inhibitor of metaloproteinase) tertentu, yang dihasilkan oleh sebagian besar sel mesenkim. Kolagenase dan inhibitornya diatur secara spasial dan temporal pada penyembuhan luka.

4.

Faktor Pertumbuhan pada Regenerasi Sel dan Fibrosis a. EGF (Epidermal Growth Factor) Bersifat mitogenik untuk sejumlah sel epitel dan fibroblas. EGF merangsang pembelahan sel dengan berikatan pada reseptor tirosin kinase pada membran sel. b. PDGF (Platelet-Derived Growth Factor) PDGF menginduksi migrasi dan proliferasi fibroblas, sel otot polos, dan monosit. c. FGF (Fibroblast Growth Factor) FGF adalah suatu kelompok polipeptida yang berikatan erat dengan heparin dan molekul anionik lain ( sehingga mempunyai afinitas yang kuat pada membran masal). d. TGF- (Transforming Growth Factor ) Dalam konsentrasi rendah, TGF- menginduksi sintesis dan sekresi PDGF sehingga secara langsung bersifat mitogenik. Namun, pada konsentrasi tinggi, TGF- merupakan inhibitor pertumbuhan karena memblokade pengeluaran reseptor PDGF. e. VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor)

VEGF juga meningkatkan angiogenesis pada perkembangan embrionik normal, penyembuhan luka, dan keadaan peradangan kronis, serta bertanggung jawab terhadap peningkatan permeabilitas vaskular yang bermakna. f. Sitokin IL-1 dan TNF menginduksi proliferasi fibroblas. Dafpus : Kumar,dkk.2007. Buku Ajar Patologi Robbins.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai