Anda di halaman 1dari 27

KANKER PARU PENDAHULUAN Setiap tahunnya, karsinoma primer pada paru menyerang 93,000 pria dan 80,000 wanita

di Amerika Serikat, 86% diantaranya menunggal dalam 5 tahun diagnosis, membuatnya sebagai penyebab utama kematian akibat kanker baik pada pria maupun wanita. Insidensi kanker paru memuncak pada uysia 55 sampai 65 tahun. Kanker paru merupakan 28% dari seluruh kematian akibat kanker (32% pada pria, 25% pada wanita). Usaha untuk berhenti merokok dimulai 30 tahun yang lalu telah menurunkan tingkat kematian kanker paru terkait usia pada pria (70 per 100,000 populasi pria); namun, sayangnya, pada wanita maih meningkat (35 per 100,000 populasi wanita). Tingkat kebertahanan hidup kanker paru keseluruhan 5 tahun (14%) telah diragukan dalam 30 tahun ini. Perbaikan ini disebabkan oleh kemajuan dalam kombinasi modalitas pengobatan dengan pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Meskipun demikian, karsinoma primer pada paru adalah masalah kesehatan yang besar dengan prognosis yang pada umumnya buruk. PATOLOGI Istilah kanker paru digunakan untuk tumor-tumor yang timbul dari epitel pernapasan (bronchus, bronchiolus, dan alveoli). Mesothelioma, lymphoma, dan tumor stroma (sarcomas) dibedakan dengan kanker paru epitelial. Empat jenis sel utama menyusun 88% dari seluruh neoplasma paru primer menurut klasifikasi World Health Organization. Ini adalah karsinoma squamosa atau epidermoid, karsinoma sel kecil (disebut juga dengan oat cell), adenocarcinoma (termasuk bronchoalveolar), dan karsinoma sel besar (disebut juga dengan large cell anaplastic). Sisanya antara lain karsinoma tak terdiferensisasi, carcinoids, tumor kelenjar bronkhial (termasuk adenoid cystic carcinomas dan mucoepidermoid tumors), dan jenis-jenis tumor yang jarang. Jenis sel yang berbeda memiliki riwayat alami yang berbeda dan respon terhadap terapi yang berbeda juga, dan begitu suatu diagnosis histologis yang benar oleh suatu ahli patologi yang berpengalaman adalah langkah pertama untuk pengobatan yang tepat. Pada 25 pertama, untuk alasan yang tidak diketahui, adenocarcinoma telah menggantikan karsinoma sel skuamosa sebagai subtipe histologis yang paling sering. Keputusan pengobatan utama dibuat berdasarkan apakah suatu tumor diklasifikasikan sebagai suatu karsinoma sel kecil atau sebagai salah satu dari berbagai kanker non sel kecil (squamosa, adenocarcinoma, karsinoma sel besar, karsinoma bronchoalveolar, dan campuran diantaranya). Pada gambaran kliniknya, karsinoma sel kecil biasanya sudah menyebar sedemikian rupa sehingga pembedahan tidak kuratif, dan diterapi terutama dengan kemoterapi dengan atau tanpa radioterapi. Sebaliknya, kanker nonsel kecil yang terlokalisirpada saat ditemukan dapat disembuhkan baik degan pembedahan maupun radioterapi. Kanker non sel kecil tidak merespon terhadap kemoterapi sebaik kanker sel kecil. Sembilan puluh persen pasien dengan kanker paru dari seluruh jenis histologis adalah pada perokok ataupun mantan perokok. Setiap tahunnya 171.900 kasus baru kanker paru, >50% timbul padamantan perokok. Dengan peningkatan keberhasilan usaha berhenti merokok, jumlah mantan perokok akan semakin bertambah, dan individu semacam ini merupakan kandidat untuk

deteksi awal dan usaha kemopreventiif efforts. Sejauh ini bentuk tersering dari kanker paru yang timbul pada bukan perokok seumur hidup, pada wanita, dan pada pasien muda (<45 years) adalah adenocarcinoma. Namun demikian, pada bukan perokok dengan adenocarcinoma yang melibatkan paru, kemungkinan tempat primer lainnya harus dipertimbangkan. Squamosa dan kanker sel kecil biasanya timbul sebagai massa sentral dengan pertumbuhan endobronchial, sedangakan adenocarcinoma dan kanker sel besar cenderung timbul sebagai nodul atau massa perifer, seringkali dengan keterlibatan pleura. Kanker Squamosa dan sel besar membentuk kavitas pada 10 sampai 20% kasus. Bronchoalveolar carcinoma, suatu bentuk dari adenocarcinoma timbul dari jalan napas perifer, dapat timbul secara radiografis sebagai suatu massa tunggal; sebagai suatu lesi difus, multinodular; atau sebagai suatu infiltrat. ETIOLOGI Kebanyakan kanker paru disebabkan oleh karsinogen dan tumor promoters yang masuk melalui merokok sigaret. Prevalesi merokok di Amerika Serikat adalah 28% untuk pria dan 25% untuk wanita, berusia 18 tahun ketas; 38% musit SMU senior merokok. Resiko relatif terjadinya kanker paru meningkat sekitar 13 kali lipat dengan merokok aktif dan sekitar 1,5 kali lipat pada perokok pasif yang terpajan asap rokok dalam jangka waktu yang lama. Chronic obstructive pulmonary disease (COPD), yang juga berkaitan dengan merokok, memiliki peningkatan lebih jauh resiko terjadinya kanker paru. Tingkat kematian dari kanker paru berkaitan dengan jumlah total (seringkalidisebut dengan bungkus rokok-tahun) rokok yang dihisap, oleh karenanya resikonya meningkat 60 sampai 70 kali lipat pada pria yang merokok dua bungkus sehari selama 20 tahun jika dibandingkan dengan yang tidak merokok. Sebaliknya, kemungkinan terjadinya kanker paru menurun dengan berhenti merokok namun tidak akan turun sampai seperti pada yang tidak merokok. peningkatan kanker paru pada wanita juga berkaitan dengan peningkatan merokok sigaret. Wanita memiliki resiko relatif yang lebih besar pada setiap pajanan daripada pria (1,5 kali lebih tinggi), dan wanita dengan kanker paru lebih banyak daripada pria yang tidak pernah merokok. Perbedaan berdasarkan jenis kelamin ini kemungkinan dikarenakan kerentanan terhadap tembakau yang lebih tinggi pada wanita. Usaha untuk membuat orang berhenti merokok adalah wajib. Namun demikian, berhenti merokok adalah sangat sulit, karena kebiasaan merokok mencerminkan adiksi yang kuat terhadap nikotin. Adiksi pada merokok adalah biologis dan psikososial. Metde yang berbeda tersedia untuk membantu memotivasi perokok menghentikan kebiasaannya termasuk konseling, terapi perilaku, pengganti nikotin (permen karet, plester, spray sublingual, inhaler), dan antidepressan (buproprion). Namun demikian, metode ini hanya berhasil pada 20 sampai 25% individu dalam 1 tahun. Mencegah orang untuk mulai merokok mungkin lebih efektif, suatu usaha yang perlu dilakukan terutama pada anak-anak. Penelitian genetis molekuler menunjukkan didapatinya sel kanker paru pada sejumlah lesi genetis, termasuk aktivasi onkogen dominan dan inaktivasi supresor tumor atau onkogen resesif. Kenyataannya, sel kanker paru mungkin harus terkumpul dalam jumlah besar (mungkin 20) untuk lesi tersebut. Untuk onkogen yang dominan, ini termasuk titikmutasi pada daerah pengkode pada keluarga ras onkogen (terutama gen K-ras pada adenocarcinoma paru); amplifikasi, penyusunan ulang, dan/atau hilangnya pengendalian transkripsional pada keluarga

onkogen myc (c-, N-, dan L-myc; perubahan pada c-myc ditemukan pada kanker non sel kecil, sedangkan perubahan pada seluruh anggota keluarga myc ditemukan pada kanker paru sel kecil); dan over ekspresi dari gen bcl-2, Her-2/neu, dan gen telomerase. Mutasi tumor pada gen ras dikaitkan dengan prognosis yang buruk pada kanker paru non sel kecil, sedangkan amplifikasi c-myc dikaitkan dengan prognosis yang buruk pada kanker paru sel kecil. MANIFESTASI KLINIS Kanker paru memberikan tanda dan gejala yang disebabkan oleh pertumbuhan tumor lokal, invasi atau obstruksi struktur sekitarnya, pertumbuhan pada nodus regional melalui penyebaran limfatik, pertumbuhan pada tempat metastase jauh setelah penyebaran hematogen, dan efek dari produk-produk tumor (paraneoplastic syndromes). meskipun 5 to 15% dari pasien dengan kanker paru diidentifikasi ketikan masih asimtomatik, biasanya sebagai hasil ari foto torak pada pemeriksaan rutin, kebanyakan pasien menunjukkan tanda dan gejala. Pertumbuhan sentral atau endobronkial dari tumor primer dapat menyebabkan batuk, hemoptysis, wheezing dan stridor, dyspnea, dan pneumonitis paska obstruksi (demam dan batuk produktif). Pertumbuhan perifer dari tumor primer dapat menyebabkan nyeri dari keterlibatan pleura atau dinding dada, batuk, dyspnea karena restriksi, dan gejala abses paru yang disebabkan oleh karena kavitasi tumor. Penyebaran regional tumor di dalam thorax (oleh pertumbuhan lanjut atau oleh karena metastasis ke limfonodus regional) dapatmenyebabkan obstruksi trachea, kompresi esophageal dengan dysphagia, paralisis nervus laringeus rekuren dengan suara serak, paralisis nervus phrenikus dengan peninggian hemidiaphragma dan dyspnea, dan paralisis saraf simpatis dengan sindroma Horner (enophthalmos, ptosis, miosis, dan hilangnya keringat sebelah badan). Efusi pleura maligna seringkali menyebabkan dyspnea. Sindrom Pancoasts (atau tumor sulkus superior) disebabkan oleh perluasan lokal suatu tumor yang tumbuh di apeks paru dengan keterlibatan saraf servikal kedelapan dan saraf thorakika kesatu dan kedua, dengan nyeri bahu yang secara khas menjalar pada distribusi nervus ulnaris di lengan, seringkali dengan destruksi radiologis iga pertama dan kedua. seingkali sindrom Horner dan sindrom Pancoasts terjadi bersamaan. Masalah lain dari penyebaran regional adalah sindrom vena cava superior akibat obtruksi vaskuler; penyebaran pericardial dan kardial menyebabkan tamponade, aritmia, atau gagal jantung; obtruksi limfatik dengan akibat efusi pleura; dan penyebaran limfangitis menembus paru dengan hipoksemia dan dyspnea. Tambahan lagi, karsinoma bronkoalveolar dapat menyebar secara transbronkial, menyebabkan pertumbuhan tumor multipel disepanjang permukaan alveolar dengan gangguan pertukaran gas, insufisiensi pernapasan, dyspnea, hipoksemia, dan produksi sputum. Penyakit metastase ekstra torakal ditemukan dalam otopsi >50% dari pasien dengan karsinoma skuamosa, 80% pada pasien dengan adenocarcinoma dan karsinoma sel besar, dan 95% pasien dengan karsinoma sel kecil. Metastase kanker paru dapat terjadi pada hampir seluruh sistem organ. Masalah klini yang sering berkaitan dengan kanker paru metastatik termasuk metastase ke otak dengan defisit neurologis; metastase tulang dengan nyeri dan fraktur patologis; invasi sumsum tulang dengan sitopenia atau leukoerythroblastosis; metastase ke hati menyebabkan disfungsi hati, obstruksi bilier dan nyeri; metastase

limfonodus pada daerah supraclavicular dan terkadang pada axilla dan selangkangan; dan sindrom kompresi medulla spinalis dari metastase epidural atau tulang. Metastase adrenal cukup sering namun jarang menyebabkan insufisiensi adrenal. Sindroma Paraneoplastik sering terjadi pada pasien dengan kanker paru dan dapat merupakan hal yang menyebabkan pasien datang atau tanda dari rekurensi. Tambahan lagi, sindroma paraneoplastik dapat menyerupai penyakit metastase dan, kecuali dapat dideteksi, menyebabkan pengobatan paliatif yang tidak tepat daripada pengobatan kuratif. DIAGNOSIS DAN STAGING Diagnosis Awal Uji saring pada orang yang asimtomatik dengan resiko tinggi (pria >45 yang merokok >40 batang perhari) dengan cara sitologi sputum dan foto toraks tidak meningkatkan tingkat kebertahanan hidup. Meskipun 90% pasien kanker paru yang dideteksi melalui uji saring merupakan asimtomatis, tidak ada perbedaan yang ditemukan pada tingkat survival pada kelompok yang mengalami skrining dan tidak mengalami skrining. penggunaan spiral computed tomography (CT) dosis rendah pada paru mungkin lebih sensitif, terutama untuk lesi perifer. Namun demikian, tingkat positif palsu cukup tinggi (25% menunjukkan hasil abnormal, hanya 10% diantaranya yang benar-benar kanker), dan keuntungan survival untuk skrining masih belum terbukti. Diagnosis Jaringan Kanker Paru Setelah tanda, gejala ataupun uji skrining merujuk ke arah kanker paru, suatu diagnosis jaringan harus ditegakkan. Jaringan tumor dapat diambil edengan menggunakan biopsi bronchial atau transbronchial sewaktu bronchoscopy serat optik; dengan biopsi nodus sewaktu mediastinoscopy; dari spesimen operatif pada saat reseksi bedah definitif; dengan biopsi percutaneous dari limfonodus yang membesar, massa jaringan lunak, lesi lisis tulang, sumsum tulang, atau efusi pleura; dengan aspirasi jarum halus pada massa tumor torakal atau ekstratorakal penggunakan panduan CT; atau dari blok sel yang cukup yang didapkan dari efusi pleura maligna. Dalam kebanyakan kasus, ahli patologi harus mampu membuat suatu diagnosis definitif dari keganasan epitel dan membedakan kanker paru sel kecil dari non sel kecil. Staging Kanker Paru Staging Kanker paru terdiri dari dua bagian: yang pertama, suatu penentuan lokasi tumor (anatomic staging) dan, yang kedua, penilaian kemampuan pasien untuk menghadapi berbagai pengobatan anti tumor (physiologic staging). Pada pasien dengan kanker paru non-small cell, resektabilitas (apakah tumor dapat diangkat sepenuhnya oleh suatu prosedur bedah standar seperti suatu lobektomi atau pneumonectomy), yang tergantung pada anatomic stage tumor tersebut, dan operabilitas (apakah pasien dapatmentoleransi prosedur pembedahan tersebut), yang tergantung pada fungsi kardiopulmoner pasien, ditentukan. Kanker paru non sel kecil Sistem staging internasional TNM harus digunakan pada kasus-kasus kanker paru non sel kecil, terutama dalam menyiapkan pasien untuk usaha kuratif dengan pembedahan ataupun radioterapi (Table 75-3). Beragam faktor T (ukuran tumor), N (keterlibatan limfonodus regional), dan M (ada atau tidak adanya metastase jauh) dikombinasikan untuk membentuk berbagai tingkat stadium. Pada saat datang pertama kali, sekitar sepertiga dari pasien

memiliki peyakit yang cukup terlokalisir untuk usaha kuratif dengan pembedahan atau radioterapi (pasien dengan penyakit stadium I atau II dan beberapa dengan stadium IIIA), sepertiga telah meiliki metastase jauh (stadium IV), dan sepertiga memiliki penyakit lokal atau regional yang dapat atau tidak dapat dilakukan usaha kuratif (beberapa pasien dengan stadium IIIA dan yang lainnya dengan stadium IIIB). Sistem penggolongan stadium ini memberikan informasi prognosis yang berguna. Kanker paru sel kecil Suatu sistem sederhana dua stadium digunakan untuk kanker jenis ini. Berdasarkan sistem ini, penyakit stadium terbatas (terlihat pada sekitar 30% dari seluruh pasien dengan Kanker paru sel kecil) didefinisikan sebagai penyakit yang terbatas pada satu hemithoraks dan limfonodus regional (termasuk mediastinal, hilus kontralateral, dan biasanya nodus supraclavicular ipsilateral), sedangkan penyakti stadium ekstensif (terlihat pada sekitar 70% psaien) didefinisikan sebagai penyakit yang melewati batasan tersebut. Pemeriksaan klinis seperti pemeriksaan klinis, foto rontgen, CT dan bone scan, dan pemeriksaan sumsum tulang berguna untuk menentukan stadiumnya. Pada bagiannya, definisi dari limited-stage berkaitan dengan apakah tumor yang diketahui dapat ditangani dengan suatu terapi radiiasi yang dapat ditoleransi. Oleh karenanya, nodus supraclavicular kontralateral, keterlibatan nervus laringeus rekuren, dan obstruksi vena kava superior kesemuanya bisa menjadi bagian dari limited-stage. Namun demikian, tamponade jantung, efusi pleura maligna, dan keterlibatan parenkimparu bilateral umumnya dimasukkan kedalam extensive-stage karena organ-organ dalam suatu terapi radiasi yang kuratif tidak mampu mentoleransi dosis radioterapi yang diberikan. PENATALAKSANAAN Pasien harus diyakinkan untuk berhenti merokok. Mereka yang berhenti merokok terbukti lebih baik daripada mereka yang tetap merokok. Pembedahan Pada pasien dengan kanker paru non sel kecil stadium IA, IB, IIA dan IIB yang dapat mentoleransi pembedahan, pengobatan terpilih adalah reseksi paru. Pada kasus stadium IIIA dimana usia pasien, fungsi kardiopulmoner, dan anatominya memenuhi sarat, suatu pendekatan tim (melibatkan ahli penyakit paru, bedah toraks, onkologi medis dan radiasi) adalah berguna. Kemoterapi Neoadjuvant dengan atau tanpa radioterapi dapat mengecilkan tumor lokal, mengatasi mikrometastase, dan membuat reseksi bedah menjadi lebih aman dan lebih efektif pada pasien terpilih. Jika reseksi sempurna memungkinkan, tingkat kebertahanan hidup 5 tahun untuk N1 adalah sekitar 50%, dan 20% untuk N2. Namun demikian, hanya 20% kasus penyakit N2 yang secara tekhnis dapat direseksi, dan kebanyakan diantaranya diketahui sebagai N2 hany pada saat. Pembedahan untuk kasus N2 adalah pembahasan yang paling kontroversial pada penatalaksananan bedah kanker paru. Pasien dengan nodus mediastinum positif (N3)kontralateral maupun bilateral, keterlibatan nodus ekstrakapsuler, atau nodus yang terfiksasi bukanlah kandidat untuk reseksi. Pendekatan yang membuat reseksi mungkin adalah reseksi dinding dada untuk perluasan langsung dari tumor, tracheal sleeve pneumonectomy, and sleeve lobectomy untuk lesi yang berada dekat carina. Neoadjuvant kemoterapi (preoperatif) memiliki tingkat responsif 50

sampai 60% dan memungkinkan tumor yang tidak dapat direseksi menjadi dapat direseksi pada banyak pasien yang merespon. Video-assisted thoracic surgery (VATS) melalui thorakoskopi tidak biasa digunakan dalam reseksi kuratif kanker paru namun dapat berguna untuk lesi perifer pada pasien dengan fungsi paru yang buruk. Tingkat kematian 30 hari di rumah sakit setelah reseksi paru adalah 3% untuk lobektomi dan 6% untuk pneumonectomy. Oleh karenanya, kebanyakan psien yang diduga memiliki kuratif reseksi pada akhirnya meninggal karena metastase, biasanya setelah 5 tahun dari waktu pembedahan. Radioterapi Pasien dengan stadium III, sebagaimana halnya dengan apsien pada stadium I atau II yang menolak pembedahan atau bukan merupakan kandidat untuk reseksi apru, harus dipertimbangkan untuk radioterapi dengan tujuan kuratif. Keputusan untuk memberikan radioterapi dosis tinggi berdasarkan pada luasnya penyakit dan volume dada yang memerlukan radiasi. Pasien dengan metastase jauh, efusi pleura maligna, atau keterlibatan jantung pada umumnya tidak dipertimbangkan untuk radioterapi kuratif. Periode kebertahanan hidup ratarata untuk pasien dengan kanker paru non sel kecil terlokalisir yang tidak dapat direseksi yang menjalani radioterapi primer dengan tujuan kuratif adalah 1 year. Namun demikian, 6% dari pasien ini hidup sampai 5 tahun dan sembuh dengan hanya radioterapi saja. Sebagai tambahan efek kuratif dari, radioterapi, dengan mengendalikan tumor primer, dapat meningkatkan kualitas dan lamanya hidup padapasien yang tidak sembuh sepenuhnya. Pengobatan biasanya menggunakan dosis 55 sampai 60 Gy, dan perhatian utama ditujukan pada jumlah parenkim paru dan organ lainnya dalam toraks yang dimasukkan dalam rencana terapi, termasuk medulla spinalis, jantung, dan esofagus. Padapasien dengan suatu tingkatan tinggi penyakit paru yang mendasarinya, rencana pengobatan mungkin harus dikomprosikan karena efek merusak dari radiasi terhadap fungsiparu. Resiko terjadinya pneumonitis radiasi proporsional terhadap dosis radiasi dan volume paru yang berada dalam lapangan radiasi. Sindroma klinis penuh (dyspnea, demam, dan infiltrat radiografik di daerah diarahkannya radiasi) terjadi pada 5% kasus. Esophagitis radiasi akut terjadi pada pengobatga ini namun umunya sembuh sendiri, sedangkan cedera medula spinalis harus dihindari dengan perencanaan terapi yang matang. Terapi Kombinasi Setelah reseksi yang sepertinya lengkap, radioterapi adjuvant tifdak meningkatkan kebertahanan hidup dan dapat memperburuk pada penyakit N0 dan N1. karsinoma pada sulkus pulmonaris superior menyebabkan sindroma Pancoast yang biasanya diterapi dengankombinasi radioterapi dan pembedahan. Pasien dengan karsinoma ini harus menjalani prosedur preoperatif, termasuk mediastinoskopi dan CT serta PET scan, untuk menentukan perluasan tumor dan suatu pemeriksaan neurologis (dan terkadang pemeriksaan konduksi saraf) untuk mencatat temuan nurologis. Jika pada mediastinoskopi negatif, pendekatan kuratif dapat digunakan untuk mengobati treating suatu tumor sindrom Pancoast. Radiasi preoperatif [30 Gy dalam 10 sesi pengobatan] diberikan pada daerah tumor, diikuti dengansuatu reseksi en bloc dari tumor dan dinding dada yang terkena 3 sampai 6 minggu kemudian. Tingkat survival 3 tahun adalah 40% untuk karsunoma squamosa dan 20% untuk adeno- dan sel besar.

Kemoterapi dengan etoposide dan cisplatin plus radioterapi pada daerah tumor meningkatkan kemungkinan tumor bisa direseksi dan tingkat keberhasilan >50% pada 4 tahun. Keuntungan yang paling jelas adalah didapatkan jika kemoterapi ditambahkan pada radioterapi untukpenyakit lokal yang sudah lanjut (stadium IIIB dan beberaapa stadium IIIA) dan ketika kemoterapi diberikan preoperatif dengan cara neoadjuvant pada stadium IIIA. Pemberian radioterapi dan kemoterapi secara bergantian saat ini sedang diteliti; myelotoksisitas dan esophagitis meningkat, namun perbaikan survival masih belum terbukti. PENCEGAHAN Mencegah anak unutkmulai merokok dan membantu dewasa muda unutk berhent merokok sepertinya merupakan pencegahan kanker paru yang paling efektif. Program pemberhentian merokok berhasil pada 5 sampai 20% dari sukarelawan; keberhasilannya yang rendah adalah karena sifat dari adiksi terhadap nikotin. Kemoprevention adalah suatu pencegahan eksperimental untuk mengurangi resiko kanker paru; saat ini, tidak ada keuntungan yang terbukti untuk intervensi kemoprevention, dan setidaknya dua agen kemoprevention yang digunakan, vitamin E dan b-carotene, sebenarnya meningkatkan resiko kanker paru pada perokok berat.

Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan

paru.[1] Patogenesis kanker paru belum benar-benar dipahami. Sepertinya sel mukosal bronkial mengalami perubahan metaplastik sebagai respon terhadap paparan kronis dari partikel yang terhirup dan melukai paru. Sebagai respon dari luka selular, proses reaksi dan radang akan berevolusi. Sel basal mukosal akan mengalami proliferasi dan terdiferensiasi menjadi sel goblet yang mensekresi mukus. Sepertinya aktivitas metaplastik terjadi akibat pergantian lapisan epitelium kolumnar dengan epitelium skuamus, yang disertai dengan atipia selular dan peningkatan aktivitas mitotik yang berkembang menjadi displasia mukosal. Rentang waktu proses ini belum dapat dipastikan, hanya diperkirakan kurang lebih antara 10 hingga 20 tahun. Asal-usul sel penyebab kanker paru masih belum dapat dijelaskan. Selama ini berkembang dua buah teori,

Teori pleuripotential cell oleh Auerbach, yang menjelaskan penyimpangan yang terjadi pada proses diferensiasi sel punca menjadi sel-sel lain. Teori sel kecil oleh Yesner, yang menjelaskan neoplasma sel kecil yang mengalami transformasi dan berevolusi menjadi sel kanker

Namun diketahui bahwa terjadi mutasi genetik pada p73,[2] p53 dan pRb, selain peran onkogen c-myb, c-myca, c-mycc, c-raf, L-myc, N-myc, K-rasa, c-fura, N-ras, H-ra, c-erbB1, c-fms, cfes, c-rlf, c-erbB1, c-erbB2, c-sis, BCL1.[3] Menurut WHO, kanker paru merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita[4].

Jenis kanker paru-paru Klasifikasi kanker paru ditetapkan berdasarkan standar WHO,[5] Tipe Sub-tipe Varian Frekuensi (%)[6]

I. Tumor epitelial 1. Papilloma 2. Adenoma

A. Sarkoma

B. Displasia 1. sel skuamus a. varian sel pintal a. sel gandum b. sel 2. sel kecil intermediat c. sel gandum kombinasi a. acinar b. papillary c. 3. Adeno bronkioalveolar d. solid 16,8

C. Karsinoma

carcinoma with mucin formation


a. giant-cell b. clear-cell

4. sel besar

80,4

5. adenoskuamus 6. tumor karsinoid 7. kelenjar bronkial 8. Lain-lain II. Tumor jaringan lunak III. Tumor mesotelial A. Sarkoma B. Karsinoma IV. Tumor lain A. Sarkoma B.Karsinoma V. Tumor sekunder VI. Tumor yang belum diklasifikasi VII. Lesi mirip tumor 1,9 0,1 0,8

Lebih dari 90% kanker paru berawal dari bronkus, hingga kanker ini disebut karsinoma bronkogenik, yang terdiri dari: 1. 2. 3. 4. Karsinoma sel skuamus Karsinoma sel kecil Karsinoma sel besar Adenokarsinoma paru

Karsinoma sel alveolar berasal dari alveoli di dalam paru-paru. Kanker ini bisa merupakan pertumbuhan tunggal, tetapi seringkali menyerang lebih dari satu daerah di paru-paru. Tumor paru-paru yang lebih jarang terjadi adalah:

1. Adenoma (bisa ganas atau jinak) 2. Hamartoma kondromatous (jinak) 3. Sarkoma (ganas) Limfoma merupakan kanker dari sistem getah bening, yang bisa berasal dari paru-paru atau merupakan penyebaran dari organ lain. Banyak kanker yang berasal dari tempat lain menyebar ke paru-paru. Biasanya kanker ini berasal dari payudara, usus besar, prostat, ginjal, tiroid, lambung, leher rahim, rektum, buah zakar, tulang dan kulit. Karsinoma sel skuamus Disebut squamous cell carcinoma dalam bahasa Inggris atau SCC, jenis kanker ini biasa terjadi di dalam saluran bronkus utama. Umumnya terjadi perkembangan keratin dan mutiara keratin. Adenokarsinoma paru Adenokarsinoma paru tercatat terjadi sekitar 30%- 45% dan nampaknya akan terus mengalami peningkatan. Kasus adenokarsinoma paru biasanya terjadi pada organ paru dan lebih sering terjadi pada wanita daripada pada pria, dengan kecenderungan metastasis pada area awal di sekitar nodus limfa dan otak. Penderita adenokarsinoma paru biasanya memiliki riwayat penyakit paru interstitial kronis, seperti skleroderma, penyakit reumatoid, sarkoidosis, pneumonitis interstitial, tuberkolosis, infeksi paru berulang atau penyakit paru yang disertai nekrosis. Hal ini menyebabkan adenokarsinoma sering disebut scar carcinoma. Adenokarsinoma bronkioalveolar Sebuah subtipe adenokarsinoma paru dengan tingkat kejadian sekitar 2% - 4% dari total kejadian kanker paru, sering dikaitkan dengan beberapa penyakit paru yang berakibat pada fibrosis paru, seperti pneumonia, fibrosis paru idiopatik, granulomata, asbestosis, alveolitis dengan fibrosis, skleroderma, dan penyakit Hodgkin. Tempat terjadinya kanker ini masih menjadi perdebatan, namun kemungkinan telah diperkecil antara populasi sel Clara atau pneumosit tipe II yang merambat sepanjang alveolar septa. Karsinoma sel besar Kanker ini memiliki tingkat kejadian sekitar 9%. Tumor memiliki ciri sel berukuran besar dengan inti sel yang besar. Belum ditemukan diferensiasi grandular atau skuamus. Penyebab utama Sub-types of non-small cell lung cancer in smokers and never-smokers[7] Histological sub-type Frequency of non-small cell

lung cancers (%) Smokers Squamous cell lung carcinoma Adenocarcinoma (not otherwise Adenocarcinoma specified) Bronchioloalveolar carcinoma Carcinoid Other 4 7 8 10 16 6 39 35 42 Neversmokers 33

Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru masih belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga. Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis. Gejala kanker paru Gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat. Dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak. Napas sesak dan pendek-pendek. Sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas. Kelelahan kronis Kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas. Suara serak/parau.

8. Pembengkakan di wajah atau leher. Gejala pada kanker paru umumnya tidak terlalu kentara, sehingga kebanyakan penderita kanker paru yang mencari bantuan medis telah berada dalam stadium lanjut. Kasusk-kasus stadium dini/ awal sering ditemukan tanpa sengaja ketika seseorang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Diagnosis dan pengobatan Beberapa prosedur yang dapat memudahkan diagnosa kanker paru antara lain adalah foto XRay, CT Scan Toraks, Biopsi Jarum Halus, Bronkoskopi, dan USG Abdomen. Pengobatan kanker paru dapat dilakukan dengan cara-cara seperti 1. Pembedahan dengan membuang satu bagain dari paru - kadang melebihi dari tempat ditemukannya tumor dan membuang semua kelenjar getah bening yang terkena kanker.

Radioterapi atau radiasi dengan sinar-X berintensitas tinggi untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi Meminum obat oral dengan efek samping tertentu yang bertujuan untuk memperpanjang harapan hidup penderita.

Kanker Paru DEFINISI Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru; tetapi kanker paruparu bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru. Kanker paru-paru merupakan kanker yang paling sering terjadi, baik pada pria maupun wanita. Kanker paru-paru juga merupakan penyebab utama dari kematian akibat kanker. Jenis Kanker Paru-paru Lebih dari 90% kanker paru-paru berawal dari bronki (saluran udara besar yang masuk ke paru-paru), kanker ini disebut karsinoma bronkogenik, yang terdiri dari:

Karsinoma sel skuamosa Karsinoma sel kecil atau karsinoma sel gandum Karsinoma sel besar Adenokarsinoma. Karsinoma sel alveolar berasal dari kantong udara (alveoli) di paru-paru. Kanker ini bisa

merupakan pertumbuhan tunggal, tetapi seringkali menyerang lebih dari satu daerah di paruparu. Tumor paru-paru yang lebih jarang terjadi adalah: Adenoma (bisa ganas atau jinak)

Hamartoma kondromatous (jinak) Sarkoma (ganas) Limfoma merupakan kanker dari sistem getah bening, yang bisa berasal dari paru-paru atau

merupakan penyebaran dari organ lain. Banyak kanker yang berasal dari tempat lain menyebar ke paru-paru. Biasanya kanker ini berasal dari payudara, usus besar, prostat, ginjal, tiroid, lambung, leher rahim, rektum, buah zakar, tulang dan kulit.

PENYEBAB Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar resiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan polusi uadara sebagai penyebab kanker paru-paru masih belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga. Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis. Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-paru pada pria dan sekitar 70% kasus pada wanita. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin besar resiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok.

Peranan polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru masih belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah tangga. Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut akibat penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis. GEJALA Gejala kanker paru-paru tergantung kepada jenis, lokasi dan cara penyebarannya. Biasanya gejala utama adalah batuk yang menetap. Penderita bronkitis kronis yang menderita kanker paru-paru seringkali menyadari bahwa batuknya semakin memburuk. Dahak bisa mengandung darah. Jika kanker tumbuh ke dalam pembuluh darah dibawahnya, bisa menyebabkan perdarahan hebat. Kanker bisa menyebabkan bunyi mengi karena terjadi penyempitan saluran udara di dalam atau di sekitar tempat tumbuhnya kanker. Penyumbatan bronkus bisa menyebabkan kolaps pada bagian paru-paru yang merupakan percabangan dari bronkus tersebut, keadaan ini disebut atelektasis Akibat lainnya adalah pneumonia dengan gejala berupa batuk, demam, nyrei dada dan sesak nafas. Jika tumor tumbuh ke dalam dinding dada, bisa menyebabkan nyeri dada yang menetap. Gejala yang timbul kemudian adalah hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan dan kelemahan. Kanker paru seringkali menyebabkan penimbunan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura), sehingga penderita mengalami sesak nafas. Jika kanker menyebar di dalam paru-paru, bisa terjadi sesak nafas yang hebat, kadar oksigen darah yang rendah dan gagal jantung. Kanker bisa tumbuh ke dalam saraf tertentu di leher, menyebabkan terjadinya sindroma Horner, yang terdiri dari: - penutupan kelopak mata - pupil yang kecil - mata cekung - berkurangnya keringat di salah satu sisi wajah. Kanker di puncak paru-paru bisa tumbuh ke dalam saraf yang menuju ke lengan sehingga lengan terasa nyeri, mati rasa dan lemah. Kerusakan juga bisa terjadi pada saraf pita suara sehingga suara penderita menjadi serak.

Kanker bisa tumbuh secara langsung ke dalam kerongkongan, atau tumbuh di dekat kerongkongan dan menekannya, sehingga terjadi gangguan menelan. Kadang terbentuk saluran abnormal (fistula) diantara kerongkongan dan bronki, menyebabkan batuk hebat selama proses menelan berlangsung, karena makanan dan cairan masuk ke dalam paru-paru. Kanker paru-paru bisa tumbuh ke dalam jantung dan menyebabkan: - irama jantung yang abnormal - pembesaran jantung - penimbunan cairan di kantong perikardial. Kanker juga bisa tumbuh di sekitar vena kava superior. Penyumbatan vena ini menyebabkan darah mengalir kembali ke atas, yaitu ke dalam vena lainnya dari bagian tubuh sebelah atas: - vena di dinding dada akan membesar - wajah, leher dan dinding dada sebelah atas (termasuk payudara) akan membengkak dan tampak berwarna keunguan. Keadaan ini juga menyebabkan sesak nafas, sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing dan perasaan mengantuk. Gejala tersebut biasanya akan memburuk jika penderita membungkuk ke depan atau berbaring. Kanker paru-paru juga bisa menyebar melalui aliran darah menuju ke hati, otak, kelenjar adrenal dan tulang. Hal ini bisa terjadi pada stadium awal, terutama pada karsinoma sel kecil. Gejalanya berupa gagal hati, kebingungan, kejang dan nyeri tulang; yang bisa timbul sebelum terjadinya berbagai kelainan paru-paru, sehingga diagnosis dini sulit ditegakkan. Beberapa kanker paru-paru menimbulkan efek di tempat yang jauh dari paru-paru, seperti kelainan metabolik, kelainan saraf dan kelainan otot (sindroma paraneoplastik). Sindroma ini tidak berhubungan dengan ukuran maupun lokasi dari kanker dan tidak selalu menunjukkan bahwa kanker telah menyebar keluar dada; sindroma ini disebabkan oleh bahan yang dikeluarkan oleh kanker. Gejalanya bisa merupakan petanda awal dari kanker atau merupakan petunjuk awal bahwa kanker telah kembali, setelah dilakukannya pengobatan. Salah satu contoh dari sindroma paraneoplastik adalah sindroma Eaton-Lambert, yang ditandai dengan kelemahan otot yang luar biasa. Contoh lainnya adalah kelemahan otot dan rasa sakit karena peradangan (polimiositis), yang bisa disertai dengan peradangan kulit (dermatomiositis). Beberapa kanker paru-paru melepaskan hormon atau bahan yang menyerupai hormon, sehingga terjadi kadar hormon yang tinggi. Karsinoma sel kecil menghasilkan kortikotropin (menyebabkan sindroma Cushing) atau hormon antidiuretik (menyebabkan penimbunan cairan dan kadar natrium yang rendah di dalam darah). Pembentukan hormon yang berlebihan juga bisa menyebabkan sindroma karsinoid, yaitu berupa kemerahan, bunyi nafas mengi, diare dan kelainan katup jantung. Karsinoma sel skuamosa melepaskan bahan menyerupai hormon yang menyebabkan kadar kalsium darah sangat tinggi. Sindroma hormonal lainnya yang berhubungan dengan kanker paru-paru adalah: - pembesaran payudara pada pria (ginekomastia)

- kelebihan hormon tiroid (hipertiroidisme) - perubahan kulit (kulit di ketiak menjadi lebih gelap). Kanker paru-paru juga bisa menyebabkan perubahan bentuk jari tangan dan jari jkaki dan perubahan pada ujung tulang-tulang panjang, yang bisa terlihat pada rontgen. DIAGNOSA Jika seseorang (terutama perokok) mengalami batuk yang menetap atau semakin memburuk atau gejala paru-paru lainnya, maka terdapat kemungkinan terjadinya kanker paru-paru. Kadang petunjuk awalnya berupa ditemukannya bayangan pada rontgen dada dari seseorang yang tidak menunjukkan gejala. Rontgen dada bisa menemukan sebagian besar tumor paruparu, meskipun tidak semua bayangan yang terlihat merupakan kanker. Biasanya dilakukan pemeriksaan mikroskopik dari contoh jaringan, yang kadang berasal dari dahak penderita (sitologi dahak). Untuk mendapatkan jaringan yang diperlukan, dilakukan bronkoskopi.

CT scan bisa menunjukkan bayangan kecil yang tidak tampak pada foto rontgen dada dan bisa
menunjukkan adanya pembesaran kelenjar getah bening. Untuk mengetahui adanya penyebaran ke hati, kelenjar adrenal atau otak, dilakukan CT scan perut dan otak.

Penyebaran ke tulang bisa dilihat melalui skening tulang. Kadang dilakukan biopsi sumsum tulang, karena karsinoma sel kecil cenderung menyebar ke sumsum tulang Penggolongan (stadium) kanker dilakukan berdasarkan: - ukuran tumor - penyebaran ke kelenjar getah bening di dekatnya - penyebaran ke organ lain. Stadium ini digunakan untuk menentukan jenis pengobatan yang akan dilakukan dan ramalan penyakit pada penderita. PENGOBATAN Tumor bronkial jinak biasanya diangkat melalui pembedahan karena bisa menyumbat bronki dan lama-lama bisa menjadi ganas. Kadang dilakukan pembedahan pada kanker selain karsinoma sel kecil yang belum menyebar. Sekitar 10-35% kanker bisa diangkat melalui pembedahan, tetapi pembedahan tidak selalu membawa kesembuhan.

Sekitar 25-40% penderita tumor yang terisolasi dan tumbuh secara perlahan, memiliki harapan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Penderita ini harus melakukan pemeriksaan rutin karena kanker paru-paru kambuh kembali pada 6-12% penderita yang telah menjalani pembedahan. Sebelum pembedahan, dilakukan tes fungsi paru-paru untuk menentukan apakah paru-paru yang tersisa masih bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau tidak. Jika hasilnya jelek, maka tidak mungkin dilakukan pembedahan. Pembedahan tidak perlu dilakukan jika: - kanker telah menyebar keluar paru-paru - kanker terlalu dekat dengan trakea - penderita memiliki keadaan yang serus (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru yang berat). Terapi penyinaran dilakukan pada penderita yang tidak dapat menjalani pembedahan karena mereka memiliki penyakit lain yang serius. Tujuan dari penyinaran adalah memperlambat pertumbuhan kanker, bukan untuk penyembuhan. Terapi penyinaran juga bisa mengurangi nyeri otot, sindroma vena kava superior dan penekanan saraf tulang belakang. Tetapi terapi penyinaran bisa menyebabkan peradang paru-paru (pneumonitis karena penyinaran), dengan gejala berupa batuk, sesak nafas dan demam. Gejala ini bisa dikurangi dengan corticosteroid (misalnya prednisone). Pada saat terdiagnosis, karsinoma sel kecil hampir selalu telah menyebar ke bagian tubuh lainnya, sehingga tidak mungkin dilakukan pembedahan. Kanker ini diobati dengan kemoterapi, kadang disetai terapi penyinaran. Penderita kanker paru-paru banyak yang mengalami penurunan fungsi paru-paru. Untuk mengurangi gangguan pernafasan bisa diberikan terapi oksigen dan obat yang melebarkan saluran udara (bronkodilator). Berikut obat kemoterapi yang dapat digunakan untuk kanker paru : Etoposide :Etoposide bekerja dengan menghambat topoisomerase II dan menyebabkan kerusakan untai DNA, menyebabkan proliferasi sel untuk menangkap di bagian akhir G@ S atau awal siklus sel kanker. Cyclophosphamide : Cyclosphamide secara kimia terkait dengan mustard nitrogen. Sebagai senyawa alkilasi, mekanisme aksi metabolit aktif dapat melibatkan silang DNA, yang dpat mengganggu pertumbuhan sel normal atau kanker. Toksisitas cardio fatal telah dilaporkan dengan pemberian bersamaan pentostatin. Doxorubicin :Doxorubicin menghambat topisomerase II dan mengahsilkan radikal bebas, yang dapat menyebabkan kerusan DNA. Kombinasi dari aksi pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan sel kanker.

Vincristine :Vincristine menghambat polimerisasi tubulin selama mitosis. Obat ini adalah G2 fase spesifik. Vincristine dapat berinteraksi dengan mitomycin C dan dapat menyababkan reaksi paru aktif. Topotecan: Topotecan menghambat topoisomerase I dan dengan demikian menghambat replikasi DNA. Senyaawa ini dapat berinteraksi dengan obat anti kanker lainnya dan menyebabkan neutropenia dan trombositopenia yang berkepanjangan selain meningkatkan kematian. Paclitaxel : Mekanisme akse paclitaxel adalah polimerisasi tubulin dan stabilisasi mikrotubukus. Senyawa ini dapat berinteraksi dengan csiplatin dengan lebih meningkatkan myelosupresi. Carboplatin : Carboplatin adalah analog dari cisplatin (senyawa garam alkilasi platinum) dengan kemanjuran yang sama tetapi toksisitasnya lebih rendah. Mekanisme aksi cisplatin dan carboplatin adalah menyebabkan ikatan silang dalam dan antara untai DNA. Carboplatin dapat berinteraksi dengan aminoglikosida dan obat nefrotoksik lain dengan meningkatkan nefrotoksisitas dan ototoksisitas. Cisplatin : Cisplatin adalah senyawa yang menyebabkan ikatan silang di dalam dan antara DNA, yang menyebabkan kerusakan untai. Senyawa ini memilki berbagai aktivitas antitumor dan digunakan untuk testis, ovarium, dan sel karsinoma transisional. Memberikan cairan yang cukup sebelum dan selama 24 jam setelah pemeberian cisplatin dapt mengurangi resiko nefrotoksisitas. Docetaxel :Docetaxela dala semisintetis taxane, golongan obat yang menghambat pertumbuhan sel kanker dengan mendorong pembentukan dan menghalangi perombakan mikrotubulus, sehingga mencegah pembelahan sel kanker, lalu menyebabkan kematian sel. Irinotecan :Irinotecan merupakan turunan dari camptothecin dan menghambat topoisomerase I, menghambat replikasi DNA yang menyebabkan kematian sel. Ifosfamide :Ifosfamid adalah mustard nitrogen yang menghambat sintesis DNA dan protein sehingga menyebabkan proliferasi sel dengan menyebabkan ikatan silang dan denaturasi double helix. Gemcitabine : Gemcitabine adalah analog pririmidin. Setelah metabolisme intraseluler untuk mengaktifkan nucleotide, obat kanker ini mengahmbat reduktase ribonucleotida dan bersaing dengan trifosfat deoksisitidin untuk dimasukkan ke dalam DNA. Obat kaner ini secara khusus untuk siklus sel pada fase S. Venorelbine : Vinorelbine adalah alkaloid vinca yang menghambat polimerisasi tubulin selama fase G2 dari pembelahan sel, sehingga menghambat mitosis. Adapun untuk mengobati mual dan muntah akibat kemoterapi dapat menggunakan Metoclopramide, Dexamethasone, Ondansetron, Granisetron, Dolasetron atau Palonosetron.

PENCEGAHAN Tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker paru-paru, tetapi Anda dapat mengurangi risiko jika Anda: 1. Tidak merokok. Jika Anda belum pernah merokok, jangan mulai. Bicaralah dengan anakanak Anda untuk tidak merokok sehingga mereka bisa memahami bagaimana untuk menghindari faktor risiko utama kanker paru-paru. Banyak perokok mulai merokok di usia remaja. Memulai percakapan tentang bahaya merokok dengan anak-anak Anda lebih awal sehingga mereka tahu bagaimana harus bereaksi terhadap tekanan teman sebaya. 2. Berhenti merokok. Berhenti merokok sekarang. Berhenti merokok mengurangi risiko kanker paru-paru, bahkan jika anda telah merokok selama bertahun-tahun. Konsultasi dengan dokter Anda tentang strategi dan bantuan berhenti merokok yang dapat membantu Anda berhenti. Pilihan meliputi produk pengganti nikotin, obat-obatan dan kelompok-kelompok pendukung. 3. Hindari asap rokok. Jika Anda tinggal atau bekerja dengan perokok, dorong dia untuk berhenti. Paling tidak, minta dia untuk merokok di luar. Hindari daerah di mana orang merokok, seperti bar dan restoran, dan memilih area bebas asap. 4. Tes radon rumah Anda. Periksa kadar radon di rumah Anda, terutama jika Anda tinggal di daerah di mana radon diketahui menjadi masalah. Kadar radon yang tinggi dapat diperbaiki untuk membuat rumah Anda lebih aman. Untuk informasi mengenai tes radon, hubungi departemen kesehatan. 5. Hindari karsinogen di tempat kerja. Tindakan pencegahan untuk melindungi diri dari paparan bahan kimia beracun di tempat kerja. Perusahaan Anda harus memberitahu Anda jika Anda terkena bahan kimia berbahaya di tempat kerja Anda. Ikuti tindakan pencegahan atasan Anda. Misalnya, jika Anda diberi masker untuk perlindungan, selalu memakainya. Tanyakan kepada dokter apa lagi yang bisa Anda lakukan untuk melindungi diri di tempat kerja. Resiko kerusakan paru-paru dari karsinogen ini meningkat jika Anda merokok. 6. Makan makanan yang mengandung buah-buahan dan sayuran. Pilih diet sehat dengan berbagai buah-buahan dan sayuran. Makanan sumber vitamin dan nutrisi yang terbaik. Hindari mengambil dosis besar vitamin dalam bentuk pil, karena mungkin akan berbahaya. Sebagai contoh, para peneliti berharap untuk mengurangi risiko kanker paru-paru pada perokok berat memberi mereka suplemen beta karoten. Hasilnya menunjukkan suplemen benar-benar meningkatkan risiko kanker pada perokok. 7. Minum alkohol dalam jumlah sedang, jika bisa sama sekali tidak. Batasi diri Anda untuk satu gelas sehari jika anda seorang wanita atau dua gelas sehari jika anda seorang lakilaki. Setiap orang usia 65 atau lebih tua harus minum alkohol tidak lebih dari satu gelas satu hari. 8. Olah raga. Capaiminimal 30 menit oalh raga pada setiap hari dalam seminggu. Periksa dengan dokter Anda terlebih dahulu jika Anda belum berolahraga secara teratur. Mulailah perlahan-lahan dan terus menambahkan lebih aktivitas. Bersepeda, berenang dan berjalan adalah pilihan yang baik. Tambahkan latihan sepanjang hari Anda - melalui taman waktu pergi kerja dan berjalan sepanjang jalan atau naik tangga ketimbang lift.

Penyebab Penyebab pasti kanker paru belum diketahui, tetapi pajanan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain. a. Asap Tembakau Perokok aktif dan perokok pasif mempunyai potensi terkena kanker paru karena asap tembakau yang terkandung dalam rokok. Diperkirakan terdapat metabolit dalam asap rokok yang bersifat karsinogen terhadap organ tubuh. Zat-zat karsinogen (pemicu kanker) yang terkandung pada rokok adalah: vinyl chloride benzo (a) pyrenes nitroso-nor-nicotine b. Polusi Udara Berbagai karsinogen telah diidentifikasi dalam atmosfer, termasuk sulfur, emisi kendaraan bermotor dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti menunjukan bahwa insiden kanker paru lebih besar terjadi pada daerah perkotaan sebagai akibat penumpukan palutan dan emisi kendaraan bermotor. c. Pajanan zat karsinogen Pemajanan kronik terhadap karsinogen industrial, seperti arsenic, asbestos, gas mustard, krom, asap oven untuk memasak, nikel, minyak, dan radiasi telah dikaitkan dengan terjadinya kanker paru. d. Genetik Terdapat perubahan atau mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yaitu Proto oncogen, Tumor sopressor gene, gene encoding enzyme. Teori Onkogenesis: Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen supresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya insiator mengubah gen suppressor tumor dengan cara menghilangkan (delasi/ del) atau penyisipan (insersi/ ins) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atu neu/ erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah-Programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Gambar Kaskade Onkogenesis Gen suppressor tumorPredisposisi insiator Delesi/ insersi Promotor Tumor/ autonomi Pridesor Ekspansi/ metastasis e. Diet Rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru.

Gejala dan Proses Terjadinya Gejala Gejala-gejala dapat bersifat : a. Lokal (Tumor tumbuh setempat) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronik akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Hemoptisis (sputum bercampur darah) Pertumbuhan tumor mengiritasi mukosa organ disekitar tumbuhnya tumor Iritasi pembuluh darah Darah keluar bersama sputum Mengi (wheezing, stridor), terjadi ketika bronkus menjadi tersumbat sebagian oleh tumor. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru Atelektasis Pertumbuhan tumor Penyumbatan bronkusKolapsAtelektasis b. Invasi lokal Nyeri, ditemukan berhubungan dengan metastasis ke tulang. Dispnea karena efusi pleura Kanker paru seringkali menyebabkan penimbunan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura), sehingga penderita mengalami sesak nafas. Jika kanker menyebar di dalam paru-paru, bisa terjadi sesak nafas yang hebat, kadar oksigen darah yang rendah dan gagal jantung. Invasi ke Perikardium Kanker paru-paru bisa tumbuh ke dalam jantung dan menyebabkan: - irama jantung yang abnormal - pembesaran jantung - penimbunan cairan di kantong perikardial. Sindrom vena cava superior Penyumbatan vena ini menyebabkan darah mengalir kembali ke atas, yaitu ke dalam vena lainnya dari bagian tubuh sebelah atas : - vena di dinding dada akan membesar - wajah, leher dan dinding dada sebelah atas (termasuk payudara) akan membengkak dan tampak berwarna keunguan. Sindrom horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

Kanker bisa tumbuh ke dalam saraf tertentu di leher, menyebabkan terjadinya sindroma Horner, yang terdiri dari : - penutupan kelopak mata - pupil yang kecil - mata cekung - berkurangnya keringat di salah satu sisi wajah. Suara serak Tumor menyebar ke struktur yang berdekatan dan ke nodus limfe regional Menekan nervus laryngeal recurrent Suara serak Sindrom pancoast c. Gejala penyakit Metastasis Pada otak, tulang, Hati, adrenal Limfadenopati servikan dan subklavikula (sering menyertai metastasis) d. Sindrom Paraneoplastik Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala : Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam. Hematologi : leukositisis, anemia, hiperkoagulasi Hipertrofi osteoartropati Neurologik : demensia, ataksia, tremor, neuropati perifer Neuromiopati : sel-sel tumor mengenai otot dan saraf Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia) Dermatologik : eritema multiform, hiperkeratisis, jari tabuh. Renal : SIADH e. Asimtomatik dengan kelainan radiologist Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/ COPD yang terdeteksi secara radiologist. Kelainan berupa nodus soliter

Evaluasi Diagnostik a. Rontgen dada dilakukan untuk mencari tahu densitas paru, nodul perifer soliter (lesi koin), atelektasis dan infeksi. b. Pemeriksaan sitologi sputum baru yang didapatkan melalui batuk atau bilas salin dari bronkus yang diduga menjadi tempat kanker, dilakukan untuk mencari tahu sel-sel maligna. c. Bronkoskopi serat optic memberikan pemeriksaan rinci segmen bronchial dan membantu dalam mengidentifikasi sumber sel-sel maligna serta kemungkinan keluasan dari pembedahan yang diperkirakan.

d. Bronkofibroskopi fluoresen digunakan untuk mendeteksi kanker bronkogenk kecil secara dini e. Hematofoporfirin disuntikan, diserap oleh sel-sel maligna, dan tampak sebagai kilauan fluoresen merah ketika diperiksa dibawah sinar ultraviolet f. Pemindaian paru dan pemindaian tulang atau pemeriksaan sumsum tulang dilakukan untuk mendeteksi metastasis pada tulang. Pemindaian hepar juga dapat dilakukan untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar ke hepar. Setiap metastasis ke system saraf pusat dideteksi dengan pemindaian otak, CT scan, pencitraan resonan magnetik (MRI) dan prosedur neurologist lainnya. g. Mediastinoskopi mungkin digunakan untuk menentukan apakah tumor telah menyebar ke nodus limfe hilus dari paru kanan dan mediastinotomi memberikan akses ke hilus limfatik paru kiri. h. Uji paru disertai dengan pemindaian perfusi fungsi-terpisah dilakukan untuk menentukan apakah pasien akan mempunyai persediaan paru yang mencukupi setelah prosedur dilakukan. Therapi Yang Diberikan a. Penatalaksanaan medis Pembedahan Reseksi bedah adalah metoda yang lebih dipilih untuk pasien dengan tumor setempat tanpa adanya penyebaran metastatik dan mereka yang fungsi parunya masih baik. Tiga tipe reseksi paru yang mungkin dilakukan : lobektomi ( satu lobus paru diangkat), lobektomi sleeve (lobus yang mengalami kanker diangkat dan segmen bronkus besar direseksi) dan Pneumonektomi (pengangkatan seluruh paru). Sebelum, pembedahan, status jantung paru pasien harus ditentukan untuk penatalaksanaan praoperasi dan pascaoperasi pasien yang menjalani bedah dada. Terapi Radiasi Terapi radiasi ini sangat bermanfaat dalam pengendalian neoplasma yang tidak dapat direseksi tetapi yang responsip terhadap radiasi. Radiasi juga dapat digunakan untuk mengurangi ukuran tumor atau untuk membuat tumor yang tidak dapat dioperasi menjadi dapat dioperasi. Radiasi juga digunakan sebagai pengobatan paliatif untuk menghilangkan tekanan tumor pada struktur vital. Radiasi dapat membantu menghilangkan batuk, nyeri dada, dispnea, homoptisis, nyeri tulang dan hepar. Komplikasi radiasi termasuk esofagitis, pneunonitis dan radiasi fibrosis paru, yang dapat merusak kapasitas ventilasi dan difusi secara signifikan mengurangi ketersediaan paru. Radiasi juga dapat mempengaruhi jantung. Status nutrisi dan tampilan psikologis pasien dipantau selama pengobatan, sejalan dengan tanda-tanda anemia dan infeksi. Kemoterapi

Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan umor paru sel kecil atau dengan metastasis luas dan untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi. Kemoterapi memeberikan peredaan, terutama nyeri, tetapi kemoterapi tidak memberikan penyembuhan dan jarang dapat memperpanjang hidup. Kemoterapi bermanfaat dalam mengurangi gejala-gejala tekanan dari kanker paru dan dalam mengobati metastasis otak, medulla spinalis dan pericardium. b. Pemilihan Obat Kebanyakan obat sitostatik mempunyai aktivitas cukup baik pada NSCLC dengan tingkat respon antara 15-30%, walaupun demikian penggunaan obat tunggal tidak mencapai remisi komplit. kombinasi beberapa sitostatik telah banyak diteliti untuk meningkatkan tingkat respon yang akan berdampak pada harapan hidup. Obat-obat baru saat ini telah banyak dihasilkan dan dicobakan sebagai obat tunggal seperti paclitaxel, Docetaxel, Vinorelbine, Gemcitabine dan Irenotecan dengan hasil yang cukup menjanjikan. Potensial Komplikasi a. Reaksi bedah dapat mengakibatkan gagal napas terutama ketika system jantung paru terganggu sebelum pembedahan dilakukan sebelumnya. b. Terapi radiasi dapat mengakibatkan penurunan fungsi jantung paru. c. Kemoterapi, terutama dalam kombinasi dengan terapi radiasi, dapat menyebabkan pneumonitis. Selain itu, toksisitas dan leukeumia adalah potensial efek samping dari kemoterapi. d. Fibrosis paru, perikarditis, mielitis, dan kor pulmonal adalah sebagian dari komplikasi yang diketahui. Diet yang Dibutuhkan Bayam, wortel, brokoli, kol, tomat merah, dan stroberi merupakan sayuran dan buah yang banyak mengandung zat penangkal kanker. Bagi perokok atau mantan perokok, makanan tersebut mampu memangkas risiko kanker paru-paru. Selain disantap sebagai masakan, sayuran bisa dikonsumsi sebagai jus. Stroberi bisa dimakan segar, dibuat jus, atau disantap bersama sereal. Keterbatasan asupan selenium berpotensi menumbuhkan sel kanker, terutama kanker paruparu, kanker prostat, kanker payudara, kanker usus besar, kanker empedu, kanker otak, kanker leher. Dengan asupan selenium yang cukup, kemungkinan tumbuhnya kanker tersebut dapat dibabat.. Pertimbangan Gerontologi Adanya penyakit arteri koroner atau infusiensi paru dapat menjadi kontraindikasi intervensi bedah. Jika status kardiovaskuler dan fungsi paru pasien memuaskan, pembedahan biasanya dapat ditoleransi dengan baik. Kesimpulan

Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru; tetapi kanker paruparu bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru. Kanker paru-paru merupakan kanker yang paling sering terjadi, baik pada pria maupun wanita. Kanker paru-paru juga merupakan penyebab utama dari kematian akibat kanker. Gejala kanker paru-paru tergantung kepada jenis, lokasi dan cara penyebarannya. Biasanya gejala utama adalah batuk yang menetap. Jika kanker tumbuh ke dalam pembuluh darah dibawahnya, bisa menyebabkan perdarahan hebat. Kanker bisa menyebabkan bunyi mengi karena terjadi penyempitan saluran udara di dalam atau di sekitar tempat tumbuhnya kanker. Penyumbatan bronkus bisa menyebabkan kolaps pada bagian paru-paru. Akibat lainnya adalah pneumonia dengan gejala berupa batuk, demam, nyeri dada dan sesak nafas. Jika tumor tumbuh ke dalam dinding dada, bisa menyebabkan nyeri dada yang menetap. Gejala yang timbul kemudian adalah hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan dan kelemahan. Kanker paru seringkali menyebabkan penimbunan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura), sehingga penderita mengalami sesak nafas. Tumor bronkial jinak biasanya diangkat melalui pembedahan. Pembedahan tidak perlu dilakukan jika: - kanker telah menyebar keluar paru-paru - kanker terlalu dekat dengan trakea - penderita memiliki keadaan yang serus (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru yang berat). Terapi penyinaran dilakukan pada penderita yang tidak dapat menjalani pembedahan karena mereka memiliki penyakit lain yang serius. Bayam, wortel, brokoli, kol, tomat merah, dan stroberi merupakan sayuran dan buah yang banyak mengandung zat penangkal kanker. Bagi perokok atau mantan perokok, makanan tersebut mampu memangkas risiko kanker paru-paru. Selain disantap sebagai masakan, sayuran bisa dikonsumsi sebagai jus. Stroberi bisa dimakan segar, dibuat jus, atau disantap bersama sereal. Keterbatasan asupan selenium berpotensi menumbuhkan sel kanker, terutama kanker paruparu, kanker prostat, kanker payudara, kanker usus besar, kanker empedu, kanker otak, kanker leher. Dengan asupan selenium yang cukup, kemungkinan tumbuhnya kanker tersebut dapat dibabat.. Saran Kanker paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Karena itu, pencegahan yang paling penting adalah tidak merokok sejak usia muda. Berhenti merokok dapat mengurangi risiko terkena kanker paru. Akhir-akhir ini pencegahan dengan Chemoprevention banyak dilakukan, yakni dengan memakai Derivat asam retinoid, karotenoid, Vitamin C, Selenium, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol.1. Jakarta : EGC. Soepaman, Sarwono Waspadji. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Polip Hidung Polip hidung adalah kelainan mukosa hidung dan sinus paranasal terutama kompleks osteomeatal (KOM) di meatus nasi medius berupa massa lunak yang bertangkai, bentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan. Permukaannya licin dan agak bening karena banyak mengandung cairan. Sering bilateral dan multipel. Polip merupakan manifestasi dari berbagai penyakit dan sering dihubungkan dengan sinusitis, rinitis alergi, asma, dan lain-lain. Etiologi Polip Hidung Etiologi polip hidung belum diketahui secara pasti. Namun ada 3 faktor yang berperan dalam terjadinya polip nasi, yaitu :

Peradangan. Peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal yang kronik dan berulang. Vasomotor. Gangguan keseimbangan vasomotor. Edema. Peningkatan tekanan cairan interstitial sehingga timbul edema mukosa hidung. Terjadinya edema ini dapat dijelaskan oleh fenomena Bernoulli. Fenomena Bernoulli merupakan penjelasan dari hukum sunnatullah yaitu udara yang mengalir melalui tempat yang sempit akan menimbulkan tekanan negatif pada daerah sekitarnya sehingga jaringan yang lemah ikatannya akan terisap oleh tekanan negatif tersebut. Akibatnya timbullah edema mukosa. Keadaan ini terus berlangsung hingga terjadilah polip hidung. Ada juga bentuk variasi polip hidung yang disebut polip koana (polip antrum koana). Polip koana (polip antrum koana) adalah polip yang besar dalam nasofaring dan berasal dari antrum sinus maksila. Polip ini keluar melalui ostium sinus maksila dan ostium asesorisnya lalu masuk ke dalam rongga hidung kemudian lanjut ke koana dan membesar dalam nasofaring.

Diagnosis Polip Hidung Cara menegakkan diagnosa polip hidung, yaitu :


Anamnesis. Pemeriksaan fisik. Terlihat deformitas hidung luar. Rinoskopi anterior. Mudah melihat polip yang sudah masuk ke dalam rongga hidung.

Endoskopi. Untuk melihat polip yang masih kecil dan belum keluar dari kompleks osteomeatal. Foto polos rontgen & CT-scan. Untuk mendeteksi sinusitis. Biopsi. Kita anjurkan jika terdapat massa unilateral pada pasien berusia lanjut, menyerupai keganasan pada penampakan makroskopis dan ada gambaran erosi tulang pada foto polos rontgen.

Anamnesis untuk diagnosis polip hidung :


Hidung tersumbat. Terasa ada massa didalam hidung. Sukar membuang ingus. Gangguan penciuman : anosmia & hiposmia.

Gejala sekunder. Bila disertai kelainan jaringan & organ di sekitarnya seperti post nasal drip, sakit kepala, nyeri muka, suara nasal (bindeng), telinga rasa penuh, mendengkur, gangguan tidur dan penurunan kualitas hidup. Terapi Polip Hidung Ada 3 macam terapi polip hidung, yaitu : Medikamentosa : kortikosteroid, antibiotik & anti alergi. Operasi : polipektomi & etmoidektomi. Kombinasi : medikamentosa & operasi. Berikan kortikosteroid pada polip yang masih kecil dan belum memasuki rongga hidung. Caranya bisa sistemik, intranasal atau kombinasi keduanya. Gunakan kortikosteroid sistemik dosis tinggi dan dalam jangka waktu singkat. Berikan antibiotik jika ada tanda infeksi. Berikan anti alergi jika pemicunya dianggap alergi. Polipektomi merupakan tindakan pengangkatan polip menggunakan senar polip dengan bantuan anestesi lokal. Kategori polip yang diangkat adalah polip yang besar namun belum memadati rongga hidung. Etmoidektomi atau bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan tindakan pengangkatan polip sekaligus operasi sinus. Kriteria polip yang diangkat adalah polip yang sangat besar, berulang, dan jelas terdapat kelainan di kompleks osteomeatal. Antibiotik sebagai terapi kombinasi pada polip hidung bisa kita berikan sebelum dan sesudah operasi. Berikan antibiotik bila ada tanda infeksi dan untuk langkah profilaksis pasca operasi. Daftar Pustaka Nuty W. Nizar & Endang Mangunkusumo. Polip Hidung dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT (editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.

Anda mungkin juga menyukai