Anda di halaman 1dari 30

2013

PANDUAN FIELDTRIP

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Jurusan Tanah | Fakultas Pertanian

ASISTEN PENDAMPING FIELDTRIP DASAR ILMU TANAH SEMESTER GANJIL 2013/2014

Pembagian Post Keterangan Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Post Pedologi Bowo Lukman Deska Elly Tio Riza Sub Titik 1 Sari, kiki Yoanita, Fefri Julian,Anella Devi M, Eva A Pratiwi, Vivin Vivin, Eva A Sub Titik 2 Ayu, Yunita Mistik, Lusi Endah, Wisnu Rozi, Felix Bimo, Lasmiati Bimo, Ayu Sub Titik 3 Anisa S, Devian Rizki fg, Annisa R. Nurhadi, Ambar Isna, Irine Andi, Devi Andi, Irine

Dasar-dasar Ilmu Tanah 2

RUNDOWN FIELDTRIP Fieldtrip sabtu, 7 Desember 2013


Pembagian Kelas Keterangan Waktu 06.00-07.00 08.00-08.45 08.50-09.35 09.40-10.35 10.40-11.25 06.00-07.00 08.00-08.45 08.50-09.35 09.40-10.35 10.40-11.25 06.00-07.00 08.00-08.45 08.50-09.35 09.40-10.35 10.40-11.25 06.00-07.00 08.00-08.45 08.50-09.35 09.40-10.35 10.40-11.25 06.00-07.00 08.00-08.45 08.50-09.35 09.40-10.35 10.40-11.25 Post Pedologi A1 B1 C1 D1 E1 F1 G1 H1 I1 J1 A2 B2 C2 D2 E2 F2 G2 H2 I2 J2 Sub Titik 1 Sub Titik 2 Sub Titik 3 D1 C1 B1 A1 H1 G1 F1 E1 B2 A2 J1 I1 F2 E2 D2 C2 J2 12 H2 G2

Titik 1

Titik 2

Titik 3

Titik 4

Titik 5

Pemberangkatan B1 C1 A1 D1 D1 A1 C1 B1 Pemberangkatan F1 G1 E1 H1 H1 E1 G1 F1 Pemberangkatan J1 A2 I1 B2 B2 I1 A2 J1 Pemberangkatan D2 E2 C2 F2 F2 C2 E2 D2 Pemberangkatan H2 I2 G2 J2 J2 G2 I2 H2

Dasar-dasar Ilmu Tanah 3

Fieltrip minggu, 8 Desember 2013


Pembagian Kelas Keterangan Waktu 06.00-07.00 08.00-08.45 08.50-09.35 09.40-10.35 10.40-11.25 06.00-07.00 08.00-08.45 08.50-09.35 09.40-10.35 10.40-11.25 06.00-07.00 08.00-08.45 08.50-09.35 09.40-10.35 10.40-11.25 06.00-07.00 08.00-08.45 08.50-09.35 09.40-10.35 10.40-11.25 06.00-07.00 08.00-08.45 08.50-09.35 09.40-10.35 10.40-11.25 05.00-08.30 09.00-09.45 09.50-10.35 10.40-11.35 10.40-12.35 Post Pedologi K1 L1 M1 N1 O1 P1 Q1 R1 S1 T1 K2 L2 M2 N2 O2 P2 Q2 R2 S2 T2 KDR 1 KDR 2 KDR 3 KDR 4 Sub Titik 1 Sub Titik 2 Sub Titik 3 N1 M1 L1 K1 R1 Q1 P1 O1 L2 K2 T1 S1 P2 O2 N2 M2 T2 S2 R2 Q2 KDR 4 KDR 3 KDR 2 KDR 1

Titik 1

Titik 2

Titik 3

Titik 4

Titik 5

Pemberangkatan L1 M1 K1 N1 N1 K1 M1 L1 Pemberangkatan P1 Q1 O1 R1 R1 O1 Q1 P1 Pemberangkatan T1 K2 S1 L2 L2 S1 K2 T1 Pemberangkatan N2 O2 M2 P2 P2 M2 O2 N2 Pemberangkatan R2 S2 Q2 T2 T2 Q2 S2 R2 Pemberangkatan KDR 2 KDR 3 KDR 1 KDR 4 KDR 4 KDR 1 KDR 3 KDR 2

Titik 6

Dasar-dasar Ilmu Tanah 4

PENGUKURAN BIODIVERSITAS (BIOLOGI) 1.1. Pengertian Bahan Organik adalah semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan, baik yang hidup maupun yang telah mati, pada berbagai tahapan (stage) dekomposisi. Bahan Organik Tanah adalah bahan (sisa jaringan tanaman/hewan) yang telah mengalami perombakan/dekomposisi baik sebagian/seluruhnya. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah. Biodiversitas dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Biodiversitas Bagian Atas Seresah Contoh : Daun yang berguguran, ranting pohon dan tanaman yang mati.Tanaman bawah (Understorey) Contoh : Rumput-rumputan 2. Biodiversitas Bagian Bawah Makro Organisme Contoh : Cacing Tanah, Semut, Rayap dan Lainlain Mikro Organisme Contoh : Mikoriza 1.2. Metode Pengamatan Alat : 1. Frame (tali raffia) berukuran 50 x 50 cm Contoh : Frame 1 50 cm Frame 2 50 cm 50 cm

Dasar-dasar Ilmu Tanah 5

Variabel Pengamatan : 1. Jenis dan jumlah vegetasi (Understorey) 2. Jumlah seresah 3. Jumlah makro organism 4. Jumlah kascing (Kotoran Cacing) Cara Kerja : 1. Amati jenis vegetasi yang ada dalam frame (tali rafia) di masing- masing Site. Hitung jumlahnya dan tulis dalam tabel pengamatan. 2. Lakukan langkah yang sama pada pengamatan jumlah seresah, makro organisme dan kascing 1.3. Tabel Pengamatan Sub titik 1 Jenis Penggunaan Lahan : .. Tabel Pengamatan No 1 Pengamatan Vegetasi : Jumlah Frame 1 Frame 2

Makro Organisme :

Dasar-dasar Ilmu Tanah 6

Seresah :

Kascing :

Sub titik 2 Jenis Penggunaan Lahan : .. Tabel Pengamatan No 1 Pengamatan Vegetasi : Jumlah Frame 1 Frame 2

Seresah :

Makro Organisme :

Kascing : Dasar-dasar Ilmu Tanah 7

Sub titik 3 Jenis Penggunaan Lahan : .. Tabel Pengamatan No 1 Pengamatan Vegetasi : Jumlah Frame 1 Frame 2

Seresah :

Makro Organisme :

Kascing :

Ket: Jumlah : Banyak/Sedang/Sedikit

Dasar-dasar Ilmu Tanah 8

INDIKATOR KESEHATAN TANAH (KIMIA) 2.1. Unsur Hara 2.1.1. Nitrogen Fungsi Nitrogen bagi tanaman berperan dalam penyimpanan energi dan transfer energi. Selain itu juga banyak berperan dalam pembentukan dan pembelahan sel, sehingga unsur ini banyak ditemui pada bagian-bagian vegetatif tanaman (Gardner et al., 1991 dalam Wentasari, 2005). Gejala Kekurangan Gejala awal defisiensi N ditandai dengan daun yang menguning dan klorosis karena terjadi penghambatan sintesis klorofil (Salisbury dan Ross, 1992 dalam Wentasari, 2005). Kekurangan nitrogen dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, gejala yang ditunjukkan yaitu tanaman kerdil dan menguning. Kekurangan nitrogen banyak ditemui pada daundaun tua dibandingkan pada daun yang lebih muda. Pada tanaman buah-buahan kadar N rendah dapat menyebabkan penurunan hasil panen baik secara kualitas maupun kuantitas (Gardner et al., 1991 dalam Wentasari, 2005). Gejala Kelebihan Kelebihan unsur N dapat berdampak negatif bagi pertumbuhan dan hasil tanaman, gejala yang ditunjukkan adalah daun yang berwarna hijau tua dan sukulen serta rentan terhadap serangan hama dan penyakit (Jones et al., 1991 dalam Wentasari, 2005). Pertumbuhan tanaman pada kondisi N berlebihan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, terjadi hambatan pada fase pembungaan dan pembentukan biji (Salisbury dan Ross, 1992 dalam Wentasari, 2005). 2.1.2. Phospor Fungsi Fosfor berdasarkan fungsinya tergolong dalam hara yang berperan dalam penyusun dan transfer energi (Gardner et

Dasar-dasar Ilmu Tanah 9

al., 1991 dalam Wentasari, 2005). Di dalam tanaman P merupakan komponen pembentuk enzim dan protein, diantaranya ATP dan ADP yang berperan dalam transfer energi, serta DNA dan RNA yang berperan dalam informasi genetik serta phitin (Jones et al., 1991 dalam Wentasari, 2005). Gejala Kekurangan Gejala kekurangan P biasanya mulai tampak pada daun yang lebih dewasa, tanaman menjadi kerdil dan berwarna hijau tua, pertumbuhan tanaman menjadi lambat dan kerdil (Salisbury dan Ross,1992 dalam Wentasari, 2005). Pada tanaman yang mengalamin kekurangan P terjadi penimbunan gula yang ditunjukkan oleh pigmentasi antosianin pada bagian dasar batang dan urat daun (Gardner et al., 1991 dalam Wentasari, 2005). Gejala Kelebihan Kelebihan hara P menunjukkan gejala defisiensi unsur hara mikro utamanya Fe dan Zn. Gejala kekurangan unsur hara Fe dan Zn yaitu terjadi klorosis pada daun muda. Kelebihan hara P dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme dalam tanaman, kadar P lebih besar dari 100% dapat menyebabkan keracunan pada tanaman (Jones et al., 1991 dalam Wentasari, 2005). 2.1.3. Kalium Fungsi Unsur K dalam tanaman berperan aktif dalam translokasi gula pada pembentukan pati, proses membuka dan menutupnya stomata, efisiensi penggunaan air, memperluas pertumbuhan akar dan meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit. Fungsi lain dari K yaitu dalam pembentukan dinding sel, pada tanaman yang memiliki K yang cukup maka memiliki dinding sel yang tebal serta jaringan yang lebih stabil. Pada tanaman sayuran pemberian K yang cukup menyebabkan tanaman memiliki daya tahan hidup yang lebih baik (Bennet, 1994 dalam Wentasari, 2005).

Dasar-dasar Ilmu Tanah 10

Gejala Kekurangan Kalium mudah disalurkan dari organ dewasa ke organ yang muda, sehingga gejala kekurangan K tampak pertama kali pada daun tua. Pada kebanyakan tanaman monokotil (misalnya tanaman serealia) gejala ditandai dengan kematian sel pada ujung dan tepi daun dan nekrotis ke bawah sepanjang tepi menuju bagian daun yang muda (Salisbury dan Ross, 1992 dalam Wentasari, 2005). Secara spesifik kalium di dalam tanaman memiliki peran penting dalam mengatur tekanan osmotik tanaman yang menyebabkan pergerakan air ke dalam akar, sehingga tanaman yang kekurangan K akan memiliki ketahanan terhadap kekeringan yang rendah dibandingkan dengan tanaman yang cukup K (Leiwakabessy dan Sutandi, 1998 dalam Wentasari, 2005). Gejala Kelebihan Kadar K yang tinggi dalam tanaman akan menyebabkan kekurangan hara Mg atau Ca dalam tanaman tersebut. Gejala kelebihan K pertama kali menunjukkan adanya kekurangan unsur hara Mg terlebih dahulu dibandingkan Ca (Jones et al., 1991 dalam Wentasari, 2005). 2.2. Metode Pengamatan 1. Amati kondisi tanaman yang dijumpai di lahan, apakah dijumpai kekurangan unsur hara N / P / K. 2. Bandingkan kenampakan tanaman dengan gambar berikut:

Defisiensi Unsur N

Dasar-dasar Ilmu Tanah 11

Defisiensi Unsur P

Defisiensi Unsur K 3. Isikan Hasil Pengamatan pada Tabel berikut Kekurangan/Kelebihan No Tanaman Gejala unsur Sub titik 1

Sub Titik 2

Dasar-dasar Ilmu Tanah 12

Sub Titik 3

SUMBER PUSTAKA: Wentasari, Risa. 2005. Studi Penentuan Dosis Optimum N, P, K dan Mg Tanaman Lidah Buaya (Aloe vera chinensis) pada Lahan Gambut Indragiri Hilir Riau. Tesis. Pascasarjana IPB, Bogor 2.3. pH di Lapangan pH dilapangan perlu diketahui yakni diantaranya berguna sebagai indikator kesuburan tanah, menetapkan kebutuhan pupuk, serta pengapuran. Dalam menetapkan kebutuhan kapur, maka uji cepatnya sebagai berikut: Penetapan kebutuhan kapur Alat : pH indikator Bahan : Botol plastik (bekas tempat rol film), Larutan penentu pH (Aquadest) Prosedur Ambil sedikit tanah Masukkan ke dalam botol plastik (bekas botol film) Masukkan larutan penentu pH ke dalam botol plastik yang berisi tanah. Jumlah tanah larutan kira-kira

Dasar-dasar Ilmu Tanah 13

sama dengan jumlah tanah berdasarkan isi (disarankan tidak melebihi 10 ml). Kemudian botol ditutup rapat Kocok dengan ayunan tangan penuh ke atas dan ke bawah sebanyak 20 kali.

Biarkan hingga tanah mengendap dan cairan diatasnya bening. Celupkan ujung lakmus ke dalam cairan bening tadi dan usahakan kertas lakmus tidak terbenam dalam endapan tanah. Perhatian jangan sampai kertas lakmus tersentuh bagian tubuh, apalagi sedang berkeringat.

Dasar-dasar Ilmu Tanah 14

Bandingkan warna kertas pH dengan deretan pada kotak pembungkus yang telah mempunyai sederetan standar. Pilih yang sama atau mendekati warna yang ada. Isikan Nilai pH pada Tabel Berikut.

Tabel Pengamatan pH No Sub Titik Penggunaan Lahan 1 1 2 2 3 3

pH

Dasar-dasar Ilmu Tanah 15

SIFAT FISIK TANAH & JENIS-JENIS EROSI (FISIKA) 3.1. Latar Belakang Erosi pada dasarnya adalah proses perataan kulit bumi. Proses ini terjadi dengan penghancuran, pengangkutan, dan pengendapan. Di alam ada dua penyebab utama yang aktif dalam proses ini yakni angin dan air. Erosi yang disebabkan oleh angin disebut erosi angin dan erosi jenis ini terutama dialami di daerah yang kering atau padang pasir. Di daerah tropis basah seperti di Indonesia ini penyebab erosi yang paling dominan adalah air. Proses erosinya di sebut erosi air. Air yang menyebabkan erosi adalah air hujan/pukulan air hujan, air limpasan permukaan, air sungai, air danau dan air laut. Begitu air hujan mengenai kulit bumi, maka secara langsung hal ini akan menyebabkan hancurnya agregat tanah. Pada keadaan ini penghancuran agregat tanah dipercepat dengan adanya daya penghancuran dan daya urai dari air itu sendiri. Penghancuran agregat tanah terjadi karena pukulan air hujan dan kikisan air limpasan permukaan. Di samping itu massa tanah yang terangkut dalam limpasan permukaan, terutama debu, pasir dan kerikil di dalam perjalanan menuju tempat pengendapan juga mampu untuk menggerus permukaan tanah. Proses ini akan menimbulkan erosi dengan bentuk yang berbeda-beda. Untuk itu mahasiswa perlu mengetahui dan memahami bentukbentuk erosi di lapangan. 3.2. Metode Pengamatan bentuk-bentuk erosi di lapangan 3.3. Langkah Kegiatan 1. Kelompok melakukan pengamatan di lapangan dan memahami sifat fisik tanah di lapangan. 2. Setelah itu didiskusikan kelompok tentang upaya pencegahan dari fenomena erosi tersebut dihubungkan dengan sifat fisik tanah Dasar-dasar Ilmu Tanah 16

Contoh Bentuk Erosi Erosi Percikan

Erosi Alur

Dasar-dasar Ilmu Tanah 17

Erosi Selokan

Longsor

Dasar-dasar Ilmu Tanah 18

Tabel Pengamatan Erosi Jenis-jenis erosi yang ditemukan (fakta: ditemukan pada kondisi yang bagaimana/kondisi biofisik) Erosi Tingkat Deskripsi dan Upaya Pengendalian Sub Titik 1

Sub Titik 2

Sub titik 3

*)Tingkat : Tinggi/Sedang/rendah Dasar-dasar Ilmu Tanah 19

3.4. Pengamatan Sifat Fisik di Lapangan No Sifat Fisik Sub Titik 1 Lereng % Penggunaan Lahan 1 Struktur 2 Tekstur 3 Konsistensi 4 Permeabilitas (agak lambat/lambat/sedang/cepat) 5 Drainase (agak lambat/lambat/sedang/baik) 6 Pemadatan Tanah (Tinggi/sedang/rendah/tidak ada) Sub Titik 1 Lereng % Penggunaan Lahan 7 Struktur 8 Tekstur 9 Konsistensi 10 Permeabilitas (agak lambat/lambat/sedang/cepat) 11 Drainase (agak lambat/lambat/sedang/baik) 12 Pemadatan Tanah (Tinggi/sedang/rendah/tidak ada) Sub Titik 1 Lereng % Penggunaan Lahan 13 Struktur 14 Tekstur 15 Konsistensi 16 Permeabilitas (agak lambat/lambat/sedang/cepat) 17 Drainase (agak lambat/lambat/sedang/baik) 18 Pemadatan Tanah (Tinggi/sedang/rendah/tidak ada) Dasar-dasar Ilmu Tanah 20

PEDOLOGI 4.1. Latar Belakang Pedologi adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek geologi tanah. Di dalamnya ditinjau berbagai hal mengenai pembentukan tanah (pedogenesis), morfologi tanah (sifat dan ciri fisika dan kimia), dan klasifikasi tanah. Dasar utama melakukan klasifikasi dan memahami tanah adalah diskripsi profil tanah yang dilakukan di lapang. Pengamatan di lapang pada dasarnya dibedakan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu; 1) pengamatan identifikasi (pemboran); 2) pengamatan detil (minipit + pemboran); dan 3) deskripsi profil tanah. Pada fieldtrip kali ini akan diperkenalkan deskripsi profil tanah. Namun, pengamatan dilakukan pada minipit yaitu lubang (liang) pengamatan tanah yang dibuat dengan menggunakan skop dengan ukuran minimal 40x40 cm dan kedalaman 80 cm . berbeda dengan profiltanah, dimana pengamatan atau deskripsi tanah dilakukan pada lubang yang sengaja digali pada tanah dengan ukuran panjang kurang lebih 2m, lebar 1m dan dalam 2m. 4.2. Penentuan Lokasi Dalam menentukan lokasi harus di tempat yang representative sesuai dengan tujuan kajian yang dilakukan. Beberapa hal yang penting dalam penentuan lokasi pembuatan miipit maupun profil: 1. Berada jauh dari lokasi penimbunan sampah, tanah galian atau bekas bangunan, kuburan atau bahan-bahan lainnya. 2. Berjarak > 50m dari pemukiman, pekarangan, jalan, saluran air dan bangunan lainnya. 3. Jauh dari pohon besar, agar perakaran tidak

Dasar-dasar Ilmu Tanah 21

menyulitkan penggalian profil. 4. Pada daerah berlereng, profil dibuat searah lereng. 4.3. Prosedur Deskripsi Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pengamatan atau deskripsi profil tanah adalah sebagai berikut: Sisi profil yang akan diamatai harus bersih dan tidak ternaungi Hindari pengamatan kondisi fisik (warna) dalam kondisi hujan atau pada waktu sinar matahari kurang terang. (max pukul 4 sore). Jika keadaan tanah kering, sebaiknya sisi profil yang diamati dibasahi dengan air (kondisi lembab). Jika air tanahnya dangkal, maka air harus selalu dikuras agar tidak mengganggu pengamatan. 4.4. Metode Alat dan Bahan Alat Penggali: Cangkul Sekop Bor tanah (jika diperlukan) Alat Deskripsi Tanah: Pisau lapang Buku Munsell Colour Chart Botol air Meteran (roll meter) 1,5 meter Sabuk profil (meteran berukuran lebar 3-5 cm, panjang 3 meter) Pengukur pH Form Pengamatan Meja dada (sebagai alas untuk menulis) Alat-alat tulis

Dasar-dasar Ilmu Tanah 22

Kamera Alat Deskripsi Lokasi: Kompas GPS Klinometer Stereoskop saku Altimeter Buku catatan Cara Kerja Dalam melakukan pengamatan profil tanah dilakukan orientasi pada seluruh profil tanah dimulai dari bagian bawah, dan perhatikan perbedaan- perbedaan sifat tanah yang ada dalam setiap lapisan tanah. Tahap-tahap yang dilakukan: 1. Buat batas berdasarkan kenampakan perbedaanperbedaan yang terlihat secara jelas, misalnya warna tanah. 2. Gunakan pisau lapang untuk menusuk-nusuk bidang profil tanah untuk mengetahuikonsistensi atau kepadatan keseluruhan profil. Perbedaan kepadatan merupakan salah satu kriteria untuk membedakan horizon profil. 3. Apabila warna tanah, kepadatan dan tekstur tanah sama, maka perbedaan konsistensi, struktur, kenampakan redoksimorfik dapat digunakan sebagai dasar penarikan batas horizon. 4. Setelah horizon ditentukan , letakkan meteran tegak lurus bidang profil tanah dan jangan lupa pasang sabuk profil. Kemudian foto bidang profil yang diamati. 5. Selanjutnya lakukan diskripsi dan pencatatan hasil diskripsi pada kartu profil tanah.

Dasar-dasar Ilmu Tanah 23

24

Dasar-dasar Ilmu Tanah

25

Dasar-dasar Ilmu Tanah

Dasar-dasar Ilmu Tanah 26

4.5. Klasifikasi Tanah Klasifikasi tanah dimulai dengan menentukan epipedon dan endopedon, yaitu dengan melihat penciri utama dari profil tanah yang dideskripsikan. Kemudian menentukan ordo tanah, sub ordo, group, sub group, family, dan series. 1. Epipedon Epipedon merupakan horizon permukaan. Klasifikasi epipedon menurut SOIL TAXONOMY, 1999: Mollik - Ketebalan : - > 10 cm jika menumpang pada batuan keras - 1/3 jika solum tidak tebal - 25 cm jika jika solum tebal - Tidak keras sekalipun kering (gembur agak teguh) - Warna gelap ( Value kurang dari 3, kroma kurang dari 3 pada kondisi lembab. Dan value kurang dari 5 pada kondisi kering) - KB lebih besar 50% - BO lebih besar 1%, tapi kurang dari 20% jika pasir, atau kurang dari 30% jika lempung. - Struktur berkembang nyata - Antropik : - Seperti molik tetapi - Kadar fosfat tinggi Karena pengolahan dan pemupukan (anthropos = manusia). Histik : - horizon organic (histos=jaringan) umumnya di daerah gambut tebal > 1 kaki (30 cm) - sering jenuh air. Okrik : - warna lebih muda (ochros = pucat, warna muda) - kadar BO lebih rendah - lebih tipis dari molik, umbrik, anthropik atau histik - keras dan pejal waktu kering.

Plagen : - Mengandung seresah, pupuk kandang dan sampah usaha tani tebal > 50 cm - pengaruh pengolahan tanah yang lama - (plaggen = sod = tanaman sisa-sisa rumput) - Umbrik : - warna tua (warna tua = molik) = - seperti molik, tetapi jenuh hydrogen (H ) sehingga nilai KB - rendah (<50%). Melanik : - memiliki ketebalan 30 cm - Memiliki sifat tanah andik - C-Organik 6% - Warna gelap (value dan kroma 2 atau kurang pada kondisi lembab) Folistik : - selalu jenuh air < 30 hari kumulatif dalam satu tahun normal - Horizon organik - Kandungan C-Organik : 16% apabila mengandung 60% liat, atau 8% apabila tidak mengandung liat, atau ditambah (persentase liat dibagi 7,5)%, apabila mengandung liat > 60%. 2. Endopedon Endopedon merupakan horizon bawah permukaan. Klasifikasi endopedon menurut SOIL TAXONOMY, 1999: Kambik : - Struktur granuler, gumpal atau tiang, bercampur dengan yang masih memperlihatkan struktur buatan induk, - Mengandung mineral terlapukkan, termasuk alofan atau kaca volkan (vitrik) (cambiare = menukar)

Dasar-dasar Ilmu Tanah 27

Dasar-dasar Ilmu Tanah 28

KPK diatas 16me% Belum ada iluviasi liat, seskuioksida &B.O, Tidak tampak selaput liat pada gumpalan/butir tanah, - Memiliki tekstur dari pasir, atau lebih halus lagi. Agrik : - Horison Iluvial - akumulasi debu, liat dan humus secara nyata di bawah lapisan olah 15% vol tanah - Albik : - liat & oksida besi telah tercuci sehingga meninggalkan pasir dan debu, - warna muda ; value 4 (lembab) atau 5 (kering) albus = albino, - biasanya dibawah horizon spodik atau argilik. Argilik : - Horison iluviasi liat (Bt), Berselaput liat pada permukaan agregat tanah. Kalsik : - Mengandung CaCO3 15% dan tebal lebih dari 15cm, - horizon iluvial. Natrik : Seperti argilik, tetapi : - Berstruktur prismatic dan tiang, - BNa tertukar 15%, - pH > 8,5. Oksik : - Penggumpalan besi oksida dan/atau Al oksida terhidrat, - Tebal 30 cm dan mengandung 15% liat, - Liat kaolinit (kisi 1:1) (oksik : oksida), - Tidak memiliki sifat horizon argilik. Spodik : - Berhorizon (iluviasi = B) dengan penggumpalan humus seskuiosida, -

Dasar-dasar Ilmu Tanah 29

- Tersusun dari bahan spoik (85%). Kandik : Seperti argilik, tetapi : - KTK efektif < 16me/100gram liat, - Ketebalan minimum 18cm, - Tekstur pasir sangat halus atau yang lebih halus lagi. Gipsik : - Horison iluviasi dari senyawa gypsum, - ketebalan minimal 15 cm, - tidak ditemukannya sementasi, - mengandung CaSO4 tinggi. Sombrik : - Berwarna gelap, - Terbentuk karena iluviasi humus tanpa Al dan Na, - KB dan KTK rendah. Salik : Horison yang banyak mengandung garam mudah larut, tebal 15 cm. - Placik : - Horison tipis (2-10mm), - Warna hitam sampai merah gelap, - Keras, tersementasi dengan Fe, MN dan BO. Petrokalsik : - Horison iluviasi karbonat atau kalium karbonat, - Pemadasan senyawa karbonat. Petrogipsik : - Horison iluviasi bahan gypsum, - Pemadasan senyawa gypsum. Glosik : - Degradasi horizon argilik, kandik atau natrik, dan memiliki ketebalan 5 cm dengan karateristik Sebagian bahan penyusun 15-85% hasil eluviasi bahan albik, Sebagian bahan penyusun hasil iluviasi horizon argilik, kandik atau natrik.

3. Ordo Klasifikasi Ordo menurut SOIL TAXONOMY, 1999 : a. Histosol : Kandungan bahan organik lebih dari 30% dan tebalnya lebih dari 40 cm. b. Andisol : Tanah lain yang mempunyai lapisan dengan sifat andik setebal 35 cm atau lebih pada kedalaman kurang dari 60 cm. c. Spodosol : Tanah lain yang memiliki horizon spodik pada kedalaman d. kurang dari 2m. e. Oxisol : Tanah lain yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5m dan tidak memilaiki horizon argilik. f. Vertisol : Tanah lain yang memiliki kandungan liat lebih dari 30% dari semua horizon, bila kering pecahpecah sampai kedalaman 50 cm, strukturnya mebaji. g. Aridisol : Tanah lain yang kering lebih dari 6 bulan setiap tahun dan tidak mempunyai epipedon molik. h. Ultisol : Tanah lain yang memiliki horizon argilik dengan KB (pH 8,2) kurang dari 34% pada kedalaman 1,8 dari permukaan. i. Mollisol : Tanah lain yang mempunyai epipedon molik dan KB (pH 7) seluruh bagian solum tanah lebih dari 50%. j. Alfisol : Tanah lain yang mempunyai horizon argilik dengan KB (pH 8,2) lebih dari 35% pada kedalaman 1,8 dari permukaan. k. Inceptisol : Tanah lain yang mempunyai epipedon umbrik, mollik atau plagen atau mempunyai horizon kambik. l. Entisol : Tanah lain (yang mempunyai epipedon ocrikatau histik, atau horizon albik tetapi tidak punya horizon penciri lain).

Dasar-dasar Ilmu Tanah 30

Anda mungkin juga menyukai