Anda di halaman 1dari 13

FULL PAPPER Tugas Mandiri Semester Pendek Histologi

Jaringan Otot

Penyusun: 1. 2. 3. 4. Rosa Amalia Iqony Kurnia Amelinda Sholikha Dea Ariska N Raditya Ardhi S 021211133001 021211133014 021211133015 021211133016

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNAIR


Semester Pendek 2014

1.1 Definisi Otot Otot adalah sebuah jaringan konektif yang tugas utamanya adalah berkontraksi yang berfungsi untuk menggerakan bagian-bagian tubuh baik yang di sadari maupun yang tidak.Sekitar 40% berat dari tubuh kita adalah otot. Sekitar 40% berat dari tubuh kita adalah otot. Tubuh manusia memiliki lebih dari 600 otot rangka. Otot memiliki sel-sel yang tipis dan panjang. Otot bekerja dengan cara mengubah lemak dan glukosa menjadi gerakan dan energi panas. Sebagian besar otot tubuh ini melekat pada kerangka, dapat bergerak secara aktif sehingga dapat menggerakkan bagian-bagian kerangka dalam suatu letak yang tertentu. Jadi Otot kerangka merupakan sebuah alat yang menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh. Dalam keadaan istriahat, keadaannya tidak kendur sama sekali, tetapi mempunyai ketegangan sedikit yang disebut tonus. Ini pada masing-masing orang berlainan bergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan tubuh (Leeson,1996).

1.2 Otot Rangka Otot rangka atau juga disebut otot lurik dalam keadaan segar, berwarna merah muda sebagian disebabkan pigmen di dalam serat-serat ototnya dan sebagian lagi disebabkan banyaknya jaringan pembuluh darah, tetapi ada variasi warnanya, dan dikenal otot merah dan otot putih. Tiap serat atau sel otot berbentuk silindris panjang dan berinti banyak, ujungnya meruncing atau agak membulat pada perbatasan otot dan tendon. Kekuatan suatu otot tidak tergantung panjangnya serat-serat otot yang bersangkutan tetapi tergantung jumlah total seratserat yang ada dalam otot itu. Otot bertambah besar akibat latihan dan hal ini disebabkan penebalan masing-masing serat otot (hipertrofi) dan bukan disebabkan bertambah banyaknya serat-serat (hiperplasia). Tiap otot masing-masing dibungkus selapis jaringan ikat yang disebut epimisium, yang biasa tampak sebagai suatu selubung putih. Di dalamnya terdapat serat-serat otot, yang tersusun dalam berkas atau fasikulus. Masing-masing berkas dikelilingi suatu selubung tipis jaringan ikat, yaitu perimisium. Di dalam fasikulus, setiap serat otot dibungkus jaringan ikat jarang, yaitu endomisium.

Pembuluh darah yang memasok otot rangka bercabang-cabang dalam epimisium dan menembus septa dari perimisium dan membentuk dalam endomesium anyaman kapiler disekitar tiap serat otot. Susunan fasikel bervariasi dari otot ke otot. Pada beberapa otot yang relatif pendek, mereka terorientasi paralel terhadap arah tarikan dan sepanjang ototnya ia utuh. Pada otot yang panjang, serat umumnya lebih pendek dari otot dan berhubungan dengan satu atau lebih pita melingkar jaringan ikat berjarak teratur sepanjang otot.

1.2.1 Struktur otot rangka Dalam satu serabut otot kerangka terdapat ratusan inti yang melekat pada sarkolema, berupa dua baris paralel inti. Inti yang terletak dipusat hanya terlihat pada fetus, vertebrat lebih rendah, serat intrafusal pada muskel spindel (neuromuscular spindel) dan pada serat otot yang bergenerasi. Struktur otot rangka juga terdiri dari dua sistem membran yang disebut plasma atau membran sel dan retikulum sarkoplasma, yang keduanya terlibat dalam proses kontraksi. Setiap serat otot dikelilingi oleh membran sel, yang

memiliki ekstensi seperti tabung disebut tubulus transversal. Transmisi impuls listrik yang mengaktifkan kontraksi terjadi melalui tubulus transversal yang memperpanjang jauh ke dalam serat otot. Sementara itu, retikulum sarkoplasma, terletak di dalam serat otot, melepaskan kalsium selama kontraksi otot dan menyimpan kalsium selama relaksasi otot. Sebuah pola karakteristik yang disebut triad terbentuk karena retikulum sarkoplasma terletak sangat dekat tubulus transversal. Selain sarkoplasma pada serat otot terdapat miofibril, yaitu berupa unsur silindris kontraktil aktif terdiri atas protein aktin dan miosin. Miofibril tersebar merata di dalam sitoplasma sepanjang serat otot, atau berkelompok membentuk berkas yang disebut kolom otot. Pada potongan melintang, kolom otot ini tampak sebagai bintik-bintik atau lapangan-lapangan poligonal yang dikenal sebagai ladang Chonheim. Dengan cahaya polarisasi terlihat gurat -gurat melintang gelap dan terang secara berganti-ganti. Gurat gelap disebut anisotrop atau pita-A. Gurat terang adalah isotrop dan dikenal sebagai pita-I. Suatu garis gelap terlihat pada pertengahan pita-I yang dikenal sebagai garis Z (membran Krause). Bagian fibril diantara dua garis Z disebut suatu sarkomer. Pada serat yang diregangkan (relaksasi), pita-A tampak terbagi dua oleh garis terang melintang, disebut garis Hensen atau pita-H. Garis halus ditengah pita-H dikenal sebagai garis M. Pita-A gelap dan I terang dibentuk oleh miofilamen yang tersusun memanjang. Dari garis Z, filamen tipis (berdiameter 5 nm) terdiri atas protein aktin memancar dari kedua sisinya dan membentuk pita-I. Setelah mencapai jarak tertentu filamen aktin ini berselisip dengan filamen miosin tebal (berdiameter 12 nm) yang terdapat pada pita-A. Karena adanya filamen miosin dan aktin ini, maaka bagian luar pita-A tampak gelap. Pada bagian tengah, yang tidak dicapai filamen aktin, hanya terdapat filamen miosin dan bagian relatif lebih tarang ini adalah pita-H pada bagian tengah pita-A. Pada garis M tidak terdapat filamen apa pun. (R.N. Bajpai, 1988)

1.2.2 Mekanisme kontraksi Otot berkontraksi apabila dirangsang oleh impuls-impuls saraf. Rangsangan dapat berasal dari otak atau sumsum tulang belakang. Selanjutnya, impuls-impuls saraf mengalir melalui saraf motorik menuju serat-serat otot. Bagian serat otot yang langsung berhubungan dengan saraf di sebut neuromuskular. Otot terdiri atas ratusan hingga ribuan miofibril. Di dalam miofibril terdapat unit-unit kecil yang disebut sarkomer. Setiap sarkomer mengandung filamen aktin yang tipis dan filamen myosin yang tebal. Kedua macam filamen tersusun secara tumpang tindih sehingga membentuk pola terang dan gelap pada otot rangka. Selama kontraksi filamen miosin bergeser diantara filamen aktin. Filamen memiliki tonjolan-tonjolan lateral mirip tombol tegak lurus terhadap panjangnya filamen. Tonjolan itu adalah kepala molekul miosin berbentuk pemukul golf (meromiosin). Selama kontraksi filamen aktin masuk makin jauh di antara filamen miosin, tonjolan ini tertambat pada filamen aktin dan tidak memberinya kesempatan bergeser kembali. Jadi mereka mempertahankan ketegangan dalam keadaan kontraksi. Penambatan itu terjadi akibat pemecahan adenosin trifosfat pada tonjolan itu yang berakibat penglepasan energi. Hal ini terjadi dengan adanya ion kalsium yang dilepaskan triad otot. (R.N. Bajpai, 1988) Kontraksi otot dimungkinkan sebagian besar oleh reaksi kimia antara myosin dan aktin, dan dikendalikan oleh aksi ion kalsium dan dua protein lain yang bekerja sama disebut troponin dan tropomyosin. Ketika ion kalsium dilepaskan dari retikulum sarkoplasma dari otot rangka kemudian

menggabungkan dengan troponin, reaksi kimia, sehingga kontraksi otot terjadi.

Pelepasan ion kalsium memicu troponin untuk mengubah posisi, menyebabkan tropomyosin yang akan menjauh, membuat jalan bagi myosin untuk bisa mencapai dan berinteraksi dengan aktin. Ketika ion kalsium tetap disimpan dalam retikulum sarkoplasma, tidak ada kontraksi otot terjadi dan dengan demikian otot dikatakan istirahat atau dalam keadaan santai. (Dellmann H.D. dan E.M. Brown, 1989)

1.2.3 Hubungan Neuromuscular Daerah perlekatan antara ujung suatu serat saraf motorik dengan satu serat otot kerangka disebut lempeng akhir motorik (motor end plate). Dengan memakai impregnasi garam-garam logam, dapat diperlihatkan pada sajian mikroskop cahaya bahwa ujung satu serat saraf motorik bercabang-cabang menjadi sejumlah cabang halus yang menuju ke tiap serat otot. Setiap cabang membentuk suatu penebalan seperti lempengan kecil yaitu lempeng akhir motoris ini juga dapat terlihat dengan mikroskop cahaya (seperti juga dengan mikroskop elektron) memakai reaksi histokimia untuk menentukan adanya enzim asetilkolinesterase, yang terletak di daerah ini. Terdapat suatu cekungan yang di sebut celah sinaptik primer, yang di dalamnya terdapat ujung akson. Di bawah setiap celah sinaptik primer, tampak suatu jajaran cekungan ke dalam serat otot, yang disebut celah sinaptik sekunder. Lempeng akhir motoris dapat dianggap sebagai suatu modifikasi sinaps. Vesikel sinaptik mengandung asetilkolin yang berfungsi sebagai substansi transmitter selama penghantaran rangsang saraf dari akson ke sarkolema. Suatu potensial aksi yang mencapai lempeng akhir menyebabkan pelepasan asetilkolin dari vesikel ke celah sinaps. Setelah asetilkolin berdifusi dalam celah sinaps, molekul asetilkolin terikat pada molekul reseptor pada membrane post synaptic (sarkolema), yang menyebabkan pembentukan potensial lempeng akhir dan prambatan selanjutnya dari suatu potensial aksi sepanjang sarkolemma. Asetikolin dihidrolisa dalam beberapa mdet. oleh asetilkolinesterase yang terletak di membrane post-sinaptik. Serat-serat otot dan tendon keduanya mengandung bahan akhir sensoris yang kompleks yang disebut gelendong otot (muscle spindle) dan tendon organ.

Keduanya dijabarkan pada bagian badan-badan akhir sensoris. (Dellmann H.D. dan E.M. Brown, 1989)

1.3 Otot Polos Jenis otot ini disebut juga sebagai otot tidak lurik atau otot involunter. Otot polos terutama terdapat di bagian viseral, membentuk bagian kontrakil pada dinding saluran cerna sejak pertengahan esofagus sampai ke anus, termasuk saluran-saluran keluar kelenjar yang berhubungan dengan sistem ini. Otot ini

terdapat pada sistem pernapasan, sistem perkemihan, dan sistem kelamin atau reproduksi, pada arteri, vena, dan pembuluh limfe yang besar, pada dermis dan pada iris dan korpus siliaris pada mata. Pada tempat-tempat ini otot polos itu berfungsi mengatur dan memepertahankan garis tengah lumen dari visera berongga(Leeson,1996) Otot polos dalam berbagai jaringan dan organ berbeda cara aktivasinya. Otot polos polos unitari, bersifat autoritmis. Rangsang yang timbul intrinsik diteruskan melalui taut rekah, dari sel ke sel di daerah luas otot yang berkontraksi serentak. Jenis otot polos demikian berfungsi, untuk gelombang peristaltik usus untuk mendorong isinya. Gelombang kontraksi spontan serupa terdapat pada ureter dan duktus biliaris. Mekanisme eksitasi intrinsik dari otot polos unitari dalam visera masih belum jelas. Tetapi kemampuannya menghasilkan kontraksi lambat, dan sinkron disebabkan ikatan listrik serat-serat berdekatan oleh taut rekah yang memungkinkan penyebaran eksitasi dari serat ke serat (Fawcett, 2002).

1.3.1 Bentuk dan ukuran Sel otot polos berbentuk fusiform; yaitu, sel otot paling lebar di tengah dan meruncing pada kedua ujungnya. Sel otot polos berukuran antara 20m pada pembuluh darah kecil sampai 500m pada uterus yang sedang hamil. Selama kehamilan, sel otot polos uterus mengalami peningkatan yang jelas dalam ukuran dan jumlah. Setiap sel memiliki inti tunggal di pusat pada bagian sel paling lebar. Agar berhimpit lebih erat, bagian yang sempit dari satu sel terletak berdampinan dengan bagian lebar sel tetangga. Bila sususnan demikian dilihat pada potongan melintang, akan tampak berbagai ukuran garis tengah dan hanya bagian terbesar saja yang mengandung inti. Bila otot polos berkontraksi, batas-batas sel tampak bergelombang dan intinya tampak berlipat atau tampak mirip alat pembuka tutup botol(Junqueira dkk, 1997) Ukurannya tergantung tempatnya, dari 20m atau kurang pada pembuluh darah kecil sampai 0,05mm dalam rahim wanita hmail; biasanya mereka mempunyai panjang 0,2nm dan bergaris tengah 6m pada daerah inti. Sarkoplasmanya biasanya terlihat bersifat asidofil dan homogen, kadang-kadang

dengan daerah kecil yang terang, yang menunjukkan tempat glikogen. Seskali terlihat gurat-gurat memanjang; tetapi tidak terlihat gurat-gurat atau lempenglempeng melintang; hal ini menunjukkan bahwa miofilamen-miofilamen tersusun tidak teratur(Leeson,1996).

1.3.2 Struktur Dalam sarkoplasma sekitar inti, khususnya pada kutub, terdapat mitokondria, sejumlah elemen dari retikulum granular dan ribosom-ribososm bebas, suatu aparat golgi kecil, glikogen dan sesekali titk-titik lipid. Sisa-sisa sarkoplasmanya terutama mengandung miofilamen tebal dan tipis, dengan perbandingan tipis lebih banyak. Di daerah tepi dekat sarkolema terdapat elemenelemen dari retikulum sarkoplsma dan banyak caveole. caveole subsarkolema ini agaknya berfungsi sebagai tubul T dalam hal depolarisasi dan dapat berfungsi sebagai retikulum sarkolem. Selebar 7nm, diluarnya dilapisi suatu lamina basal. Serat-serat retikular dan elastin mengisi celah-celah interseluler sempit; pada tempat-tempat tertentu plasmalema sel-sel yang berdekatan atau cabangcabangnya membentuk neksus (gap junction), yang memungkinkan

penghantaran impuls listrik secara cepat dari satu sel ke sel lainnya (Leeson,1996).

1.3.3 Aktivitas kontraksi Karakteristik aktivitas kontraktil dari otot polos berhubungan dengan struktur dan pengaturan dari filamen aktin dan miosin otot polos, yang tidak memperlihatkan pengaturan parakristal yang terdapat di dalam otot lurik. Pada sel otot polos, berkas miofilamen bersilangan secara oblik melewati sel, membentuk suatu jalinan kerja seperti kisi-kisi. Berkas ini terdiri atas 5-7nm filamen tipis yang mengandung aktin dan tropomiosin, dan 12-16 nm filamen tebal yang mengandung miosin. Studi struktural dan biokimia keduanya mengemukakan bahwa aktin dan miosin otot polos berkontraksi melalui mekanisme pergeseran filamen yang mirip dengan otot lurik(Junqueira dkk, 1997) Pemasukan C diperlukan untuk mengawali kontraksi pada sel-sel otot

polos. Akan tetapi miosin otot polos, berinterksi dengan aktin hanya bila rantai

ringannya mengalami fosforilasi. Oleh karen hal ini, dan karena tidak ada kompleks tropomiosin otot rangka, maka mekanisme kontraksi pada otot polos gaka berbeda dari yang terjadi pada otot rangka dan jantung. C pada otot polos

bergabung dengan kalmodulin. Sebuah protein pengikat kalsium juga berperan pada kontraksi sel bukan otot. Kompleks C rantai ringan miosin, yaitu enzim yang kalmodulin mengaktifkan kinase berfungsi untuk fosforilasi

miosin(Junqueira dkk, 1997).

1.3.4 Persarafan Otot polos dipersarafi simpatis dan parasimpatis dari sistem saraf otonom, yang semua serat-serat sarafnya bersifat posganglionik dan tidak bermielin. Berdasarkan persarafan dan fungsi, maka dapat dibedakan dua macam otot polos, yang pertama multi unit mempunyai persarafan luas dengan semu sel-sel otot yang mendapatkan sarf terminal. Susnan demikian, terdapat pada otot dari iris, arteri besar, dan duktus diferens, jadi organ yang serat-serat ototnya berkontraksi serentak dan relatif cepat. Yang kedua, memeperlihatkan lebih sedikit jung saraf terminal, pada organ stimulus dari sel satu ke sel yang lainnya melalui neksusneksus, macam unitary ini menghasilkan kontraksi yang relatif lambat dan terdapat pada visera dan pembuluh darah yang lebih kecil.

1.3.5 Asal, Pertumbuhan, dan Regenerasi Sebagian besar otot polos dibentuk melalui perkembangan sel-sel mesenkimal, walaupun yang terdapat pada iris berasal dari ektoderm. Dalam hubungannya denga beberapa kelenjar dan saluran keluarnya, seperti kelenjarkelenjar liur, kelenjar keringat, dan kelenjar lakrimal, ada sel-sel dengan banyak ciri khas otot polos yang berkembang dari ektoderm dan disebut sel mioepitel. Sel otot polos dapat bertambah ukurannya akibat rangsangan fisiologis ( misalnya dalam rahim pada kehamilan) dan akibat rangsangan patologis (misalnya dalam arteriol pada hipertensi). Ada pula peningkatan jumlah sel-sel akibat diferensiasi sel-sel mesenkimal yang ada di dalam dinding rahim. Ada bukti bahwa sel-sel otot polos sendiri dapat memebelah melalui mitosis (Leeson,1996).

1.4 Otot Jantung Otot jantung merupakan otot yang istimewa karena memiliki struktur yang mirip dengan otot lurik, namun cara bekerjanya seperti otot polos. Otot tersebut letaknya hanya terdapat di permukaan lapisan tengah dinding jantung hanya otot jantung memiliki cabang yang dinamakan duskus interkalaris. System kerja otot jantung secara tidak sadar (refleks) dan reaksinya lambat bila terkena rangsangan (Leeson,1996). Otot jantung berfungsi sebagai alat untuk memompa darah ke luar jantung. Otot cardiac yang membentuk dinding jantung dapat bekerja seumur hidup manusia. Otot ini akan selalu terus bekerja ketika kita melakukan pekerjaan, istirahat, tidur bahkan jika pingsan (Junqueira dkk, 1997).

1.4.1 Struktur Otot jantung berbentuk silindris atau serabut pendek. Otot ini tersusun atas serabut lurik yang bercabang-cabang dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Setiap sel otot jantung mempunyai satu atau dua inti yang terletak di tengah sarkoplasma. Otot jantung bekerja di luar kehendak (otot tidak sadar) atau disebut juga otot involunter dan selnya dilengkapi serabut saraf dari saraf otonom. Kontraksi otot jantung berlangsung secara otomatis, teratur, tidak pernah lelah, dan bereaksi lambat. Dinamakan otot jantung karena hanya terdapat di jantung. Kontraksi dan relaksasi otot jantung menyebabkan jantung menguncup dan mengembang untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Ciri khas otot jantung adalah mempunyai diskus interkalaris, yaitu pertemuan dua sel yang tampak gelap jika dilihat dengan mikroskop. Ada pun ciri-ciri dari otot jantung, antara lain adalah i. Bentuk bercabang ii. Inti sel banyak di tengah iii. Bekerja tidak sadar, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah

Pada jantung ada 3 hubungan khusus pada diskus interkalaris yaitu: 1. Fascia adherens terminal 2. Maskula adherens : mempersatukan otot jantung agar tidak terpisah pada saat kontraksi terus menerus (hubungan antar sarkomer) 3. Gap junction : kontinuitas ionik di antara sel-sel yang berdekatan (Junqueira dkk, 1997). : tempat perlekatan filamen aktin pada sarkomer

DAFTAR PUSTAKA 1. Bajpai R.N. (1988). Human Histology. 4rdEd. Penerjemah Jan Tambayong. Binarupa Aksara. Jakarta. 2. Dellmann, H.D. dan E.M. Brown (1989). Buku teks Histologi Veteriner I. 3rd Ed. Penerjemah Jan Tambayong. Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. 3. Junqueira, L Carlos. 1997. Histologi Dasar. Jakarta; EGC. 4. Leeson, C Roland. 1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta; EGC.

Anda mungkin juga menyukai