Anda di halaman 1dari 17

1

EVOLUSI MAKHLUK AIR MENUJU KE DARAT

TIKTAALIK ROSEAE

KARYA ILMIAH

Oleh :

NAMA : ANDRIYANTO SAMIN

NIM : L 111 08 265

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2009
2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkah dan

rahmat yang diberikan-Nya sehingga tugas karya ilmiah ini dapat di selesaikan juga. Salawat

dan salam juga penulis panjatkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang selalu menjadi suri

tauladan bagi kita semua.

Dalam kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada dosen dan para peserta mata kuliah vertebrata yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuk dalam penyelesaian tugas karya ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan tugas karya ilmiah ini, banyak

dihadapkan dengan kendala dan tantangan, khususnya terbatasnya waktu yang tersedia dan

literatur yang sulit didapatkan serta keterbatasan-keterbatasan lainnya. Oleh karena itu apabila

ada kesalahan pada ltugas ini maka harapan saya supaya pembaca memberikan saran dan

kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan lebih lanjut.

Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua,

Amin.

Makassar, 12 September 2009

Andriyanto samin
3

DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................................... 2
Daftar isi................................................................................................................ 3
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................... 4
BAB II. TEORI EVOLUSI................................................................................... 5
A. Pengertian Evolusi............................................................................................ 5
B. Awal munculnya teori evolusi........................................................................... 6
C. Faktor-Faktor Pendukung Teori evolusi........................................................... 6
BAB. III. EVOLUSI VERTEBRATA................................................................... 8
A. Pengertian Vertebrata........................................................................................ 8
B. Asal Mula Hewan Vertebrata............................................................................ 8
C. Bukti Adanya Evolusi Vertebrata...................................................................... 11
BAB IV. EVOLUSI TIKTAALIK ROSEAE........................................................ 13
A. Penemuan Tiktaalik Roseae.............................................................................. 13
B. Proses Evolusi Tiktaalik Roseae....................................................................... 13
BAB V. Kesimpulan.............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 17

BAB I

PENDAHULUAN
4

Kajian ke atas tumbuhan dan hewan yang hidup bebas, membawa kita lebih ingin tahu

mengenai asal-usul kehidupan mereka . Benda-benda hidup yang mula-mula berada pada masa

dahulu tidak mungkin mempunyai bentuk yang serupa dengan kebanyakan benda hidup

sekarang. Ini disebabkan alam sekeliling pada masa dahulu telah berubah . Terdapat bukti

menyatakan bahawa atmosfer bumi pada masa dahulu hampir tidak mempunyai oksigen

langsung . Oleh itu kehidupan yang wujud pada ketika itu mungkin sama dengan sebagian kecil

mikroorganisme yang ada sekarang di mana mereka mampu untuk terus hidup walaupun tanpa

oksigen. Tidak ada fosil yang dijumpai yang berusia lebih dari 500 juta tahun . Rekod fosil

bermula dari era Proterozoik yaitu pada masa pra-Kambria (sebelum 500 juta tahun) . Tetapi

fosil-fosil ini tidaklah mudah dijumpai . Ia hanya menunjukkan organisma berbadan lembut yang

hidup di alam berair saja yaitu cacing akuatik purba . Secara tidak langsung kita dapat

mengetahui bahawa semua benda-benda hidup bukanlah individu berasingan . Tetapi setiap

individu adalah sebagai sistem benda-benda hidup yang lengkap , kemudian berangsur-angsur

berubah secara perlahan dan terus menerus selama berjuta-juta tahun . Proses ini dinamakan

Proses Evolusi Organik . Hasil daripada proses evolusi ini dapat diketahui bahawa , semua benda

hidup mempunyai hubungan darah melalui nenek moyangnya (ancestor) .

BAB II

TEORI EVOLUSI
5

A. Pengertian Evolusi

Sebelum memahami tentang teori evolusi, kita harus mengetahui tentang pengertian evolusi.

Evolusi adalah proses perubahan pada seluruh bentuk kehidupan dari satu generasi ke generasi

selanjutnya, dan biologi evolusioner mempelajari bagaimana evolusi ini terjadi. Pada setiap

generasi, organisme mewarisi sifat-sifat yang dimiliki oleh orang tuanya melalui gen. Perubahan

(yang disebut mutasi) pada gen ini akan menghasilkan sifat baru pada keturunan suatu

organisme. Pada populasi suatu organisme, beberapa sifat akan menjadi lebih umum, manakala

yang lainnya akan menghilang. Sifat-sifat yang membantu keberlangsungan hidup dan

reproduksi organisme akan lebih berkemungkinan berakumulasi dalam suatu populasi daripada

sifat-sifat yang tidak menguntungkan. Proses ini disebut sebagai seleksi alam. Penghasilkan

jumlah keturunan yang lebih banyak daripada jumlah orang tua beserta keterwarisan sifat-sifat

ini merupakan fakta tambahan mengenai kehidupan yang mendukung dasar-dasar ilmiah seleksi

alam (Stephen J, 2002).

Gaya dorong seleksi alam dapat terlihat dengan jelas pada populasi yang terisolasi, baik oleh

karena perbedaan geografi maupun mekanisme lain yang mencegah pertukaran genetika. Dalam

waktu yang cukup lama, populasi yang terisolasi ini akan menjadi spesies baru(Cavalier-Smith T,

2006).

2. Awal munculnya teori evolusi

Charles Darwin mengembangkan gagasan bahwa tiap-tiap spesies berkembang dari

nenek moyang yang sama, dan pada tahun 1838, ia menjelaskan bagaimana proses yang ia sebut

sebagai seleksi alam ini dapat mengakibatkan hal ini terjadi (Eldredge, Niles Spring 2006).
6

Gagasan Darwin mengenai cara kerja evolusi bergantung pada pengamatan-pengamatan berikut

(John van 2002).

a. Jika seluruh individu spesies berhasil bereproduksi, populasi spesies tersebut akan meningkat

secara tidak terkendali.

b. Populasi cenderung tetap dari tahun ke tahun

c. Sumber daya alam terbatas.

d. Tidak ada dua individu organisme suatu spesies yang persis mirip satu sama lainnya.

e. Kebanyakan variasi dalam suatu populasi dapat diwariskan kepada keturunan selanjutnya.

Darwin menyimpulkan oleh karena organisme menghasilkan keturunan yang lebih

banyak daripada yang lingkungan dapat dukung, pastilah terdapat persaingan untuk bertahan

hidup, dan hanya beberapa individu yang dapat bertahan hidup pada tiap generasi. Darwin

menyadari bahwa keberlangsungan hidup tidaklah didasarkan pada kebetulan belaka. Namun,

keberlangsungan hidup bergantung pada sifat-sifat tiap individu, dan sifat-sifat ini dapat

membantu ataupun menghalangi keberlangsungan hidup dan reproduksi individu. Individu yang

beradaptasi dengan baik memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menghasilkan keturunan

yang lebih banyak. Kemampuan beradaptasi yang tidak setara ini dapat menyebabkan perubahan

perlahan dalam suatu populasi. Sifat-sifat yang membantu suatu organisme bertahan hidup dan

bereproduksi akan berakumulasi dari generasi yang satu ke generasi selanjutnya. Sebaliknya,

sifat-sifat yang menghalangi keberlangsungan hidup dan reproduksi akan menghilang. Darwin

menggunakan istilah seleksi alam untuk menjelaskan proses ini (David , 2004).

C. Faktor-Faktor Pendukung Teori Evolusi


7

1. seleksi alam yang merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang

berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum

dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang.

Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang

besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang

mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini (Futuyma, Douglas J. 2005). Setelah

beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi

secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam (Ayala FJ 2007).

2. hanyutan genetika (Bahasa Inggris: Genetic Drift) yang merupakan sebuah proses bebas

yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat dalam suatu populasi. Hanyutan

genetika dihasilkan dari probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu

individu bertahan hidup dan bereproduksi.

BAB III
8

EVOLUSI VERTEBRATA

A. Pengertian Vertebrata

Vertebrata diambil dari bahasa latin yaitu vertebrae yang berarti bertulang belakang dan

ta yang berarti makhluk hidup. Jadi vertebrata dapat diartikan sebagai organisme atau makhluk

hidup yang mempunyai tulang belakang. Vertebrata dapat dibagi kebeberapa keluarga yaitu

mamalia, pisces, aves, reptil, amphibi. Dari keragaman kelarga tersebut dari masing-masing

keluarga memili ciri morfologi dan fisiologi yang berbeda-beda

B. Asal Mula Hewan Vertebrata

Charles Darwin 150 tahun yang lalu yaitu seorang ilmuwan alam dari Inggris,

mengajukan sebuah teori yang didasarkan pada berbagai pengamatan yang ia lakukan selama

perjalanannya, namun yang tidak dapat disokong oleh temuan-temuan ilmiah sesudahnya. Pada

intinya, teori evolusi Darwin terdiri atas beragam skenario, asumsi, dan penyimpulan (konjektur)

yang dilamunkan olehnya dalam angan-angannya.

Menurut Darwin asal mula makhluk hidup adalah, dari bentuk awal yang rrrenyerupai

flagelata hewan flagelata ini adalah organisme yang bersel satu, kemudian timbul flagelata yang

menyerupai flagelata yang ada sekarang. Organisme inilah yang kemudian mewakili kelompok

protozoa, yang kemudian dari radiasi yang bersifat adaptatif timbullah protozoa-protozoa yang

lain, yaitu kelompok ameboid, kelompok yang bersilia, dan protozoa yang bersifat parasit.

Hewan ciliata cenderung untuk mempertahankan bentuknya dari masa ke masa,

sedangkan hewan protozoa mempunyai bentuk adaptasi antara lain yang hidup di air tawar dan

yang hidup di daratan. Dari hewan bersel satu, terjadi perubahan yang berupa hewan bersel

banyak dengan secara kebetulan dan proses yang kacau atau acak.
9

Diduga bahwa hewan bersel banyak mula – mula berbentuk bola yang berongga, terdiri

dari sel-sel yang hanya satu lapis saja. Berdasarkan hipotesis, hewan tersebut disebut blastea.

Nama ini diambil dari satu bentuk esensial yang selalu dilalui oleh setiap makhluk hidup bersel

banyak dalam perkembangan embriologinya. Alga dan protozoa sekarang ini merupakan hasil

radiasi yang pertama, sedangkan blastea tidak lagi dijumpai, kecuali dalam bentuk blastula dalam

perkembangan embrio makhluk hidup bersel banyak. Bentuk blastea merupakan bentuk yang

memungkinkan untuk berkembang lebih jauh yaitu pada radiasi kedua dan ketiga.

a. Radiasi yang kedua

Secara hipotesis perkembangan hewan dari bentuk blastea adalah sebagai berikut.

1. Dari tingkat blastula, embrio hewan berkembang ke arah tingkat gastrula, sehingga

terjadi 2 lapisan, yaitu lapisan dalam (endoderma) dan lapisan luar (ektoderma). Dalam

tingkat gastrula hewan tersebut berkembang menjadi dewasa. Lihat Gambar 8.10. Contoh

hewan diploblastik yang kita jumpai sekarang adalah Porifera dan Coelenterata.

2. Kemungkinan lain adalah bahwa setelah melalui tingkat blastula dan gastrula, maka

embrionya tidak berkembang menjadi hewan dewasa, tetapi antara lapisan endoderma

dan lapisan ektoderma, terbentuklah lapisan mesoderma. Setelah terbentuk lapisan

mesoderma barulah berkembang menjadi hewan dewasa. Hewan ini tidak lagi dijumpai,

namun keturunannya yang terbentuk sebagai hasil evolutif (radiasi ketiga), dijumpai

dalam berbagai bentuk.

b. Radiasi yang ketiga

Tipe-tipe triploblas dapat digolongkan dalam 4 kelompok besar hewan-hewan berikut ini

karena meskipun mempunyai mesoderma tetapi berbeda asalnya (dari bagian mana) dan
10

perkembangannya menjadi embrio. Radiasi ketiga ini terbagi menjadi 4 kelompok berikut ini.

1. Kelompok I

Pada kelompok I ini bagian di kanan dan kiri dari mesoderma membentuk

benjolan yang kemudian meluas sehingga mengisi ruangan di antara ektoderma dan

endoderma. Ruang yang terbentuk disebut coelom. karena coelom bentuk asalnya dari

endoderma maka disebut enterocoelmata. Contohnya: Echinodermata dan Chordata.

2. Kelompok ll

Pada kelompok II mesoderma berasal derri ektoderma. Ektoderma melepaskan

keiompok-kelompok sel dalam ruangan di antara endoderma dan ektoderma, sehingga

mesodermanya kompak dan tidak dijumpai coelom. Hewan yang tidak memiliki coelom

termasuk dalam acoelomata. Contohnva: cacing pipih dan cacing pita.

3. Kelompok III

Pada kelompok III ini mesoderma terbentuk dari endoderma maupun ektoderma, hanya

saja setelah mesoderma terbentuk maka terjadi celah yang kemudian berkembang

menjadi coelom. Coelom tersebut dinamakan schizocoel, hewan yang memiliki

schizocoel disebut schizocoelomata. Contohnya, Annelida, Mollusca, dan Arthropoda

(Crustacea, Insekta, labah-labah).

4. Kelompok IV

Pada kelompok IV, mesoderma dibentuk oleh ektoderma, hanya saja mesoderma tak

memenuhi ruangan seluruhnya, sehingga dengan demikian ruangan tidak dibatasi oleh

mesoderma tetapi oleh ektoderma. Oleh karena itu, coelom tersebut dinamakan

pseudocoel. Hewan yang memiliki pseudocoel termasuk dalam pseudocoelomata.

Contohnya: Rotifera dan cacing gilik atau nematoda. Pada masa embrio, Annelida yang
11

hidup di laut dan Mollusca sangat serupa, sehingga sulit sekali untuk dibedakan.

Demikian juga antara insekta dan cacing tanah bentuk embrionya sulit sekali dibedakan

meskipun bentuk dewasa mereka berbeda sama sekali. Hewan-hewan triploblastik pada

dasarnya adalah simetri bilateral. Ada anggapan bahwa pada waktu terjadi perubahan

bentuk dari diploblastik ke triploblastik terjadi juga perubahan bentuk simetrinya, yaitu

dari Simetri radial ke simetri bilateral.

C. Bukti Adanya Teori Evolusi

Petunjuk-Petunjuk Adanya Evolusi

1. Variasi dalam satu keturunan Tidak ada makhluk hidup yang mutlak sama, bahkan individu

dalam satu spesies. Perbedaaan tersebut dapat berupa perbedaaan warna, ukuran, berat, fisiologi,

ataupun kebiasaan hidup. Variasi ini dapat terjadi karena pengaruh faktor genetis dan dan

lingkungan, seperti makanan, suhu, tanah, dan cahaya.

2. Fosil

Fosil adalah sisa makhluk hidup yang telah membatu. Hasil penelitian terhadap fosil

menunjukan bahwa pada masa lampau terdapat makhluk hidup yang berbeda dengan makhluk

hidup sekarang.

3. Homologi alat-alat tubuh Organ-organ yang mempunyai bentuk asal sama namun mempunyai

fungsi yang berbeda disebut homologi.

Contoh : - kaki depan kuda homolog dengan sayap burung

- tangan manusia homolog dengan kaki depan kuda

- kaki depan anjing homolog dengan sayap burung


12

4. Persamaan embrio

Perkembangan awal embrio hewan-hewan vertebrata memperlihatkan bentuk yang sama.

Pada perkembangan selanjutnya terdapat perbedaan bentuk embrio. Perkembangan individu

mulai dari zigot hingga mati disebut ontogeni. Perkembangan organisme mulai dari filum yang

paling sederhana hingga filum paling sempurna disebut filogeni. Jadi, ontogeni merupakan

perjalanan singkat atau ulangan filogeni. Berkaitan dengan hubungan antara ontogeni dan

filogeni, Ernest Haeckel lewat teori rekapitulasi (hokum biogenetik) mengatakan bahwa

peristiwa ulangan ontogeni serupa dengan filogeni. Teori ini dapat digunakan untuk menjelaskan

pertumbuhan ginjal ataupun jantung mamalia. Ginjal mamalia dibentuk melalui fase-fase

pronefros, mesonefros, dan metenefros (ginjal). Jantung mamalia akan menyerupai jantung ikan

pada saat embrio mamalia menyerupai embrio ikan. Demikian juga pada saat embrio, jantung

mamalia menyerupai jantung embrio amfibi dan reptil, sebelum akhirnya menjadi jantung

mamalia.

6. Adanya alat tubuh sisa

Hasi penelitian terhadap morfologi hewan vertebrata dan manusia menunjukan terdapat

beberapa alat tubuh yang tidak lagi bermanfaat. Alat-alat tubuh ini dianggap alat-alat sisa dari

perjalanan evolusi makhluk hidup tersebut. Beberapa alat tubuh sisa pada manusia adalah umbai

cacing, tulang ekor, otot penggerak telinga, dan gigi taring runcing. Pada manusia terdapat

sekitar 100 buah alat tubuh sisa. Sedangkan pada ular piton ditemukan sisa kaki dan pada burung

kiwi terdapat sisa sayap.


13

BAB IV

EVOLUSI TIKTAALIK ROSEAE

A. Penemuan Tiktaalik Roseae

Tiktaalik roseae merupakan hewan tertua yang ada 375 tahun yang lalu. Hewan ini

dianggap sebagai asal mula ikan pertama yang ada di muka bumi lalu berjalan menuju ke darat

dan berevolusi menjadi reptil. Fosil ikan yang diberinama Tiktaalik Roseae yang ditemukan di

Arktik Kanada tahun 2004 ini sepertinya menyediakan missing link antara ikan dan vertebrata

darat, demikian menurut para ahli. Fosil ini juga diakui satu-satunya ikan yang memiliki leher

pertama.Studi terkini ini mengonfirmasikan bahwa ikan prasejarah yang memiliki sirip seperti

kaki, mengembara dari kawasan air menjadi makhluk vertebrata bertulang belakang tapi transisi

evolusinya tidaklah secepat yang diduga sebelumnya. Analisi hati-hati terhadap tengkorak,

tulang insang dan langit-langit rahang dari fosilnya mengindikasikan bahwa Tiktaalik merupakan

mahluk pertemuan antara ikan dengan hewan darat yang secara fisik memiliki keduanya di mana

ia tinggal di perairan yang dangkal.

2. Proses Evolusi Tiktalik roseae


14

Kita melihat bahwa gambaran pada tengkoraknya berkaitan dengan hewan-hewan yang

hidup di darat yang beradaptasi mula-mula untuk hidup di air dangkal, jelas rekan penulis studi

ini Jason Downs dari Academy of Natural Sciences di Philadelphia, Pennsylvania. Dari Sirip ke

Kaki Para peneliti sudah mengetahui bahwa Tiktaalik adalah hewan predator berbentuk buaya

setinggi sembilan kaki (tiga meter) yang memiliki leher, paru-paru primitif dan sirip berbentuk

kaki yang digunakan untuk bertahan hidup di air dangkal.Studi ini mengindikasikan bahwa

Tiktaalik banyak berbagi gambaran tengkorak internalnya dengan ikan-ikan primitif, namun

kepalanya juga mirip hewan amfibi yang menguak bahwa makhluk ini kemungkinan mampu

bernapas di udara dan mencari makan di darat. Studi ini megingatkan kita bahwa transisi evolusi

bertahap dari bentuk ikan menjadi tetrapod (hewan darat berkaki empat) dan transisi dati hewan

aquatik menjadi terrestrial membutuhkan lebih banyak ketimtbang evolusi anggota tubuh itu

sendiri, kata Ted Daeschler, pakar paleontologi di Academy of Natural Sciences yang pernah

memimpin timnya di tahun 2004. Ditambahkannya, Sepertinya ia lebih mampu menghirup udara

dan berjalan di darat ketimbang hewan primitif bersirip, namun ia tetap makhluk aquatik. Fosil

Tiktaalik ini cenderung tidak memiliki gambaran seekor ikan termasuk langit-lagit mukhluk

yang rata, strutur kepala yang keras dan hyomandibula yang pendek (tulang yang menopang

penutup insang). Walhasil, ikan ini diketahui sebagai satu-satunya ikan


15

Gambar a.

Kita bandingkan dari hewan lain Tiktaalik roseae gambar a. memiliki lebih besar tulang

penopang untuk menopang dirinya pada saat hewan itu berjalan di darat. Dan tidak kala

pentingnya tulang sirip hewan ini memiliki tulang kaki yang dianggap sebagai sirip transisi

menjadi kaki menurut para ahli paleontologi. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar b.

gambar b.
16

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penulisan karya ilmiah ini adalah makhluk hidup yang dianggap

dulunya tidak dapat hidup di alam lain tetapi akibat proses evolusi semua hal itu dapat terjadi

dalam kurun waktu tertentu. Perubahan bentuk sirip menjadi kaki pada Tiktalik Roseae dianggap

sangat wajar bagi para ahli.

Dilihat dari struktur tulang sirip hewan ini sangat homolog dengan kaki hewan reptil. Jadi

nenek moyang ikan dan reptil adalah Tiktaalik Roseae kemudian berjalan menuju darat dan

kemudian beradaptasi menjadi reptil dan terus berevolusi.


17

DAFTAR PUSTAKA

"An introduction to evolution",2008 Understanding Evolution: your one-stop source for information on
evolution, The University of California Museum of Paleontology, Berkeley

Ayala FJ (2007). "Darwin's greatest discovery: design without designer".

Cavalier-Smith T (2006). "Cell evolution and Earth history: stasis and revolution" (pdf). Philos Trans R
Soc Lond B Biol Sci 361 (1470): 969–1006. DOI:10.1098/rstb.2006.1842 Diakses pada 24 Januari
2008.

Eldredge, Niles (Spring 2006). "Confessions of a Darwinist". The Virginia Quarterly Review: 32–53
Diakses pada 23 Januari 2008.

Futuyma, Douglas J. (2005). Evolution. Sunderland, Massachusetts: Sinauer


Associates, Inc.

Gould, Stephen J. (2002). The Structure of Evolutionary Theory. Harvard University Press, 1433. ISBN
0674006135, 9780674006133.

Quammen, David (2004). Was Darwin Wrong?. National Geographic Magazine. National Geographic.
Diakses pada 23 Desember 2007

Rhee, Sue Yon (1999). Gregor Mendel. Access Excellence. National Health Museum. Diakses pada 5
Januari 2008

Wyhe, John van (2002). Charles Darwin: gentleman naturalist. The Complete Work of Charles Darwin
Online. University of Cambridge. Diakses pada 16 Januari 2008

Anda mungkin juga menyukai