TIKTAALIK ROSEAE
KARYA ILMIAH
Oleh :
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkah dan
rahmat yang diberikan-Nya sehingga tugas karya ilmiah ini dapat di selesaikan juga. Salawat
dan salam juga penulis panjatkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang selalu menjadi suri
Dalam kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen dan para peserta mata kuliah vertebrata yang telah memberikan
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan tugas karya ilmiah ini, banyak
dihadapkan dengan kendala dan tantangan, khususnya terbatasnya waktu yang tersedia dan
literatur yang sulit didapatkan serta keterbatasan-keterbatasan lainnya. Oleh karena itu apabila
ada kesalahan pada ltugas ini maka harapan saya supaya pembaca memberikan saran dan
Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua,
Amin.
Andriyanto samin
3
DAFTAR ISI
Kata pengantar....................................................................................................... 2
Daftar isi................................................................................................................ 3
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................... 4
BAB II. TEORI EVOLUSI................................................................................... 5
A. Pengertian Evolusi............................................................................................ 5
B. Awal munculnya teori evolusi........................................................................... 6
C. Faktor-Faktor Pendukung Teori evolusi........................................................... 6
BAB. III. EVOLUSI VERTEBRATA................................................................... 8
A. Pengertian Vertebrata........................................................................................ 8
B. Asal Mula Hewan Vertebrata............................................................................ 8
C. Bukti Adanya Evolusi Vertebrata...................................................................... 11
BAB IV. EVOLUSI TIKTAALIK ROSEAE........................................................ 13
A. Penemuan Tiktaalik Roseae.............................................................................. 13
B. Proses Evolusi Tiktaalik Roseae....................................................................... 13
BAB V. Kesimpulan.............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 17
BAB I
PENDAHULUAN
4
Kajian ke atas tumbuhan dan hewan yang hidup bebas, membawa kita lebih ingin tahu
mengenai asal-usul kehidupan mereka . Benda-benda hidup yang mula-mula berada pada masa
dahulu tidak mungkin mempunyai bentuk yang serupa dengan kebanyakan benda hidup
sekarang. Ini disebabkan alam sekeliling pada masa dahulu telah berubah . Terdapat bukti
menyatakan bahawa atmosfer bumi pada masa dahulu hampir tidak mempunyai oksigen
langsung . Oleh itu kehidupan yang wujud pada ketika itu mungkin sama dengan sebagian kecil
mikroorganisme yang ada sekarang di mana mereka mampu untuk terus hidup walaupun tanpa
oksigen. Tidak ada fosil yang dijumpai yang berusia lebih dari 500 juta tahun . Rekod fosil
bermula dari era Proterozoik yaitu pada masa pra-Kambria (sebelum 500 juta tahun) . Tetapi
fosil-fosil ini tidaklah mudah dijumpai . Ia hanya menunjukkan organisma berbadan lembut yang
hidup di alam berair saja yaitu cacing akuatik purba . Secara tidak langsung kita dapat
mengetahui bahawa semua benda-benda hidup bukanlah individu berasingan . Tetapi setiap
individu adalah sebagai sistem benda-benda hidup yang lengkap , kemudian berangsur-angsur
berubah secara perlahan dan terus menerus selama berjuta-juta tahun . Proses ini dinamakan
Proses Evolusi Organik . Hasil daripada proses evolusi ini dapat diketahui bahawa , semua benda
BAB II
TEORI EVOLUSI
5
A. Pengertian Evolusi
Sebelum memahami tentang teori evolusi, kita harus mengetahui tentang pengertian evolusi.
Evolusi adalah proses perubahan pada seluruh bentuk kehidupan dari satu generasi ke generasi
selanjutnya, dan biologi evolusioner mempelajari bagaimana evolusi ini terjadi. Pada setiap
generasi, organisme mewarisi sifat-sifat yang dimiliki oleh orang tuanya melalui gen. Perubahan
(yang disebut mutasi) pada gen ini akan menghasilkan sifat baru pada keturunan suatu
organisme. Pada populasi suatu organisme, beberapa sifat akan menjadi lebih umum, manakala
yang lainnya akan menghilang. Sifat-sifat yang membantu keberlangsungan hidup dan
reproduksi organisme akan lebih berkemungkinan berakumulasi dalam suatu populasi daripada
sifat-sifat yang tidak menguntungkan. Proses ini disebut sebagai seleksi alam. Penghasilkan
jumlah keturunan yang lebih banyak daripada jumlah orang tua beserta keterwarisan sifat-sifat
ini merupakan fakta tambahan mengenai kehidupan yang mendukung dasar-dasar ilmiah seleksi
Gaya dorong seleksi alam dapat terlihat dengan jelas pada populasi yang terisolasi, baik oleh
karena perbedaan geografi maupun mekanisme lain yang mencegah pertukaran genetika. Dalam
waktu yang cukup lama, populasi yang terisolasi ini akan menjadi spesies baru(Cavalier-Smith T,
2006).
nenek moyang yang sama, dan pada tahun 1838, ia menjelaskan bagaimana proses yang ia sebut
sebagai seleksi alam ini dapat mengakibatkan hal ini terjadi (Eldredge, Niles Spring 2006).
6
Gagasan Darwin mengenai cara kerja evolusi bergantung pada pengamatan-pengamatan berikut
a. Jika seluruh individu spesies berhasil bereproduksi, populasi spesies tersebut akan meningkat
d. Tidak ada dua individu organisme suatu spesies yang persis mirip satu sama lainnya.
e. Kebanyakan variasi dalam suatu populasi dapat diwariskan kepada keturunan selanjutnya.
banyak daripada yang lingkungan dapat dukung, pastilah terdapat persaingan untuk bertahan
hidup, dan hanya beberapa individu yang dapat bertahan hidup pada tiap generasi. Darwin
menyadari bahwa keberlangsungan hidup tidaklah didasarkan pada kebetulan belaka. Namun,
keberlangsungan hidup bergantung pada sifat-sifat tiap individu, dan sifat-sifat ini dapat
membantu ataupun menghalangi keberlangsungan hidup dan reproduksi individu. Individu yang
beradaptasi dengan baik memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menghasilkan keturunan
yang lebih banyak. Kemampuan beradaptasi yang tidak setara ini dapat menyebabkan perubahan
perlahan dalam suatu populasi. Sifat-sifat yang membantu suatu organisme bertahan hidup dan
bereproduksi akan berakumulasi dari generasi yang satu ke generasi selanjutnya. Sebaliknya,
sifat-sifat yang menghalangi keberlangsungan hidup dan reproduksi akan menghilang. Darwin
menggunakan istilah seleksi alam untuk menjelaskan proses ini (David , 2004).
1. seleksi alam yang merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang
berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum
dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang.
Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang
besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang
beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi
secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam (Ayala FJ 2007).
2. hanyutan genetika (Bahasa Inggris: Genetic Drift) yang merupakan sebuah proses bebas
yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat dalam suatu populasi. Hanyutan
genetika dihasilkan dari probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu
BAB III
8
EVOLUSI VERTEBRATA
A. Pengertian Vertebrata
Vertebrata diambil dari bahasa latin yaitu vertebrae yang berarti bertulang belakang dan
ta yang berarti makhluk hidup. Jadi vertebrata dapat diartikan sebagai organisme atau makhluk
hidup yang mempunyai tulang belakang. Vertebrata dapat dibagi kebeberapa keluarga yaitu
mamalia, pisces, aves, reptil, amphibi. Dari keragaman kelarga tersebut dari masing-masing
Charles Darwin 150 tahun yang lalu yaitu seorang ilmuwan alam dari Inggris,
mengajukan sebuah teori yang didasarkan pada berbagai pengamatan yang ia lakukan selama
perjalanannya, namun yang tidak dapat disokong oleh temuan-temuan ilmiah sesudahnya. Pada
intinya, teori evolusi Darwin terdiri atas beragam skenario, asumsi, dan penyimpulan (konjektur)
Menurut Darwin asal mula makhluk hidup adalah, dari bentuk awal yang rrrenyerupai
flagelata hewan flagelata ini adalah organisme yang bersel satu, kemudian timbul flagelata yang
menyerupai flagelata yang ada sekarang. Organisme inilah yang kemudian mewakili kelompok
protozoa, yang kemudian dari radiasi yang bersifat adaptatif timbullah protozoa-protozoa yang
lain, yaitu kelompok ameboid, kelompok yang bersilia, dan protozoa yang bersifat parasit.
sedangkan hewan protozoa mempunyai bentuk adaptasi antara lain yang hidup di air tawar dan
yang hidup di daratan. Dari hewan bersel satu, terjadi perubahan yang berupa hewan bersel
banyak dengan secara kebetulan dan proses yang kacau atau acak.
9
Diduga bahwa hewan bersel banyak mula – mula berbentuk bola yang berongga, terdiri
dari sel-sel yang hanya satu lapis saja. Berdasarkan hipotesis, hewan tersebut disebut blastea.
Nama ini diambil dari satu bentuk esensial yang selalu dilalui oleh setiap makhluk hidup bersel
banyak dalam perkembangan embriologinya. Alga dan protozoa sekarang ini merupakan hasil
radiasi yang pertama, sedangkan blastea tidak lagi dijumpai, kecuali dalam bentuk blastula dalam
perkembangan embrio makhluk hidup bersel banyak. Bentuk blastea merupakan bentuk yang
memungkinkan untuk berkembang lebih jauh yaitu pada radiasi kedua dan ketiga.
Secara hipotesis perkembangan hewan dari bentuk blastea adalah sebagai berikut.
1. Dari tingkat blastula, embrio hewan berkembang ke arah tingkat gastrula, sehingga
terjadi 2 lapisan, yaitu lapisan dalam (endoderma) dan lapisan luar (ektoderma). Dalam
tingkat gastrula hewan tersebut berkembang menjadi dewasa. Lihat Gambar 8.10. Contoh
hewan diploblastik yang kita jumpai sekarang adalah Porifera dan Coelenterata.
2. Kemungkinan lain adalah bahwa setelah melalui tingkat blastula dan gastrula, maka
embrionya tidak berkembang menjadi hewan dewasa, tetapi antara lapisan endoderma
mesoderma barulah berkembang menjadi hewan dewasa. Hewan ini tidak lagi dijumpai,
namun keturunannya yang terbentuk sebagai hasil evolutif (radiasi ketiga), dijumpai
Tipe-tipe triploblas dapat digolongkan dalam 4 kelompok besar hewan-hewan berikut ini
karena meskipun mempunyai mesoderma tetapi berbeda asalnya (dari bagian mana) dan
10
perkembangannya menjadi embrio. Radiasi ketiga ini terbagi menjadi 4 kelompok berikut ini.
1. Kelompok I
Pada kelompok I ini bagian di kanan dan kiri dari mesoderma membentuk
benjolan yang kemudian meluas sehingga mengisi ruangan di antara ektoderma dan
endoderma. Ruang yang terbentuk disebut coelom. karena coelom bentuk asalnya dari
2. Kelompok ll
mesodermanya kompak dan tidak dijumpai coelom. Hewan yang tidak memiliki coelom
3. Kelompok III
Pada kelompok III ini mesoderma terbentuk dari endoderma maupun ektoderma, hanya
saja setelah mesoderma terbentuk maka terjadi celah yang kemudian berkembang
4. Kelompok IV
Pada kelompok IV, mesoderma dibentuk oleh ektoderma, hanya saja mesoderma tak
memenuhi ruangan seluruhnya, sehingga dengan demikian ruangan tidak dibatasi oleh
mesoderma tetapi oleh ektoderma. Oleh karena itu, coelom tersebut dinamakan
Contohnya: Rotifera dan cacing gilik atau nematoda. Pada masa embrio, Annelida yang
11
hidup di laut dan Mollusca sangat serupa, sehingga sulit sekali untuk dibedakan.
Demikian juga antara insekta dan cacing tanah bentuk embrionya sulit sekali dibedakan
meskipun bentuk dewasa mereka berbeda sama sekali. Hewan-hewan triploblastik pada
dasarnya adalah simetri bilateral. Ada anggapan bahwa pada waktu terjadi perubahan
bentuk dari diploblastik ke triploblastik terjadi juga perubahan bentuk simetrinya, yaitu
1. Variasi dalam satu keturunan Tidak ada makhluk hidup yang mutlak sama, bahkan individu
dalam satu spesies. Perbedaaan tersebut dapat berupa perbedaaan warna, ukuran, berat, fisiologi,
ataupun kebiasaan hidup. Variasi ini dapat terjadi karena pengaruh faktor genetis dan dan
2. Fosil
Fosil adalah sisa makhluk hidup yang telah membatu. Hasil penelitian terhadap fosil
menunjukan bahwa pada masa lampau terdapat makhluk hidup yang berbeda dengan makhluk
hidup sekarang.
3. Homologi alat-alat tubuh Organ-organ yang mempunyai bentuk asal sama namun mempunyai
4. Persamaan embrio
mulai dari zigot hingga mati disebut ontogeni. Perkembangan organisme mulai dari filum yang
paling sederhana hingga filum paling sempurna disebut filogeni. Jadi, ontogeni merupakan
perjalanan singkat atau ulangan filogeni. Berkaitan dengan hubungan antara ontogeni dan
filogeni, Ernest Haeckel lewat teori rekapitulasi (hokum biogenetik) mengatakan bahwa
peristiwa ulangan ontogeni serupa dengan filogeni. Teori ini dapat digunakan untuk menjelaskan
pertumbuhan ginjal ataupun jantung mamalia. Ginjal mamalia dibentuk melalui fase-fase
pronefros, mesonefros, dan metenefros (ginjal). Jantung mamalia akan menyerupai jantung ikan
pada saat embrio mamalia menyerupai embrio ikan. Demikian juga pada saat embrio, jantung
mamalia menyerupai jantung embrio amfibi dan reptil, sebelum akhirnya menjadi jantung
mamalia.
Hasi penelitian terhadap morfologi hewan vertebrata dan manusia menunjukan terdapat
beberapa alat tubuh yang tidak lagi bermanfaat. Alat-alat tubuh ini dianggap alat-alat sisa dari
perjalanan evolusi makhluk hidup tersebut. Beberapa alat tubuh sisa pada manusia adalah umbai
cacing, tulang ekor, otot penggerak telinga, dan gigi taring runcing. Pada manusia terdapat
sekitar 100 buah alat tubuh sisa. Sedangkan pada ular piton ditemukan sisa kaki dan pada burung
BAB IV
Tiktaalik roseae merupakan hewan tertua yang ada 375 tahun yang lalu. Hewan ini
dianggap sebagai asal mula ikan pertama yang ada di muka bumi lalu berjalan menuju ke darat
dan berevolusi menjadi reptil. Fosil ikan yang diberinama Tiktaalik Roseae yang ditemukan di
Arktik Kanada tahun 2004 ini sepertinya menyediakan missing link antara ikan dan vertebrata
darat, demikian menurut para ahli. Fosil ini juga diakui satu-satunya ikan yang memiliki leher
pertama.Studi terkini ini mengonfirmasikan bahwa ikan prasejarah yang memiliki sirip seperti
kaki, mengembara dari kawasan air menjadi makhluk vertebrata bertulang belakang tapi transisi
evolusinya tidaklah secepat yang diduga sebelumnya. Analisi hati-hati terhadap tengkorak,
tulang insang dan langit-langit rahang dari fosilnya mengindikasikan bahwa Tiktaalik merupakan
mahluk pertemuan antara ikan dengan hewan darat yang secara fisik memiliki keduanya di mana
Kita melihat bahwa gambaran pada tengkoraknya berkaitan dengan hewan-hewan yang
hidup di darat yang beradaptasi mula-mula untuk hidup di air dangkal, jelas rekan penulis studi
ini Jason Downs dari Academy of Natural Sciences di Philadelphia, Pennsylvania. Dari Sirip ke
Kaki Para peneliti sudah mengetahui bahwa Tiktaalik adalah hewan predator berbentuk buaya
setinggi sembilan kaki (tiga meter) yang memiliki leher, paru-paru primitif dan sirip berbentuk
kaki yang digunakan untuk bertahan hidup di air dangkal.Studi ini mengindikasikan bahwa
Tiktaalik banyak berbagi gambaran tengkorak internalnya dengan ikan-ikan primitif, namun
kepalanya juga mirip hewan amfibi yang menguak bahwa makhluk ini kemungkinan mampu
bernapas di udara dan mencari makan di darat. Studi ini megingatkan kita bahwa transisi evolusi
bertahap dari bentuk ikan menjadi tetrapod (hewan darat berkaki empat) dan transisi dati hewan
aquatik menjadi terrestrial membutuhkan lebih banyak ketimtbang evolusi anggota tubuh itu
sendiri, kata Ted Daeschler, pakar paleontologi di Academy of Natural Sciences yang pernah
memimpin timnya di tahun 2004. Ditambahkannya, Sepertinya ia lebih mampu menghirup udara
dan berjalan di darat ketimbang hewan primitif bersirip, namun ia tetap makhluk aquatik. Fosil
Tiktaalik ini cenderung tidak memiliki gambaran seekor ikan termasuk langit-lagit mukhluk
yang rata, strutur kepala yang keras dan hyomandibula yang pendek (tulang yang menopang
Gambar a.
Kita bandingkan dari hewan lain Tiktaalik roseae gambar a. memiliki lebih besar tulang
penopang untuk menopang dirinya pada saat hewan itu berjalan di darat. Dan tidak kala
pentingnya tulang sirip hewan ini memiliki tulang kaki yang dianggap sebagai sirip transisi
menjadi kaki menurut para ahli paleontologi. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar b.
gambar b.
16
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penulisan karya ilmiah ini adalah makhluk hidup yang dianggap
dulunya tidak dapat hidup di alam lain tetapi akibat proses evolusi semua hal itu dapat terjadi
dalam kurun waktu tertentu. Perubahan bentuk sirip menjadi kaki pada Tiktalik Roseae dianggap
Dilihat dari struktur tulang sirip hewan ini sangat homolog dengan kaki hewan reptil. Jadi
nenek moyang ikan dan reptil adalah Tiktaalik Roseae kemudian berjalan menuju darat dan
DAFTAR PUSTAKA
"An introduction to evolution",2008 Understanding Evolution: your one-stop source for information on
evolution, The University of California Museum of Paleontology, Berkeley
Cavalier-Smith T (2006). "Cell evolution and Earth history: stasis and revolution" (pdf). Philos Trans R
Soc Lond B Biol Sci 361 (1470): 969–1006. DOI:10.1098/rstb.2006.1842 Diakses pada 24 Januari
2008.
Eldredge, Niles (Spring 2006). "Confessions of a Darwinist". The Virginia Quarterly Review: 32–53
Diakses pada 23 Januari 2008.
Gould, Stephen J. (2002). The Structure of Evolutionary Theory. Harvard University Press, 1433. ISBN
0674006135, 9780674006133.
Quammen, David (2004). Was Darwin Wrong?. National Geographic Magazine. National Geographic.
Diakses pada 23 Desember 2007
Rhee, Sue Yon (1999). Gregor Mendel. Access Excellence. National Health Museum. Diakses pada 5
Januari 2008
Wyhe, John van (2002). Charles Darwin: gentleman naturalist. The Complete Work of Charles Darwin
Online. University of Cambridge. Diakses pada 16 Januari 2008