Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lebah merupakan makhluk Allah SWT yang banyak memberi manfaat dan
kenikmatan kepada manusia. Sebagai mana firman Allah dalam surat An-Nahl:69
O ?. e. NtyW9$# 5=$$s 7 7n/u W9 4 ls . $y/ >#u #=tF u9r&
!$x $=j9 3 ) y79s ZtU 5s)j9 t3xtGt
Artinya: Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah
itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-
orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl: 69)

Sayyid Quthb di dalam tafsir Al-Quran, menyebutkan bahwa khasiat
madu sebagai obat penyembuh penyakit sudah dibuktikan secara ilmiah oleh para
pakar kedokteran dimana, madu mempunyai keistimewaan yang tersendiri dengan
nilai-nilai utama dalam ilmu kesehatan, yang mempunyai zat besi dan vitamin
yang kuat. Di samping itu, madu juga dianggap penting karena memenuhi
keperluan tubuh dan cepat memberi tenaga. Inilah salah satu bukti kebenaran ayat
Al-Quran yang harus diyakini umat manusia.
Sejak jaman dahulu, madu tidak hanya digunakan sebagai pemanis alami,
tetapi juga digunakan untuk membantu penyembuhan. Banyak ramuan tradisional
yang menggunakan madu sebagai bahan dasar utama, untuk membantu dan
mempercepat penyembuhan berbagai penyakit ,anti oksidan, anti inflamasi, obat
saluran respirasi, gangguan mata, diabetes mellitus, dan juga dapat mendukung


2
pertumbuhan mikroba probiotik. Madu bahkan telah digunakan oleh tentara Rusia
selama Perang Dunia I, untuk mencegah infeksi pada luka dan mempercepat
proses penyembuhannya (Mariyanto, 1999).
Secara umum konsumsi madu di Indonesia baru mencapai 3,2 gram per
kapita per tahun jauh lebih rendah dari negara-negara Asia yang lain seperti
Thailand dan Malaysia yang mencapai 70 gram. Madu di Indonesia sendiri
sebenarnya terbagi menjadi dua, yaitu madu dari hasil ternak lebah dan madu
hutan. Madu hasil ternak lebah contohnya madu mangga dan madu kelengkeng.
Madu hutan dikenal lebih baik karena banyak mengandung nutrisi dan dapat
disimpan lama karena mengandung kadar air di bawah 20 %, salah satu contohnya
madu hutan Sumbawa, berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh, memperlancar
urine, memperkuat fungsi ginjal, menyembuhkan sakit pinggang dan
memperlancar fungsi otak (Anonymous, 2010
a
).
Sumbawa merupakan salah satu daerah penghasil madu terbaik di
Indonesia, dan keberadaan madu dari Sumbawa sudah dikenal di seluruh tanah air.
Kelebihan madu Sumbawa disebabkkan oleh sumber dari madu tersebut yang
berasal dari lebah liar yang hanya bisa ditemukan di hutan-hutan Sumbawa.
Lebah-lebah madu di Sumbawa tidak diternakkan melainkan langsung diambil
dari hutan-hutan yang ada di Sumbawa. Salah satu lebah yang ada di hutan
Sumbawa lebah madu Apis Dorsata hidup pada pohon-pohon yang tinggi dengan
catatan ketersediaan pakan lebahnya juga sangat memadai, makanan lebah yang
alami membuat madu Sumbawa berbeda dengan madu daerah lain. Hutan
Sumbawa terkenal dengan pohon bidara atau dalam bahasa lokalnya goal dan


3
dalam bahasa latinnya disebut Ziziphus Mauritiana. Pohon bidara merupakan
makanan pokok komunitas lebah liar yang bermukim di belantaran pulau
Sumbawa, perpohonan goal diangap sebagai sumber daya hayati bagi para
lebah, untuk mengambil sari bunga sekaligus menimbun getah tubuh beberapa
madu, dan menyimpan disarang sebagai cadangan makanan beberapa larva
(Anonymous , 2010
b
).
Komponen utama dari madu adalah glukosa dan fruktosa. Senyawa dan
bahan-bahan lain yang terkandung dalam madu adalah protein, asam amino,
enzim, asam-asam organik, mineral, tepung sari bunga, sukrosa, maltosa,
melezitosa dan oligosakarida lainnya termasuk dekstrin. Secara umum kelebihan
madu Sumbawa dikarenakan kandungan air madu Sumbawa jauh lebih rendah
dibanding madu pada umumnya, faktor geografis Sumbawa yang kering dan
panas membuat kandungan air yang ada dalam madu menjadi rendah. Dari hasil
pengamatan peneliti di lapangan menunjukkan bahwa proses pengambilan madu
hutan Sumbawa yang ekstra hati-hati sehingga bebas dari proses fermentasi dan
hal-hal lain yang bisa merusak manfaat madu. Madu Sumbawa yang dibawa dari
hutan langsung diperas dan disaring kemudian dimasukkan kedalam botol
(Julmansah, 2010)
Menurut Peter (1992), madu merupakan salah satu obat tradisional yang
terbukti mengandung zat antibiotik yang aktif melawan serangan berbagai kuman
patogen. Empat faktor yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri pada
madu, yang pertama, kadar gula madu yang tinggi akan menghambat
pertumbuhan bakteri, sehingga bakteri tersebut tidak dapat hidup dan


4
berkembang. Kedua, tingkat keasaman madu yang tinggi (pH 3.65) akan
mengurangi pertumbuhan dan daya hidupnya, sehingga bakteri tersebut merana
atau mati. Ketiga, adanya senyawa radikal hidrogen peroksida yang bersifat dapat
membunuh mikroorganisme patogen. Faktor keempat, adanya senyawa organik
yang bersifat antibakteri. Senyawa organik tersebut tipenya bermacam-macam,
seperti polifenol, flavonoid, dan glikosida. Golongan senyawa-senyawa ini sering
dipergunakan sebagai bahan dasar obat-obatan antibakteri modern.
Antibakteri adalah suatu zat yang mencegah terjadinya pertumbuhan dan
reproduksi bakteri. Mikroorganisme dapat dihambat atau dibunuh dengan proses
fisik atau bahan kimia. (Brock, dkk., 1994). Uji antibakteri dapat dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana aktivitas suatu bakteri terhadap antibakteri. Menurut
Brock and Madigan (1994) terdapat tiga metode yang umum digunakan dalam uji
antibakteri, yaitu metode Dilusi Kaldu, metode Dilusi Agar, dan metode Difusi
Cakram.
Dewianasari (1999) menguji potensi antibakteri ekstrak madu murni
multiflora yogyakarta terhadap Salmonella Typhi, hasil penelitian menunjukkan
bahwa ekstrak madu menggunakan eter memiliki efek daya anti bakteri terhadap
Salmonella Typhi dengan Kadar Hambat Minimal (KHM) 0,781 % dan Kadar
Bunuh Minimal (KBM) 1,562 % residu madu (KHM) 25 % (KBM) 25 %, madu
murni (KHM) 25% (KBM) 33,33 %. Fidianingsih (1999) menguji potensi
antibakteri ekstrak madu randu poliflora Yogyakarta menggunakan eter terhadap
bakteri Streptokokus Beta Hemolitik, hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak


5
madu mepunyai efek antibakteri (KHM) 1,82 % dan (KBM) 2,34 %, madu murni
(KHM) 50 %, (KBM) 50 %, residu madu (KHM) 25 % (KBM) 62,5 %.
Penelitian lain mengenai antibakteri dari madu Wasito (2008) menguji
aktifitas antibakteri madu Cirual Bandung terhadap bakteri Stapylococuus aureus,
hasil penelitian menunjukkan bahwa madu dengan konsetrasi 1 % dan 2,5 % (v/v)
belum menunjukkan hambatan pada media pertumbuhan, sedangkan madu dengan
konsentrasi 5 %, 10 %, 25 %, 50 % (v/v) menunjukkan aktivitas antibakteri
dengan diameter zona hambatan berturut-turut 22,80, 26,90, 28,80, 28,70 mm.
Zabriani (2009) menguji potensi antibakteri madu dari lebah Apis Mellifera
terhadap Pseudomonas Aeruginosa in vitro, hasil penelitian menunjukkan bahwa
madu Apis Mellifera mempunyai efek antibakteri dengan nilai Kadar Hambat
Minimal (KHM) 16,6 % dan nilai Kadar Bunuh Minimal (KBM) 16,6 %.
Sejauh ini penelitian tentang madu sebagai senyawa antibakteri sudah
banyak, tetapi belum mengarah pada madu Sumbawa sebagai senyawa antibakteri.
Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan dasar teoritis dan bukti-
bukti ilmiah tentang senyawa aktif dari ekstrak madu Sumbawa sebagai senyawa
antibakteri. Pada penelitian ini akan dilakukan uji aktivitas senyawa antibakteri
dari ekstrak madu Sumbawa.

1.2. Rumusan Masalah
a) Bagaimanakah karakteristik madu Sumbawa?
b) Bagaimanakah aktivitas ekstrak madu Sumbawa sebagai antibakteri terhadap
bakteri Eschericia Coli dan Stapylococuus aureus dengan variasi konsentrasi ?


6
c) Golongan senyawa aktif apa yang terdapat pada madu Sumbawa sebagai
senyawa antibakteri?

1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a) Mengetahui bagaimanakah karakteristik madu Sumbawa.
b) Mengetahui efektivitas ekstrak madu sumbawa sebagai antibakteri terhadap
bakteri Eschericia Coli dan Stapylococuus aureus
c) Mengetahui golongan senyawa aktif dari madu Sumbawa yang berfungsi
sebagai senyawa antibakteri.

1.4. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah:
a) Madu yang digunakan adalah madu daerah Sumbawa Nusa Tengara Barat.
b) Karakterisasi dari madu Sumbawa meliputi; analisis kadar air, kadar keasaman
madu.
c) Ekstraksi senyawa aktif pada madu Sumbawa menggunakan ekstraksi cair-cair
dengan pelarut petroleum eter dan aseton.
d) Bakteri yang digunakan untuk uji anti bakteri Eschericia coli dan
Staphylococcus aureus dengan metode difusi cakram.





7
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan :
a) Senyawa antibakteri yang didapat, diharapkan nantinya dikembangkan lebih
lanjut sehingga bermanfaat untuk menanggulangi penyakit yang disebabkan
oleh bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus.
b) Memberikan informasi kepada masyarakat umum tentang manfaat madu yang
mempunyai potensi sebagai penghasil senyawa flavonoid, sehingga madu
tidak hanya digunakan sebagai bahan pemanis.

Anda mungkin juga menyukai