Anda di halaman 1dari 3

Pemerintah Provinsi Bali pada APBD Tahun 2013 ini kembali mengucurkan bantuan sosial perbaikan rumah masyarakat

dan fasilitas umum berupa uang kepada masyarakat yang terkena bencana alam di wilayah Kabupaten Tabanan. Bantuan ini diserahkan oleh Ketut Sudikerta mewakili Gubernur Bali yang dipusatkan di Pura Luhur Manikan, Banjar Gunungsari, Desa Jatiluwih, Kec. Penebel, Tabanan, Rabu (13/11).

Bantuan yang diserahkan keseluruhan berjumlah 74 Juta Rupiah kepada 7 korban bencana alam diwilayah kecamatan Penebel, Baturiti, Marga dan Kediri dengan perincian, perbaikan pelinggih di Pura Luhur Manikan yang tertimpa pohon beringin sebesar 12,5 Juta rupiah, Senderan Tembok Pekarangan milik I Made Sukadana di Desa Penebel dibantu 7 Juta rupiah, Bangunan Balai Bali milik I Made Artana asal Desa Jegu Penebel dibantu 7,5 Juta rupiah, Rumah milik I Wayan Mastera di Desa Bangli Baturiti dibantu 15 Juta rupiah, Senderan Pembatas Pura Prajapati Pande di Desa Abiantuwung dibantu 12,5 Juta rupiah, Sanggah Kemulan Taksu milik I Wayan Sude akibat tanah longsor di Desa Batunya Baturiti dibantu 7,5 Juta rupiah dan Warung milik Wayan Erawati di Desa Kuwum dibantu 12 Juta rupiah.

Ketut Sudikerta pada kesempatan itu meminta warga selalu berhati-hati dan tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana, terutama masyarakat yang berada di daerah yang berpotensi mengalaminya. Wagub menambahkan bantuan ini diharapkan dapat meringankan beban masyarakat yang terkena musibah sehingga bisa kembali melaksanakan aktifitas kehidupan sehari-hari. Untuk diketahui, Pemprov Bali berkomitmen untuk melakukan langkah preventif dalam penangggulangan bencana melalui pemetaan daerah rawan bencana di Bali dan telah penerbitkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 70 Tahun 2012 tentang Bansos berupa uang untuk perbaikan rumah masyarakat dan fasililitas umum akibat terjadinya bencana alam dan bencana sosial.

Hadir pada Penyerahan bantuan tersebut Anggota DPRD Provinsi Bali Nyoman Wirya, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Ketut Suastika, SH, Kepala Biro Kesra Setda Provinsi Bali Drs. Dewa Beratha, Kepala Pelaksana BPBD Kab. Tabanan Gusti Ngurah Sucita, Bendesa Pekraman Gunungsari Gede Muratmaja dan pengempon pura Luhur Manikan. Selepas penyerahan bantuan ini Wagub Sudikerta melaksanakan persembahyangan

di Pura Muncaksari, Desa Sangketan Penebel Tabanan serangkaian Pujawali yang jatuh pada Buda Manis Medangsia tanggal 13 Nopember 2013 yang dilaksanakan di pura tersebut.

Dampak Bencana Alam


Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada

bidang ekonomi, sosial dan lingkungan. Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya hutan yang melindungi daratan seperti di Kabupaten Tabanan. Dalam hitungan detik dan menit, jumlah besar luka-luka yang sebagian besar tidak menyebabkan kematian, membutuhkan pertolongan medis segera dari fasilitas kesehatan yang seringkali tidak siap, rusak, runtuh karena gempa. Bencana seperti tanah longsor pun dapat memakan korban yang signifikan pada komunitas manusia karena mencakup suatu wilayah tanpa ada peringatan terlebih dahulu dan dapat dipicu oleh bencana alam lain terutama gempa bumi, letusan gunung berapi, hujan lebat atau topan. Manusia dianggap tidak berdaya pada bencana alam, bahkan sejak awal peradabannya.Ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknyamanajemen darurat

menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan, struktural dan korban jiwa. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan manusia untuk mencegah dan menghindari bencana serta daya tahannya.

Penanggulangan Bencana Alam


Penanggulangan bencana alam atau mitigasi adalah upaya berkelanjutan untuk mengurangi dampak bencana terhadap manusia dan harta benda. Lebih sedikit orang dan komunitas yang akan terkena dampak bencana alam dengan menggerakan program ini. Perbedaan tingkat bencana yang dapat merusak dapat diatasi dengan menggerakan program mitigasi yang berbeda-beda sesuai dengan sifat masing-masing bencana alam. Persiapan menghadapi bencana alam termasuk semua aktivitas yang dilakukan sebelum terdeteksinya tanda-tanda bencana agar bisa memfasilitasi pemakaian sumber daya alam yang tersedia, meminta bantuan dan serta rencana rehabilitasi dalam cara dan kemungkinan yang paling baik seperti yang terjadi di wilayah Kabupaten Tabanan. Kesiapan menghadapi bencana alam dimulai dari level komunitas lokal. Jika sumber daya lokal kurang mencukupi, maka daerah tersebut dapat meminta bantuan ke tingkat nasional dan internasional. Pada wilayah-wilayah yang memiliki tingkat bahaya tinggi ("hazard"),

memiliki kerentanan/kerawanan ("vulnerability'"), bencana alam tidak memberi dampak yang luas jika masyarakat setempat memiliki ketahanan terhadap bencana ("disaster

resilience"). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah dan menangani tantangan-tantangan serius dari bencana alam. Sistem ini memperkuat daerah rawan bencana yang memiliki jumlah penduduk yang besar misalkan seperti di wilayah Kabupaten Jembrana.

Anda mungkin juga menyukai