Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN

Deni Andriyansyah. PERANCANGAN DAN ANALISIS PERFORMA POMPA


HIDRAM UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR BERSIH DI DUSUN BELANG
TLOGOLELE SELO BOYOLALI. Proposal Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Oktober 2013.

Beberapa daerah di Indonesia mengalami kekurangan air, terutama pada saat musim
kemarau. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan 2010, penduduk Indonesia yang bisa
mengakses air bersih secara optimal baru 36,6 persen. Selain itu, ada lima provinsi yang
jumlah penduduknya semakin sulit mengakses air bersih yaitu, DKI Jakarta, Kalimantan
Barat, Gorontalo, Jawa Timur, dan Kalimantan Tengah. Kondisi terparah justru terjadi di
DKI Jakarta (Cahyadi, 2011). Namun hal yang berbeda dapat diamati ketika musim
penghujan tiba. Daerah yang sebelumnya rawan krisis air berubah menjadi daerah rawan
banjir. Demikianlah kondisi beberapa daerah di Indonesia, kekeringan di musim kemarau dan
banjir di musim penghujan yang berarti bahwa sumber daya air belum terdistribusi secara
seimbang. Maka dari itu diperlukan sebuah metode eksplorasi sumber daya air yang
berkelanjutan untuk menjamin keberadaan air ketika dibutuhkan.
Hal serupa juga dialami oleh Dusun Belang yang terletak di sisi barat laut Gunung
Merapi serta mempunyai topografi berupa perbukitan. Mata air yang terdapat di bawah bukit
biasa digunakan oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, baik untuk
keperluan pertanian maupun kebutuhan rumah tangga. Masalah kekeringan melanda
penduduk ketika musim kemarau tiba. Penduduk tidak dapat memperoleh air karena sumber
mata air terdekat yang biasa digunakan juga mengalami kekeringan. Akibatnya, penduduk
Dusun Belang harus mencari sumber air yang letaknya lebih jauh serta melintasi jurang untuk
mendapatkan air. Sumber air yang masih produktif pada saat musim kemarau juga harus
dibagi dengan beberapa dusun yang ada di sekitarnya. Penduduk Dusun Belang berprofesi
sebagai petani. Namun mereka hanya mampu memenuhi kebutuhan air untuk memasak dan
MCK ketika musim kemarau. Sementara untuk keperluan pertanian, penduduk memilih
menanam komoditas yang tidak memerlukan terlalu banyak air dalam perawatannya.
Berdasarkan observasi prapenelitian, diketahui adanya permasalahan kesulitan air
yang dialami oleh penduduk Dusun Belang dan sekitarnya. Sumber mata air yang jauh serta
keterbatasan sarana dan prasarana semakin memperberat permasalahan penduduk. Sementara
itu erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 yang lalu juga meninggalkan dampak kerusakan
bagi Dusun Belang. Lahan pertanian serta akses jalan dan jembatan mengalami kerusakan
yang cukup parah. Kondisi ini sempat membuat Dusun Belang semakin sulit untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga terhadap air dengan hilangnya akses jalan akibat erupsi
Gunung Merapi.
Dusun Belang mempunyai topografi yang cocok untuk penerapan pompa hidram.
Pompa hidram adalah suatu alat yang digunakan untuk memompa dengan cara menaikkan air
dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi dengan hasil guna tinggi dimana
mampu mengalirkan air secara terus menerus. Prinsip kerjanya adalah pemanfaatan tekanan
air yang jatuh. Pompa ini bekerja tanpa membutuhkan bahan bakar maupun listrik. Oleh
karena itu pompa ini cocok diaplikasikan di desa yang membutuhkan air dengan daya beli
masyarakat akan bahan bakar yang rendah. Selain itu, pembuatan dan perawatan pompa ini
sederhana dan suku cadangnya juga mudah diperoleh sehingga cocok untuk daerah yang
tingkat kemampuan teknis masyarakatnya terbatas.
Tribowo (2011) telah meneliti dan merancang instalasi pompa hidram untuk budidaya
lele-padi di Desa Jingkang Sumedang menghasilkan pompa hidram dengan kapasitas angkat
setinggi 162 meter. Pompa hidram ini menggunakan pipa inlet diameter 2 inchi, pipa outlet 1
inchi serta tinggi jatuh 29 meter dengan panjang 136 meter. Debit air yang dihasilkan oleh
pompa hidram ini mencapai 2 liter/ menit. Shu San dan Santoso (2002) melakukan penelitian
tentang karakteristik volume tabung udara dan beban katup limbah terhadap efisiensi pompa
hydraulic ram, dan menghasilkan kesimpulan bahwa faktor beban katup limbah dan volume
tabung berpengaruh pada variabilitas dari efisiensi pompa hidram.
Perbedaan geografis dan kebutuhan air menyebabkan konstruksi instalasi pompa
hidram berbeda antara daerah satu dengan yang lainnya. Dengan penelitian ini, dirancang
instalasi pompa hidram yang sesuai dengan kondisi geografis Dusun Belang kemudian
dianalisis karakterisasi performanya.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari terlaksananya penelitian ini antara lain :
1. Mengetahui besar kebutuhan air harian penduduk Dusun Belang.
2. Merancang instalasi pompa hidram yang sesuai dengan kebutuhan penduduk dan kondisi
geografis Dusun Belang.
3. Mengetahui performa dan efisiensi pompa hidram dalam menaikkan air dari sumber
mata air ke pemukiman penduduk Dusun Belang.
4. Mengetahui peran pompa hidram dalam memenuhi kebutuhan air harian penduduk
Dusun Belang.



Persamaan Yang Digunakan
a. Energi yang Dibangkitkan pada Pompa Hidram

Gambar 2.4. Skema Instalasi Pompa Hidram (Sumber: Arianta, 2010)

Berdasarkan gambar di atas, dapat dituliskan persamaan Bernoulli sebagai
berikut:
3
2
3 3
0
2
0 0
2 2
Z
g
v
g
p
H Z
g
v
g
p
L
+ + = + +

(2.1)

dengan :
p
0
= tekanan pada titik 0 yaitu tekanan atmosfer = 0 (N/m
2
)
p
3
= tekanan pada titik 3 (N/m)
v
0
= kecepatan aliran air pada titik 0 (besarnya = 0) karena debit konstan (m/s)
v
3
= kecepatan aliran air pada titik 3 (besarnya = 0) karena aliran air terhenti
seiring menutupnya katub limbah (m/s)
Z
0
= ketinggian titik 0 dari datum (m)
Z
3
= ketinggian titik 3 (besarnya = 0) karena diasumsikan segaris datum (m)
H
L
= head losses (m)
= massa jenis fluida, untuk air = 1000 (kg/m)
g = percepatan gravitasi bumi = 9,81 (m/s
2
)
Jika dimasukkan harga harga yang telah ditentukan, maka persamaan Bernoulli di
atas menjadi:
g
p
H H
L

3
=
(2.2)

dengan HL atau Head Loss terdiri dari Major Head Loss dan Minor Head Loss.
Karena air mengalir dari supply tank yang memiliki ketinggian tertentu, maka akan
timbul gaya yang disebabkan percepatan yang dialami air, yang besarnya sama
dengan hasil kali massa fluida yang mengalir dan percepatan yang dialami fluida
(Hukum Newton). Seperti di bawah ini:
F = ma (2.3)
dengan:
F = gaya fluida yang mengalir (N)
m = massa fluida yang mengalir (kg)
m = A l
a = percepatan fluida yang mengalir (m/s)

dt
dv
a =
= massa jenis fluida, untuk air = 1000 (kg/m)
A = luas penampang pipa masuk (m)
l = panjang pipa masuk (m)
Tekanan di titik 3 dapat dicari dengan cara membagi gaya pada titik 3 (gaya akibat
percepatan air) dengan luas penampang pipa masuk (A).
dt
dv
l
A
F
p = =
3
(2.4)

Karena
dt
dv
g
l
g
p
=

3

(2.5)

maka persamaan 2.2 dapat dituliskan sebagai berikut:
dt
dv
g
l
H H
L
=

(2.6)

Dengan H
L
adalah head losses pada pipa, yang besarnya ditentukan dengan persamaan
di bawah ini:

|
|
.
|

\
|
+ =
g
v
K
g
v
D
l
f H
L
2 2
2 2

(2.7)

dengan:
H
L
= head losses (m)
f = faktor gesekan bahan pipa masuk
l = panjang pipa masuk (m)
D = diameter pipa masuk (m)
K = faktor kontraksi
Untuk menghitung besarnya energi yang dibangkitkan pada pompa hidram,
ditinjau kondisi di masing masing titik saat awal pengoperasian pompa hidram,
dimana pada kondisi demikian air yang masuk ke badan hidram langsung keluar
melalui katup limbah dengan kecepatan tertentu (v
3
) dan tekanan di titik 3 (p
3
) akan
sama dengan tekanan atmosfer (besarnya = 0) karena katup limbah dalam keadaan
terbuka penuh. Sehingga persamaan Bernoulli akan menjadi:
g
v
H H
L
2
2
3
=

(2.8)

Kecepatan v
3
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan kontinuitas,
dimana harga debit (Q) bernilai konstan (kondisi awal semua fluida yang masuk
langsung keluar melalui katup limbah). Sehingga:
Q = v
3
x A
waste
(2.9)

dengan:
Q = debit air yang keluar melalui katup limbah (m
3
/s)
v
3
= kecepatan air di titik 3 (yang melalui katup limbah) (m/s)
A
waste
= luas penampang lubang katup limbah (m
2
)
Setelah nilai v
3
didapatkan, maka dapat dihitung energi yang dibangkitkan hidram,
dengan rumus:
2
3
2
1
mv E =

(2.10)

dengan:
E = energi hidram (J)
m = massa fluida yang mengalir melalui pipa masuk (kg)
m = A l
v
3
= kecepatan fluida yang mengalir (m/s)
= massa jenis air = 1000 (kg/m)
A = luas penampang pipa masuk (m)
l = panjang pipa masuk (m)
b. Debit pemompaan
Q
2
= Q
1
x x
H
H
2
1
j
(2.11)

dengan:
Q
2
= Debit air yang dipompa (L/menit)
Q
1
= Debit air yang masuk pompa (L/menit)
H
1
= Tinggi terjun air ke pompa (m)
H
2
= Tinggi pemompaan (m)
j = efisiensi pompa, diambil antara 0,5-0,75
c. Daya pompa
Daya adalah laju pelaksanaan usaha terhadap waktu. Daya yang dikerahkan
untuk melaksanakan kerja dinyatakan sebagai hasil kali antara usaha yang dilakukan
per satuan massa fluida dan laju aliran massa. Dalam kaitan dengan persamaan energi
aliran steady, untuk zat cair daya adalah hasil kali antara usaha yang dilakukan berat
fluida dan laju aliran berat.
P = x
g
W
(V x A x ) (2.12)
Daya yang tersedia dalam sebuah pancaran berasal dari energi kinetik pancaran
bersangkutan karena itu daya dinyatakan sebagai hasil kali antara energi kinetik per
satuan massa dan laju aliran massanya. Atau energi kinetik per satuan berat dan laju
aliran berat.
P = x
v
2
2
+ (V x A x ) = x
g
v
2
2
(V x A x (2.13)
Persamaan mengenai daya berhubungan dengan tenaga mesin fluida, hal ini berarti
pompa memerlukan tenaga dari luar sedangkan pompa justru menghasilkan tenaga.
Pompa harus melawan total head yang ada termasuk loss head. Tekanan kerja pompa
dihitung :
P = x h
total
(2.14)
d. Efisiensi Pompa
Menurut D Aubuisson

=

(
(2.15)
dengan:

= efisiensi hidram menurut DAubuisson


q = debit hasil (m
3
/s)
Q = debit limbah, (m
3
/s)
h = head keluar, (m)
H = head masuk, (m)

Rancangan/ Desain Penelitian
Model penelitian ini adalah Research and Development (R & D). Penelitian ini
mengembangkan pompa hidram agar sesuai dengan topografi Desa Belang dan dapat
bekerja dengan optimal. Adapun tahapan penelitian sebagai berikut:
1. Studi Awal Penelitian
Studi awal penelitian terdiri atas studi lapangan dan studi pustaka. Studi pustaka
dilakukan melalui eksplorasi pustaka mengenai sistem kerja pompa hidram dan
pengembangan-pengembangan pompa hidram yang sudah ada. Dari studi pustaka yang
telah dilakukan, didapatkan beberapa landasan teori yang digunakan dalam perancangan.
Studi lapangan dilakukan di Dusun Belang Boyolali mengingat rancangan pompa akan
diimplementasikan di daerah ini. Studi lapangan ditujukan untuk mendapatkan tinggi jatuh
air dari sumber ke pompa hidram, tinggi reservoir penampung serta debit mata air yang
tersedia yang kemudian digunakan untuk merancang pompa dengan tepat. Konsultasi
kepada ahli diperlukan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan fatal yang akan terjadi
selama produksi.
2. Tahap Pembuatan
Tahap ini merupakan tahap awal penelitian dimana ruang lingkup masalah yang
diuraikan adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi kebutuhan perancangan.
Pada awal perancangan, dijabarkan alasan-alasan memilih tipe pompa hidram
yang akan dirancang. Hal ini didasarkan pada data studi awal penelitian yang telah
diperoleh, seperti tinggi reservoir penampung serta debit mata air yang tersedia. Hasil
pengukuran ini kemudian dihitung untuk mendapatkan spesifikasi pompa hidram yang
sesuai untuk diimplementasikan di Dusun Belang.
Perancangan instalasi pompa hidram membutuhkan data-data sebagai berikut :
1) Data ketinggian sumber mata air.
2) Data ketinggian lokasi bak penampung yang direncanakan.
3) Data ketinggian lokasi pompa hidram yang direncanakan.
4) Data ketinggian lokasi tujuan.
5) Data debit sumber mata air.
6) Data jumlah kepala keluarga di lokasi tujuan.
Semua data pengukuran ketinggian diukur dari lokasi peletakan pompa hidram.
b. Perancangan dalam gambar teknik.
Data spesifikasi pompa yang didapat diplot dalam bentuk gambar teknik.
Tahap ini merupakan pengerjaan detail rancangan dalam bentuk gambar lengkap dan
daftar komponen spesifikasi bahan, toleransi dan lain sebagainya. Spesifikasi bahan
secara keseluruhan merupakan hal yang penting dalam pembuatan alat. Karakteristik
yang dimunculkan harus memenuhi aspek biaya, topografi, dan performa pompa. Pada
fase ini semua pekerjaan didokumentasikan sehingga pembuatan produk dapat
dilaksaanakan oleh teknisi bengkel yang ditunjuk.
c. Realisasi pembuatan komponen.
Pada bagian ini, rancangan pompa hidram yang sebelumnya sudah diplot
dalam gambar teknik direalisasikan oleh teknisi bengkel yang ditunjuk. Proses
pengerjaan oleh teknisi bengkel juga didampingi agar menghasilkan alat yang sesuai
dengan rencana. Komponen instalasi pompa juga ada yang dibuat di lapangan seperti
bak penampung serta jalur instalasi pipa pengantar.
3. Setting di Lapangan
Komponen pompa hidram yang dibuat di bengkel akan dipasangkan pada komponen
instalasi pompa di lapangan. Lokasi instalasi pompa hidram ditentukan pada tempat yang
bebas dari ancaman banjir lahar dingin dimana data ini diperoleh saat study awal
penelitian. Tahap ini terdiri atas pemasangan pipa pengantar sesuai jalur yang telah
ditentukan serta setting pompa hidram dengan bak penampung.
4. Tahap Pengujian
Pengujian di lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi kinerja pompa
hidram saat difungsikan. Metode yang dipilih untuk mengetahui kinerja pompa adalah
dengan memvariasikan jarak katup limbah serta variasi beban katub limbah. Variasi jarak
katup limbah diambil sebesar 25 mm; 50 mm dan 75 mm, sedangkan beban katup limbah
diambil sebesar 500 gram; 1000 gram dan 1500 gram. Data yang dihasilkan merupakan
data kuantitatif. Data pengujian kemudian diinterprestasikan sehingga diketahui
pengaruhnya terhadap tekanan, jumlah ketukan katup limbah serta debit pompa yang
dihasilkan. Informasi ini digunakan untuk mensetting pompa pada performa yang terbaik.
5. Analisis Interprestasi Hasil Rancangan dan Kesimpulan Rancangan
Tahap ini merupakan tahapan akhir dari penelitian mengenai perancangan pompa
hidram untuk mengatasi kesulitan air di Dusun Belang. Ruang lingkup pembahasan
diuraikan sebagai berikut:
1. Tahap analisis dan interpretasi hasil, pada tahap ini dilakukan analisis kinerja pompa
hidram. Teknik analisis yang digunakan merupakan analisis deskriptif kualitatif.
Analisis performa meliputi faktor yang muncul selama pemasangan instalasi dan
mengenai pencapaian target perancangan.
2. Tahap kesimpulan dan saran, merupakan tahap terakhir dari penelitian yang berisi
kesimpulan secara keseluruhan terhadap hasil penelitian dan saran perbaikan untuk
studi yang akan dilanjutkan.

Anda mungkin juga menyukai