Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Pengukuran Dan Evaluasi Aktivitas belajar perlu diadakan evaluasi.

Hal ini penting karena dengan evaluasi kita dapat mengetahui apakah tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak. Melalui evaluasi, dapat diketahui kemajuan-kemajuan belajar yang dialami oleh anak, dapat ditetapkan keputusan penting mengenai apa yang telah diperoleh dan diketahui anak serta dapat merencanakan apa yang seharusnya dilakukan pada tahap berikutnya. Evaluasi yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah evaluation adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan dan membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan atau program telah tercapai (Gronlund, 1985). Evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan, yang selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang dievaluasi. Pengukuran yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah measurement merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dalam arti memberi angka terhadap sesuatu yang disebut obyek pengukuran atau obyek ukur. Sedangkan pengertian yang lebih luas mengenai pengukuran dikemukakan oleh Wiersma dan Jurs (1990) bahwa pengukuran adalah penilaian numerik terhadap fakta-fakta dari obyek yang hendak diukur menurut kriteria atau satuan-satuan tertentu. Pengukuran dan evaluasi mempunyai hubungan yang erat. Evaluasi memberikan petunjuk pada bidang-bidang mana diperlukan pengukuran dan sebaliknya evaluasi tidak mungkin dilakukan tanpa pengukuran.

1.2 Syarat-Syarat Alat penilaian yang baik adalah yang mampu mengukur keberhasilan proses pendidikan secara tepat dan akurat. Berikut ini dipaparkan syarat-syarat alat penilaian yang baik yaitu : 1. Validitas Validitas/kesahihan berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes/instrument pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurannya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Konsep validitas instrument/tes dapat dibedakan atas 3 macam yaitu : A. Validitas Isi Validitas isi merupakan validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh suatu tingkat penguasaan terhadap isi suatu materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran. Instrumen/tes yang mempunyai validitas isi yang baik adalah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam kurikulum atau Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Kriteria untuk menetukan proporsi masing-masing pokok/subpokok bahasan yang tercakup dalam suatu tes adalah berdasarkan banyaknya isi materi masing-masing pokok/subpokok bahasan yang dapat dilihat dari jumlah halaman isi materi dan jumlah jam pertemuan untuk masing-masing pokok/subpokok bahasan seperti tercantum dalam kurikulum. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki validitas isi suatu tes ialah dengan menggunakan blue print untuk menentukan kisi-kisi tes. B. Validitas Konstruk Validitas konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu mengukur apa yang benar-benar dimaksudkan
2

hendak diukur sesuai dengan konstruk/konsep khusus/definisi konseptual yang telah ditetapkan. Perumusan konstruk harus dilakukan berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur melalui proses analisis dan komparasi yang logik dan cermat. Proses validasi konstruk harus dilakukan melalui penelaahan atau justifikasi pakar atau melalui penilaian sekelompok panel yang terdiri dari orang-orang yang menguasai substansi atau konten dari variabel yang hendak diukur. C. Validitas Empiris Validitas empiris/kriteria diartikan sebagai validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun eksternal. Kriteria internal adalah tes itu sendiri yang menjadi kriteria sedangkan kriteria eksternal adalah hasil ukur tes lain di luar tes itu yang menjadi kriteria. Validitas eksternal dapat dibedakan lagi atas dua macam yaitu validitas konkuren dan validitas prediktif. Disebut validitas konkuren apabila kriteria yang digunakan adalah ukuran/penampilan saat ini/saat yang bersamaan dengan pelaksanaan pengukuran. Sedangkan validitas prediktif apabila kriteria yang digunakan adalah ukuran/penampilan masa yang akan datang. 2. Reliabilitas Reliabilitas yang berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran hanya dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Salah satu syarat agar hasil ukur suatu tes dapat dipercaya ialah tes tersebut harus mempunyai reliabilitas yang memadai. Reliabilitas dibagi menjadi dua macam yaitu :

A. Reliabilitas Kontingensi Tanggapan Reliabilitas kontingensi tanggapan responden mempersoalkan apakah tanggapan responden atau obyek ukur terhadap tes tersebut sudah baik/konsisten. Ada 3 mekanisme untuk memeriksa reliabilitas tanggapan responden terhadap tes yaitu : 1. Teknis test retest ialah pengetesan dua kali dengan menggunakan suatu tes yang sama pada waktu yang berbeda. 2. Teknik belah dua ialah pengukuran yang dilakukan dengan dua kelompok item yang setara pada saat yang sama. 3. Bentuk equvalen ialah pengukuran yang dilakukan dengan

menggunakan dua tes yang dibuat setara kemudian diberikan kepada responden/obyek ukur tes dalam waktu yang bersamaan. B. Reliabilitas Kontingensi Gabungan Item Reliabilitas kontingensi gabungan item berkaitan dengan

kemantapan/kontingensi antara item-item suatu tes. Dengan kata lain bahwa terhadap bagian obyek ukur yang sama, apakah hasil ukur item yang satu tidak kontradiksi dengan hasil ukur item yang lain.

1.3 Metode/Cara Secara umum, instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Sedangkan dalam bidang pendidikan, instrumen digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktorfaktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. Pada dasarnya, instrumen yang digunakan dalam pengukuran dapat dibagi dua yaitu tes dan non tes. Yang termasuk kelompok tes adalah tes prestasi belajar, tes intelegensi, tes bakat dan tes kemampuan akademik, sedangkan yang
4

termasuk dalam kelompok non tes adalah skala sikap, skala penilaian, pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman angket, pemeriksaan dokumen dan sebagainya. Instrumen yang berbentuk tes bersifat performansi maksimum sedang instrumen non tes bersifat performansi tipikal. 1.3.1 Tes Menurut bruce (1978), tes dapat digunakan untuk mengukur banyaknya pengetahuan yang diperoleh individu dari suatu bahan pelajaran yang terbatas pada tingkat tertentu. Sedangkan menurut Norman (1976), tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang komprehensif, sistematik dan obyektif yang hasilnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. Maka dapat disimpulkan bahwa tes memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Adapun fungsi dari tes diantaranya : 1. Alat untuk mengukur prestasi belajar siswa. 2. Sebagai motivator dalam pembelajaran. 3. Untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Ditinjau dari fungsinya sebagai, tes dibedakan menjadi dua golongan yaitu tes awal (pre test) dan tes akhir (post test). Tes awal dilaksanakan dengan tujuan mengetahui sejauh mana materi pelajaran yang akan diajarkan telah diketahui oleh peserta didik. Sedangkan tes akhir dilaksankan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang penting telah dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Ditinjau dari aspek psikis yang akan diungkapkan, tes dibedakan menjadi 5 golongan yaitu : 1. Tes intelegensi (intellegency test), bertujuan untuk

mengungkap/memprediksi tingkat kecerdasan seseorang. 2. Tes kemampuan (aptitude test), bertujuan untuk mengungkap

kemampuan dasar/bakat khusus yang dimiliki oleh peserta tes.


5

3. Tes

sikap

(attitude

test),

bertujuan

untuk

mengungkapkan

predisposisi/kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu respon terhadap obyek yang disikapi. 4. Tes kepribadian (personality test), bertujuan untuk mengungkap ciri-ciri khas dari sesorang yang sedikit banyaknya bersifat lahiriah. 5. Tes hasil belajar (achievement test), bertujuan untuk mengungkap tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran/prestasi belajar. Ditinjau dari jumlah peserta yang mengikuti tes, tes dibedakan menjadi dua golongan yaitu : 1. Tes individual (individual test), dimana pelaksaan tes hanya berhadapan dengan satu orang peserta. 2. Tes kelompok (group test), dimana pelaksana tes berhadapan dengan lebih dari 1 orang peserta. Ditinjau dari waktu yang disediakan, tes dibedakan 2 golongan yaitu : 1. Power test dimana waktu yang disediakan bagi peserta untuk menyelesaikan tes tidak dibatasi. 2. Speed test dimana waktu yang disediakan bagi peserta untuk menyelesaikan tes dibatasi. Ditinjau dari bentuk respon, tes dibedakan menjadi 2 golongan yaitu : 1. Tes verbal yaitu tes yang menghendaki jawaban yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata/kalimat. 2. Tes non verbal yaitu tes yang menghendaki jawaban berupa tingkah laku. Ditinjau dari cara mengajukan pertanyaan, tes dibedakan menjadi 3 golongan yaitu : 1. Tes tulis (pencil and paper test), dimana butir-butir pertanyaan diajukan secara tertulis dengan memberi jawaban secara tertulis pula.

2. Tes tidak tertulis (non pencil and paper test), dimana butir-butir pertanyaan diajukan secara tidak tertulis dengan member jawaban secara lisan. 3. Tes perbuatan, dimana peserta tes diberikan tugas/intruksi kemudian melakukan tugas sesuai intruksi dan hasilnya dinilai oleh pemberi tes. Adapun langkah-langkah kontruksi tes yang ditempuh adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Menetapkan tujuan tes. Analisis kurikulum. Analisis buku pelajaran dan sumber materi belajar lainnya. Membuat kisi-kisi. Penulisan tujuan instruksional khusus (TIK). Penulisan soal. Telaah soal. Reproduksi tes terbatas. Uji coba tes.

10. Analisis hasil uji coba. 11. Revisi soal. 12. Merakit soal menjadi tes. 1.3.2 Non Tes 1. Pedoman Observasi Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif dimana observer melibatkan diri ditengah-tengah kegiatan observasi sedangkan non partisipan dimana observer berada di luar kegiatan, seolah-olah sebagai penonton. Observasi dapat pula berbentuk observasi eksperimental dimana observasi yang dilakukan dalam situasi yang dibuat sedangkan observasi
7

non eksperimental dimana observasi yang dilakukan dalam situasi yang wajar. 2. Pedoman Wawancara Ada 2 jenis wawancara yang digunakan untuk evaluasi yaitu wawancara terpimpin (guided interview) dan wawancara tidak terpimpin (unguided interview). Salah satu kelebihan yang dimiliki wawancara adalah pewawancara sebagai evaluator dapat melakukan kontak langsung dengan peserta didik yang akan dinilai sehingga dapat diperoleh hasil penilaian yang lebih lengkap dan mendalam. Namun mencatat dan mengolah hasil wawancara jauh lebih sulit dibandingkan dengan observasi atau hasil tes. 3. Angket atau Kuesioner Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat diberikan langsung kepada responden dan dapat juga diberikan kepada orang lain yang mengenal berbagai karakteristik responden untuk melakukan penilaian terhadap responden. 4. Pemeriksaan Dokumen Untuk mengukur kemajuan belajar dapat juga dilakukan dengan tanpa pengujian tetapi dengan cara melakukan pemeriksaan dokumendokumen. Berbagai informasi yang direkam melalui angket akan bermanfaat pada saat-saat tertentu sebagai bahan pelengkap untuk melakukan pengukuran hasil pembelajaran. Pelaksaan pengukuran hasil belajar tidak hanya dilakukan dengan tes tetapi dapat juga dilakukan dengan menggunakan non tes terutama untuk masalah yang

berhubungan dengan masalah kejiwaan peserta didik.

BAB II PRINSIP-PRINSIP PSIKOLOGI 2.1 Pengukuran Dan Evaluasi 2.1.1 Pengukuran dan Evaluasi Menurut Sumadi Suryabrata, pengertian pengukuran mencakup segala cara untuk memperoleh informasi yang dapat dikuantifikasikan baik dengan tes maupun dengan cara-cara lain. Sedangkan evaluasi menekankan penggunaan informasi yang diperoleh dengan pengukuran/cara lain untuk menentukan pendapat dan membuat keputusan-keputusan pendidikan.

2.1.2 Tujuan dan Fungsi Evaluasi Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi yaitu : 1. Tujuan Umum A. Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan. B. Memungkinkan pendidik menilai aktivitas/pengalaman yang didapat. C. Menilai metode mengajar yang digunakan. 2. Tujuan Khusus A. Merangsang kegiatan siswa. B. Menemukan sebab-sebab kemajuan/kegagalan. C. Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan,

perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan. D. Memperoleh laporan tentang perkembangan siswa yang diperlakukan orang tua dan lembaga pendidikan. E. Memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode belajar. Adapun fungsi dari evaluasi yaitu : A. Untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar serta mengadakan perbaikan program bagi murid.
9

B. Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan/hasil belajar dari setiap murid. C. Untuk menentukan murid di dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai tingkat kemampuan yang dimiliki oleh murid. D. Untuk mengenal latar belakang murid yang mengalami kesulitan belajar.

2.1.3 Jenis-Jenis Evaluasi Biasanya evaluasi dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu : 1. Evaluasi Formatif yang berfungsi untuk memperbaiki proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik. 2. Evaluasi Sumatif yang berfungsi untuk menentukan nilai murid setelah mengikuti suatu program bahan pengajaran dari suatu unit pendidikan. 3. Evaluasi Penempatan yang berfungsi untuk mengetahui keadaan anak termasuk keadaan seluruh pribadinya agar anak tersebut dapat ditempatkan pada posisinya yang tepat. 4. Evaluasi diagnostik yang berfungsi untuk mengetahui masalah-masalah apa yang mengganggu anak didik.

2.1.4 Prinsip Pokok Evaluasi Keberadaan prinsip bagi seorang evaluator mempunyai arti penting karena dengan memahami prinsip evaluasi dapat menjadi petunjuk atau keyakinan bagi dirinya guna merealisasi evaluasi dengan cara yang benar. Dilihat dari pelaksanaannya, evaluasi mempunyai tiga prinsip pokok yaitu : 1. Prinsip Keseluruhan Prinsip keseluruhan dikenal dengan istilah prinsip komprehensif. Prinsip komprehensif dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh atau menyeluruh. Evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang dapat
10

menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup. 2. Prinsip Kesinambungan Prinsip kesinambungan dikenal dengan istilah prinsip komunitas. Prinsip komunitas dimaksudkan bahwa hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung menyambung dari waktu ke waktu. Evaluasi hasil belajar dilaksanakan secara berkesinambungan agar pihak evaluator dapat memperoleh kepastian dan kemantapan dalam menentukan langkah-langkah atau merumuskan kebijaksanaan untuk masa depan serta memperoleh informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik. 3. Prinsip Obyektivitas Mengadakan evaluasi harus menilai sesuai dengan kenyataan yang ada. Prinsip objektivitas mengandung makna bahwa evaluasi hasil belajar terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subyektif. Untuk mencapai keobyektifan dalam evaluasi perlu adanya data dan fakta untuk kemudian diambil suatu kesimpulan. Makin lengkap data dan fakta yang dapat dikumpulkan maka makin obyektiflah evaluasi yang dilakukan. ` 2.2 Pembahasan Psikologi pendidikan pada dasarnya adalah membicarakan aspek-aspek psikologi yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, sedangkan evaluasi belajar adalah suatu aktivitas untuk mengetahui berhasil tidaknya tujuan belajar. Maka dapat dikatakan bahwa psikologi belajar akan mendasari segala kegiatan yang menyangkut evaluasi belajar. Istilah kegiatan di sini mencakup hal-hal seperti persiapan pelaksaan evaluasi, penetapan tujuan evaluasi, pemilihan jenis

11

evaluasi, pemilihan alat yang digunakan dalam evaluasi dan penyusunan materi evaluasi. Dosen pengajaran yang mengajar disuatu kelas harus melakukan evaluasi baik evaluasi bagi peserta didik maupun evaluasi untuk dirinya sendirnya. Evaluasi bagi peserta didik ini sangat diperlukan karena untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang diberikan oleh dosen. Sedangkan evaluasi untuk diri sendiri selaku dosen berguna untuk memperbaiki proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik sehingga peserta didik lebih mudah memahami materi yang disampaikan dosen. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dengan psikologi belajar kita bisa menyusun evaluasi secara tepat, memilih dan menyusun program pembelajaran secara tepat, dapat memperhitungkan kemungkinan faktor-faktor penghambat dan penunjang belajar anak serta dapat membantu membimbing dan mengatasi segala kesulitan yang dihadapi anak dalam belajar.

12

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Evaluasi pembelajaran merupakan suatu proses pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan kegiatan belajar. Evaluasi juga berperan penting dalam pendidikan, baik bagi pendidik maupun peserta didik. Peranan evaluasi bagi peserta didik antara lain untuk mengetahui kemajuan belajar, dipergunakan sebagai dorongan (motivasi) belajar dan untuk memberikan pengalaman dalam belajar.

13

DAFTAR PUSTAKA

Djaali dan Pudji Muljono. 2004. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Cetakan kedua. PPS UNJ: Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai