100%(2)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (2 suara)
99 tayangan8 halaman
Dokumen tersebut membahas hubungan antara frekuensi dan lama menyusui dengan inisiasi menstruasi pada ibu di wilayah kerja Puskesmas Ariodillah Palembang tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah frekuensi dan lama menyusui berhubungan dengan waktu kembalinya menstruasi. Metode penelitian menggunakan survei analitik dengan pendekatan potong lintang terhadap 97 responden ibu. Hasilny
Deskripsi Asli:
Hubungan Antara Frekuensi Dan Lama Menyusui Dengan Inisiasi Menstruasi Pada Ibu Yang Mempunyai Bayi Di Wilayah
Dokumen tersebut membahas hubungan antara frekuensi dan lama menyusui dengan inisiasi menstruasi pada ibu di wilayah kerja Puskesmas Ariodillah Palembang tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah frekuensi dan lama menyusui berhubungan dengan waktu kembalinya menstruasi. Metode penelitian menggunakan survei analitik dengan pendekatan potong lintang terhadap 97 responden ibu. Hasilny
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Dokumen tersebut membahas hubungan antara frekuensi dan lama menyusui dengan inisiasi menstruasi pada ibu di wilayah kerja Puskesmas Ariodillah Palembang tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah frekuensi dan lama menyusui berhubungan dengan waktu kembalinya menstruasi. Metode penelitian menggunakan survei analitik dengan pendekatan potong lintang terhadap 97 responden ibu. Hasilny
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI DAN LAMA MENYUSUI DENGAN INISIASI
MENSTRUASI PADA IBU YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG TAHUN 2012
Heni Sumastri.
Abstrak World Health Organization (WHO) mengakui bahwa Metode Amenorea Laktasi (MAL) memang layak diperhitungkan sebagai salah satu metode kontrasepsi. Penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya ovulasi menurun hingga 1-5% pada pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama postpartum dan bila pemberian ASI dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun maka efek kontrasepsi yang didapat hampir setara dengan penggunaan sistem kalender ataupun sanggama terputus. Tingginya frekuensi pemberian ASI, lamanya setiap pemberian, dan kurangnya frekuensi pemberian makanan tambahan akan menurunkan kemungkinan terjadinya ovulasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara frekuensi dan lama menyusui dengan inisiasi menstruasi pada ibu yang mempunyai bayi di wilayah kerja Puskesmas Ariodillah Palembang Tahun 2012. Metodologi penelitian menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi yang berumur kurang dari satu tahun yang diambil dengan metode non random sampling dengan teknik purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 97 responden. Uji statistik menggunakan Chi-Square dengan CI=95%, = 0,05 dan df=1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara frekuensi menyusui dengan inisiasi menstruasi, 2 = 29,00 ( 2 > 3,841) dan ada hubungan yang bermakna antara lama menyusui dengan inisiasi menstruasi dimana 2 hitung (25,83) > 2 tabel (3,841). Kesimpulan penelitian adalah bahwa frekuensi menyusui dan lama menyusui mempengaruhi inisiasi menstruasi. Sebaiknya bayi disusui sesering dan selama mungkin untuk mendapatkan hasil maksimal dari efek menyusui sebagai kontrasepsi.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif sampai usia 6 bulan diperkirakan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah lima tahun. Penelitian di Ghana yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics menunjukkan 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama kelahiran. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi (United Nations Childrens Fund (UNICEF), 2007). ASI memberi segala kebutuhan makanan bayi, baik dari segi gizi, imunologis, maupun psikologis. ASI juga memberi perlindungan obstetrik dan kontraseptif pada ibu (Nindya, 2009). Menurut Triaseka (2007), ASI merupakan makanan yang sangat dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang. Namun, banyak ibu yang belum menyadari pentingnya pemberian ASI terutama secara eksklusif. Selama ibu memberikan ASI eksklusif pada bayi berusia kurang dari enam bulan dan ibu belum memulai siklus menstruasi, maka sebanyak 98% ibu akan terlindung dari kehamilan baru (Smith, 2007). Penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI dapat mempengaruhi lamanya amenorea dan frekuensi ovulasi. Tingginya frekuensi pemberian ASI, lamanya setiap pemberian, dan kurangnya frekuensi pemberian makanan tambahan akan menurunkan kemungkinan terjadinya ovulasi. Efek kontraseptif dari laktasi ini adalah salah satu cara pengaturan kesuburan seorang wanita di beberapa negara berkembang seperti Indonesia (Nindya, 2009). Makin sering bayi menghisap ASI, makin lama kembali/tertundanya menstruasi. Jika menstruasi telah terjadi, angka konsepsi tetap lebih rendah pada ibu yang menyusui dibandingkan ibu yang tidak menyusui. Ibu yang sedang menyusui umumnya tidak akan mengalami ovulasi untuk 4-24 bulan setelah melahirkan, sedangkan ibu yang tidak menyusui dapat mengalami ovulasi 1-2 bulan setelah melahirkan (Hartanto, 2008). Penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya ovulasi menurun hingga 1-5% pada pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama postpartum dan bila pemberian ASI dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun maka efek kontrasepsi yang didapat hampir setara dengan penggunaan sistem kalender ataupun sanggama terputus. Howie (1981) dalam Nindya (2009) mengemukakan bahwa ovulasi tidak akan terjadi apabila laktasi ketat dipertahankan. Bayi yang menghisap ASI sebanyak 6 kali atau lebih dalam 24 jam, lama menyusu lebih dari 60 menit per 24 jam dan menyusu pada malam hari, merupakan faktor-faktor penting dalam menunda ovulasi. Ovulasi akan tertunda lebih dari 10 minggu selama masa laktasi, asalkan frekuensi, intensitas dan kebutuhan bayi diperhatikan (Hartanto, 2003). World Health Organization (WHO) mengakui bahwa Metode Amenorea Laktasi (MAL) memang layak diperhitungkan sebagai salah satu metode kontrasepsi (Nindya, 2001). Selain memberikan efek kontrasepsi, pemberian ASI eksklusif juga memberikan manfaat secara ekonomi. Selama pemberian ASI eksklusif, ibu tidak mengeluarkan biaya apapun untuk keperluan makanan bayi. Hal ini dikarenakan kebutuhan gizi bayi sudah tercukupi dengan ASI pada usia di bawah 6 bulan (Triaseka, 2007). Hal tersebut senada dengan pernyataan Millist (2008), bahwa ASI bisa menghemat pengeluaran tambahan tiap bulan untuk membeli susu, tidak perlu membeli botol susu dan alat untuk mensterilkan. Penelitian mengemukakan bahwa dari 326 wanita, hanya 18,7% yang menggunakan MAL. Alasan utama untuk tidak menggunakan MAL adalah karena menurut mereka metode tersebut kurang efektif (Gutierrez, 2009). Begitu pula di Indonesia, hanya 8% ibu yang memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan dan 4% bayi yang mendapat ASI dalam waktu satu jam pertama setelah kelahiran (Infosehat, 2010). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008, jumlah ibu menyusui di Sumatera Selatan adalah sebanyak 96.233 orang dan pada tahun 2009 jumlah ibu menyusui meningkat menjadi 170.751 orang. Sedangkan menurut data Dinas Kesehatan Kota Palembang, pada tahun 2010 jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif di Kota Palembang sebanyak 26.516 (83,8%) dari 31.659 bayi dan meningkat menjadi 27.760 (84,4%) dari 32.886 bayi pada tahun 2011. Jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif di Puskesmas Ariodillah Kecamatan Ilir Timur I pada tahun 2009 sebanyak 87% dari 1525 bayi dan pada tahun 2010, jumlah bayi yang mendapat ASI Eksklusif meningkat menjadi 109,2% dari 542 bayi.
Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk meneliti Hubungan antara Frekuensi dan Lama Menyusui dengan Inisiasi Menstruasi pada Ibu yang Mempunyai Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ariodillah Palembang Tahun 2012.
B. Rumusan Masalah Ada hubungan antara frekuensi dan lama menyusui dengan inisiasi menstruasi pada ibu yang mempunyai bayi di wilayah kerja Puskesmas Ariodillah Palembang Tahun 2012?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi dan lama menyusui dengan inisiasi menstruasi pada ibu yang mempunyai bayi di wilayah kerja Puskesmas Ariodillah Palembang Tahun 2012. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi menyusui dengan inisiasi menstruasi pada ibu yang mempunyai bayi di wilayah kerja Puskesmas Ariodillah Palembang Tahun 2012. b. Untuk mengetahui hubungan antara lama menyusui dengan inisiasi menstruasi pada ibu yang mempunyai bayi di wilayah kerja Puskesmas Ariodillah Palembang Tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Kesehatan/ Puskesmas Dapat menjadi masukan atau saran bagi puskesmas dalam rangka meningkatkan program yang berhubungan dengan pemberian ASI dini dan pemberian ASI Eksklusif. 2. Bagi Peneliti Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan masukan dibidang kesehatan terutama mengenai frekuensi dan lama menyusui terhadap penundaan kesuburan ibu setelah melahirkan.
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian menggunakan metode survei analitik yaitu survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan terjadi dengan pendekatan cross sectional dimana variabel dependen dan variabel independen, diukur dan dikumpulkan secara simultan (Notoatmodjo, 2010). Begitu pula dalam penelitian ini, variabel inisiasi menstruasi dan variabel frekuensi dan lama menyusui dikumpulkan secara bersamaan. B. Populasi Penelitian Menurut Notoatmodjo (2010) populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi berumur kurang dari satu tahun di wilayah kerja Puskesmas Ariodillah Kota Palembang pada bulan Maret 2012.. C. Sampel Penelitian 1. Cara Pengambilan Sampel Notoatmodjo (2010) menyimpulkan sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili keseluruhan objek yang diteliti. Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode non random sampling dengan teknik purposive sampling, dimana sampel diambil dari seluruh ibu yang memiliki bayi berumur kurang dari satu tahun yang terdata di wilayah kerja Puskesmas Ariodillah Palembang. Adapun kriteria sampel adalah sebagai berikut: a. Semua ibu yang mempunyai bayi berumur kurang dari satu tahun b. Semua ibu yang sudah mendapatkan menstruasi setelah melahirkan c. Semua ibu yang memberikan ASI. 2. Besar Sampel Besar sampel untuk populasi yang tidak diketahui yang digunakan dalam penelitian ini menurut Lemeshow dalam Pramono (1997) adalah:
2 2 2 1 ) 1 ( . d P P Z n
=
2 2 ) 1 , 0 ( ) 5 , 0 ( 5 , 0 . ) 96 , 1 ( = n
01 , 0 25 , 0 . ) 96 , 1 ( 2 = n n = 96,04 n = 96 (dengan pembulatan) Keterangan: n = besar sampel minimum 2 1
Z = nilai distribusi normal baku (tabel Z)
pada tertentu (1,96) P = harga proporsi di populasi (0,5) d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
D. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Ariodillah Palembang. 2. Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012. E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik pengumpulan data Data didapatkan langsung oleh peneliti melalui survei lapangan kepada responden secara langsung melalui wawancara. 2. Instrumen pengumpulan data Alat yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari 13 item pertanyaan tertutup. F. Pengolahan Data Data diolah dengan tahapan teknik pengolahan data menurut Hastono (2010) yaitu: 1. Editing (pengeditan data) Merupakan kegiatan untuk pengecekan, isian checklist, apakah jawaban yang ada sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten. 2. Coding (pengkodean) Merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi angka atau bilangan. Kegunaannya adalah untuk mempermudah pada saat analisis data juga mempercepat pada saat entry data. 3. Entry data (pemasukan data) Setelah semua isian checklist terisi penuh dan benar dan juga sudah melewati pengkodean maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisa. Proses data dilakukan dengan cara entry (memasukkan) data dari master tabel ke dalam tabulasi. 4. Cleaning data (pembersihan data) Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak. G. Teknik Analisa Data 1. Analisa Univariat Analisa univariat yang dilakukan pada penelitian menggunakan cara distribusi frekuensi dari variabel dependen (inisiasi menstruasi) dan variabel independen (frekuensi dan lamanya menyusui). 2. Analisa Bivariat Analisa dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan yaitu variabel dependen dan variabel independen dengan menggunakan uji statistik (Notoatmodjo, 2010). Variabel independen dalam penelitian ini adalah frekuensi dan lama menyusui sedangkan variabel dependen adalah inisiasi menstruasi. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 95%, = 0,05, df=1 (X 2 tabel= 3,841). Dikatakan bermakna jika X 2 hitung X 2 tabel dan sebaliknya dikatakan tidak bermakna jika X 2 hitung X 2 tabel.
PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ariodillah Palembang pada bulan Maret 2012. Metodologi penelitian menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua ibu yang mempunyai bayi yang berumur kurang dari satu tahun dengan besar sampel penelitian 97 responden yang diambil dengan metode non random sampling dengan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner yang selanjutnya diolah dengan analisis univariat dan bivariat. Pada analisis bivariat digunakan uji statistik Chi-square. Dari 97 orang responden masing- masing dilihat karakteristik yang meliputi inisiasi menstruasi yang dibagi menjadi cepat dan lambat, frekuensi menyusui yang dibagi menjadi tinggi dan rendah, dan lama menyusui yang dibagi menjadi lama dan sebentar. A. Inisiasi Menstruasi Inisiasi menstruasi adalah proses permulaan menstruasi pada seorang wanita yang dalam hal ini setelah melahirkan. Inisiasi menstruasi pada penelitian ini dibagi dalam 2 kategori yaitu cepat jika ibu mendapatkan menstruasi pertama setelah melahirkan 8 minggu postpartum dan lambat jika ibu mendapatkan menstruasi pertama setelah melahirkan > 8 minggu postpartum. Berdasarkan analisa univariat didapatkan hasil bahwa responden yang mengalami inisiasi menstruasi cepat lebih banyak, yaitu 58 orang (59,80%) dan yang mengalami inisiasi menstruasi lambat sebanyak 39 orang (40,20%). Hal tersebut kemungkinan karena responden telah memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berusia kurang dari 2 bulan sehingga bayi tidak mendapatkan ASI secara eksklusif. Padahal pemberian ASI Eksklusif dapat menghambat inisiasi menstruasi yang lebih cepat. Inisiasi menstruasi berhubungan dengan proses menyusui pada ibu setelah melahirkan. Peningkatan hormon prolaktin melalui seringnya menyusui dan cara yang benar akan mempengaruhi kerja hipotalamus untuk menghambat ovulasi (Ince, et al, 2007). B. Frekuensi Menyusui Frekuensi menyusui dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu tinggi (jika 8 kali sehari semalam) dan rendah (jika < 8 kali sehari semalam). Hasil analisa data didapatkan dari 97 responden terdapat 55 (55,70%) responden dengan frekuensi menyusui tinggi dan 42 (44,30%) responden yang frekuensi menyusui rendah. Hal ini kemungkinan karena responden kebanyakan tidak bekerja di luar rumah (ibu rumah tangga) sehingga waktu untuk menyusui tersedia lebih banyak. C. Lama Menyusui Lama menyusui dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu lama jika setiap menyusui berdurasi > 10 menit setiap payudara atau bayi melepaskan sendiri payudara ketika kenyang dan sebentar jika setiap menyusui berdurasi 10 menit setiap payudara. Hasil analisa data didapatkan bahwa dari 97 responden, sebanyak 57 (58,76%) responden yang lama menyusui dalam kategori lama dan responden dengan lama menyusui dalam kategori sebentar sebanyak 40 (41,24%) responden. Hal ini kemungkinan karena responden lebih banyak menjadi ibu rumah tangga saja, sehingga waktu untuk menyusui dapat lebih lama. D. Hubungan Frekuensi Menyusui dengan Inisiasi Menstruasi Hasil analisa data memperlihatkan bahwa dari 39 (40,20%) responden yang mengalami inisiasi menstruasi lambat, terdapat 35 (63,64%) responden yang memiliki riwayat frekuensi menyusui tinggi dan 4 (9,52%) responden yang memiliki riwayat frekuensi menyusui rendah. Berdasarkan uji statistik menggunakan Chi-Square, menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara frekuensi menyusui dengan inisiasi menstruasi, 2 = 29,00 ( 2 >3,841). Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian Nindya (2009) yang menyatakan bahwa sekresi prolaktin oleh kelenjar hipofisis dapat menghambat ovulasi sehingga memperlambat inisiasi menstruasi yang dipacu oleh tingginya frekuensi isapan bayi. Begitu pula menurut Hartono (2008) yang menyatakan bahwa ovulasi yang biasanya ditandai dengan inisiasi menstruasi akan tertunda lebih dari 10 minggu selama masa laktasi, asal frekuensi, intensitas dan kebutuhan bayi diperhatikan. Sama halnya menurut Saifuddin (2008), yang menyatakan bahwa efek ketidaksuburan karena menyusui sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek, antara lain: cara menyusui, seringnya menyusui, lamanya setiap kali menyusui, jarak antara menyusui, kesungguhan menyusui. Efek menyusui dalam kesuburan tergantung dengan lama dan frekuensi menyusui dan usia ketika bayi mulai mendapatkan makan tambahan. Peningkatan hormon prolaktin melalui seringnya menyusui dan cara yang benar akan mempengaruhi kerja hipotalamus untuk menghambat ovulasi (Ince, et al, 2007). Sama halnya menurut Verrrals (2008), peningkatan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi. Sebaiknya bayi disusui sesering mungkin untuk mendapatkan hasil maksimal dari efek menyusui sebagai kontrasepsi. E. Hubungan Lama Menyusui dengan Inisiasi Menstruasi Hasil analisa data memperlihatkan bahwa dari 39 responden yang mengalami inisiasi menstruasi lambat, ada sebanyak 35 (61,41%) responden dan yang riwayat lama menyusui lama dan sebanyak 4 (10%) responden yang riwayat lama menyusui sebentar. Berdasarkan uji statistik menggunakan Chi-Square memperlihatkan ada hubungan yang bermakna antara lama menyusui dengan inisiasi menstruasi, 2 = 25,83 ( 2 >3,841). Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Hartanto (2008) bahwa bayi yang menghisap ASI sebanyak 6 kali atau lebih dalam 24 jam, lama menyusu lebih dari 60 menit per 24 jam dan menyusu pada malam hari, merupakan faktor-faktor penting dalam menunda ovulasi yang tentunya berhubungan dengan inisiasi menstruasi. Senada dengan hal tersebut, Nindya (2009) mengemukakan bahwa tingginya frekuensi pemberian ASI, lama setiap pemberian dan kurangnya frekuensi pemberian makanan tambahan akan menurunkan kemungkinan terjadinya ovulasi. Menurut Saifuddin (2008), efek ketidaksuburan karena menyusui sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek, antara lain: cara menyusui, seringnya menyusui, lamanya setiap kali menyusui, jarak antara menyusui, dan kesungguhan menyusui. Begitu pula menurut Ince, et al (2007), yang menyatakan efek menyusui dalam kesuburan tergantung dengan lama dan frekuensi menyusui. Sebaiknya bayi disusui selama mungkin untuk mendapatkan hasil maksimal dari efek menyusui sebagai kontrasepsi.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: a. Ada hubungan yang bermakna antara frekuensi menyusui dengan inisiasi menstruasi, hasil 2 = 29,00 ( 2 >3,841). b. Ada hubungan yang bermakna antara lama menyusui dengan inisiasi menstruasi, hasil 2 = 25,83 ( 2 >3,841). B. Saran a. Bagi Institusi Kesehatan/Puskesmas Petugas kesehatan di Puskesmas diharapkan lebih meningkatkan program-program yang berhubungan dengan pemberian ASI dini dan ASI secara eksklusif yang bermanfaat sebagai kontrasepsi alamiah. b. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel- variabel yang belum diteliti seperti hubungan antara frekuensi menyusui dan lama menyusui dengan aktivitas atau pekerjaan ibu. c. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat terutama ibu-ibu mengenai pentingnya pemberian ASI terutama secara eksklusif. Selain memberikan keuntungan bagi bayi, ASI juga memberikan keuntungan bagi ibu termasuk keuntungan dalam hal efek kontraseptif.
DAFTAR PUSTAKA
Biohealth. 2007. Siklus Menstruasi Wanita. (http://biohealthworld.com/, diakses 20 Juni 2008)
Cahyadi, Albert. 2007. Hormon Oksitosin Pada ASI. (http://www.balita- anda.indoglobal.com/pemberianasi.html, diakses 24 Maret 2008)
Fatmawati. 2007. Memberikan ASI (Laktasi) dan Pencegahan Kehamilan?. (http//momkids- project.net/arsip/pdf, diakses 16 Maret 2008)
Ganong, William F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Geneva, 2001. Expert Consultation On The Optimal Duration Of Exclusive Breastfeeding Conclusions And Recommendations. (http://www.who.int/inf-pr- 2001/en/note2001-07.html, diakses 6 Juni 2008)
Gutierrez, et al. 2007. Actual use of the lactational amenorrhoea method. European Journal of Contraception & Reproductive Health Care; Dec 2007; 12, 4; ProQuest Medical Library
Hastono, Sutanto Priyo. 2001. Modul Analisa Data. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Hartanto, Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Ince, et al. 2007. The Effect of Breast-feeding in Contraception which is a Method of Natural Family Planning. Iranian J Publ Health, Vol 36, No.4, pp 12-19
Maznan, Shafinaz Sheikh. 2007. Belajar Mengira Hari Subur Anda. (http://mforum.cari.com.my/archiver/?tid- 169619-page-5.html, diakses 22 Maret 2008)
Milist, Reporter. 2008. Manfaat Menyusui Dengan ASI. (http://groups.google.co.id/group/sahabat- Bintang/browse_thread/thread/7e95bf8e213 0a7db/df119c63b3f2de81?hl=id&lnk=st&q= ASI+dan+menstruasi&_done=%2Fgroup%2 Fsahabat- Bintang%2Fbrowse_thread%2Fthread%2F7 e95bf8e2130a7db%2Fdf119c63b3f2de81%3 Fhl%3Did%26lnk%3Dst%26q%3DASI%2B dan%2Bmenstruasi, diakses 6 Juni 2008)
Novitasari. 2006. Menyusui, Salah Satu Metode Kontrasepsi. (http://www.balipost.com/BaliPostcetak/200 6/3/5/k1.html, diakses 28 Maret 2008)
Nindya, Stefani. 2001. Dampak Pemberian ASI Eksklusif terhadap Penurunan Kesuburan Seorang Wanita. (http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14_D ampakPemberianASI.pdf/14_DampakPembe rianASI.html, diakses 22 Maret 2008)
Pdpersi. 2003. Gerakan Kembali ke ASI Pemberian Terbaik Tuhan Bagi Bayi Anda. (http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews &kode=964&tbl=biaswanita, diakses 22 Maret 2008)
R.I. Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka