Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI DAN LAMA MENYUSUI DENGAN INISIASI

MENSTRUASI PADA IBU YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS ARIODILLAH PALEMBANG
TAHUN 2012


Heni Sumastri.

Abstrak
World Health Organization (WHO) mengakui bahwa Metode Amenorea Laktasi (MAL) memang
layak diperhitungkan sebagai salah satu metode kontrasepsi. Penelitian menunjukkan bahwa
kemungkinan terjadinya ovulasi menurun hingga 1-5% pada pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
pertama postpartum dan bila pemberian ASI dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun maka efek
kontrasepsi yang didapat hampir setara dengan penggunaan sistem kalender ataupun sanggama
terputus. Tingginya frekuensi pemberian ASI, lamanya setiap pemberian, dan kurangnya frekuensi
pemberian makanan tambahan akan menurunkan kemungkinan terjadinya ovulasi.
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara frekuensi dan lama menyusui dengan
inisiasi menstruasi pada ibu yang mempunyai bayi di wilayah kerja Puskesmas Ariodillah Palembang
Tahun 2012.
Metodologi penelitian menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi yang berumur kurang dari satu tahun yang
diambil dengan metode non random sampling dengan teknik purposive sampling, dengan jumlah
sampel sebanyak 97 responden. Uji statistik menggunakan Chi-Square dengan CI=95%, = 0,05 dan
df=1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara frekuensi
menyusui dengan inisiasi menstruasi,
2
= 29,00 (
2
> 3,841) dan ada hubungan yang bermakna
antara lama menyusui dengan inisiasi menstruasi dimana
2
hitung (25,83) >
2
tabel (3,841).
Kesimpulan penelitian adalah bahwa frekuensi menyusui dan lama menyusui mempengaruhi
inisiasi menstruasi. Sebaiknya bayi disusui sesering dan selama mungkin untuk mendapatkan hasil
maksimal dari efek menyusui sebagai kontrasepsi.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
eksklusif sampai usia 6 bulan diperkirakan
dapat mencegah kematian 1,3 juta anak
berusia di bawah lima tahun. Penelitian di
Ghana yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics
menunjukkan 16% kematian bayi dapat
dicegah melalui pemberian ASI pada bayi
sejak hari pertama kelahiran. Angka ini naik
menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai
dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi
(United Nations Childrens Fund (UNICEF),
2007).
ASI memberi segala kebutuhan
makanan bayi, baik dari segi gizi, imunologis,
maupun psikologis. ASI juga memberi
perlindungan obstetrik dan kontraseptif pada
ibu (Nindya, 2009). Menurut Triaseka (2007),
ASI merupakan makanan yang sangat
dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan
berkembang. Namun, banyak ibu yang belum
menyadari pentingnya pemberian ASI
terutama secara eksklusif.
Selama ibu memberikan ASI
eksklusif pada bayi berusia kurang dari enam
bulan dan ibu belum memulai siklus
menstruasi, maka sebanyak 98% ibu akan
terlindung dari kehamilan baru (Smith, 2007).
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI
dapat mempengaruhi lamanya amenorea dan
frekuensi ovulasi. Tingginya frekuensi
pemberian ASI, lamanya setiap pemberian,
dan kurangnya frekuensi pemberian makanan
tambahan akan menurunkan kemungkinan
terjadinya ovulasi. Efek kontraseptif dari
laktasi ini adalah salah satu cara pengaturan
kesuburan seorang wanita di beberapa negara
berkembang seperti Indonesia (Nindya, 2009).
Makin sering bayi menghisap ASI,
makin lama kembali/tertundanya menstruasi.
Jika menstruasi telah terjadi, angka konsepsi
tetap lebih rendah pada ibu yang menyusui
dibandingkan ibu yang tidak menyusui. Ibu
yang sedang menyusui umumnya tidak akan
mengalami ovulasi untuk 4-24 bulan setelah
melahirkan, sedangkan ibu yang tidak
menyusui dapat mengalami ovulasi 1-2 bulan
setelah melahirkan (Hartanto, 2008).
Penelitian menunjukkan bahwa
kemungkinan terjadinya ovulasi menurun
hingga 1-5% pada pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama postpartum dan bila
pemberian ASI dilanjutkan hingga bayi
berusia 2 tahun maka efek kontrasepsi yang
didapat hampir setara dengan penggunaan
sistem kalender ataupun sanggama terputus.
Howie (1981) dalam Nindya (2009)
mengemukakan bahwa ovulasi tidak akan
terjadi apabila laktasi ketat dipertahankan.
Bayi yang menghisap ASI sebanyak 6
kali atau lebih dalam 24 jam, lama menyusu
lebih dari 60 menit per 24 jam dan menyusu
pada malam hari, merupakan faktor-faktor
penting dalam menunda ovulasi. Ovulasi akan
tertunda lebih dari 10 minggu selama masa
laktasi, asalkan frekuensi, intensitas dan
kebutuhan bayi diperhatikan (Hartanto, 2003).
World Health Organization (WHO) mengakui
bahwa Metode Amenorea Laktasi (MAL)
memang layak diperhitungkan sebagai salah
satu metode kontrasepsi (Nindya, 2001).
Selain memberikan efek kontrasepsi,
pemberian ASI eksklusif juga memberikan
manfaat secara ekonomi. Selama pemberian
ASI eksklusif, ibu tidak mengeluarkan biaya
apapun untuk keperluan makanan bayi. Hal ini
dikarenakan kebutuhan gizi bayi sudah
tercukupi dengan ASI pada usia di bawah 6
bulan (Triaseka, 2007). Hal tersebut senada
dengan pernyataan Millist (2008), bahwa ASI
bisa menghemat pengeluaran tambahan tiap
bulan untuk membeli susu, tidak perlu
membeli botol susu dan alat untuk
mensterilkan.
Penelitian mengemukakan bahwa
dari 326 wanita, hanya 18,7% yang
menggunakan MAL. Alasan utama untuk tidak
menggunakan MAL adalah karena menurut
mereka metode tersebut kurang efektif
(Gutierrez, 2009). Begitu pula di Indonesia,
hanya 8% ibu yang memberikan ASI eksklusif
sampai bayi berumur 6 bulan dan 4% bayi
yang mendapat ASI dalam waktu satu jam
pertama setelah kelahiran (Infosehat, 2010).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008, jumlah
ibu menyusui di Sumatera Selatan adalah
sebanyak 96.233 orang dan pada tahun 2009
jumlah ibu menyusui meningkat menjadi
170.751 orang. Sedangkan menurut data Dinas
Kesehatan Kota Palembang, pada tahun 2010
jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif
di Kota Palembang sebanyak 26.516 (83,8%)
dari 31.659 bayi dan meningkat menjadi
27.760 (84,4%) dari 32.886 bayi pada tahun
2011.
Jumlah bayi yang mendapatkan ASI
Eksklusif di Puskesmas Ariodillah Kecamatan
Ilir Timur I pada tahun 2009 sebanyak 87%
dari 1525 bayi dan pada tahun 2010, jumlah
bayi yang mendapat ASI Eksklusif meningkat
menjadi 109,2% dari 542 bayi.

Berdasarkan data di atas, penulis
tertarik untuk meneliti Hubungan antara
Frekuensi dan Lama Menyusui dengan Inisiasi
Menstruasi pada Ibu yang Mempunyai Bayi di
Wilayah Kerja Puskesmas Ariodillah
Palembang Tahun 2012.

B. Rumusan Masalah
Ada hubungan antara frekuensi dan
lama menyusui dengan inisiasi menstruasi
pada ibu yang mempunyai bayi di wilayah
kerja Puskesmas Ariodillah Palembang Tahun
2012?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan
antara frekuensi dan lama menyusui
dengan inisiasi menstruasi pada ibu
yang mempunyai bayi di wilayah
kerja Puskesmas Ariodillah
Palembang Tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan
antara frekuensi menyusui
dengan inisiasi menstruasi pada
ibu yang mempunyai bayi di
wilayah kerja Puskesmas
Ariodillah Palembang Tahun
2012.
b. Untuk mengetahui hubungan
antara lama menyusui dengan
inisiasi menstruasi pada ibu yang
mempunyai bayi di wilayah kerja
Puskesmas Ariodillah Palembang
Tahun 2012.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Kesehatan/
Puskesmas
Dapat menjadi masukan atau saran
bagi puskesmas dalam rangka
meningkatkan program yang
berhubungan dengan pemberian ASI
dini dan pemberian ASI Eksklusif.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan masukan
dibidang kesehatan terutama
mengenai frekuensi dan lama
menyusui terhadap penundaan
kesuburan ibu setelah melahirkan.

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian menggunakan metode
survei analitik yaitu survei atau
penelitian yang mencoba menggali
bagaimana dan mengapa fenomena
kesehatan terjadi dengan pendekatan
cross sectional dimana variabel
dependen dan variabel independen, diukur
dan dikumpulkan secara simultan
(Notoatmodjo, 2010). Begitu pula dalam
penelitian ini, variabel inisiasi menstruasi
dan variabel frekuensi dan lama menyusui
dikumpulkan secara bersamaan.
B. Populasi Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2010)
populasi adalah keseluruhan objek
penelitian atau objek yang diteliti.
Populasi penelitian ini adalah ibu yang
mempunyai bayi berumur kurang dari satu
tahun di wilayah kerja Puskesmas
Ariodillah Kota Palembang pada bulan
Maret 2012..
C. Sampel Penelitian
1. Cara Pengambilan Sampel
Notoatmodjo (2010)
menyimpulkan sampel adalah sebagian
yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili
keseluruhan objek yang diteliti.
Pengambilan sampel penelitian
menggunakan metode non random
sampling dengan teknik purposive
sampling, dimana sampel diambil dari
seluruh ibu yang memiliki bayi berumur
kurang dari satu tahun yang terdata di
wilayah kerja Puskesmas Ariodillah
Palembang.
Adapun kriteria sampel adalah sebagai berikut:
a. Semua ibu yang mempunyai bayi berumur
kurang dari satu tahun
b. Semua ibu yang sudah mendapatkan
menstruasi setelah melahirkan
c. Semua ibu yang memberikan ASI.
2. Besar Sampel
Besar sampel untuk populasi yang
tidak diketahui yang digunakan dalam
penelitian ini menurut Lemeshow dalam
Pramono (1997) adalah:

2
2
2
1
) 1 ( .
d
P P Z
n

=



2
2
) 1 , 0 (
) 5 , 0 ( 5 , 0 . ) 96 , 1 (
= n

01 , 0
25 , 0 . ) 96 , 1 (
2
= n
n = 96,04
n = 96 (dengan pembulatan)
Keterangan:
n = besar sampel minimum
2
1

Z = nilai distribusi normal baku (tabel Z)


pada tertentu (1,96)
P = harga proporsi di populasi (0,5)
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang
diinginkan (0,1)

D. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah
kerja Puskesmas Ariodillah
Palembang.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan
Maret 2012.
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan
Data
1. Teknik pengumpulan data
Data didapatkan langsung oleh
peneliti melalui survei lapangan kepada
responden secara langsung melalui
wawancara.
2. Instrumen pengumpulan data
Alat yang digunakan dalam
pengumpulan data pada penelitian ini
adalah kuesioner yang terdiri dari 13 item
pertanyaan tertutup.
F. Pengolahan Data
Data diolah dengan tahapan teknik
pengolahan data menurut Hastono (2010)
yaitu:
1. Editing (pengeditan data)
Merupakan kegiatan untuk
pengecekan, isian checklist, apakah
jawaban yang ada sudah lengkap,
jelas, relevan dan konsisten.
2. Coding (pengkodean)
Merupakan kegiatan
merubah data berbentuk huruf
menjadi angka atau bilangan.
Kegunaannya adalah untuk
mempermudah pada saat analisis data
juga mempercepat pada saat entry
data.
3. Entry data (pemasukan data)
Setelah semua isian checklist
terisi penuh dan benar dan juga sudah
melewati pengkodean maka langkah
selanjutnya adalah memproses data
agar dapat dianalisa. Proses data
dilakukan dengan cara entry
(memasukkan) data dari master tabel
ke dalam tabulasi.
4. Cleaning data (pembersihan data)
Merupakan kegiatan
pengecekan kembali data yang sudah
di entry, apakah ada kesalahan atau
tidak.
G. Teknik Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat yang
dilakukan pada penelitian menggunakan
cara distribusi frekuensi dari variabel
dependen (inisiasi menstruasi) dan
variabel independen (frekuensi dan
lamanya menyusui).
2. Analisa Bivariat
Analisa dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga berhubungan
yaitu variabel dependen dan variabel
independen dengan menggunakan uji
statistik (Notoatmodjo, 2010). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah
frekuensi dan lama menyusui
sedangkan variabel dependen adalah
inisiasi menstruasi. Uji statistik yang
digunakan adalah Chi-Square dengan
tingkat kemaknaan 95%, = 0,05, df=1
(X
2
tabel= 3,841). Dikatakan bermakna
jika X
2
hitung X
2
tabel dan sebaliknya
dikatakan tidak bermakna jika X
2
hitung
X
2
tabel.

PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Ariodillah Palembang pada bulan
Maret 2012. Metodologi penelitian
menggunakan survei analitik dengan
pendekatan cross sectional. Populasi
penelitian adalah semua ibu yang mempunyai
bayi yang berumur kurang dari satu tahun
dengan besar sampel penelitian 97 responden
yang diambil dengan metode non random
sampling dengan teknik purposive sampling.
Data dikumpulkan dengan wawancara
menggunakan kuesioner yang selanjutnya
diolah dengan analisis univariat dan bivariat.
Pada analisis bivariat digunakan uji statistik
Chi-square.
Dari 97 orang responden masing-
masing dilihat karakteristik yang meliputi
inisiasi menstruasi yang dibagi menjadi cepat
dan lambat, frekuensi menyusui yang dibagi
menjadi tinggi dan rendah, dan lama menyusui
yang dibagi menjadi lama dan sebentar.
A. Inisiasi Menstruasi
Inisiasi menstruasi adalah
proses permulaan menstruasi pada
seorang wanita yang dalam hal ini
setelah melahirkan. Inisiasi menstruasi
pada penelitian ini dibagi dalam 2
kategori yaitu cepat jika ibu
mendapatkan menstruasi pertama
setelah melahirkan 8 minggu
postpartum dan lambat jika ibu
mendapatkan menstruasi pertama
setelah melahirkan > 8 minggu
postpartum.
Berdasarkan analisa univariat
didapatkan hasil bahwa responden yang
mengalami inisiasi menstruasi cepat
lebih banyak, yaitu 58 orang (59,80%)
dan yang mengalami inisiasi menstruasi
lambat sebanyak 39 orang (40,20%).
Hal tersebut kemungkinan karena
responden telah memberikan makanan
pendamping ASI sejak bayi berusia
kurang dari 2 bulan sehingga bayi tidak
mendapatkan ASI secara eksklusif.
Padahal pemberian ASI Eksklusif dapat
menghambat inisiasi menstruasi yang
lebih cepat.
Inisiasi menstruasi
berhubungan dengan proses menyusui
pada ibu setelah melahirkan.
Peningkatan hormon prolaktin melalui
seringnya menyusui dan cara yang
benar akan mempengaruhi kerja
hipotalamus untuk menghambat ovulasi
(Ince, et al, 2007).
B. Frekuensi Menyusui
Frekuensi menyusui
dikelompokkan menjadi dua kategori,
yaitu tinggi (jika 8 kali sehari
semalam) dan rendah (jika < 8 kali
sehari semalam). Hasil analisa data
didapatkan dari 97 responden terdapat
55 (55,70%) responden dengan
frekuensi menyusui tinggi dan 42
(44,30%) responden yang frekuensi
menyusui rendah. Hal ini kemungkinan
karena responden kebanyakan tidak
bekerja di luar rumah (ibu rumah
tangga) sehingga waktu untuk menyusui
tersedia lebih banyak.
C. Lama Menyusui
Lama menyusui
dikelompokkan menjadi dua kategori
yaitu lama jika setiap menyusui
berdurasi > 10 menit setiap payudara
atau bayi melepaskan sendiri payudara
ketika kenyang dan sebentar jika setiap
menyusui berdurasi 10 menit setiap
payudara. Hasil analisa data didapatkan
bahwa dari 97 responden, sebanyak 57
(58,76%) responden yang lama
menyusui dalam kategori lama dan
responden dengan lama menyusui
dalam kategori sebentar sebanyak 40
(41,24%) responden. Hal ini
kemungkinan karena responden lebih
banyak menjadi ibu rumah tangga saja,
sehingga waktu untuk menyusui dapat
lebih lama.
D. Hubungan Frekuensi Menyusui dengan
Inisiasi Menstruasi
Hasil analisa data
memperlihatkan bahwa dari 39 (40,20%)
responden yang mengalami inisiasi
menstruasi lambat, terdapat 35 (63,64%)
responden yang memiliki riwayat
frekuensi menyusui tinggi dan 4 (9,52%)
responden yang memiliki riwayat
frekuensi menyusui rendah. Berdasarkan
uji statistik menggunakan Chi-Square,
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara frekuensi menyusui
dengan inisiasi menstruasi,
2
= 29,00
(
2
>3,841).
Hasil penelitian ini selaras
dengan hasil penelitian Nindya (2009)
yang menyatakan bahwa sekresi
prolaktin oleh kelenjar hipofisis dapat
menghambat ovulasi sehingga
memperlambat inisiasi menstruasi yang
dipacu oleh tingginya frekuensi isapan
bayi. Begitu pula menurut Hartono
(2008) yang menyatakan bahwa ovulasi
yang biasanya ditandai dengan inisiasi
menstruasi akan tertunda lebih dari 10
minggu selama masa laktasi, asal
frekuensi, intensitas dan kebutuhan bayi
diperhatikan. Sama halnya menurut
Saifuddin (2008), yang menyatakan
bahwa efek ketidaksuburan karena
menyusui sangat dipengaruhi oleh
beberapa aspek, antara lain: cara
menyusui, seringnya menyusui,
lamanya setiap kali menyusui, jarak
antara menyusui, kesungguhan
menyusui.
Efek menyusui dalam
kesuburan tergantung dengan lama dan
frekuensi menyusui dan usia ketika bayi
mulai mendapatkan makan tambahan.
Peningkatan hormon prolaktin melalui
seringnya menyusui dan cara yang
benar akan mempengaruhi kerja
hipotalamus untuk menghambat ovulasi
(Ince, et al, 2007). Sama halnya
menurut Verrrals (2008), peningkatan
kadar prolaktin akan menghambat
ovulasi dan dengan demikian juga
mempunyai fungsi kontrasepsi.
Sebaiknya bayi disusui sesering
mungkin untuk mendapatkan hasil
maksimal dari efek menyusui sebagai
kontrasepsi.
E. Hubungan Lama Menyusui dengan
Inisiasi Menstruasi
Hasil analisa data
memperlihatkan bahwa dari 39 responden
yang mengalami inisiasi menstruasi
lambat, ada sebanyak 35 (61,41%)
responden dan yang riwayat lama
menyusui lama dan sebanyak 4 (10%)
responden yang riwayat lama menyusui
sebentar. Berdasarkan uji statistik
menggunakan Chi-Square
memperlihatkan ada hubungan yang
bermakna antara lama menyusui dengan
inisiasi menstruasi,
2
= 25,83
(
2
>3,841).
Hasil penelitian ini sesuai
dengan pernyataan Hartanto (2008)
bahwa bayi yang menghisap ASI
sebanyak 6 kali atau lebih dalam 24
jam, lama menyusu lebih dari 60 menit
per 24 jam dan menyusu pada malam
hari, merupakan faktor-faktor penting
dalam menunda ovulasi yang tentunya
berhubungan dengan inisiasi
menstruasi. Senada dengan hal tersebut,
Nindya (2009) mengemukakan bahwa
tingginya frekuensi pemberian ASI,
lama setiap pemberian dan kurangnya
frekuensi pemberian makanan tambahan
akan menurunkan kemungkinan
terjadinya ovulasi.
Menurut Saifuddin (2008),
efek ketidaksuburan karena menyusui
sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek,
antara lain: cara menyusui, seringnya
menyusui, lamanya setiap kali
menyusui, jarak antara menyusui, dan
kesungguhan menyusui. Begitu pula
menurut Ince, et al (2007), yang
menyatakan efek menyusui dalam
kesuburan tergantung dengan lama dan
frekuensi menyusui. Sebaiknya bayi
disusui selama mungkin untuk
mendapatkan hasil maksimal dari efek
menyusui sebagai kontrasepsi.

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
a. Ada hubungan yang bermakna antara
frekuensi menyusui dengan inisiasi
menstruasi, hasil
2
= 29,00
(
2
>3,841).
b. Ada hubungan yang bermakna antara
lama menyusui dengan inisiasi
menstruasi, hasil
2
= 25,83
(
2
>3,841).
B. Saran
a. Bagi Institusi Kesehatan/Puskesmas
Petugas kesehatan di
Puskesmas diharapkan lebih
meningkatkan program-program yang
berhubungan dengan pemberian ASI
dini dan ASI secara eksklusif yang
bermanfaat sebagai kontrasepsi
alamiah.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya
diharapkan dapat meneliti variabel-
variabel yang belum diteliti seperti
hubungan antara frekuensi menyusui
dan lama menyusui dengan aktivitas
atau pekerjaan ibu.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan
dapat membuka wawasan masyarakat
terutama ibu-ibu mengenai
pentingnya pemberian ASI terutama
secara eksklusif. Selain memberikan
keuntungan bagi bayi, ASI juga
memberikan keuntungan bagi ibu
termasuk keuntungan dalam hal efek
kontraseptif.

DAFTAR PUSTAKA


Biohealth. 2007. Siklus Menstruasi Wanita.
(http://biohealthworld.com/, diakses 20 Juni
2008)

Cahyadi, Albert. 2007. Hormon Oksitosin Pada ASI.
(http://www.balita-
anda.indoglobal.com/pemberianasi.html,
diakses 24 Maret 2008)

Fatmawati. 2007. Memberikan ASI (Laktasi) dan
Pencegahan Kehamilan?. (http//momkids-
project.net/arsip/pdf, diakses 16 Maret 2008)

Ganong, William F. 1998. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta: EGC

Geneva, 2001. Expert Consultation On The Optimal
Duration Of Exclusive Breastfeeding
Conclusions And Recommendations.
(http://www.who.int/inf-pr-
2001/en/note2001-07.html, diakses 6 Juni
2008)

Gutierrez, et al. 2007. Actual use of the lactational
amenorrhoea method. European Journal of
Contraception & Reproductive Health Care;
Dec 2007; 12, 4; ProQuest Medical Library

Hastono, Sutanto Priyo. 2001. Modul Analisa Data.
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Hartanto, Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian
Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika

Ince, et al. 2007. The Effect of Breast-feeding in
Contraception which is a Method of Natural
Family Planning. Iranian J Publ Health, Vol
36, No.4, pp 12-19

Infosehat. 2007. Inisiasi Menyusui Dini.
(http://www.info-
sehat.com/content.php?s_sid=84, diakses 25
Maret 2008)

Kj. 2007. Seputar Menyusui. (http://www.balita-
anda.com/balita_256_Seputar_Menyusui.ht
ml, diakses 6 Juni 2008)

Lemeshow, Stanley, dkk. Alih bahasa Pramono,
Dibyo. 1997. Besar Sampel dalam
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi III. Jakarta: Media
Aesculapius, :371

Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC, :390

Maznan, Shafinaz Sheikh. 2007. Belajar Mengira
Hari Subur Anda.
(http://mforum.cari.com.my/archiver/?tid-
169619-page-5.html, diakses 22 Maret
2008)

Milist, Reporter. 2008. Manfaat Menyusui Dengan
ASI.
(http://groups.google.co.id/group/sahabat-
Bintang/browse_thread/thread/7e95bf8e213
0a7db/df119c63b3f2de81?hl=id&lnk=st&q=
ASI+dan+menstruasi&_done=%2Fgroup%2
Fsahabat-
Bintang%2Fbrowse_thread%2Fthread%2F7
e95bf8e2130a7db%2Fdf119c63b3f2de81%3
Fhl%3Did%26lnk%3Dst%26q%3DASI%2B
dan%2Bmenstruasi, diakses 6 Juni 2008)

Novitasari. 2006. Menyusui, Salah Satu Metode
Kontrasepsi.
(http://www.balipost.com/BaliPostcetak/200
6/3/5/k1.html, diakses 28 Maret 2008)

Nindya, Stefani. 2001. Dampak Pemberian ASI
Eksklusif terhadap Penurunan Kesuburan
Seorang Wanita.
(http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14_D
ampakPemberianASI.pdf/14_DampakPembe
rianASI.html, diakses 22 Maret 2008)

Pdpersi. 2003. Gerakan Kembali ke ASI Pemberian
Terbaik Tuhan Bagi Bayi Anda.
(http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews
&kode=964&tbl=biaswanita, diakses 22
Maret 2008)

R.I. Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

R.I. Depkes, WHO. 1999. Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR). Jakarta: Depkes RI

Roesli, Utami. 2001. Bayi Sehat Berkat ASI Ekslusif,
Makanan Pendamping Tepat dan Imunisasi
Lengkap. Jakarta: Gramedia

Saifuddin, Abdul Bari. 2004. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Smith, Anne. 2007. Breastfeeding and Birth Control.
(http://pregnancyandbaby.com/pregnancy/ba
by/family-planning-2591.htm, diakses 19
Maret 2008)

Triaseka. 2007. Tidak Ada yang Bisa Menggantikan
ASI.
(http://www.spunge.org/triaseka/index.php.a
rticleid=1098, diakses 19 Maret 2008)

_______. 2007. Pemerintah Gencar Kampanyekan
Pentingnya ASI.
(http://www.spunge.org/triaseka/index.php.a
rticleid=1098, diakses 19 Maret 2008)

Verrals, Sylvia. 2003. Anatomi & Fisiologi Terapan
Dalam Kebidanan. Jakarta: EGC.

Warta. 2007. Inisiasi Menyusui Dini dan Asi Ekslusif.
(http://www.madiunkab.go.id/warta/detail.p
hp?id=246, diakses 21 Maret 2008)

Wikjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, :48

Anda mungkin juga menyukai