Anda di halaman 1dari 4

TIU 6.

ETIKA KOMUNIKASI ISLAM ETIKA KOMUNIKASI LISAN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN Etika Komunikasi Massa Komunikasi massa dapat mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi kehidupan manusia, apabila komunikasi tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar. Sebaliknya komunikasi massa dapat pula mendatangkan keburukan dan malapetaka bagi manusia jika komunikasi tersebut dilakukan secara salah. Komunikasi yang baik dan benar dapat menyiarkan informasi-informasi yang bermanfaat, menyebarluaskan ilmu pengetahuan, mencerdaskan masyarakat, membimbing dan mempengaruhi masyarakat ke arah yang positif. Komunikasi yang baik dan benar dapat juga digunakan untuk usaha-usaha preventif untuk mencegah berkembangnya hal-hal yang negatif dalam masyarakat. Sebaliknya komunikasi massa dapat pula disalahgunakan secara tidak fair dan tidak bertanggungjawab untuk tujuan-tujuan yang tidak benar sehingga mendatangkan kemudaratan bagi pribadi, kelompok, atau masyarakat secara luas. Banyak kasus dan isu besar yang tidak lepas dari penggunaan kekuatan media massa secara kurang sehat. Isu hak asasi manusia (HAM) dan terorisme telah dieksploitasi secara tidak proporsional dan tidak adil oleh Barat untuk menekan negara-negara yang tidak disukai mereka, seperti Irak, Sudan, Afghanistan, China, Korea Utara, dan Myanmar. Pada tataran nasional, adalah sesuatu yang umum diketahui, tetapi sulit dibuktikan bahwa media-media massa sering digunakan sebagai sarana fitnah dan saling mendiskreditkan antara perorangan atau kelompok dalam masyarakat untuk menjatuhkan lawan mereka. Kasus-kasus yang mencuat di media massa saat ini disinyalir tidak bersih dari gejala dan praktek yang tidak sehat tersebut. Al-Qur`an juga memuat nilai-nilai etik sebagai tuntunan dalam berkomunikasi. Dalam ayatayat al-Qur`an terkandung ajaran-ajaran tentang kejujuran, kepatutan, keadilan, keakuratan, tanggung jawab, dan sikap kritis-konstruktif yang merupakan pilar-pilar dalam etika komunikasi massa. Nilai-nilai etika yang terdapat dalam al-Qur`an tersebut dapat diterapkan dalam semua bentuk komunikasi seperti komunikasi personal, komunikasi kelompok, komunikasi media (komunikasi melalui sarana seperti telepon, surat, pamflet, spanduk, dan lain-lain), dan juga komunikasi massa. Berikut ini dipaparkan ayat-ayat al-Qur`an yang mengandung etika komunikasi tersebut. Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Dengan pengertian demikian, maka komunikasi Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah atau nilai-nilai Islam, dan cara (how), dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika). Pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak (ihsan).

Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam. Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain. Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni (1) Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Marufa, (4) Qaulan Karima, (5) Qaulan Layinan, dan(6) Qaulan Maysura.

asas-asas etika komunikasi Qaulan marufa / qaulun marufun (ucapan yang baik) Al-Qur`an juga mengajarkan agar dalam menyampaikan informasi hendaklah memakai perkataan yang tergolong la tarus malad hallA namrif anamiagabeS . Baqarah(2): 263 Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun Kata maruf berarti baik atau yang sudah diketahui secara baik. Al-Raghib memandang term maruf sebagai sesuatu yang digunakan untuk perbuatan yang diketahui sebagai perbuatan baik oleh akal dan syara. Jalaluddin Rahmat menyebutkan bahwa kata bermakna perkataan yang baik. Tuhan menggunakan frasa ini ketika berbicara tentang kewajiban orang-orang kaya atau kuat terhadap orang-orang miskin atau lemah. Kata tersebut berarti pembicaraan yang bermanfaat, memberikan pengetahuan, mencerahkan pemikiran, menunjukkan pemecahan kesulitan. Kepada orang lemah yang kita tidak bisa memberikan bantuan secara material, harus diberikan bantuan psikologis. Qaulan Sadida (ucapan yang benar) Di dalam surat al-Ahzab(33):70, terdapat perintah untuk menyampaikan kata-kata yang terkategori , yakni lurus dan istiqamah. Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. Allah akan memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosadosamu. Dan siapa yang mematuhi Allah dan Rasul, maka dia pasti meraih sukses yang besar Ibnu Katsir mengartikan lafaz sebagai perkataan yang lurus dan tetap, tidak berubah-ubah dan tidak bengkok. Hal ini mengisyaratkan perlunya sikap istiqamah dalam memelihara kesahihan informasi. Informasi yang benar harus disampaikan dan ditegakkan. Jangan sampai terjadi distorsi dan pengebirian informasi untuk mencapai kepentingan-

kepentingan tertentu. Jalaluddin Rakhmat memandangkan bahwa dalam kata terdapat prinsip komunikasi yang pertama dalam al-Qur`an, yakni berkata yang benar. Pengertian benarmencakup dua hal, yaitu pertama, sesuai dengan kriteria kebenaran, dalam hal ini al-Qur`an, al-Sunnah, dan ilmu. Kedua, ucapan yang jujur, tidak bohong. Qaulan Maisura (ucapan yang pantas) Al-Qur`an juga mengajarkan tata cara berkomunikasi dengan orang-orang yang membutuhkan bantuan tetapi kita belum mampu memenuhi kebutuhan mereka. Terhadap mereka diucapkan sebagaimana firman Allah dalam al-Qur`an surat alIsra`(17):28 Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka perkataan yang pantas Kata bermakna kemudahan dan juga janji. Ayat ini berhubungan dengan ayat ke-26 surat yang sama yang memerintahkan pemberian hak-hak kerabat dekat, orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan. Jika kewajiban itu belum mampu dipenuhi, maka ucapkanlah kepada orang-orang yang berhak tersebut perkataan yang baik agar mereka tidak kecewa. Sementara itu berusahalah agar bisa memenuhi hak-hak mereka. Jalaluddin Rakhmat lebih suka mengartikan dengan ucapan yang menyenangkan. Lawannya adalah ucapan yang menyulitkan. Qaulan karima (ucapan yang mulia) Al-Qur`an juga memberikan tuntunan etika dalam berkomunikasi dengan orang-arang yang harus dimuliakan seperti orang tua. Komunikasi dengan orang yang dimuliakan ini diistilahkan dengan sebagaimana termaktub dalam al-Qur`an surat al-Isra`(17): 23

Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Allah dan terhadap kedua orang tuamu hendaklah kamu berbakti dengan baik. Karenanya jangan kamu katakan pada mereka kata-kata kasar ketika mereka berada bersamamu di kala usia mereka telah tua. Karenanya jangan membentak mereka, berkomunikasilah dengan mereka dengan perkataan yang mulia Kata sendiri mencakup keseluruhan bentuk kebaikan kemuliaan dan keutamaan. Kata juga dipakaikan untuk akhlak dan perbuatan yang terpuji. Qaulan baligha (ucapan yang mengenai sasaran) alam al- ur an juga terdapat term . Kata ini dapat diartikan dengan komunikasi yang efektif tepat sasaran. Ini sesuai dengan makna yang berarti sampai, mengenai sasaran, mencapai tujuan, atau fasih. Jadi, dalam berkomunikasi, harus dipakai cara dan sarana yang tepat dan mengena sehingga apa yang ingin dikomunikasikan dapat sampai dengan baik. Hal ini terdapat dalam al-Qur`an surat al-Nisa`(4):63

Mereka itu adalah orang-orang yang diketahui oleh Allah apa isi hati mereka. Karena itu, berpalinglah kamu dari mereka dan berilah mereka pelajaran serta katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas kepada jiwa Jalaluddin Rakhmat menyebutkan dua hal yang harus dilakukan oleh komunikator dalam menyampaikan informasi sehubungan dengan prinsip Pertama, komunikator harus menyesuaikan pembicaraannya dengan sifat-sifat khalayak yang dihadapinya. Kedua, pesan yang disampaikan komunikator harus menyentuh hati dan otak khalayak yang dihadapinya. Qaulan layyina (ucapan yang lembut) Ada lagi tuntutan komunikasi dalam al- ur an yang diistilahkan dengan Term ini bermakna bahwa komunikasi itu harus dilaksanakan secara lemah lembut, tidak boleh dengan keras dan nada tinggi, kecuali dibutuhkan. Ketentuan ini terdapat dalam al-Qur`an surat Thaha(20):44 Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudahmudahan ia ingat dan takut. Nilai-nilai dan prinsip-prinsip komunikasi tersebut harus diaplikasikan pada setiap unsur yang membentuk suatu komunikasi. Komunikator harus menpersiapkan diri sesuai dengan nilai-niali dan prinsip-prinsip komunikasi tersebut di atas. Pesan yang akan disampaikan harus diformulasikan, dikemas, dan disajikan sesuai dengan dengan nilai-nilai tersebut. Demikian juga menilai, memahami, dan mempersiapkan komunikan.

Anda mungkin juga menyukai