Anda di halaman 1dari 26

I.

PENDAHULUAN Anestesi adalah sebuah kata yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan. Anestesiologi adalah pemberian obat untuk menghilangkan rasa sakit atau nyeri dan rumatan pasien sebelum, selama, dan sesudah pembedahan (Latief et al., 2001). Dikenal beberapa teknik anestesi, antara lain anestesi umum, anestesi lokal dan anestesi regional. erbedaannya terletak pada hilangnya kesadaran pasien. ada anestesi umum kesadaran hilang total, sedangkan pada anestesi lokal rasa sakit hilang pada daerah tertentu saja atau sebagian ke!il dari daerah yang dinginkan. Anestesi regional menghilangkan rasa sakit pada bagian yang lebih luas dari tubuh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya ("iller, 200#). Anestesi spinal merupakan salah satu metode anestesi regional yang dilakukan dengan !ara menyuntikkan obat anestesi lokal ke dalam !airan !erebro$spinal (%&'), tepatnya ke dalam ruang sub ara!hnoid di daerah antara (ertebra L2$L) atau L)$L* atau L*$L+. Anestesi spinal,subaraknoid disebut juga sebagai analgesi,blok spinal intradural atau blok intratekal (Latief et al., 2001). -ista o(arii adalah sebuah kista atau kantong yang berisi !airan yang tumbuh di o(arii. -ista o(arium terdiri dari kista o(arium neoplastik dan non neoplastik (.iknjosastro, 200+). enatalaksaan kista o(arium pada laporan kasus kali ini dengan tindahan bedah dengan anestesi regional menggunakan anestesi spinal. Anestesi spinal mudah untuk dilakukan dan memiliki potensi untuk memberikan kondisi operasi yang sangat baik untuk operasi di ba/ah umbilikus, seperti hernia, penyakit obstreti dan ginekologi, operasi urologis serta setiap operasi pada perineum atau alat kelamin. 0leh karena ini, penulis akan membahas anestesi spinal pada kista o(arii.

II. A. Anestesi Spinal

TINJAUAN PUSTAKA

Anestesi spinal adalah salah satu metode anestesi dengan !ara menyuntikkan obat anestesi ke dalam !airan !erebro$spinal (%&'). Anestesi spinal,subaraknoid disebut juga sebagai analgesi,blok spinal intradural atau blok intratekal. Anestesi spinal dilakukan di daerah antara (ertebra L2$L) atau L)$L* atau L*$L+. 1eknik anestesi se!ara garis besar dibagi menjadi dua ma!am, yaitu anestesi umum dan anestesi regional. Anestesi umum bekerja untuk menekan aksis hipotalamus$pituitari adrenal, sementara anestesi regional berfungsi untuk menekan transmisi impuls nyeri dan menekan saraf otonom eferen ke adrenal. 1eknik anestesia yang juga sering digunakan adalah anestesi regional, tapi tidak selalu dapat dilakukan berhubung dengan sikap mental pasien. Anestesi spinal sangat !o!ok untuk pasien yang berusia tua dan orang$ orang dengan penyakit sistemik seperti penyakit pernapasan kronis, hati, ginjal dan gangguan endokrin seperti diabetes. 2anyak pasien dengan penyakit jantung ringan mendapat manfaat dari (asodilatasi pada anestesi spinal ke!uali orang$orang dengan penyakit katub pulmonalis atau hipertensi tidak terkontrol. Anestesi spinal juga !o!ok untuk menangani pasien dengan trauma yang telah mendapatkan resusitasi yang adekuat dan tidak mengalami hipo(olemik (Latief et al., 2001). a. Teknik anestesi spinal 1eknik anestesi spinal terdiri dari * teknik yaitu preparation, position, projection, dan puncture. Preparation atau persiapan terdiri dari persiapan alat dan obat. 0bat$obat yang dapat digunakan untuk anestesi spinal antara lain lido!ain, tetra!ain, bupi(a!ain, ro(ipa!ain, dan le(obupi(a!ain. &edangkan alat yang digunakan adalah jarum spinal ("iller, 200#). 1erdapat tiga posisi yang dapat untuk anestesi spinal yaitu posisi lateral dekubitus, posisi duduk, dan posisi pronasi, dimana kegunaannya tergantung dari kebutuhan anestesi. &etelah persiapan alat, obat, dan 2

penempatan posisi pasien sudah tepat, teknik selanjutnya adalah projection dan pu!ture. enusukan anestesi spinal dapat dilakukan di ruang subara!hnoid pada !elah prosesus spinosus L2$), L)$*, atau kadang$kadang di L*$+ ("iller, 200#). 2erikut langkah$langkah anestesi spinal (Latief et al., 2001)3 1. osisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. 2iasanya dikerjakan di atas meja operasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien. obat. 2. &etelah dimonitor, tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral dekubitus. 2eri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang stabil. 2uat pasien membungkuk ma4imal agar pro!essus spinosus mudah teraba. osisi lain adalah duduk. ). erpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis -rista iliaka, misal L2$L), L)$L*, L*$L+. 1usukan pada L1$L2 atau diatasnya berisiko trauma terhadap medulla spinalis. *. +. 5. &terilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol. 2eri anastesi lokal pada tempat tusukan %ara tusukan median atau paramedian. 6ntuk jarum spinal besar 227, 2)7, 2+7 dapat langsung digunakan. &edangkan untuk yang ke!il 287 atau 2#7 dianjurkan menggunakan penuntun jarum yaitu jarum suntik biasa semprit 10!!. 1usukkan introduser sedalam kira$ kira 2!m agak sedikit kearah sefal, kemudian masukkan jarum spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum tersebut. 9ika menggunakan jarum tajam (:uin!ke$2ab!o!k) irisan jarum (be(el) harus sejajar dengan serat duramater, yaitu pada posisi tidur miring be(el mengarah keatas atau keba/ah, untuk menghindari kebo!oran likuor yang dapat berakibat timbulnya nyeri kepala pas!a spinal. &etelah ) erubahan posisi berlebihan dalam )0 menit pertama akan menyebabkan menyebarnya

resensi menghilang, mandarin jarum spinal di!abut dan keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat dimasukkan pelan$ pelan (0,+ml,detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik. -alau anda yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak keluar, putar arah jarum #0; biasanya likuor keluar. 6ntuk analgesia spinal kontinyu dapat dimasukan kateter. 8. osisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah hemoroid dengan anestetik hiperbarik. 9arak kulit$ligamentum fla(um de/asa < 5!m. osisi3 a. b. !. d. osisi Duduk asien duduk di atas meja operasi Dagu di dada 1angan istirahat di lutut

b. Indikasi Anestesi Spinal 1. 2. ). *. +. 5. 8. 2edah ekstremitas ba/ah 2edah panggul 1indakan sekitar rektum perineum 2edah obstetrik$ginekologi 2edah urologi 2edah abdomen ba/ah ada 2001). c. Kontraindikasi Absolut Anestesi Spinal 1. 2. ). *. asien menolak =nfeksi pada tempat suntikan >ipo(olemia berat, syok -oagulapatia atau mendapat terapi koagulan bedah abdomen atas dan ba/ah pediatrik biasanya dikombinasikan dengan anesthesia umum ringan (Latief et al.,

+. 5. 8.

1ekanan intrakranial meningkat 'asilitas resusitasi minim -urang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi

d. Kontraindikasi Relati Anestesi Spinal 1. 2. ). *. +. 5. 8. ?. e. =nfeksi sistemik =nfeksi sekitar tempat suntikan -elainan neurologis -elainan psikis 2edah lama enyakit jantung >ipo(olemia ringan @yeri punggung kronik

Ko!plikasi Anestesi Spinal -omplikasi anastesi spinal dibagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi delayed. -omplikasi tindakan 3 1. >ipotensi berat3 Akibat blok simpatis terjadi (enous pooling. ada de/asa di!egah dengan memberikan infus !airan elektrolit 1000ml atau koloid +00ml sebelum tindakan. 2. ). *. +. 5. 8. ?. 1. 2radikardia 3 Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia,terjadi akibat blok sampai 1$2 >ipo(entilasi 3 Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas 1rauma pembuluh saraf 1rauma saraf "ual$muntah 7angguan pendengaran 2lok spinal tinggi atau spinal total @yeri tempat suntikan +

-omplikasi pas!a tindakan3

2. ). *. +.

@yeri punggung @yeri kepala karena kebo!oran likuor Aetensio urine "eningitis

-omplikasi intraoperatif3 1. -omplikasi kardio(askular =nsiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah 10$*0B. >ipotensi terjadi karena (asodilatasi, akibat blok simpatis, yang menyebabkan terjadi penurunan tekanan arteriola sistemik dan (ena, makin tinggi blok makin berat hipotensi. %ardia! output akan berkurang akibat dari penurunan (enous return. >ipotensi yang signifikan harus diobati dengan pemberian !airan intra(ena yang sesuai dan penggunaan obat (asoaktif seperti efedrin atau fenilefedrin. %ardia! arrest pernah dilaporkan pada pasien yang sehat pada saat dilakukan anestesi spinal. >enti jantung bisa terjadi tiba$tiba biasanya karena terjadi bradikardia yang berat /alaupun hemodinamik pasien dalam keadaan yang stabil. ada kasus seperti ini, hipotensi atau hipoksia bukanlah penyebab utama dari !ardia! arrest tersebut tapi ia merupakan dari mekanisme reflek bradikardi dan asistol yang disebut reflek 2eCold$9aris!h. en!egahan hipotensi dilakukan dengan memberikan infuse !airan kristaloid (@a%l,Ainger laktat) se!ara !epat sebanyak 10$1+ml,kgbb dlm 10 menit segera setelah penyuntikan anesthesia spinal. 2ila dengan !airan infuse !epat tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati dengan (asopressor seperti efedrin intra(ena sebanyak 1#mg diulang setiap )$*menit sampai men!apai tekanan darah yang dikehendaki. 2radikardia dapat terjadi karena aliran darah balik berkurang atau karena blok simpatis,dapat diatasi dengan sulfas atropine 1,?$1,* mg =D. 2. 2lok spinal tinggi atau total 5

Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari kesalahan perhitungan dosis yang diperlukan untuk satu suntikan. -omplikasi yang bisa mun!ul dari hal ini adalah hipotensi, henti nafas, penurunan kesadaran, paralisis motor, dan jika tidak diobati bisa menyebabkan henti jantung. Akibat blok simpatetik yang !epat dan dilatasi arterial dan kapasitas pembuluh darah (ena, hipotensi adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada anestesi spinal. >al ini menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi darah ke organ (ital terutama otak dan jantung, yang !enderung menimbulkan seEuel lain. enurunan sirkulasi ke serebral merupakan faktor penting yang menyebabkan terjadi henti nafas pada anestesi spinal total. .alau bagaimanapun, terdapat kemungkinan pengurangan kerja otot nafas terjadi akibat dari blok pada saraf somati! interkostal. Akti(itas saraf phrenik biasanya dipertahankan. 2erkurangnya aliran darah ke serebral mendorong terjadinya penurunan kesadaran. 9ika hipotensi ini tidak di atasi, sirkulasi jantung akan berkurang seterusnya menyebabkan terjadi iskemik miokardiak yang men!etuskan aritmia jantung dan akhirnya menyebakan henti jantung. engobatan yang !epat sangat penting dalam men!egah terjadinya keadaan yang lebih serius, termasuk pemberian !airan, (asopressor, dan pemberian oksigen bertekanan positif. &etelah tingkat anestesi spinal berkurang, pasien akan kembali ke kedaaan normal seperti sebelum operasi. @amun, tidak ada seEuel yang permanen yang disebabkan oleh komplikasi ini jika diatasi dengan pengobatan yang !epat dan tepat. ). -omplikasi respirasi a. Analisa gas darah !ukup memuaskan pada blok spinal tinggi, bila fungsi paru$paru normal. b. enderita 0" atau %0 D merupakan kontra indikasi untuk blok spinal tinggi. !. Apnea dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena hipotensi berat dan iskemia medulla.

d. -esulitan

bi!ara,batuk

kering

yang

persisten,sesak

nafas,merupakan tanda$tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani dengan pernafasan buatan.

-omplikasi postoperatif 1. -omplikasi gastrointestinal @ausea dan muntah karena hipotensi,hipoksia,tonus parasimpatis berlebihan,pemakaian obat narkotik,reflek karena traksi pada traktus gastrointestinal serta komplikasi delayed,pusing kepala pas!a pungsi lumbal merupakan nyeri kepala dengan !iri khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak. "ulai terasa pada 2*$*? jam pas!a pungsi lumbal,dengan kekerapan yang ber(ariasi. ada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkat. 2. @yeri kepala -omplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri kepala. @yeri kepala ini bisa terjadi selepas anestesi spinal atau tusukan pada dural pada anestesi epidural. =nsiden terjadi komplikasi ini tergantung beberapa faktor seperti ukuran jarum yang digunakan. &emakin besar ukuran jarum semakin besar resiko untuk terjadi nyeri kepala. &elain itu, insidensi terjadi nyeri kepala juga adalah tinggi pada /anita muda dan pasien yang dehidrasi. @yeri kepala post suntikan biasanya mun!ul dalam 5 F *? jam selepas suntikan anestesi spinal. @yeri kepala yang berdenyut biasanya mun!ul di area oksipital dan menjalar ke retro orbital, dan sering disertai dengan tanda meningismus, diplopia, mual, dan muntah. 1anda yang paling signifikan nyeri kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila pasien dipindahkan atau berubah posisi dari tiduran,supinasi ke posisi duduk, dan akan berkurang atau hilang total bila pasien tiduran. 1erapi konser(atif dalam /aktu 2* F *? jam harus di !oba terlebih dahulu seperti tirah baring, rehidrasi (se!ara ?

!airan oral atau intra(ena), analgesi!, dan suport yang ken!ang pada abdomen. 1ekanan pada (ena !a(a akan menyebabkan terjadi perbendungan dari ple4us (ena pel(ik dan epidural, seterusnya menghentikan kebo!oran dari !airan serebrospinal dengan meningkatkan tekanan e4tradural. 9ika terapi konser(atif tidak efektif, terapi yang aktif seperti suntikan salin kedalam epidural untuk menghentikan kebo!oran. ). @yeri punggung -omplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung akibat dari tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur ligament dengan atau tanpa hematoma intraligamentous. @yeri punggung akibat dari trauma suntikan jarum dapat di obati se!ara simptomatik dan akan menghilang dalam beberapa /aktu yang singkat sahaja. *. -omplikasi neurologik =nsidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal adalah rendah. -omplikasi neurologik yang paling benign adalah meningitis aseptik. &indrom ini mun!ul dalam /aktu 2* jam setelah anestesi spinal ditandai dengan demam, rigiditas nu!hal dan fotofobia. "eningitis asepti! hanya memerlukan pengobatan simptomatik dan biasanya akan menghilang dalam beberapa hari. &indrom !auda eEuina mun!ul setelah regresi dari blok neura4ial. &indrom ini mungkin dapat menjadi permanen atau bisa regresi perlahan$lahan setelah beberapa minggu atau bulan. =a ditandai dengan defisit sensoris pada area perineal, inkontinensia urin dan fekal, dan derajat yang ber(ariasi pada defisit motorik pada ekstremitas ba/ah. -omplikasi neurologi! yang paling serius adalah ara!hnoiditis adesif. Aeaksi ini biasanya terjadi beberapa minggu atau bulan setelah anestesi spinal dilakukan. &indrom ini ditandai oleh defisit sensoris dan kelemahan motorik pada tungkai yang progresif. ada

penyakit ini terdapat reaksi proliferatif dari meninges dan (asokonstriksi dari (as!ulature korda spinal. =skemia dan infark korda spinal bisa terjadi akibat dari hipotensi arterial yang lama. enggunaan epinefrin didalam obat anestesi bisa mengurangi aliran darah ke korda spinal. -erusakan pada korda spinal atau saraf akibat trauma tusukan jarum pada spinal maupun epidural, kateter epidural atau suntikan solution anestesi lokal intraneural adalah jarang, tapi tetap berlaku. erdarahan subaraknoid yang terjadi akibat anestesi regional sangat jarang berlaku karena ukuran yang ke!il dari struktur (askular mayor didalam ruang subaraknoid. >anya pembuluh darah radikular lateral merupakan pembuluh darah besar di area lumbar yang menyebar ke ruang subaraknoid dari akar saraf. &indrom spinal$arteri anterior akibat dari anesthesia adalah jarang. 1anda utamanya adalah kelemahan motorik pada tungkai ba/ah karena iskemia pada 2,) anterior ba/ah korda spinal. -ehilangan sensoris biasanya tidak merata dan adalah sekunder dari nekrosis iskemia pada akar posterior saraf dan bukannya akibat dari kerusakan didalam korda itu sendiri. 1erdapat tiga penyebab terjadinya sindrom spinal$arteri 3 kekurangan bekalan darah ke arteri spinal anterior karena terjadi gangguan bekalan darah dari arteri$arteri yang diganggu oleh operasi, kekurangan aliran darah dari arteri karena hipotensi yang berlebihan, dan gangguan aliran darah sama ada dari kongesti (ena mahu pun obstruksi aliran. Anestesi regional merupakan penyebab yang mungkin yang menyebabkan terjadinya sindrom spinal$arteri anterior oleh beberapa faktor. %ontohnya anestesi spinal menggunakan obat anestesi lokal yang di!ampurkan dengan epinefrin. 9adi kemungkinan epinefrin yang menyebabkan (asokonstriksi pada arteri spinal anterior atau pembuluh darah yang memberikan bekalan darah. >ipotensi yang kadang timbul setelah anestesi regional dapat menyebabkan kekurangan aliran darah. =nfeksi dari spinal adalah 10

sangat jarang ke!uali dari penyebaran ba!teria se!ara hematogen yang berasal dari fokal infeksi ditempat lain. 9ika anestesi spinal diberikan kepada pasien yang mengalami bakteriemia, terdapat kemungkinan terjadi penyebaran ke bakteri ke spinal. 0leh yang demikian, penggunaan anestesi spinal pada pasien dengan bakteremia merupakan kontra indikasi relatif. 9ika infeksi terjadi di dalam ruang subaraknoid, akan menyebabkan araknoiditis. 1anda dan symptom yang paling prominen pada komplikasi ini adalah nyeri punggung yang berat, nyeri lokal, demam, leukositosis, dan rigiditas nu!hal. 0leh itu, adalah tidak benar jika menggunakan anestesi regional pada pasien yang mengalami infeksi kulit loka pada area lumbar atau yang menderita selulitis. +. engobatan bagi komplikasi ini adalah dengan pemberian antibiotik dan drenase jika perlu. Aetentio urine , Disfungsi kandung kemih Disfungsi kandung kemih dapat terjadi selepas anestesi umum maupun regional. 'ungsi kandung ken!ing merupakan bagian yang fungsinya kembali paling akhir pada analgesia spinal, umumnya berlangsung selama 2* jam. -erusakan saraf pemanen merupakan komplikasi yang sangat jarang terjadi. . "bat Anestesi Spinal 1. Lidokain Lidokain merupakan obat anestesi yang digunakan untuk men!egah depolarisasi pada membran sel melalui penghambatan masuknya ion natrium pada kanal natrium. Gfek samping lidokain bersifat toksik pada susunan saraf. Gfek yang terjadi akibat toksisitas dapat berupa kejang, disorientasi, pandangan kabur, dan mengantuk. 2. 2upi(akain 2upi(akain merupakan anestesi yang mempunyai masa kerja yang panjang dengan efek blo!kade terhadap sensorik lebih besar daripada motorik. Gfek bupi(akain lebih popular digunakan untuk memperpanjang analgesia selama persalinan dan masa pas!a pembedahan. 11

).

1etrakain 1etrakain digunakan untuk segala ma!am anestesi, pada anestesi spinal tetrakain memerlukan dosis yang besar dan mula kerjanya lambat, dimetabolisme lambat sehingga berpotensi toksik.

#. Kista "$arii %. De inisi -ista o(arii adalah kista atau kantong yang berisi !airan yang tumbuh di o(arii. -ista o(arium terdiri dari kista o(arium neoplastik dan non neoplastik (.iknjosastro, 200+). &. Etiolo'i 1. @on$neoplastik (fungsional) a. -ista folikel -ista ini berasal dari folikel yang menjadi besar semasa proses atresia foli!uli. &etiap bulan, sejumlah besar folikel menjadi mati, disertai kematian o(um disusul dengan degenerasi dari epitel folikel. ada masa ini tampaknya sebagai kista$kista ke!il. 1idak jarang ruangan folikel diisi dengan !airan yang banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar, yang dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis. 1idak jarang terjadi perdarahan yang masuk ke dalam rongga kista, sehingga terjadi suatu haematoma folikuler. b. -ista lutein -ista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. -ista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari !orpus luteum haematoma. erdarahan ke dalam ruang !orpus selalu terjadi pada masa (as!ularisasi. 2ila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah !orpus luteum haematoma, yang berdinding tipis dan ber/arna kekuning$ kuningan. &e!ara perlahan$lahan terjadi reabsorpsi dari unsur$ unsur darah, sehingga akhirnya tinggalah !airan yang jernih atau 12

sedikit ber!ampur darah.

ada saat yang sama dibentuklah

jaringan fibroblast pada bagian dalam lapisan lutein sehingga pada kista !orpus lutein yang tua, sel$sel lutein terbenam dalam jaringan$jaringan perut.

2.

@eoplastik Hang termasuk golongan ini ada ) jenis3 a. b. !. %ystadenoma mu!inosum %ystadenoma serosum -ista dermoid

'aktor resiko terjadinya kista o(arii yaitu3 1. 2. ). *. +. 5. 8. (. 'aktor genetik, mempunyai ri/ayat keluarga dengan kanker o(arium dan payudara. 'aktor lingkungan (polutan Cat radio aktif) 7aya hidup yang tidak sehat -etidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya akibat penggunaan obat$obatan yang merangsang o(ulasi dan obat pelangsing tubuh yang bersifat diuretik. -ebiasaan menggunakan bedak tabur di daerah (agina

Pato isiolo'i 1umor di dalam perut bagian ba/ah bisa menyebabkan tekanan terhadap alat F alat disekitarnya. 9ika tumor mendesak kandung kemih dapat menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang F kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perutm, dapat juga mengakibatkan konstipasi dan edem tungkai. -ista o(arii tidak mengubah pola haid. erdarahan di dalam kista dapat menambah pembesaran kista dan menyebabkan nyeri di perut. 9ika di dekat kista terdapat sumber kuman patogen, maka dapat timbul infeksi pada kista yang dapat berakibat timbul abses. Asites merupakan tanda ke!urigaan yang mengarah ke keganasan tumor. 0leh karena itu, saat kista diangkat perlu dilakukan 1)

pemeriksaan mikroskopis untuk menentukan tumor ini merupakan keganasan atau bukan (.iknjosastro, 200+). ). Penatalaksanaan a. b. embedahan -ontrasepsi oral (.iknjosastro, 200+).

*. Anestesi Spinal pada Kista "$arii Anestesi regional termasuk di dalamnya anestesi spinal lebih sering dipilih dibandingkan general anestesis atau anestesi umum maupun anestesi intra(ena dengan obat golongan opioid. 2eberapa alasan anestesi spinal lebih banyak digunakan karena anestesi spinal memiliki penanganan nyeri post operasi lebih baik bila dibandingkan dengan pengguaan general anestesi atau anesteri intra(ena dengan opioid. Anestesi spinal juga dapat mengurangi kejadian efek samping anestesi, menurunkan resiko mortalitas post operasi. Anestesi general atau umum memiliki efek pada sistem imum dengan mendepresi akti(itas sumsum tulang, mengganggu kerja fagositosis makrofag, dan menginduksi imunosupresi (Lin et al., 2011).

1*

III. A. IDENTITAS PASIEN @ama 6mur 2erat badan 9enis kelamin Alamat Agama 1anggal masuk A&"& @o. %" #. PRIMARY SURVEY

LAP"RAN KASUS

3 @y. &" 3 28 tahun 3 5) -g 3 erempuan 3 .induaji A1 +,) aguyangan 2rebes 3 =slam 3 12 &eptember 201) 3 2#2#02

1. A3 airway clear, gipong ($), gisu ($), " (1) 2. 23 &pontan, AA 3 15 4,menit, suara(esikuler I,I, .h ($), Abh ($), ). %3 1D 120.#0, @,>A ?* kali,menit tegangan dan isi !ukup, &1J&2, 7 ($), " ($) *. D3 7%& 1+, 22 5) kg, & )5,0K% *. SECONDARY SURVEY %. Ana!nesis a. -eluhan utama b. -eluhan tambahan 3 2enjolan di perut 3 anas, menggigil

!. Ai/ayat penyakit sekarang 3 asien mengeluhkan terdapat benjolan di perut sejak 8 bulan yang lalu. A/alnya benjolan terasa di perut kiri ba/ah yang tidak terasa sakit. "enstruasi lan!ar tidak ada masalah. &ejak 1 bulan yang lalu 1+

menstruasi tidak lan!ar. Dua hari yang lalu panas sampai menggigil. -eluhan lain pasien juga merasa kepala pusing, kejang ($), mual ($), muntah ($). d. Ai/ayat penyakit dahulu 3 o Ai/ayat penyakit alergi o Ai/ayat penyakit asma o Ai/ayat penyakit jantung o Ai/ayat hipertensi o Ai/ayat D" o Ai/ayat operasi sebelumnya e. Ai/ayat penyakit keluarga 3 o Ai/ayat penyakit darah tinggi o Ai/ayat penyakit D" o Ai/ayat penyakit alergi o Ai/ayat penyakit asma &. Pe!eriksaan +isik a. Status 'eneralis -eadaan 6mum -esadaran Dital &ign 1ekanan darah Aespirasi @adi &uhu -epala "ata >idung "ulut 7igi 1elinga 3 120,#0 mm>g 3 15 kali,menit, reguler 3 ?* kali,menit, reguler, isi dan tekanan penuh. 3 )5,0K% aksilar 3 "eso!hepal, simestris, tumor ($) 3 -onjungti(a anemis I,I, sklera tidak ikterik 3 Dis!harge ($) epistaksis ($) de(iasi septum ($) 3 Lidah kotor ($) bibir kering ($), hiperemis ($), pembesaran tonsil ($), mallapati kelas 1 3 7igi palsu ($) 3 Dis!harge ($) tidak ada kelainan bentuk 3 sedang 3 %ompos mentis 3 disangkal 3 disangkal 3 disangkal 3 disangkal 3 diakui, alergi udang 3 disangkal 3 disangkal 3 disangkal 3 disangkal 3 disangkal

15

Leher 1hora4 ulmo

3 &imestris, trakea di tengah, pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening ($) 3 &imetris kanan F kiri, 1idak ada retraksi, &D (esikuler (I,I) normal, Aonkhi ($,$), .heeCing ($,$)

%or G4tremitas &uperior =nferior Akral Dertebrae ).

3 &1J&2, reguler, gallop ($), murmur ($) 3 edema ($,$), sianosis ($,$) 3 edema ($,$), sianosis ($,$) 3 hangat 3 tidak ada kelainan 15$#$201) 1?$#$201) (pagi) #,8 1+8#0 )0 *,2 +?1.000 1?$#$201) (sore) ?,* 1++50 28 ),8 ++5.000 1#$#$201) #,2 2)#+0 )0 *,0 +5#.000

Pe!eriksaan Laboratoriu! (1anggal 15 F # F 201))

>b Leukosit >t Gritrosit 1rombosit 1 A 11 @a %l 6reum -reatinin

8,5 1)*+0 2* ),+ *8?.000 1+,+ )5,) 1)# *,1 #8 11,? 0,#*

). Pe!eriksaan US, Abdo!en -%) . / . &0%(1 "ild hidronefrosis dan hidroureter kanan dan kiri, tampak lesi hipoekhoik, batas tegas, tepi reguler ukuran tak terjangkau proube pada !a(um pel(is sampai setinggi epigastrika !uriga gambaran kistoma o(arii, tak tampak nodul pada hepar, lien dan paraaorta yang men!urigakan kepada metastasis D. DIA,N"SIS KLINIS 18

Diagnosis prabedah 9enis pembedahan Diagnosis postbedah

3 -ista 0(arii 3 G4p. Lap 3 -ista !oklat sinistra I Abses o(arii de4tra

E. KESI2PULAN PE2ERIKSAAN +ISIK &tatus A&A == +. TINDAKAN Dilakukan 3 G4p. Lap 1anggal 3 1? &eptember 201)

,. LAP"RAN ANESTESI Status Anestesi 1. ersiapan Anestesi a. =nformed !on!ent b. !. 2. asang infus line Ainger Laktat 20 tetes,menit uasa 5 jam sebelum operasi

enatalaksanaan Anestesi a. 9enis anestesi3 Aegional Anestesi b. remedikasi 3 0ndan!entron (* mg) 3 2upi(a!aine "idaColam !. "edikasi

). 1eknik anestesi a. asien dalam posisi duduk b. Dilakukan injeksi anestesi spinal !. 9umlah !airan yang masuk selama operasi 3 kristaloid L +00 !!, >G& +00 !! *. emantauan selama anestesi 3 a. b. !. "ulai anestesi "ulai pembedahan &elesai operasi 3 10.++ 3 11.00 3 12.00 1?

d.

&elesai anestesi

3 12.00

+. %airan yang masuk durante operasi3 AL +00 !! >G& +00 !! Terapi cairan 2erat badan L 5) kg "aintenen!e L 2!!,kg22,jam 245) L 125 !!,jam uasa, lama puasa 5 jam Lama puasa 4 kebutuhan per jam 5 4 125 L +0* !! &tress operasi (operasi besar) ?!! 4 5) L +0* !! -ebutuhan jam pertama +0B puasa I stress operasi I kebutuhan per jam 2+2 !! I +0* !! I 125 !! L ??2 !! %airan yang masuk selama operasi AL +00 ml 5. emantauan tekanan darah dan frekuensi nadi selama operasi ukul (.=2) @adi (kali,menit) 10.++ 11.00 11.1+ 11.)0 11.*+ 12.00 8. a. 3 1D3 120,#0, @ 3 ?* 3 1D3 120,#0, @ 3 ?* 3 1D3 120,#0, @ 3 ?* 3 1D3 120,#0, @ 3 ?* 3 1D3 120,#0, @ 3 ?* 3 1D3 120,#0, @ 3 ?* emantauan tanda (ital setiap * jam, kemudian penga/asan per jam selama 2* jam. b. Lanjutkan infus AL !. 2ed rest 142* jam d. osisi tidur head up )0K e. 2oleh makan dan minum jika sudah tidak mual H. PR",N"SA Ad Ditam 3 Ad bonam 1#

emantauan post operasi

Ad 'un!tionam Ad &anationam

3 Ad bonam 3 Ad bonam

20

I3. PE2#AHASAN

Anestesi regional khususnya anestesi spinal saat ini lebih sering dipilih untuk operasi kista o(arii (>artman, 2012). Adapun beberapa alasan mengapa anestesi spinal lebih banyak digunakan. Anestesi spinal memiliki beberapa keuntungan yaitu mengurangi nyeri post operasi, mengurangi efek samping penggunaan anestesi, menurunkan resiko mortalitas post operasi, dan pada beberapa penelitian penggunaan anestesi regional meningkatkan sur(i(al rate ) tahun dan + tahun yaitu masing$masing 8?B dan 51B. Gfek tersebut disebabkan pada regional anestesi, terjadi blok saraf simpatis pada jaras eferen desending sehingga menimbulkan perbaikan respon neuroendro!rin stress (Lin et al., 2011). Anestesi general dapat mendepresi akti(itas sumsum tulang, mempengaruhi dan mengganggu fagositosi makrofag, dan menimbulkan efek imunosupresi. Gfek imunosupresi tersebut dapat meningkatkan perkembangan tumor dan metastasis tumor. &elain itu penggunaan anestesi general juga menurunkan akti(itas sel @yang berguna untuk pertahanan tubuh terhadap tumor (Lin et al., 2011). enggunaan obat golongan opioid juga memiliki efek buruk yaitu kerusakan sistem imunitas seseorang. 0bat morfin, fentanil, dan sufentanil juga dapat mensupresi sel @-. Anestesi inhalasi dengan halotan dan isofluran menurunkan motilitas neutrofil. &e(ofluran memiliki efek kerusakan akti(itas sel limfosit 1 (Lin et al., 2011). 2eberapa alasan lain tidak digunakannya anestesi general pada operasi kista o(arii adalah anestesi inhalasi dengan halotan memiliki efek toksik dan nekrosis pada hepar. Alasan kedua adalah tidak ada monitoring jelas gas pada mesin anestesi. Alasan lainnya yiatu gas @20 untuk maintan!e tidak selalu tersedia dan lebih mudah berkomunikasi dan menge!ek keadaan pasien pada pasien sadar (>artman, 2012). ada pasien ini digunakan obat$obatan ondansentron, bupi(a!ain, dan midaColam. 0ndansentron sebagai medikasi pre operasi. 0ndansetron merupakan golongan obat Antagonis reseptor +$>1) yang selektif. %ara kerja ondansentron dengan menghambat serotonin +$hydro4ytriptamine (+>1)) berikatan pada reseptornya pada %1M (!hemorese!eptor trigger Cone) dan di saluran !erna se!ara 21

selektif, sehingga reflek muntah tidak teransang. 0ndansetron dibandingkan dengan obat anti mual dan muntah yang lain adalah sangat efektif mengatasi mual dan muntah yang hebat. Aelatif lebih aman karena tidak menimbulkan reaksi ekstrapyramidal, Aelatif aman digunakan untuk anak dan kasus hiperemesis gra(idarum pada ibu hamil (De/oto et al., 200?). 2upi(a!aine adalah obat anestetik lokal yang termasuk dalam golongan amino amida. 2upi(a!aine digunakan untuk blok serabut saraf, anestesi epidural dan anestesi intratekal. 2upi(a!aine dapat diberikan bersamaan dengan obat lain untuk memperpanjang durasi efek obat seperti misalnya epinefrin, glukosa, dan fentanil. 2upi(a!aine bekerja dengan !ara berikatan se!ara intaselular dengan natrium dan memblok influk natrium kedalam inti sel sehingga men!egah terjadinya depolarisasi. Dikarenakan serabut saraf yang menghantarkan rasa nyeri mempunyai serabut yang lebih tipis dan tidak memiliki selubung mielin, maka bupi(a!aine dapat berdifusi dengan !epat ke dalam serabut saraf nyeri dibandingkan dengan serabut saraf penghantar rasa proprioseptif yang mempunyai selubung mielin dan ukuran serabut saraf lebih tebal. 2upi(a!aine lebih sering digunakan pada anestesi spinal karena bupi(a!aine tidak menghambat akti(itas motorik, merupakan analgesi yang baik dan adekuat dengan kelemahan otot yang ringan, serta bupi(a!ain lebih memblok sensorik daripada motorik ("iller, 200#). "idaColam merupakan obat dari golongan 2enCodiaCepin. %ara kerja 2enCodiaCepine menfasilitasi aksi 7A2A (Gamma Aminobutyric Acid), penghambat neurotransmitter di sistem saraf pusat. 2enCodiaCepine tidak mengakti(asikan reseptor 7A2A, tetapi meningkatkan afinitas reseptor terhadap 7A2A, sehingga terjadi peningkatan pompa klorida yang menghasilkan peningkatan konsentrasi klorida. >al ini akan menyebabkan hiperpolarisasi pada membran sel postsinap sehingga lebih resisten terhadap eksitasi. >al ini lah yang mendasari mekanisme kerja benCodiaCepine sebagai sedasi, amnesia anterograte, antikon(ulsan, dan efek relaksan otot rangka (Munilda et al., 200?). 2enCodiaCepin memiliki efek amnesia anterograd. Gfek amnesia anterograd ini memiliki manfaat untuk pasien tertentu. 2enCodiaCepin tidak menambah depresi napas dan dapat menyebabkan tidur serta dapat mengurangi !emas (Munilda et al., 200?). 22

"idaColam memiliki karakteristik induksi dan pemulihan !epat. Gfek midaColam pada sistem kardio(askuler minimal, sehingga menurunkan aliran darah ke otak dan menurunkan kebutuhan oksigen sel otak serta menurunkan tekanan intra kranial. 2egitu pula efek pada sistem pernapasan, midaColam tidak terlalu banyak mendepresi sistem pernapasan. >al itu lah yang menyebabkan midaColam lebih sering digunakan (Munilda et al., 200?).

2)

3. KESI2PULAN 1. Diagnosis pasien pada kasus ini adalah kista o(arii pro e4splorasi laparotomi dengan anestesi spinal menggunakan obat bupi(a!aine, ondansentron, dan midaColam. 2. 1ahapan preoperati(e pada pasien ini diantaranya pemeriksaan menyeluruh keadaan pasien pre operasi, puasa 5 jam sebelum operasi. 1ahapan intraopratif diantaranya adalah anestesi regional dengan anestesi spinal menggunakan obat bupi(a!aine. 1ahapan postoperati(e dilakukan dengan melakukan pemantauan tekanan darah dan nadi di ruangan, pemberian !airan AL, manajemen nyeri dan muntah. ). Anestesi regional termasuk di dalamnya anestesi spinal lebih sering dipilih karena memiliki penanganan nyeri post operasi lebih baik, mengurangi kejadian efek samping anestesi, dan menurunkan resiko mortalitas post operasi. Anestesi general atau umum memiliki efek buruk pada sistem imum yairu depresi akti(itas sumsum tulang, mengganggu kerja fagositosis makrofag, dan menginduksi imunosupresi.

2*

DA+TAR PUSTAKA

De/oto, >A., dan "el(a L. 200?. &erotonin, 0bat &erotonergik, dan 0bat Antiserotonergik dalam Farmakologi dan Terapi Gdisi +. 9akarta 3 Departemen 'armakologi dan 1erapeutik '-6=.

>artman, 9. 201). 1etra!aine &pinal for Large 0(arian "ass in A/anda. Spring, (ol. 11(1) 3 )1$)*.

Latief, &A., -artini A&., ". Aus/an D. 2001. Anestesiologi Gdisi -edua. 9akarta 3 2agian Anestesiologi dan 1erapi =ntensif '-6=.

Lin, L., %. Liu., >.1an., >. 0uyang., H. Mhang., .. Meng. 2011. Anaestheti! 1e!hniEue "ay Affe!t rognosis 'or 0(arian &erous Adeno!ar!inoma3 A Aetrospe!ti(e Analysis. British Journal o Anaesthesia, (ol. 105 (5)3 ?1*F 22.

2+

"iller, AD. 200#. Anesthesia Se!enth "dition. %hur!ill Li(ingstone.

Munilda, D&. dan Glysabeth. 200?. Anestetik 6mum dalam Farmakologi dan Terapi Gdisi +. 9akarta 3 Departemen 'armakologi dan 1erapeutik '-6=.

.iknjosastro, >. 200+. =lmu -andungan. 9akarta 3 Hayasan 2ina &ar/ono ra/irohardjo.

ustaka

25

Anda mungkin juga menyukai