Anda di halaman 1dari 53

ASMA

Penyakit inflamasi kronik pada saluran pernafasan yang ditandai : 1. obstruksi saluran nafas yang bersifat reversibel, baik secara spontan maupun dengan pengobatan, 2. inflamasi jalan nafas, dan 3. hiperresponsivitas jalan nafas terhadap berbagai stimuli (NAEPP, 1997)
NAEPP : National Asthma Education and Prevention Program

Etiologi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Genetik Alergi Infeksi pernapasan Lingkungan Emosi/psikologis parasimpatis Obat/preservatives Olahraga dan aktivitas jasmani yang berat

Obat
Aspirin, NSAIDs sultes benzalkonium chloride -blockers

Epidemiologi Asma
Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul segala usia. Umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah lima tahun dan orang dewasa pada usia sekitar tiga puluh tahunan. Seseorang bisa menderita asma karena faktor keturunan ataupun karena pengaruh lingkungan

Prevalensi asma di dunia meningkat dalam beberapa dekade terakhir total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak) Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010 menyebutkan, jumlah penderita asma lebih 300 juta di seluruh dunia. Di Indonesia jumlahnya sebanyak 12,5 juta.

Berbagai faktor mempengaruhi tinggi rendahnya prevalensi asma di suatu tempat, antara lain
umur gender ras sosio-ekonomi faktor lingkungan

Klasifikasi Asma Berdasarkan Pemicunya

ASMA ALERGI
Asma tipe ini dipicu oleh alergen berupa debu, asap rokok, bau cat yang masih basah, parfum, polen, bulu hewan. Alergen tersebut masuk melalui udara yang terhirup, dan menyebabkan terjadinya reaksi antigen-antibodi yang merangsang sel mast dan basofil mengeluarkan histamin sehingga terjadi asma bronkial. Terapi: aminofilin, teofilin, epinefrin, isoproterenol

ASMA NON ALERGI


Asma non alergi bukan alergen. Yang termasuk asma golongan ini adalah: Exercise-induced asthma (EIA) Nocturnal asthma Asma pada ibu hamil Asma karena pekerjaan

Exercise-induced Asthma (EIA)


EIA adalah asthma yang dipicu oleh aktivitas fisik yang berlebihan atau olahraga. Orang yang terserang EIA bukan berarti tidak boleh berolahraga, untuk itu perlu dilakukan pemanasan di awal olahraga dan pendinginan di akhir olahraga Olahraga yg dianjurkan : berenang di air hangat

Terapi pada EIA


1. Shot-acting inhaled beta2-agonist Diberikan 10-15 menit sebelum berolahraga, durasi s.d 4 jam Obat ini dapat mengurangi simptom s.d 80% 2. Kromolin inhaled Diberikan sesaat sebelum berolahraga, durasi hanya 1 jam 3. Long-acting beta2-adrenergic agonists (LABA) Diberikan 30 menit sebelum olahraga, durasi s.d 12 jam 4. Leukotrien inhibitor Diberikan secara oral, durasi selama 24 jam.

Nocturnal Asthma (NA)


Penderita NA adalah mereka yang mengidap asthma dan memburuk gejalanya pada tengah malam pukul 02.00-04.00 74% penderita asma mengalami nocturnal asthma selama 1 minggu 1x dan 64% mengalaminya selama 3 x 1 minggu

Faktor fisiologis
1. Rendahnya kadar NO2 2. Menurunnya jumlah B 2-reseptor 3. menurunnya jumlah steroid-reseptor 4. Rendahnya kadar melatonin

Terapi NA
1. Inhalasi Glukokortikoid 2. Inhalasi 2 adrenergic agonists LABA (salmeterol) dalam waktu 6 jam, dapat meningkatkan fungsi paru-paru di malam hari dan memperbaiki kualitas tidur 3. Oral 2 adrenergic agonists : salbutamol meningkatkan durasi tidur dengan menurunkan gejala wheezing & napas yang pendek 4. Teofilin bentuk sediaan khusus Derivat teofilin ini dirancang untuk mencapai kadar maksimal saat malam hari

Asma pada Ibu Hamil


Asma merupakan gejala komplikasi pada ibu hamil. Penderita asma yang sedang hamil menunjukan gejala yang berbeda-beda. Ada yang menunjukan peningkatan gejala asma, asma yang stabil, dan lainnya menunjukkan penurunan gejala.

Occupational Asthma (OA)


asma yang disebabkan oleh kontaminasi udara pada tempat kerja yang sangat parah. Pekerjaan dengan resiko tinggi antara lain : Pembuat kue Pekerja Industri Obat Petani Pekerja Laboratorium Pekerja Industri plastik Simptom berupa batuk, swelling dan wheezing. Simptom tsb dapat bertambah ataupun berkurang saat pasien meninggalkan tempat kerjanya

Klasifikasi Asma Berdasarkan Tingkat Keparahan

Derajat Asma Asma Intermiten

Gejala

Gejala malam

Faal paru

Bulanan Gejala < 2x dalam PEF dan PEV1 > Gejala simtomatis sebulan 80% pada saat yang timbul dan tidak terjadi hilang serangan asma. Gejala < 1x dalam Variabiliti < 20% 1 minggu Serangan singkat Eksaserbasi ringan dalam beberapa jam

Asma Persisten Ringan

Mingguan Gejala muncul > 1x seminggu tapi < 1x sehari Eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur

Gejala terjadi > 2x PEF dan PEV1 > dalam sebulan 80% pada saat tidak terjadi serangan Variabiliti 20-30%

Derajat Asma Asma persisten Sedang (Moderate)

Gejala Harian Gejala muncul tiap hari Eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur Membutuhkan bronkodilator Kontinu, gejala terus menerus terjadi Eksaserbasi sering terjadi (Sering kambuh) Aktivitas fisik terganggu

Gejala Malam Gejala terjadi > 1x seminggu

Faal Paru PEF dan PEV1 > 60% dan < 80% Variabiliti > 30%

Asma Persisten Berat (Severe)

Gejala sering terjadi

PEF dan PEV1 < 60% Variabiliti > 30%

Manifestasi Klinik Asma : 1.Asma Akut 2.Asma Kronik

Asma akut
Terjadi dalam waktu yang singkat Umumnya disebabkan oleh pemaparan alergen tertentu pada penderita. Dapat menyebabkan kematian pada penderitanya Manifestasi klinik asma akut : 1. dyspnea 2. napas bunyi pada saat inspirasi & ekspirasi 3. gelisah 4. takipneu (pernapasan cepat) 5. takikardi (denyut jantung cepat) 6. sianosis

Asma Kronik
Disebabkan oleh inflamasi bronkiolus jangka panjang Manifestasi Klinik Asma Kronik : Episode bernafas pendek, batuk, kesesakan dada atau wheezing menjadi intermiten & berlangsung singkat (<1 jam) sampai 2 kali dalam seminggu. Dua atau < dua episode asma nokturnal atau wheezing pada malam hari dalam satu bulan Gejala asma terjadi dalam waktu kurang dari setengah jam selama melakukan latihan

Diagnosis Asma
1. 2. 3. Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

1. Anamnesis
Tujuan: untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding dan untuk menyusun strategi pengobatan pada penderita asma
Dijumpai adanya keluhan, batuk, sesak, mengi dan atau rasa berat di dada yang timbul secara tiba-tiba dan hilang secara spontan atau dengan pengobatan. Dicari faktor-faktor pencetus serangan

2. Pemeriksaan Fisik
Kelainan fisik pada penderita asma tergantung pada obstruksi saluran napas (beratnya serangan) dan saat pemeriksaan.
Pada saat serangan, tekanan darah bisa naik, frekuensi pernapasan dan denyut nadi juga meningkat, mengi (wheezing) sering dapat terdengar tanpa stetoskop, ekpirasi memanjang (lebih dari 4 detik atau 3 kali lebih panjang dari inspirasi) disertai ronki kering dan mengi.

Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga dada, dimana pada perkusi akan terdengar hipersonor.

Pernapasan cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu pernapasan, sehingga tampak retraksi suprasternal, supraklavicula dan sel iga dan pernapasan cuping hidung

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Darah
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari IgE pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan. Kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

2. Uji Kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. 3. Pemeriksaan Radiologi Umumnya normal, pada umumnya serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru- paru

4. Uji Fungsi Paru Spirometer


FVC, FEV1 parameter menentukan fungsi paru
FEV1: Forced Expired Volume in one second Volume udara maksimum yang Volume udara yang dapat dihembuskan paksa pada satu dapat dihembuskan secara detik pertama paksakapasitas vital paksa Umumnya dicapai dalam 3 detik. Normalnya 4 liter Normalnya 3,2 liter FVC : Forced Vital Capacity

Orang sehat dapat menghembuskan 75-80% atau lebih FVC-nya dalam satu detik rasio FEV1/FVC = 75-80%

Penyakit paru obstruktif tidak dapat menghembuskan udara - FEV1/FVC < 75% Semakin rendah rasionya, semakin parah obstruksinya FEV1: 60-75% = ringan (mild) FEV1: 40-59% = sedang (moderate) FEV1: <40% = berat (severe) Penyakit paru restriktif tidak dapat menarik napas - FVC rendah; FEV1/FVC normal atau meningkat - TLC berkurang

5. Tes Provokasi Bronkial


Pasienhasil pemeriksaan spirometri normal mengidentifikasi dan mencirikan adanya hiperresponsif / hiperaktivitas bronkus. Bahan kimia histamin & metakolin

Penatalaksanaan asma

mencegah kematian

dengan segera meng hilangkan obstruksi saluran napas

mengemba likan fungsi paru sesegera mungkin

mencegah hipok semia

mencegah terjadinya serangan berikutnya

Penatalaksanaan Asma Saat Serangan

penatalaksanaan saat serangan di rumah

penatalaksanaan asma saat serangan di rumah sakit.

Penatalaksanaan Saat Serangan di Rumah


1. Terapi awal
Berikan segera Inhalasi agonis 2 kerja cepat 3 kali dalam 1 jam setiap 20 menit Contoh : Salbutamol 5mg, Terbutalin 10 mg, Fenoterol 2,5 mg. Jika tidak tersedia bentuk inhalasi agonis 2 oral 3x1 tablet 2 mg membaik gejala batuk, sesak dan mengi berkurang atau tidak terjadi serangan ulang selama 4 jam maka pemberian 2 agonis diteruskan setiap 3-4 jam selama 1-2 hari. tidak membaik / memburuk berikan kortikosteroid oral (e.g : 60-80 mg metilprednisolon) kemudian pemberian 2 agonis diulangi dan segera rujuk pasien ke rumah sakit.

2. Evaluasi respon pasien

Penatalaksanaan Asma Intermitten


Gambaran klinis: 1. Gejala intermiten (kurang dari satu kali seminggu) 2. Serangan singkat (beberapa jam sampai hari) 3. Gejala asma malam kurang dari dua kali sebulan 4. Diantara serangan pasien bebas gejala dan fungsi paru normal, 5. Nilai APE dan VEP1 > 80% dari nilai prediksi, variabilitas < 20%. Tidak diperlukan pengobatan pencegahan jangka panjang, cukup dengan obat yang dipakai untuk menghilangkan gejala yaitu agonis beta 2 inhalasi kerja singkat, co : salbutamol, terbutalin. Penggunaan obat lain tergantung intensitas serangan, bila berat dapat ditambahkan kortikosteroid oral.

Penatalaksanaan Asma Presisten Ringan


Gambaran klinis : 1. Gejala lebih dari 1x seminggu, tapi kurang dari 1x per hari, 2. Serangan mengganggu aktivitas dan tidur, 3. Serangan malam lebih dari 2x per bulan 4. Nilai APE atau VEP1 > 80% dari nilai prediksi, variabilitas 20-30%.

Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid dosis rendah,co; beklometason, flutikason, atau budesonida. Bisa juga diberikan kromoglikat, nedocromil atau teofilin lepas lambat. Jika diperlukan, dosis kortikosteroid inhalasi dapat ditingkatkan sampai 800 mikrogram atau digabung dengan bronkodilator kerja lama (khususnya untuk gejala malam) Sedangkan untuk menghilangkan gejala bisa digunakan agonis beta 2 inhalasi bila perlu tapi tidak melebihi 3-4 kali per hari dan obat pencegah setiap hari.

Penatalaksanaan Asma Presisten Sedang


Gambaran klinis : 1. Gejala setiap hari 2. Serangan mengganggu aktivitas dan tidur, 3. Serangan malam lebih dari 1x per minggu 4. Nilai APE atau VEP1 antara 60-80% nilai prediksi, variabilitas > 30%.

Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid dosis menengah sampai tinggi (800-1200 mcg/hari), dapat dikombinasi dengan agonis 2 atau antikolinergik (ipratropium) sebagai bronkodilator untuk mengurangi obstruksi bronchi. Khususnya untuk gejala malam: inhalasi atau oral agonis beta 2 atau teofilin lepas lambat. Sedangkan obat yang digunakan untuk menghilangkan gejala, terdiri dari: agonis beta 2 inhalasi bila perlu tapi tidak melebihi 3-4 kali per hari dan obat pencegah setiap hari.

Penatalaksanaan Asma Presisten Berat


Gambaran linis: 1. Gejala terus-menerus 2. Sering mendapat serangan 3. Sering mendapat serangan malam 4. Aktivitas fisik terhambat 5. Nilai APE atau VEP1 kurang dari 60% nilai prediksi, variabilitas > 30%. Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid dosis tinggi, inhalasi agonis beta 2 kerja lama (salmeterol),bisa jga dikombinsasi dengan teofilin lepas lambat Sedangkan, obat yang digunakan untuk menghilangkan gejala, agonis beta 2 inhalasi bila perlu dan obat pencegah setiap hari.

Terapi Asma

1. Terapi non- farmakologi pencegahan 2. Terapi farmakologi: Terapi jangka panjang mencegah,mengontrol/mempertahankan untuk mencapai kontrol dari asma persiten Terapi serangan akut membebaskan atau menyelamatkan untuk mengobati gejala dan peristiwa akut

Terapi Non Farmakologi


1.Hindari faktor pencetus untuk pencegahan 2.Olahraga secara teratur 3.Konsumsi obat dan makanan pencegah asma 4.Kenali tanda-tanda awal serangan asma

Terapi Farmakologi
Agonis 2 Metilxanthin Kortikosteroid Antikolinergik

Na-kromolin dan Na-nedokromil


Kombinasi Terapi Pengontrol Omalizumab Modifikator Leukotrien Methotreksat

Menurunkan permeabilitas kapiler untuk menurunkan produksi mukus.

Menghambat pelepasan enzim proteolitik dari leukosit.

Menghambat prostaglandin

Pengobatan lainnya yang dapat digunakan :


Mukolitik Antioksidan

Immunoregulator

Antitusif

Vaksinasi Influensa, pneumokokus.

EDUKASI

1. Pasien harus mempunyai pengertian mengenai cara kerja dari setiap obat yang digunakan 2. Alat inhalasi harus dipilih yang sesuai dan pasien harus diberi informasi mengenai cara pakai yang tepat. 3. Rencana pengobatan yang individual harus dikembangkan untuk setiap pasien.

Tahap 1 Mengerti mengenai pertolongan dari obat-obatan, efek samping yang mungkin terjadi, tujuan pengobatan, apa yang terjadi pada mereka.

Tahap 2 Menerima dan setuju tentang penggunaan obat-obatan, pentingnya pencegahan dan pengenalan gejala asma Tahap 3 Tahu bagaimana memonitor hembusan nafas dan gejala, kapan saatnya meningkatkan dosis steroid inhalasi dan menghubungi dokter Tahap 4 Percaya diri untuk mengatur pengobatannya sendiri, memonitor gejala, memulai steroid oral dan menemui dokter pada saat itu.

Anda mungkin juga menyukai