Anda di halaman 1dari 15

Laporan Tugas 1 Simulasi Sains Materi

oleh : Michael Martin 13311018

Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri - Institut Teknologi Bandung Jl, Ganesha 10, Bandung 40132

Penyelesaian Persoalan Schrodinger Infinite Square Well dengan Metoda Fungsi Basis

Abstrak
Persoalan Schrodinger Infinite square well dapat diselesaikan dengan metoda analitik, namun metoda analitik sulit digunakan untuk perhitungan berulang-ulang karena itulah dibutuhkan perhitungan numerik yang dapat dilakukan oleh komputer, dan salah satunya adalah metoda fungsi basis. Dimana dengan fungsi basis tertentu dan jumlah pengulangan tertentu akan didapat suatu grafik solusi numerik yang identik dan berhimpit dengan grafik solusi analitik hingga tingkatan energi tertentu.

Pendahuluan
Persoalan-persoalan mekanika kuantum berbeda dengan persoalan pada mekanika klasik karena pada mekanika klasik persoalannya dapat diselesaikan dengan menurunkan, mengintegralkan, dan menggunakan nilai kondisi awal pada persamaan yang diturunkan dari sifat fisis sistem yang dapat diamati, hal ini berbeda dengan mekanika kuantum, yang untuk setiap persoalannya akan berhubungan dengan persamaan gelombang (x,t) , yang didapatkan dengan menyelesaikan persamaan Schrodinger :

Persamaan ini dapat disederhanakan dalam kondisi persamaan Schrodinger satu dimensi dan tidak tergantung pada waktu (one dimensional and time independent Schrodinger equation), penyederhanaan diawali dengan pemisahan fungsi gelombang yang bervariabel posisi dengan waktu,sehingga :

dan setelah disederhanakan dengan menurunkan fungsi (x,t) dan mensubsitusikan beberapa variabel, didapatkan persamaan :

Dengan (x) adalah fungsi gelombang, V(x) adalah nilai energi potensial, m adalah massa dan adalah konstanta Planck yang dibagi dengan 2. Sedangkan untuk E adalah suatu konstanta yang memiliki hubungan :

dimana H dapat didefinisikan sebagai keadaan yang menyatakan nilai total energi tertentu, atau dapat disebut sebagai Hamiltonian yang memiliki persamaan :

dan dalam bentuk operator, Hamiltonian operator memiliki persamaan :

Selain itu hasil dari pemisahan variabel x dan t dalam penyelesaian persamaan Schrodinger satu dimensi dan tidak bergantung pada waktu menghasilkan suatu persamaan variabel t , yaitu :

Sehingga didapat persamaan fungsi (x,t), yaitu :

namun karena untuk setiap tingkatan energi tertentu memiliki fungsi gelombang yang berbeda beda

Sehingga dapat disimpulkan bahwa solusi umum darifungsi gelombang (x,t) adalah kombinasi linear dari fungsi-fungsi gelombang dari tiap-tiap tingkatan energi tertentu, sehingga didapat solusi umumnya adalah :

dan jika sistem ditinjau pada suatu nilai t=0, didapat persamaan

Dimana cn adalah suatu nilai konstanta tertentu.

Salah satu persoalan yang sering ditemui dalam persamaan Schrodinger satu dimensi dan tidak tergantung waktu adalah kasus sumur potensial persegi tak hingga (infinite square well). Dimana dalam persoalan ini dimodelkan suatu sumur potensial seperti :

Gambar 1. Model sumur potensial persegi tak hingga

Dimana sumur potensial tak hingga tersebut memenuhi syarat

Sehingga elektron yang ada didaerah 0<x<a akan bebas bergerak, kecuali pada kedua ujung yang memiliki potensial V(x) tak hingga yang mengakibatkan sebuah elektron tersebut terjebak dalam sumur potensial persegi tak hingga karena ketika sebuah elektron bergerak mendekati salah satu ujung, elektron akan memantul balik diakibatkan potensial kedua ujung yang sangat tinggi, hal ini juga yang menyebabkan untuk (x)=0 di luar sumur tersebut dan V(x)=0 di dalam sumur tersebut. Secara analitik persoalan ini hanya akan menghasilkan sebuah persamaan solusi (x) didaerah 0<x<a , yang diawali dengan persamaan Schrodinger satu dimensi dan tak tergantung waktu untuk V(x)=0 ,yaitu atau jika di tulis

didapat bahwa
Dengan syarat bahwa untuk daerah ini E >= 0 didapat bahwa model persamaan ini adalah model persamaan osilator sederhana yang memiliki persamaan umum :

Dan dengan memasukan persyaratan batas (0)=0 dan (a)=0 ,didapatkan solusi :

n(x) = An sin (nx/a) ; n = 2,4,6,8,..... n(x) = Bn cos (nx/a) ; n = 1,3,5,7,....

Dengan nilai Energi untuk nilai n tertentu (En) memiliki persamaan

Dalam persoalan kali ini diketahui bahwa sebuah sumur potensial persegi tak hingga pada daerah -1<x<1 yang memiliki syarat :

V(x) = 0 , untuk -1<x<1; V(-1) ; V(1) ; Dan untuk mencari solusi (x) secara numerik diperlukan suatu fungsi basis n(x) , yang akan menentukan hasil akhir solusi numerik yang akan dibandingkan dengan solusi analitik. Dari fungsi basis n(x) ini dapat ditentukan variabel-variabel lain yang dibutuhkan dalam perhitungan numerik , yaitu : = (2 / 2m).(d2 / dx2) + V(x) ; Hmn= m *(x) n(x) dx ; Smn= m *(x) n(x) dx ; dan dari H dan S tersebut dapat dicari nilai Eigen value dari tingkatan energi tertentu yang menyatakan nilai energi pada tingkatan tersebut, dan juga dapat diplot solusi numerik (x), dengan menggunakan persamaan H=ES; n(x) = cn . n(x); dimana pada persoalan kali ini dipakai fungsi basis n(x)=xn(x-1)(x+1) ;

dan dari hasil plot terhadap x dari solusi numerik akan dibandingkan dengan plot terhadap x dari solusi analitik, yaitu : n(x) = An sin (nx/a) ; n = 2,4,6,8,..... n(x) = Bn cos (nx/a) ; n = 1,3,5,7,.... dan dari hasil yang didapat akan diketahui pengaruh fungsi basis dengan hasil solusi numerik dan perbandingannya dengan solusi analitik.

Metode
Perhitungan secara numerik dilakukan dengan menggunakan aplikasi Scilab, dan langkah pengerjaannya diawali dengan melakukan perhitungan terhadap analitik terhadap solusi dari Hmn dan Smn , dengan menggunakan persamaan : Hmn= m *(x) n(x) dx ; Smn= m *(x) n(x) dx ; dan nilai ini didapat untuk nilai m+n bernilai genap , yaitu Hmn =
+ (+) ++

+ +

()

( ++) ++

Smn = ++ ++ + ++ ; setelah itu perhitungan untuk Hmn dan Smn dilakukan dengan menggunakan Scilab, dengan nilai m dan n tertentu sesuai dengan jumlah eigen value yang akan dipakai, hingga didapatkan nilai Hmn dan Smn dalam bentuk matriks berdimensi m x n. Setelah itu dilakukan perhitungan dengan menggunakan program Scilab untuk mendapatkan nilai generalize eigen value beserta eigen vektornya. Selanjutnya nilai eigen value yang didapat diurutkan dari yang terkecil (ground state) menuju yang terbesar (tingkat eksitasi ke d-1 ) dengan disertai indeksnya, agar eigen vector dari tingkatan eigen value yang ingin diplot dapat dipanggil dengan mudah dengan menyertakan indeks dari eigen value yang telah diurutkan. Untuk mendapatkan plot hasil numerik dipanggil eigen vektor (cn) dimasukan dalam persamaan n(x) = cn . n(x), lalu iterasi dilakukan degan menggunakan Scilab untuk mengeplot n(x) terhadap x , dengan batas bawah x = -1, batas atas x=1, dan perhitungan dilakukan untuk setiap perubahan nilai x , x = 0.01, atau dalam Scilab dituliskan x = -1:0.01:1 . Kode program dapat dilihat dalam lampiran

Hasil Simulasi
Dilakukan plotting grafik untuk nilai, p = 5, p menandakan jumlah eigen value yang dipakai , dan pada kasus ini menggunakan 5 nilai eigen value, didapatkan hasil plottingnya :

Gambar 3. Grafik ground state menggunakan 5 eigen value

Gambar 4. Grafik keadaan tereksitasi pertama menggunakan 5 eigen value

Gambar 5. Grafik keadaan tereksitasi kedua menggunakan 5 eigen value

Tingkatan tereksitasi ke (d-1)

Energi numerik

Energi analitik

Selisih energi numerik dan analitik

1 2 3 4 5

1.233700554 4.937694101 11.14670296 25.0623059 43.86959649

1.23370055 4.934802201 11.10330495 19.7392088 30.84251375

4.24E-09 0.002891901 0.043398005 5.323097097 13.02708274

Tabel 1. Perbandingan energi untuk 5 nilai eigen

Dilakukan plotting grafik untuk nilai, p = 12, p menandakan jumlah eigen value yang dipakai , dan pada kasus ini menggunakan 12 nilai eigen value, didapatkan hasil plottingnya :

Gambar 6. Grafik ground state menggunakan 12 eigen value

Gambar 7. Grafik keadaan tereksitasi pertama menggunakan 12 eigen value

Gambar 8. Grafik keadaan tereksitasi kedua menggunakan 12 eigen value

Tingkatan tereksitasi ke (d-1)

Energi numerik

Energi analitik

Selisih energi numerik dan analitik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1.23370055 4.9348022 11.10330495 19.73920896 30.84312383 44.41800656 61.00750282 80.42727297 121.1686855 158.471883 434.6436822 576.0088268

1.23370055 4.934802201 11.10330495 19.7392088 30.84251375 44.4132198 60.45132696 78.95683521 99.92974456 123.370055 149.2777666 177.6528792

-2.13E-13 -5.21E-11 1.77E-09 1.61E-07 6.10E-04 0.004786755 0.556175867 1.470437758 21.23894096 35.10182797 285.3659156 398.3559476

Tabel 2. Perbandingan energi untuk 12 nilai eigen

Dilakukan plotting grafik untuk nilai, p = 30, p menandakan jumlah eigen value yang dipakai , dan pada kasus ini menggunakan 30 nilai eigen value, didapatkan hasil plottingnya :

Gambar 9. Grafik ground state menggunakan 30 eigen value

Gambar 10. Grafik keadaan tereksitasi pertama menggunakan 30 eigen value

Gambar 11. Grafik keadaan tereksitasi kedua menggunakan 30 eigen value

Tabel 3. Perbandingan energi untuk 30 nilai eigen

Analisis
Setelah didapatkan hasil plotting dan tabel yang menyatakan selisih antara nilai energi antara solusi numerik dan solusi analtik, dapat disimpulkan bahwa keidentikan antara solusi numerik dan solusi analitik ditentukan oleh selisih kedua nilai ini, hal ini dikarenakan solusi n(x) akan menghasilkan persamaan yang berbeda jika terjadi perbedaan energi, karena untuk suatu fungsi gelombang disuatu tingkatan tertentu akan memiliki suatu nilai energi spesifik pada tingkatan tersebut, sehingga jika selisihnya melebihi batas tertentu, akan ditemukan kedua solusi tidak saling berhimpit, baik kedua solusi saling berbeda fasa atau berbeda plot solusi. Hal ini dapat dilihat pada gambar ini

Gambar 12. Grafik keadaan tereksitasi ketiga menggunakan 5 eigen value

Dimana dalam kasus ini selisih antara nilai energi solusi numerik dan eksak mencapai 26,97 % . Selain itu jumlah eigen value yang dipakai mempengaruhi hasil yang didapat dari hasil simulasi, karena jumlah eigen value yang dipakai menandakan jumlah iterasi yang dilakukan untuk mendapatkan nilai Hmn Smn dan hasil plotting numerik , namun semakin banyak iterasi yang digunakan tidak menjamin semakin bagus solusi numerik yang didapat, hal ini dapat dilihat dengan membandingkan tabel 2 dan tabel 3, dapat dilihat bahwa pada jumlah iterasi 30 kali justru didapatkan hasil yang lebih jelek daripada iterasi 12 kali, hal ini dapat dilihat dari munculnya nilai imajiner pada nilai energi pada solusi numerik.

Peran basis dalam perhitungan numerik adalah dalam mendapatkan nilai Hmn Smn dan generalized eigen value yang menyatakan nilai energi dari solusi numerik, hal ini dapat dilihat dari persamaan Hmn Smn yang membutuhkan fungsi basis n(x) dalam perhitungannya,dan hal ini juga menyebabkan nilai energi dari solusi numerik tergantung pada fungsi basis n(x) , karena generalized eigen value solusi numerik didapat dengan menggunakan fungsi pencari nilai generalized eigen value pada matriks Hmn dan matriks Smn yang didapat. Selain itu setiap fungsi basis n(x) yang dipakai dalam perhitungan harus memenuhi persyaratan batas yaitu n(-1)=0 dan n(1)=0 , agar sesuai dengan persyaratan syarat batas (-1)=0 dan (1)=0, dan untuk setiap fungsi basis n(x) yang dipakai terdapat suatu nilai p tertentu (p menandakan jumlah iterasi dan jumlah eigen value yang dipakai) dimana pada nilai p tersebut plot solusi numerik mendekati solusi analitik lebih baik dari nilai p lainnya.

Kesimpulan

Perbedaan eigen value (nilai energi) antara solusi numerik dan solusi analitik menentukan apakah grafik solusi numerik dan solusi analitik akan berhimpit atau tidak, dan tiap nilai d-1 tertentu memiliki suatu batas mutlak, dimana ketika mutlak perbedaan eigen value antara kedua solusi lebih besar dari batas itu, solusi numerik dan solusi analitik tidak lagi berhimpit.

Dibutuhkan basis n(x) yang memenuhi syarat batas ( n(-1)=0 ; n(1)=0 ) dan dapat menghasilkan eigenvalue numerik yang tidak jauh berbeda dengan eigen value eksak, karena n(x) menentukan nilai Hmn= m *(x) n(x) dx ; Smn= m *(x).n(x) dx , dimana Hmn dan Smn akan menentukan nilai generalized eigen value dari persamaan H=ES . Untuk setiap basis n(x) dihasilkan solusi numerik n(x) = cn . n(x) , dimana untuk persamaan basis tertentu akan memiliki suatu nilai n optimal dimana pada nilai tersebut grafik solusi numerik yang didapat akan cenderung lebih lama berhimpit dengan solusi eksak hingga akhirnya tidak stabil pada suatu nilai index d-1 tertentu.

Anda mungkin juga menyukai