Anda di halaman 1dari 3

Masih Ada Beda Tafsir tentang Aturan Pengalihan IUP

Jumat, 08 March 2013 Peraturan Menteri ESDM seharusnya membuat jelas mekanisme pengalihan.

Praktisi hukum dari kantor pengacara Bahar & Partner, Yuliana Tjhai. Foto: RSP

Kalangan praktisi hukum pertambangan masih melihat celah pada aturan pengalihan Izin Usaha Pertambangan (IUP). Pengalihan IUP diatur dalam Pasal 93 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (UU Minerba). Celah itu muncul terutama karena ketidakjelasan mekanisme pengalihan. Alhasil, di lapangan masih terjadi perbedaan tafsir. Perbedaan tafsir itu terkesan dari pengalaman Yuliana Tjhai. Praktisi hukum dari kantor pengacara Bahar & Partner ini pernah mengirimkan dua surat ke bagian Minerba Kementerian ESDM. Anehnya, jawaban terhadap dua surat itu berbeda. Satu surat menyatakan pengalihan IUP diizinkan dengan tetap berpegang pada aturan yang dikeluarkan Kementerian ESDM, sedangkan satu surat lagi justru tak mengizinkan pengalihan. Mineral and Coal Mining Legal and Business Yuliana menceritakan pengalaman itu di sela The 3rd Forum di Bali, 22 Februari lalu. Pasal 93 ayat () dan (2) UU Minerba menegaskan pemegang IPU dan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) tidak boleh memindahkan IUP dan IUPK-nya kepada pihak lain. Untuk pengalihan kepemilikan da/atau saham di bursa saham Indonesia hanya dapat dilakukan setelah melakukan kegiatan eksplorasi tahapan tertentu.

Dalam berbagai kegiatan yang dihadiri Yuliana, pengalihan diartikan sebagai pengalihan kepemilikan atas IUP bukan kepemilikan sahamnya. Akibatnya, maksud ketentuan Pasal 93 menjadi tidak jelas. Jadi tidak jelas, ini boleh tidak untuk pengalihan saham atau untuk mengalihkan IUP, tandasnya. Menurut Nur Hardono, Kasubdit Standarisasi dan Usaha Jasa Pertambangan Kementerian ESDM, sebenarnya mekanisme pengalihan IPU sudah dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2012. PP ini merevisi PP No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan. Nur mengakui ada perbedaan tafsir., terutama mengenai prosentase saham. Menurut dia, 51 persen saham harus tetap dipertahankan sampai selesainya masa berlaku IUP. Kecuali berhenti melalui terminasi, kemudian dilelang kembali, ujarnya. Staf Ahli Bidang Hukum dan Perundang-undangan Kementerian ESDM, Sony Heru Prasetyo, menambahkan IUP hanya diberikan kepada perusahaan sebagai entitas hukum. Siapapun pemegang saham mayoritas atau pemilik, hak dan kewajiban yang berkaitan dengan IUP hanya melekat pada perusahaan. Sony juga membenarkan benang kusut aturan pengalihan IUP sebenarnya lebih terletak pada perbedaan tafsir kata kepemilikan dalam Pasal 93 ayat (2) UU Minerba. Ada yang merujuk pada kepemilikan IUP, dan ada yang menafsirkannya sebagai kepemilikan saham. Masalahnya, sebelum UU Minerba lahir, satu perusahaan diperbolehkan memiliki lebih dari satu Kuasa Pertambangan (KP). Aturan baru meminta kepemilikan KP lebih dari satu dialihkan. Paradoksnya, pengalihan itu tidak diperbolehkan oleh Undang-Undang yang sama, kata Sony. Menurut Sony, PP No. 24 Tahun 2012 sebenarnya berusaha menyelesaikan paradoks tersebut. Pasal 7A PP ini menyebutkan pemegang IUP dan IUPK tidak boleh memindahkan IUP dan IUPK-nya kepada pihak lain. Pihak lain dimaksud meliputi badan usaha yang 51% atau lebih sahamnya tidak dimiiki oleh pemegang IUP atau IUPK. Namun Yuliana masih melihat ada pertanyaan yang harus dijelaskan lebih rinci dalam Peraturan Menteri ESDM. Misalnya, bagaimana mekanisme pengalihan IUP, dateline waktu, lock out period, dan lamanya waktu maintenance saham. Kalau memang harus di-maintenance 51 persen, di situ harus jelas bahwa sampai dengan periode berakhirnya IUP kepemilikan 51 persen tidak akan pernah bisa dialihkan, ujarnya. Masalah lain yang perlu diatur adalah kemungkinkan menjaminkan atau menggadaikan saham. Jika terjadi default maka otomatis objek gadai berupa saham akan dieksekusi oleh investor pemberi pinjaman. Itu berarti, Yuliana melanjutkan, pemberi pinjaman bisa mengeksekusi saham. Kalau tak ada regulasi yang jelas, bisa-bisa saham 51 persen itu tak bisa di-maintenance. Jadi, kata partner pada kantor Bahar & Partners ini, Kementerian perlu mengatur apakah gadai itu boleh atau tidak. Hal lain yang perlu dicermati dalam rangka pengalihan IUP adalah kegiatan eksplorasi. Pasal 92 ayat (2) tegas menyebutkan pengalihan melalui bursa saham hanya bisa dilakukan setelah melalui tahapan eksplorasi tertentu. Yang dimaksud eksplorasi tahapan tertentu adalah telah ditemukan dua wilayah prospek dalam kegiatan eksplorasi. Juga ada persetujuan pemberi izin (misalnya kepala daerah), dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

http://www.hukumonline.com http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5139866f7b7af/masih-ada-beda-tafsir-tentang-aturan-pe ngalihan-iup Dipublikasikan : Jumat, 08 March 2013 Penulis : RIMBA SUPRIYATNA hukumonline.com

Anda mungkin juga menyukai