Anda di halaman 1dari 17

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Millenium Development Goals atau lebih dikenal dengan istilah MDGs telah mencanangkan bahwa pada tahun 2015 sebanyak 77,2% penduduk Indonesia ditargetkan telah memiliki akses air minum yang layak dan minimal 59.1 persen penduduk Indonesia di Kota dan Desa sudah memperoleh akses atau layanan sanitasi yang memadai. Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terus berusaha mencapai target ini terutama dalam hal pemerataan cakupan layanannya, namun ternyata upaya untuk mencapai target tersebut di atas tidaklah mudah. Beberapa hal yang diindikasikan sebagai penyebab terjadinya kondisi di atas, antara lain: 1) Masih rendahnya kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sanitasi, utamanya pada tahap pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sanitasi di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Hal ini belum termasuk pada keterlibatan dalam 2) perencanaan, pelaksanaan pembangunan, kontribusi pendanaan ataupun lahan, dll. Masih kurangnya koordinasi antar pihak-pihak yang berkepentingan baik di tingkat pusat maupun daerah. Selain itu kurang terpadu dan komprehensifnya perencanaan dan program pembangunan juga merupakan permasalahan yang menyebabkan kurang efisien dan efektifnya pembangunan sanitasi permukiman. 3) Masih kurangnya minat dunia usaha untuk berinvestasi di sektor sanitasi. Alasan yang umum dikemukakan adalah pertimbangan ekonomis dan keuangan, peraturan dan perundangan yang belum mendukung dll.

kelompok kerja sanitasi kabupaten kutai barat tahun 2012

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu strategi dalam perencanaan program pembangunan sektor sanitasi yang komprehensif, terintegrasi, jangka panjang, dengan melibatkan berbagai pihak. Strategi ini juga harus diikuti oleh komitmen dan kerja keras semua pihak, baik di bidang pendanaan, penguatan kelembagaan & SDM, penegakan peraturan, pemilihan opsi teknologi sanitasi yang tepat, dan peningkatan partisipasi dunia usaha dan masyarakat. Strategi yang dimaksud adalah suatu strategi yang mendorong

pemerintah kabupaten dan kota di Indonesia untuk menyusun dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) yang memiliki prinsip: Berdasarkan data aktual dan faktual. Berskala kota atau kabupaten Disusun sendiri oleh kota atau kabupaten (dari, oleh, dan untuk kota atau kabupaten tersebut) Menggabungkan pendekatan bottom-up dan top-down

Untuk menghasilkan SSK yang demikian, maka diharapkan kota atau kabupaten mampu memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Pemetaan situasi sanitasi yang baik hanya bisa dibuat apabila kota atau kabupaten mampu mendapatkan informasi lengkap, akurat, dan mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik menyangkut aspek teknis mapun non teknis. Dalam konteks ini Buku Putih merupakan prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan dokumen SSK. Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi kota atau kabupaten berdasarkan kondisi aktual dan faktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan aspek non-teknis, yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. Buku Putih merupakan database sanitasi kota atau kabupaten yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan

kelompok kerja sanitasi kabupaten kutai barat tahun 2012

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat

disepakati

seluruh

SKPD

dan

pemangku

kepentingan

terkait

pembangunan sanitasi. Rangkaian awal dalam penyusunan Dokumen Perencanaan Sanitasi adalah Penulisan Buku Putih Sanitasi. Buku Putih tersebut berisikan informasi yang lengkap sebagai tentang dasar situasi untuk dan kondisi sanitasi di Kabupaten/Kota membuat perencanaan

pengembangan sanitasi dimasa mendatang. Tahapan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. Internalisasi dan penyamaan persepsi Penyiapan profil wilayah Penilaian profil sanitasi (sanitation assessment) Penetapan prioritas pengembangan sanitasi Finalisasi buku putih

Kegiatan penyusunan Dokumen Perencanaan Sanitasi ini juga sebagai salah satu upaya dalam mendukung dan meningkatkan kinerja pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Kutai Barat terutama yang berkaitan dengan penyediaan sarana infrastruktur dasar, sarana kesehatan serta pelestarian dibidang lingkungan hidup.

1.2 Landasan Gerak 1.2.1 Pengertian Sanitasi


Sanitasi diartikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat baik pada tingkat rumah tangga maupun pada lingkungan perumahan dan terbagi kedalam 3 subsektor antra lain air limbah, persampahan, dan drainase tersier. Menurut Program Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP), 2010 sanitasi diartikan sebagai suatu proses multi-langkah, dimana berbagai jenis limbah dikelola dari titik timbulan (sumber limbah) ke titik pemanfaatan kembali atau pemrosesan akhir.

kelompok kerja sanitasi kabupaten kutai barat tahun 2012

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat

Berdasarkan Buku Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi (TTPS, 2010), definisi sanitasi adalah upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat baik pada tingkat rumah tangga maupun pada lingkungan perumahan. Sanitasi terbagi ke dalam tiga subsektor yaitu air limbah, persampahan dan drainase. Berikut disajikan uraian terkait dengan subsektor sanitasi. 1. Pengelolaan air limbah

Sistem pengelolaan air limbah dikelompokkan antara lain : a. Sistem setempat air limbah (blak and grey water) langsung diolah setempat. Sistem setempat bisa kering atau basah. Sistem kering tidak memakai air untuk membersihkan kotoran. Sedangkan sistem basah menggunakan air untuk membersihkan kotoran dan sistem basah ini yang umum digunakan di Indonesia. Pada sistem setempat yang memadai dibutuhkan ceruk atau tangki untuk menampug endapan tinja dan tergantung pada permeabilitas tanah ntk menapis air limbah ke dalam tanah. Tangki septik memerlukan pembuangan endapan tinja secara berkala (2-4 tahun). Endapan tinja yang terkumpul harus diangkut dan diolah di instalasi pengolahan yang dirancang untuk ini (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja atau IPLT). b. Sistem terpusat, sistem ini biasanya dikelola oleh Pemerintah Daerah atau badan milik swasta resmi yang mengalirkan black dan grey water secara bersamaan. Sistem ini umumnya menyertakan WC gelontor yang tersambung ke saluran limbah c. Sistem sanitasi hibrida, sistem ini masih menahan solid di dalam bak penampungannya, tetapi mengalirkan limbah cairnya ke sistem pengumpulan/koleksinya. Sistem hibrida bisa dikoneksikan ke kloset sistem simbur ataupun sentor yang dialirkan lebih dulu ke interseptor sebelum dihubungkan dengan jaringan pipa air limbah.

kelompok kerja sanitasi kabupaten kutai barat tahun 2012

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat

Sebagaimana tangki septik biasa, lumpur dalam bak penampung tetap harus dikuras ke IPLT. 2. Pengelolaan persampahan

Pengelolaan sampah dibagi ke dalam dua aktivitas utama yaitu pengumpulan dan pemrosesan akhir. Berdasarkan UU No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, untuk pemrosesan akhir digunakan sistem controlled landfill dan sanitary landfill. Sedangkan untuk sistem open dumping sudah tidak diperkenankan lagi. Pengumpulan sampah dibedakan menjadi pengumpulan langsung atau perorangan (dari pintu ke pintu) dan tidak langsung atau komunal (ditimbun pada TPS atau kontainer). 3. Pengelolaan drainase

Drainase perkotaan dibedakan menjadi, sebagai berikut. a. Drainase makro yang terdiri dari drainase primer dan sekunder yang umumnya diperasikan oleh Provinsi atau Balai. Drainase ini berupa sungai, drainase/saluran primer dan sekunder. b. Drainase tersier/mikro yang umumnya direncanakan, dibangun dan dirawat oleh Pemerintah Kota dan bahkan sering pula melibatkan masyarakat. Fungsi ganda pada drainase tersier yaitu (1) sebagi tempat pembuangan dan pengaliran grey water dan juga black water sepanjang tahun dan (2) sebagai penyalur air hujan/limpasan saat musim hujan tiba.

1.2.2 Kajian Wilayah Sanitasi


Berdasarkan kesepakatan dari Pokja Sanitasi Kabupaten Kutai Barat Tahun 2013 dan penilaian kondisi eksisting sanitasi Kabupaten Kutai Barat, kajian wilayah sanitasi Kabupaten Kutai Barat terfokus pada kampung dalam kecamatan di Kabupaten Kutai Barat.

kelompok kerja sanitasi kabupaten kutai barat tahun 2012

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat

1.2.3 Visi dan Misi Kabupaten Kutai Barat


Merujuk pada dokumen perencanaan Kabupaten Kutai Barat, maka Visi Pembangunan Kabupaten Kutai Barat adalah KUTAI BARAT YANG MASYARAKATNYA SEMAKIN SEJAHTERA, CERDAS, SEHAT DAN PRODUKTIF BERBASISKAN EKONOMI KERAKYATAN. Maksud dari rumusan visi tersebut adalah sebagai berikut : Kubar Yang Sejahtera Artinya :

Terjadinya peningkatan mutu pembangunan yang seutuhnya secara lebih adil, merata dan aman, serta peningkatan kualitas kehidupan masyarakat Kutai Barat dalam aspek ekonomi, kesehatan, pendidikan, politik, hukum, kependudukan, demokrasi, lingkungan hidup, adat-budaya, prasarana-sarana dsb. Kubar Yang Cerdas Artinya : mutu pendidikan dalam upaya membangun SDM Kutai tinggi Barat dan kita berhak untuk memperoleh membangun

Peningkatan lapisan

masyarakat Kutai Barat yang berkualitas dan cerdas. Segenap masyarakat yang kesempatan yang adil dan merata guna mendapatkan tingkat pendidikan bermutu masyarakat Kutai Barat. Kubar Yang Sehat Artinya :

Terjadi peningkatan mutu pembangunan kesehatan dalam upaya membangun masyarakat Kutai Barat yang sehat, baik secara jasmani maupun rohani sebagai manusia yang cerdas dan produktif. Jangkauan pelayanan kesehatan dasar merupakan kebutuhan dasar manusia yang ke-4. Bersama-sama dengan kebutuhan pangan, pakaian dan perumahan.

kelompok kerja sanitasi kabupaten kutai barat tahun 2012

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat

Kubar Yang Produktif Artinya : meningkatnya kemampuan Sumber Daya Manusia

Dengan

diharapkan dapat menghasilkan apa yang diinginkan dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi. Kemampuan produktivitas manusia berkaitan erat dengan pemanfaatan berbagai faktor produksi, seperti SDA, SDM, Modal, Teknologi dan sebagainya. Produktif berarti segala upaya kita membuat segala sesuatu yang belum maju menjadi lebih maju. Berbasiskan Ekonomi Kerakyatan Artinya :

Peningkatan kulitas SDM masyarakat Kutai Barat ke depan mengacu pada dinamika pertumbuhan ekonomi Kutai Barat yang berbasis pada potensi ekonomi yang berkembang di masyarakat, SDA dan SDM masyarakat Kubar sendiri. Ekonomi kerakyatan yang dimaksud berorientasi pada pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat yang merata dan berkeadilan. Dalam mewujudkan visi pembangunan Kabupaten Kutai Barat tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan sebagai berikut: 1. 2. Meningkatkan pembangunan Infrastruktur di seluruh Kecamatan dan Kampung Meningkatkan kualitas SDM: pendidikan, kesehatan, kebudayaan, peran perempuan, kesejahteraan sosial, agama, pemuda dan olahraga serta masyarakat adat. 3. Menanggulangi kemiskinan untuk kesejahteraan masyarakat lokal. 4. Menyelenggarakan sistem tata kelola pemerintahan yang baik dan Pemerintah yang bersih serta memelihara hubungan yang harmonis antara eksekutif, legislatif dan yudikatif.

kelompok kerja sanitasi kabupaten kutai barat tahun 2012

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat

5. 6. 7.

Memelihara hubungan antar umat beragama, suku dan golongan yang "tenteram, harmonis dan damai". Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Mengelola dan memberdayakan Sumber Daya Alam (SDA) berbasiskan pelestarian lingkungan hidup dan agroforestry yang berkelanjutan. Mengembangkan lembaga riset lokal dalam rangka penelitian, dan pemberdayaan kebudayaan serta pembangunan daerah yang berkelanjutan.

8.

1.2.4 Penataan Ruang


Dalam rangka perencanaan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang serasi dan optimal, akomodatif terhadap kebutuhan daerah dan sesuai dengan dukungan sumber daya lingkungannya, maka diperlukan pedoman pembangunan berupa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten. RTRW Kabupaten ini sedapat mungkin sejalan/mengacu dengan RTRWN dan RTRWP yang sudah ada, selain itu munculnya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 (UU No. 26 Tahun 2007) tentang Penataan Ruang memberikan dampak yang luas dalam arti juga menerjemahkan arti otonomi kepada daerah dengan pengangkatan nilai-nilai dan muatan lokal. Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka telah ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat No. ....... Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Barat antara lain bertujuan untuk mewujudkan mendukung kabupaten dalam Tahun 2011 2031, yang penataan ruang yang pembangunan

pelaksanaan

berkelanjutan berbasiskan ekonomi kerakyatan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi

kelompok kerja sanitasi kabupaten kutai barat tahun 2012

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat

untuk menuju masyarakat yang semakin cerdas, sehat, produktif dan sejahtera dengan tetap mempertimbangkan daya dukung lingkungan. Selain tujuan diatas, tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Kutai Barat juga memperhatikan tujuan penataan ruang nasional yaitu mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan nasional. Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan

pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintahan Daerah Kabupaten guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, yang meliputi : a) pewujudan akses pelayanan masyarakat dalam rangka

pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki; b) peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan

prasarana transportasi, sumber daya energi, sumber daya air, dan jaringan telekomunikasi yang terpadu dan merata di seluruh wilayah; c) pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi yang berperan dalam perkembangan perekonomian kabupaten; dan d) pelindungan dan pengelolaan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Rumusan kebijakan ini disusun dengan memperhatikan tujuan penataan ruang yang hendak dicapai sampai akhir tahun masa berlakunya RTRW Kabupaten, serta memperhatikan kondisi lingkungan srategis wilayah kabupaten baik internal maupun eksternal, sehingga kebijakan yang diambil mampu menjadi dasar bagi pencapaian tujuan penataan ruang kabupaten.

kelompok kerja sanitasi kabupaten kutai barat tahun 2012

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat

Sedangkan rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi : 1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten; 2. 3. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang; Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun; dan 4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten berdasarkan : 1. 2. 3. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten; Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial Kutai Barat dirumuskan

ekonomi dan lingkungan; dan 4. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria : 1. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana rincinya; 2. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWP beserta rencana rincinya;

kelompok kerja sanitasi kabupaten kutai barat tahun 2012

10

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat

3.

Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;

1.3

Maksud dan Tujuan

Penyusunan Buku Putih Sanitasi dimaksudkan untuk menilai, memetakan dan memberikan gambaran serta informasi yang lengkap mengenai kondisi pengelolaan sanitasi di Kabupaten Kutai Barat Adapun tujuan dari penyusunan Buku Putih Sanitasi yaitu sebagai acuan (base line data) bagi Pemerintah Kabupaten Kutai Barat di dalam menyusun perencanaan dan menetapkan strategi pembangunan dan pengelolaan sektor sanitasi setidaknya untuk jangka menengah 5 (lima) tahun ke depan.

1.4 Metodologi 1.4.1 Pendekatan


Pendekatan yang digunakan dalam proses penyusunan Buku Putih (Penilaian dan Pemetaan Situasi Sanitasi Kabupaten Kutai Barat) antara lain: 1. Pendekatan partisipatif, dalam pelaksanaannya melibatkan masyarakat dan swasta dalam layanan sanitasi, komunikasi, serta pemberdayaan masyarakat dengan pelibatan jender dan masyarakat miskin. 2. Pendekatan berbasis kebutuhan (demand responsive approach), dimana dalam melakukan analisis disesuaikan dengan kebutuhan publik dimana masyarakat ikut terlibat langsung dalam pengambilan keptusan. 3. Pendekatan berbasis fakta (evidence based approach), dimana data yang dihasilkan berasal dari data primer dan

kelompok kerja sanitasi kabupaten kutai barat tahun 2012

11

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat

sekunder sehingga bisa menjelaskan fakta yang sebenarnya dan mengetahui permasalahan langsung dari sumbernya.

1.4.2 Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan terkait dalam dengan penyusunan teknik yang Buku Putih Sanitasi dalam

Kabupaten Kutai Barat meiputi data sekunder dan data primer. Berikut disajikan 1. uraian digunakan pengumpulan data sebagai berikut: Data sekunder, data ini diperoleh dari instansi/dinas pemerintah Kabupaten Kutai Barat, hasil penelitian terkait sanitasi yang sudah dilakukan dan juga kajian literatur terkait dengan sanitasi. 2. Data primer, data ini diperoleh dari survey dan observasi lapangan, wawancara terstruktur, indepht interview, dan Focus Group Discussion (FGD) dengan masyarakat umum, pihak swasta, organisasi non pemerintah dan pemerintah Kabupaten Kutai Barat.

1.4.3 Sumber Data


Data yang dikumpulkan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi

Kabupaten Kutai Barat meliputi data sekunder dan data primer. Berikut disajikan uraian terkait dengan sumber data yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat. 1. Data sekunder, meliputi Arsip dan dokumen terkait dengan pelaksanaan pembangunan sanitasi Kabupaten Kutai Barat yang berasal dari Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat, Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Barat, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kutai Barat, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Barat dan dinas/instansi terkait

kelompok kerja sanitasi kabupaten kutai barat tahun 2012

12

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat

lainnya meliputi (data statistik, Kabupaten Kutai Barat Dalam Angka proposal, laporan, foto-foto lapangan) Dokumen perencanaan meliputi RPJP Kabupaten Kutai Barat, RPJMD Kabupaten Kutai Barat, RTRW Kabupaten Kutai Barat dan dokumen perencanaan lainnya 2. Data Primer, merupakan data yang diperoleh dari lapangan yang meliputi data dari survey Pemberdayaan Masyarakat, Jender dan Kemiskinan (PMJK) dan Aspek Promosi Higiene, Studi Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment/SSA), Studi Komunikasi dan Pemetaan Media dan Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment), Studi Kelembagaan dan Studi Keuangan. Berikut disajikan diagram terkait dengan tahapan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat:

kelompok kerja sanitasi kabupaten kutai barat tahun 2012

13

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat

Gambar 1. 1. Diagram Alir Tahapan Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat (Sumber: Seri Manual Pengembangan Strategi Sanitasi Perkotaan Tahap B Penilaian dan Pemetaan SITUASI Sanitasi Perkotaan, 2010)

kelompok kerja sanitasi kabupaten kutai barat tahun 2012

14

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat

1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan yang lain 1.5.1 Dasar Hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih (Penilaian dan Pemetaan Situasi Sanitasi Kabupaten Kutai Barat) antara lain : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alami Hayati dan Ekosistemnya
2.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Undang-Undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik 11. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 12. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 13. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air 14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 15. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang

kelompok kerja sanitasi kabupaten kutai barat tahun 2012

15

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air 16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 21/PRT/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) 18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 16/PRT/2008 tentang kebijakan 19. Keputusan dan Strategi Nasional No: Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP) Menteri Kesehatan 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan
20. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor

112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik 21. Keputusan Menteri Kesehatan No: 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. 22. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 04 Tahun 2012 Tentang 23. Peraturan Pembentukan Daerah Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Kutai Barat. Kabupaten Kutai Barat Nomor 12 2012 Tentang Pelayanan Air Minum Kabupaten Kutai Barat. 24. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Izin Mendirikan Bangunan.

1.5.2 Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan lain


Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat akan menyediakan data dasar mengenai situasi dan kondisi sanitasi sampai dengan mengenai pengelolaan dan kebutuhan Kampung/Desa/Kelurahan. Dalam tingkat

kaitannya dengan dokumen perencanaan lain yang terdapat di Kabupaten Kutai Barat, Buku Putih Sanitasi ini diposisikan sebagai acuan penyusunan strategi sanitasi tingkat Kabupaten (SSK) maupun dalam

kelompok kerja sanitasi kabupaten kutai barat tahun 2012

16

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Barat

penyusunan perencanaan pembangunan dan pengelolaan sanitasi lainnya. Untuk dapat memantau perkembangan pelaksanaan program sanitasi di Kabupaten Kutai Barat, maka Pokja sanitasi akan membuat Laporan Sanitasi Tahunan yang merupakan gabungan laporan Tahunan SKPD terkait bidang sanitasi dan status program sanitasi lainnya. Laporan sanitasi tahunan akan menjadi lampiran buku putih sanitasi, dan hasil laporan tahunan tersebut dapat dijadikan bahan revisi buku putih sanitasi, sehingga Pokja sanitasi dapat mengetahui perkembangan pembangunan sanitasi di Kabupaten Kutai Barat setiap tahunnya.

kelompok kerja sanitasi kabupaten kutai barat tahun 2012

17

Anda mungkin juga menyukai