Anda di halaman 1dari 8

KASUS PC KELAS A (ganjil) KASUS GANGGUAN GASTROINTESTINAL pro : kelompok 3 Seorang wanita 45 tahun datang ke apotek dengan keluhan

n nyeri perut, mual, dan rasanya ingin muntah apalagi setelah meminum kopi. Setelah ditanya, dia mengaku bahwa selama ini dia rajin mengkonsumsi Na-diklofenak untuk mengatasi arthritis yang dideritanya. Dia sudah diberi resep antasida dan simetidin oleh dokter tetapi tidak sembuh. KASUS GANGGUAN ENDOKRIN pro : kelompok 4 Ny. R usia 67 tahun datang ke RS dengan keluhan badan lemas dan tidak dapat beraktivitas seperti biasa sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai mual, kepala pusing dan sulit tidur. Ny. R memiliki kebiasaan minum teh manis setiap pagi dan sore hari, juga sering mengonsumsi daging kambing. Ny.R tidak memiliki riwayat alergi. Dilakukan pemeriksaan gula, diperoleh kadar gula plasma puasa 140 mg/dL dan gula plasma 2 jam PP 200 mg/dL. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan: BP 140 mmHg, HR 100, RR 20, Suhu badan 36,5C. Data laboratorium lainnya: ureum 50 mg/dl, kreatinin 1,1 mg/dl. Ny.R memiliki riwayat penyakit hipertensi, diterapi menggunakan amlodipin 5 mg dikonsumsi 1 tablet per hari. Tidak adanya keluhan penglihatan kabur. KASUS GANGGUAN KARDIOVASKULAR pro : kelompok 5 Tn.AH (47 thn, BB 94 kg, tinggi 5,7 inci) adalah seorang supir, pemeriksaan tekanan darah saat istirahat 162/92 mmHg dan denyut nadinya 82 kali/menit. Dia mengkonsumsi ibuprofen 400 mg 3 kali sehari untuk mengatasi artritis ketika sakitnya kambuh. Dia merokok sebanyak 15 batang per hari dan terakhir mengkonsumsi alkohol 6 botol setiap minggunya. Kolesterol totalnya 5,9 mmol/L dan HDL 1,5 mmol/L. 3 bulan kemudian Tn. AH memeriksakan tekanan darahnya sebanyak dua kali dan memperoleh hasil 160/91 mmHg dan 164/92 mmHg. Setelah pemeriksaan dokter memberikan ramipril 1,25 mg untuk mengobati tekanan darahnya. Tn. AH rutin melakukan pemeriksaan tekanan darahnya setiap 2 bulan sekali, tetapi tekanan darahnya makin meningkat, meskipun diobati dengan ramipril dan tetap mengkonsumsi ibuprofen ketika nyerinya kambuh. Sembilan bulan kemudian Tn. AH masuk ke unit gawat darurat di rumah sakit setempat dengan tekanan darahnya 165/99mmHg, dia pingsan saat bekerja dengan nyeri di dada, dan diberikan gliceryl trinitrate secara sublingual. Hasil pemeriksaan hematologi dan biokimia adalah sebagai berikut : Sodium 140mmol/L Potassium 4,9mmol/L Creatinin 130mol/L Hemoglobin 11,2 g/dL Kolesterol total 7,1 mmol/L Glukosa darah 4,1 mmol/L

HbA1C 6,7%

KASUS GANGGUAN SALURAN NAFAS pro : kelompok 6 Nyonya endang , ibu rumah tangga 36 thn menghidap asma sejak berumur 6 tahun. Tidak merokok, minum alkohol sesekali dan mempunyai hewan peliharaan kucing. Dia mendapat pengobatan : -Beklometason 500 dua kali sehari -Salbutamol 200 mg jika diperlukan Ny. endang menemui dokter umum ketika mengalami nafas yang pendek selama beberapa minggu. Ny. endang mendapat pengobatan zafirlukast 20 mg dua kali sehari ditambah pemberian amoxcicilin tiga kali sehari selama seminggu. Dokter curiga pasien mempunyai infeksi ringan kemudian melanjutkan dengan masalah pengobatan. Dua bulan kemudian, dia masuk rumah sakit karena gejala mirip flu, sakit perut dan penurunan nafsu makan. Ny endang dideteksi mempunyai penyakit kuning. Pemeriksaan fungsi Hati: Bilirubin: 44 mol/l (normal range < 17 mol/l) Alanin transaminase (ALT): 200 IU/l (normal range:0-35 units/l) Aspartate transaminase (AST):150 IU/l (normal range:0-35 units/l) KASUS GANGGUAN GINJAL pro : kelompok 1 Nyonya Tamara umur 69 tahun dirawat di RS karena merasa lemas karena diare lebih dari 5x sehari. Dia mempunyai riwayat susah tidur dan hipertensi dan masih mendapat pengobatan diazepam 2mg prn dan captopril 12,5mg 3dd1. Akhir-akhir ini sering sekali mengalami batuk-batuk kering.

Data lab: TD RR HR Suhu TB BB : 162/94 mmHg : 15x/menit : 70x/menit : 37,5 C : 153 cm : 50 kg

Kreatinin serum : 100 mikromol/L

KASUS GANGGUAN SISTEM SARAF pro : kelompok 2 Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun masuk ke IGD dengan keluhan demam sejak satu hari yang lalu, kejang seluruh tubuh sebanyak 3 kali dan masing-masing kejang berlangsung selama 3 menit. Kejang pertama terjadi di rumah sekitar 3 menit. Setelah kejang pasien sadar sekitar 10 menit. Kemudian kejang timbul lagi dalam perjalanan ke Rumah Sakit dan pada saat pasien di IGD. Riwayat penyakit terdahulu: Pasien menderita epilepsi sejak 2 tahun yang lalu dan sering dirawat di Rumah Sakit karena penyakit yang sama. Riwayat penyakit keluarga: Dari keluarga ibu tidak ada yang pernah mengalami kejang, namun dari keluarga ayah ada. Adik ayah pasien pernah mengalami kejang. Kakak pasien juga pernah mengalami kejang, tetapi hanya satu kali. Riwayat pengobatan: Pasien sedang mendapatkan terapi fenobarbital dan karbamazepin. Pemeriksaan Fisik : Berat badan : 20 Kg Suhu badan : 40,20C Pemeriksaan Laboratorium : Hemoglobin : 12 g/dl Leukosit : 11.300/mm Trombosit : 373.000/mcl Hematokrit : 36,1 vol%

KASUS PC KELAS B (genap) KASUS GANGGUAN GASTROINTESTINAL pro : kelompok 5 An. TK (7 tahun, BB : 22 kg), sejak 3 hari yang lalu mengalami demam dengan suhu yang terus meningkat. An TK sudah diberi parasetamol, demam dapat turun tetapi kemudian naik lagi, terutama pada sore atau malam hari. Hari ini akhirnya An TK dibawa orang tuanya ke RS, karena demamnya semakin tinggi. An TK juga mengeluh sakit kepala, sakit perut, mual, muntah, dan perut kembung. Nafsu makannya juga menurun. PEMERIKSAAN FISIK DAN LAB : TD : 110/80 mmHg, T : 40 oC, RR : 25 x/mnt, HR : 80 x/mnt Abdominal : nyeri (+) Hematologi = LED : meningkat; terjadi leukopenia, trombositopenia, serta SGPT & SGOT meningkat. Tes Widal : AO = 1/160, AH = 1/320 Diagnosis : DEMAM TIFOID

KASUS GANGGUAN ENDOKRIN pro : kelompok 6 Seorang wanita 59 tahun dengan riwayat 3,5 tahun diabetes datang dengan keluhan mual dan batuk. Dia memiliki riwayat penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) sejak usia 55. Hasil pemeriksaan pasien mengalami dyspnea dan batuk terus-menerus. Selain itu juga dia memiliki riwayat penyakitdiabetes tipe 2 tetapi telah telah dikelola dengan diet dan olahraga . Hemoglobin glikosilasi terakhirnyadiukur 1 bulan lalu adalah 6,8 %. Pemeriksaan fisik menunjukkan pasien tersebut mengalami cemas (anxiety) dengan tekanan darah 130/70 mmHg , nadi 120 , RR 24 , dan BB 180pon. Paru-parnya jelas secara perkusi, tetapi terjadi mengi bilateral. Tidak ada otot aksesori yang digunakan . Tidak mengalami sianosis . Evaluasi laboratorium : ABG : 7.46, pO2 : 60, pCO2 : 40, O2Sat : 88%. Fototoraks:diafragma datar hyperin flated, adain filtrat . Spirometri :forced vitality capacity( FVC ): 3.2,forced expiratory time in 1 second( FEV1 ) : 1.4. Dia mulai albuterol dan dimulai pada suatu program prednisone pada 40 mg / hari selama 3 hari, dalam waktu 2 minggu. Pada hari ke-3, dia menelepon untuk melaporkan bahwa kadar glukosa darahnya adalah 350 mg / dl pada pukul 16:00.

KASUS GANGGUAN KARDIOVASKULAR pro : kelompok 1 Nyonya TM 80 tahun dirujuk ke departemen kardiologi karena sesak setelah berjalan jauh saat liburan di dataran tinggi dia merasa vertigo dan selama berjalan-jalan menanjak dia berhenti karena memburuknya dyspnoea. Nyonya TM tersebut adalah seorang penulis dan

keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit jantung iskemik, namun salah satu adiknya yang berusia 18 tahun memiliki riwayat diabetes dan hipertensi. Nyonya TM mengalami monopouse saat berusia 41 tahun dan belum pernah menerima terapi penggantian hormone. Nyonya TM merupakan perokok berat dan memiliki IMB 27 kg/m2. Dia memiliki riwayat hipertensi pada usia 23 tahun dan pernah dirawat dan memiliki riwayat pengobatan enalapril (5mg/hari) dan manidipine (5mg/hari). Nyonya TM mengalami diabetes militus sejak 18 tahun terakhir diobati dengan glikazid (30mg od). Pada usia 68 tahun nyonya TM mengalami infark miokard dengan trombolisis intravena dan kemudian mengalami cangkok bypass arteri koroner. Dia juga diresepkan aspirin, simvastatis dan diltiazem. Beta bloker dosis rendah dihentikan setelah 10 hari karena terjadinya bradikardia (45bpm). Data klinis : Tekanan darah 150/90 mmHg Plasma glukosa puasa 142mg/dl HbAIc 7,8% Tes kimia rutin pada darah dinyatakan normal EKG 56bpm Hasil USG menunjukan carotid stenosis kiri 70% dan penyakit arteri perifer KASUS GANGGUAN SALURAN NAFAS pro : kelompok 2 Ibu Tukiyem 32 tahun, dia tidak memiliki riwayat medis di masa lalu. Dia berimigrasi dari Ethiopia empat tahun yang lalu, kemudian dia datang ke gawat darurat rumah sakit dengan keluhan demam, batuk kering, nyeri perut, mual, dan muntah sudah tiga minggu. Selain itu, dia juga mengalami diare tak-berdarah yang berlangsung selama empat hari. Diagnosis sementara dari dokter adalah dehidrasi dan gastroenteritis. Dia tidak mengalami sakit atau melakukan perjalanan baru-baru ini. Dia juga membantah disuria atau abnormal keputihan. Periode menstruasi terakhirnya adalah enam hari sebelum masuk gawat darurat. Dia melaporkan kehilangan nafsu makan, kelelahan, nyeri, dan penurunan berat badan sebanyak sepuluh pound dalam tiga minggu sebelumnya. Dia diketahui tidak punya alergi, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alkohol, atau memakai obat-obatan terlarang. Dokter memberinya Ibuprofen untuk mengurangi rasa nyerinya. Dia masih lajang, berpendidikan sampai kelas dua belas dan sekarang menganggur. Pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil T 100,6 ( F ), N 133/min , TD 93/60 mm Hg, RR 20/min, PCO2 99%, indeks massa tubuhnya 14,9, leukosit dari 4400/cm,

sedimentation rate 65 mm/jam. Uji multi sistemik menunjukkan tidak ada kelainan lain yang teridentifikasi. Terdapat efusi pleura bilateral dan infiltrasi lobus bawah terlihat pada x-ray dada. Tes kulit tuberkulin positif ( 21mm ). Dia menerima terapi vankomisin, piperasilin tazobactam, caspofungin, dan metronidazole setelah konsultasi. Biopsi sumsum tulang menunjukkan sumsum hypercellular ringan dan trilineage hematopoeisis tetapi tidak ada bukti granuloma atau keganasan. Pada konsultasi dengan tim paru, bronkoskopi direkomendasikan, tetapi awalnya pasien menolak. Pada minggu kedua di rumah sakit, pasien mengalami demam berkelanjutan, dicurigai karena antibiotik spektrum luas. sehingga akhirnya ia setuju untuk bronkoskopi tetapi dengan kemudian dia sesak napas pada hari berikutnya. PCO2 menjadi 64 % dan x-ray dada menunjukkan memburuknya infiltrat bilateral dan efusi, dengan sisi kanan lebih parah. Terapeutik thoracentesis dilakukan. 850 ml cairan terkuras dari sisi kanan dan 550 ml dari sisi kiri. Pengobatan untuk PCP dimulai dengan Trimethoprim sulphamethoxazole ( TMP - SMX ) dan prednison. Autoimun dan uji rematologi dilakukan. Hasilnya antibodi anti - nuklir positif dengan pola nucleolar dari 1:80 . Antibodi anti - fosfolipid dan scleroderma juga positif. Faktor reumatoid dan tingkat angiotensin-converting enzyme serum normal. KASUS GANGGUAN GINJAL pro : kelompok 4 Pasien XYZ, laki-laki, 45 tahun, datang ke Instalasi Rawat Darurat RSUP Sanglah dengan keluhan sesak napas yang memberat sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit disertai batuk berdahak, berkeringat malam hari, dan mudah lelah. Pasien mengalami penurunan berat badan dari 78 kg menjadi 70 kg dalam 3 bulan terakhir. Terdapat riwayat diare yang hilang timbul sejak 1 tahun serta penurunan nafsu makan dan mual kadang sampai muntah. Pasien menderita HIV sejak bulan november tahun 2010 dan jumlah CD4+ saat itu adalah 353 sel/mm3. Sampai saat ini pasien belum pernah meminum obat anti retroviral. Tidak terdapat riwayat hipertensi dan penyakit ginjal pada pasien maupun keluarga sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah 100/80 mmHg, Nadi 100x/menit, frekuensi pernapasan 28x/menit dan temperatur aksila 37,7o C. Terdengar ronkhi pada basal paru kanan dengan penurunan vokal fremitus serta redup saat perkusi. Batas jantung kiri melebar ke lateral dimana iktus kordis teraba pada sela iga VI, 2 cm lateral dari garis midklavikula. Tidak teraba ballotement dan tidak terdapat edema pada ekstrimitas. Pada foto thorax parakardial kanan terkesan kardiomegali dan gambaran infiltrat pada

dan EKG menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri. Terjadi

peningkatan BUN 23,16 mg/dL dan SC 1,2 mg/dL. Pada urinalisis terdapat proteinuria +2. Hasil pemeriksaan serial untuk BUN dan SC berturut-turut pada tanggal 8 September 2012 adalah BUN 25,63 mg/dL dan SC 1,3 mg/dL, kemudian meningkat sampai BUN 29 mg/dL dan SC 1,7 mg/dL pada tanggal 10 September 2012 dan pada 11 September 2012, BUN 29,30 mg/dL dan SC 1,8 mg/dL. Selama 4 hari perawatan terjadi peningkatan BUN dan SC dari hari ke hari. Dan hasil pemeriksaan CD4+ terbaru berjumlah 89 sel/mm3. Pasien didiagnosis dengan infeksi HIV stadium klinis IV menurut WHO dengan wasting

syndrome, pneumonia, acute on chronic kidney diseases (ACKD) curiga HIVAN, serta observasi kardiomegali suspek kardiomiopati Fc II. Penanganan selama di rumah sakit berupa pemberian cefotaksim 1 gram sebanyak 3 kali/ hari4 secara intravena, azitromisin 500 mg 1 kali/ hari secara intravena, parasetamol 500 mg 3 kali/hari secara oral, ambroksol 1 sendok makan 3 kali/hari, kotrimoksasol 960 mg 1 kali/hari, furosemid 20 mg 2 kali/hari secara intravena dan captopril tablet 25 mg 3 kali/hari.

KASUS GANGGUAN SISTEM SARAF pro : kelompok 3 Ny. A (65 th) beralamat di jalan Simanjuntak no.35 Surabaya, masuk Rumah Sakit (MRS) tanggal 9 Januari 2013 dengan keluhan kepala serasa pusing berputar mendadak 1 jam SMRS dan muntah, status pasien tanpa jaminan kesehatan (umum). Riwayat penyakit yang diderita Ny. A yaitu HT(+) tidak rutin control, DM (+) tidak rutin terapi, kolesterol tinggi. Selama MRS data klinik hasil pemeriksaan menunjukkan: Data TD Nadi GDA Gluc puasa kolesterol LDL K+ 3,03 9 10 11 150/90 12 170/90 13 150/100 14 140/90

150/90 170/100 88 187

119 277 146

Diagnosa klinik Pemeriksaan lain:

: Vertigo

a. Foto thorax: kesan Cardiomegali dengan aortosklerosis b. CT scan kepala: edema cerebri

Selama MRS, Ny.A mendapatkan terapi Obat Dosis 9 (05.30) RL CDP Cholin inj Flunarizin Betaserch Noperten 2x5 mg (po) 3x8 mg 10 mg (pagi) Adalat Oros 30 mg (malam) Dulcolax sup 1 supp (malam) 2 fl/hr 3x250 mg 9 (08.30) 10 11 12 13 14

Anda mungkin juga menyukai