Anda di halaman 1dari 15

PROFIL KABUPATEN / KOTA

KOTA SEMARANG JAWA TENGAH

KOTA SEMARANG

ADMINISTRASI
Profil Wilayah
Kota Semarang yang merupakan ibukota Propinsi Jawa Tengah adalah satu-satunya kota di Propinsi Jawa Tengah yang dapat digolongkan sebagai kota metropolitan. Sebagai ibukota propinsi, Kota Semarang menjadi parameter kemajuan kota-kota lain di Propinsi Jawa Tengah. Kemajuan pembangunan Kota Semarang tidak dapat terlepas dari dukungan daerah-daerah di sekitarnya, seperti Kota Ungaran, Kabupaten Demak, Kota Salatiga dan Kabupaten Kendal.

Gambar III. 16. Lawang Sewu, Salah Satu Bangunan Tua di Kota Semarang

Penggunaan lahan di Kota Semarang dari tahun ketahun mengalami perubahan yang mengarah dari pertanian menjadi non pertanian, ini merupakan gejala wajar dari perkembangan kota. Penggunaan lahan pada tahun 1999 diuraikan berikut ini:
TABEL III. 66. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. TATA GUNA LAHAN KOTA SEMARANG Luas (Ha) 12.355,96 8.884,30 4.360,88 5.140,23 873,48 137,31 1.023,03 483,14 1.377,21 413,80 1.775,00 2.545,63 37.360,00 Persentase 33,12 23,81 11,68 13,78 2,34 0,36 2,74 1,29 3,69 1,10 4, 75 6,82 100,00

Guna Lahan Permukiman Lahan Kering/Tegalan Sawah Kebun Perkebunan Pertambangan Terbuka Industri dan Pariwisata Perhubungan Lahan Berhutan Lahan Terbuka Perairan darat Lain-lain Luas lahan

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2001

Dari data tersebut di atas, terlihat bahwa proporsi penggunaan lahan di Kota Semarang terbesar adalah jenis penggunaan lahan untuk permukiman ( 33,12 %), hal ini menunjukkan bahwa lahan masih memiliki fungsi dominan sebagai pelayanan domestik. Berdasarkan Peta Penggunaan Lahan terlihat bahwa persebaran penggunaan lahan permukiman berada jalu-jalur jalan utama terutama berada di pusat kota. Besarnya proporsi luas lahan permukiman mengindikasikan bersarnya tuntutan pelayanan masyarakat dan hal ini membuktikan bahwa wilayah Kota Semarang benarbenar bersifat perkotaan. Proporsi yang besar lainnya adalah untuk lahan pertanian, terdiri dari lahan pertanian kering atau tegalan 8.884,30 Ha dan pertanian sawah 4.360,88 Ha . Lahan pertanian kering berlokasi berada di sebelah selatan wilayah kota yang berbukit-bukit, sedangkan lahan sawah berlokasi di wilayah Semarang bawah sebagian lagi di wilayah Gunungpati dan Mijen. Peruntukan lahan untuk industri seluas 750,1215 Ha, yang berlokasi di kawasan industri Tugu dan Genuk, sebagian lagi ada di wilayah Pedurungan dan Semarang Barat. Lokasi industri lainnya ada di wilayah Banyumanik dan Simongan, untuk kedua wilayah ini sudah tidak sesuai dengan Rencana Induk Kota namun mengingat keberadaan industri tersebut sebelum tersusunnya RIK, maka untuk sementara masih ditoleransi sambil dipindahkan secara bertahap.
TABEL III. 67. NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Total LUAS WILAYAH KOTA SEMARANG LUAS (Km) 62,15 53,99 25,13 8,53 8,48 5,56 44,20 19,85 27,38 6,36 7,7 10,46 6,05 23,87 31,29 32,07 373,70

KECAMATAN Mijen Gunung Pati Banyumanik Gajah Mungkur Semarang Selatan Candisari Tembalang Pedurungan Genuk Gayamsari Semarang Timur Semarang Utara Semarang Tengah Semarang Barat Tugu Ngaliyan

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2001

Orientasi Wilayah
Secara geografis wilayah Kota Semarang berada antara 650-710 LS dan 1093511050 BT dengan luas wilayah 373,70 km2 dengan batas-batas sebagai berikut :

Batas Utara Batas Timur Batas Barat

: Laut Jawa : Kabupaten Demak : Kabupaten Kendal

Batas Selatan : Kabupaten Semarang

Kota Semarang terdiri dari 16 kecamatan dan 177 kelurahan dengan luas wilayah keseluruhan 373,7 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 1.351.246 jiwa. Kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas yaitu kecamatan Mijen (62,15 km2) sedangkan kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah kecamatan Candisari (5,56 km2). Ketinggian Kota Semarang bervariasi, terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas garis pantai.

PENDUDUK
Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG 1.350.005 TAHUN 1998-2002 1.309.667 1.322.320

JUMLAH PENDUDUK

1.320.000 1.300.000 1.280.000 1.260.000 1.240.000 1.220.000

1998

1.273.550

1.340.000

1999

1.290.159

1.360.000

2000 TAHUN

2001

2002

Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2002, jumlah penduduk Kota Semarang tercatat sebesar 1.350.005 jiwa dengan pertumbuhan penduduk selama tahun 2001 sebesar 2,09%. Kondisi tersebut memberi arti bahwa pembangunan kependudukan, khususnya usaha untuk menurunkan jumlah kelahiran, memberikan hasil yang nyata.

Sebaran dan Kepadatan Penduduk


Dalam kurun waktu 5 tahun (1998-2002), kepadatan penduduk cenderung naik seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Di sisi lain, penyebaran penduduk di masingmasing kecamatan belum merata. Di wilayah kota Semarang, tercatat kecamatan Candisari sebagai wilayah terpadatdengan angka kepadatan 14.089 jiwa/km2, sedangkan kecamatan Mijen merupakan wilayah yang kepadatannya paling rendah yaitu 625 jiwa/km2.
TABEL III. 68. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kecamatan Mijen Gunung Pati Banyumanik Gajah Mungkur Semarang Selatan Candisari Tembalang Pedurungan Genuk Gayamsari Semarang Timur JUMLAH PENDUDUK PER KECAMATAN TAHUN 2001 LUAS (Km) 62,15 53,99 25,13 8,53 8,48 5,56 44,20 19,85 27,38 6,36 7,7 Penduduk Jumlah 38.843 58.130 106.834 58.482 84.103 78.336 106.090 141.695 63.904 64.104 84.044 Kepadatan 624 1076 4.251 6.856 9.917 14.089 2.400 7.138 2.333 10.079 10.914

No 12 13 14 15 16

Kecamatan Semarang Utara Semarang Tengah Semarang Barat Tugu Ngaliyan Total

LUAS (Km) 10,46 6,05 23,87 31,29 32,07 373,70

Penduduk Jumlah Kepadatan 122.929 11.752 76.810 12.695 148.753 6.231 24.400 779 92.548 2.885 1.350.005 3.613

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2001

Tenaga Kerja
Jumlah angkatan kerja di Kota Semarang berdasarkan pada Konvensi ILO tahun 1998 adalah 213.355 orang, terdiri dari 85.306 laki-laki dan 128.049 perempuan. Pada tahun 1999 menjadi 191.095 orang, terdiri dari 85.306 laki-laki dan 105.789 perempuan. Dilihat dari kelompok usia 15 19 tahun terjadi peningkatan dari 83.786 orang pada tahun 1998 menjadi 86.259 orang pada tahun 1999. Sedangkan pada kelompok usia 20 39 tahun terjadi penurunan dari 352.660 orang pada tahun 1998 menjadi 349.716 orang pada tahun 1999. Angkatan kerja baru ada kenaikan tahun 1998; 18.663 orang menjadi 22.276 orang pada tahun 1999, yang terinci menurut pendidikan sebagai berikut : Lulusan SD : 5.635 orang , SLTP : 2.232 orang, SLTA : 9.882 orang. Sedang data pencari kerja pada lulusan Perguruan Tinggi yang cukup besar tidak terekam secara pasti pada Dinas Tenaga Kerja. Untuk tahun 2002, TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), yaitu perbandingan antara angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja sebesar 78,13%. Sedangkan tingkat kesempatan kerja, yaitu perbandingan antara penduduk yang bekerja dengan angkatan kerja pada tahun 2002 adalah sebesar 75,80%

EKONOMI
Kondisi Perekonomian Daerah
TABEL III. 69. NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. DISTRIBUSI PERSENTASE KEGIATAN EKONOMI TH.2001 JUMLAH (%) 41.63 4.11 1.18 6.16 5.69 11.61 1.34 27.93 0.35

BIDANG Perdagangan, Hotel, dan Restoran Bangunan Listrik Gas, dan Air Bersih Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan Jasa jasa Pertanian Industri Pengolahan Pertambangan dan Penggalian

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2001

DISTRIBUSI PERSENTASE KEGIATAN EKONOMI TAHUN 2001 Industri Pengolahan 27,93% Pertanian 1,34% Jasa jasa 11,61% Keuangan 5,69% Pengangkutan dan Komunikasi 6,16% Pertambangan dan Penggalian 0,35%

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 41,63%

Bangunan Listrik Gas, 4,11% dan Air Bersih 1,18%

Dari data tahun 2000, kontribusi yang cukup signifikan membangun perekonomian Kota Semarang yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran (41,63%), kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan (27,93%), sektor jasa-jasa (11,61%), sektor pengangkutan dan komunikasi (6,16%). Sedangkan sektor lainnya (12,67%) meliputi sektor pertambangan, pertanian, bangunan, listrik, dan gas rata-rata 2-3%.

Perekonomian Kota Semarang sebelum krisis terjadi mengalami pertumbuhan di atas pertumbuhan rata-rata ekonomi nasional, namun setelah adanya krisis multi dimensi pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang cukup drastis. Penurunan pertumbuhan ekonomi yang paling tajam terjadi pada tahun 1998 secara riil mengalami penurunan sebesar minus 18,22 % dibanding tahun sebelumnya. Dalam bidang ekonomi yang mengalami penurunan paling drastis adalah sektor bangunan, yakni sebesar minus 64,89 %. Perekonomian pada tahun 1999 menunjukan pertanda membaik, hal ini dapat terlihat dari pertumbuhan ekonomi sebesar 3,4 %, namun masih ada sektor dengan pertumbuhan negatif, yakni sektor jasa perusahaan minus 9,46 % dan sektor pertanian minus 1,91 %, sedangkan pada tahun 2000 kondisinya lebih baik yakni tumbuh sebesar 4,97 %. Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB cukup besar yakni rata-rata setiap tahun pada 5 tahun terakhir sebesar 32,4 persen atau berada pada urutan ke dua di bawah sektor perdagangan. Walaupun kontribusi terhadap PDRB cukup besar, namun kondisi sektor industri mengalami penurunan pertumbuhan. Hal ini terlihat dari beberapa industri yang mengurangi kegiatan produksi baik pada industri kecil, sedang maupun besar, bahkan ada perusahaan yang menutup usahanya sementara waktu. Data yang ada menunjukkan pada tahun 1996 sebanyak 342 unit usaha, tahun 1997 menjadi 315 unit usaha dan pada tahun 2000 jumlah industri sebanyak 334 unit usaha. Pembangunan perdagangan telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, hal ini terlihat dari kontribusi terhadap PDRB rata-rata sebesar 33,2 persen atau menduduki ranking terbesar. Apabila dicermati walaupun cukup berhasil pembangunan perdagangan masih belum optimal, hal ini dikarenakan masih adanya ketidakseimbangan arus barang masuk dan keluar.
Gambar III. 17. Salah Satu Pasar di Kota Semarang

Tingkat pertumbuhan export non migas Kota Semarang pada kurun waktu 1998-2000 mengalami kenaikan cukup signifikan. Volume eksport pada tahun 2000 meningkat menjadi 259 ribu ton dengan nilai 408 juta U$ dari 212 ribu pada tahun 1999.

Keuangan Daerah
Dari sisi penerimaan APBD kota Semarang pada tahun 2001, penerimaan daerah yang berasal dari Dana Perimbangan merupakan yang terbesar yaitu sekitar 73% atau sekitar 164,8 milyar dari sekitar 222,9 milyar, sedangkan penerimaan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah menyumbang sekitar 21% atau sekitar 48,7 milyar. Sedangkan penerimaan lain yaitu sebesar 9,3 milyar yang berasal dari penerimaan yang sah lainnya.

TABEL III. 70.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH 2001 JUMLAH (Rp) 9,361,510,000.00 48,741,407,000.00 164,854,612,000.00 222,957,529,000.00 140,988,626,000.00 62,996,545,000.00 203,985,171,000.00

PENERIMAAN 1. Bagian Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu 2. Bagian Pendapatan Asli Daerah 3. Bagian Dana Perimbangan 4. Bagian Pinjaman daerah 5. Bagian Lain lain Penerimaan yang Sah TOTAL PENGELUARAN 1. Belanja rutin 2. Belanja Pembangunan TOTAL
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2001

Dari sisi pengeluaran, anggaran terbesar, diperuntukan bagi belanja rutin yaitu hampir sekitar 70% atau sekitar 140,9 milyar, sedangkan untuk belanja pembangunan, dialokasikan hanya sebesar 62,9 milyar atau sekitar 30%. Belanja pembangunan difokuskan pada sektor yang bersifat cost recovery. Dengan alokasi dana pembangunan yang cukup kecil dibandingkan dengan alokasi untuk belanja rutin, salah satu pertimbangan yang dipakai dalam menentukan kebijakan pengelolaan anggaran belanja seperti sebagai berikut: Penerimaan PAD kota Semarang perlu ditingkatkan seiring dengan berlakunya UU tentang Otonomi Daerah melalui optimalisasi sumber-sumber pendanaan yang selama ini ada, selain berusaha menciptakan sumber-sumber pendanaan baru, baik dari penerimaan sektor pajak maupun perusahaan daerah.

FASILITAS UMUM DAN SOSIAL


Pendidikan
Pada tahun 2002 jumlah Taman Kanak-Kanak sebanyak 556 unit, jumlah Sekolah Dasar sebanyak 670 unit, SMTP sebanyak 162 unit, SMTA sebanyak 79 unit, dan SMK sebanyak 64 unit. Kota Semarang memiliki perguruan tinggi negeri ternama yaitu Universitas Diponegoro dan beberapa perguruan tinggi swasta sejumlah 55 unit, yang terdiri dari universitas, sekolah tinggi, institut dan akademi. Jumlah sekolah pada masing-masing jenjang pendidikan dijelaskan pada tabel berikut:
TABEL III. 71. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kecamatan Mijen Gunung Pati Banyumanik Gajah Mungkur Semarang Selatan Candisari Tembalang Pedurungan Genuk Gayamsari N 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 JUMLAH SEKOLAH TIAP KECAMATAN DI KOTA BANDUNG TK S 26 24 44 25 31 33 39 59 24 24 SD N S 26 0 36 4 52 4 23 5 28 15 39 8 32 5 42 9 29 2 30 4 SMTP N S 1 4 3 4 4 7 2 5 4 7 2 6 3 4 4 6 1 7 1 7 SMTA N S 2 2 1 3 2 4 0 7 2 4 0 4 1 0 1 5 1 3 0 3 SMK N 0 0 1 0 5 0 0 0 0 0 S 1 1 3 3 3 5 4 5 1 6

No. 11 12 13 14 15 16

Kecamatan Semarang Timur Semarang Utara Semarang Tengah Semarang Barat Tugu Ngaliyan Jumlah

TK N 0 0 0 0 0 0 2 S 45 41 35 58 9 37 554

SD N 31 25 25 55 13 37 523 S 21 21 21 22 1 5 147

SMTP N S 2 14 1 10 5 16 4 17 1 3 2 5 40 122

SMTA N S 0 6 1 1 2 12 1 8 1 0 1 1 16 63

SMK N 4 1 0 0 0 0 11 S 3 2 6 7 2 1 53

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Semarang dalam Kota Semarang Dalam Angka 2002.

Fasilitas Kesehatan
Jumlah RSU pada tahun 2002 sama dengan tahun sebelumnya (2001 dan 2000), yaitu 13 unit yang terdiri dari 3 unit RSU type B, 8 unit type C, dan 2 unit type D. Pada tahun 1999 masih tersedia 1 unit RSU type A. Prasarana/sarana kesehatan lain yang tidak mengalami perubahan jumlah pada tahun 2002 adalah RSJ = 1 unit,Rumah Sakit Bedah Plastik =1 unit,Rumah Sakit Bersalin = 4 unit, Rumah Sakit Ibu dan Anak = 3 unit, Puskesmas = 37 unit (11 unit diantaranya dengan perawatan), Puskesmas Pembantu = 34 unit, Puskesmas Keliling = 19 unit, Sedangkan Apotek, jumlahnya terus meningkat dari 165 unit pada tahun 2000 menjadi 201 unit pada tahun 2002.Selain itu Laboratorium Klinik dan Rumah Bersalin jumlahnya juga terus meningkat. Untuk lebih jelasnya tentang jumlah sarana prasarana kesehatan dapat dilihata pada tabel berikut.
TABEL III. 72. No 1. JUMLAH SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN DI KOTA SEMARANG Uraian Rumah Sakit Umum -Type A -Type B -Type C -Type D -Type E Rumah Sakit Jiwa Rumah Sakit Paru-Paru Rumah Sakit Kusta Rumah Sakit OP Rumah Sakit Bedah Plastik Rumah Sakit Bersalin Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Rumah Bersalin Puskesmas Puskesmas Perawatan Puskesmas Pembantu Puskesling Kelurahan PKMD Posyandu Yang Ada Posyandu Yang Aktif Kader Kesehatan Yang Ada Kader Kesehatan Yang Aktif Apotik Pedagang Besar Farmasi Industri Farmasi Laboratorium Klinik Swasta 2000 0 3 8 2 0 1 0 0 0 0 3 3 19 26 11 34 19 177 1.344 1.337 9.214 7.486 165 115 25 22 Tahun 2001 0 3 8 2 0 1 0 0 0 1 4 3 31 26 11 34 19 177 1.348 1.341 9.293 7.528 187 115 25 37 2002 0 3 8 2 0 1 0 0 0 1 4 3 29 26 11 34 19 177 1.363 1.341 8.824 7.664 201 120 19 41

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Semarang dalam Kota Semarang Dalam Angka 2002

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN


Komponen Air Bersih
Penyebaran air payau di Kota Semarang semakin luas dan kadar garam semakin tinggi. Pemanfaatan air tanah di kawasan pantai yang dilakukan berlebihan tanpa perhitungan akan menyebabkan air laut begitu mudah meresap ke darat. Kondisi menyolok terjadi di sekitar Tawangsari, Tambaklorog, Genuksari, Wonosari, Tambaksari, dan Bedono. Pada daerah-daerah tersebut, sampai kedalaman 40 meter air tanah sudah payau. Air tanah segar baru didapat pada kedalaman lebih dari 60 meter. Salinitas tertinggi terletak di Tambahsari dengan harga daya hantar listrik (DHL) mendekati 1.000 m/cm (micro ohm tiap centimeter). Padahal nilai DHL air tawar kurang dari 400 m/cm, dan air payau antara 400 m/cm sampai 2.500 m/cm. Hampir semua air tanah dangkal di kawasan Semarang, terutama sumur gali dengan kedalaman sampai 10 meter memiliki salinitas tinggi. Secara umum memiliki DHL di atas 1.000 m/cm. Bahkan untuk kawasan-kawasan tertentu, yang masuk zona banjir pasang surut mencapai 9.000 m/cm. Penyebaran air payau ke wilayah selatan mencapai Kalijati dan Kalimas di Semarang Selatan. Di kawasan tersebut nilai DHL 4.500 m/cm. Penurunan kualitas air tanah bukan hanya karena kandungan garam, tetapi juga dari jumlah koloid yang ikut, sehingga air berwarna merah kecoklatan. Akibatnya beberapa sumur pompa dan bahkan sumur bor menjadi tidak layak untuk minum, hanya untuk MCK. Air tanah dangkal di kawasan Kalisari, Tapak, Beji dan kompleks Pertamina mengandung unsur CaCO3 522 mg/l, Mg 177,7 mg/l dan Fe 11,7 mg/l. Kekeruhan tersebut melebihi ambang batas yang dipersyaratkan. Kekeruhan dan kelebihan unsurunsurnya begitu jelas sehingga air berwarna kecoklatan dan terasa asin. Kapasitas terpasang total dari sumber-sumber air PDAM Kota Semarang sebesar 3.770,75 liter/detik, dengan debit rata-rata produksi sebesar 2.272,53 liter/detik. Sumber air berasal dari mata air, sumur dalam dan terbesar dari air permukaan. Kapasitas dari masing-masing sumber air dapat dilihat pada tabel berikut ini.
TABEL III. 73. No. 1 2 a b 3 Total Sumber Produksi Mata Air Air Tanah Dalam Sumur Kota Sumur Pegunungan Air Permukaan
Sumber: PDAM Kota Semarang

KAPASITAS DAN DEBIT RATA-RATA SUMBER PRODUKSI Jumlah Lokasi 10 20 28 6 66 Kontribusi % 15,55 1,47 15,13 67,85 100 Kapasitas terpasang (lt/dt) 522 49,75 769 2.430 3.770,75 Debit ratarata (lt/dt) 353,37 33,38 343,81 1.541,97 2.272,53

Air terjual pada tahun 2002 sebanyak 50.336.603 m3, dengan nilai penjualan total sebesar Rp 27.572.278.000,00. Jumlah sambungan rumah sebanyak 111.324 sambungan. Jumlah sambungan terbanyak adalah sambungan rumah tangga sebanyak 102.707 pelanggan. Berikut ini adalah tabel jumlah sambungan rumah, jumlah air terjual dan nilai penjualan dari setiap kategori pelanggan.

TABEL III. 74. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

JUMLAH PELANGGAN AIR MINUM DI KOTA SEMARANG SELAMA TAHUN 2002 Kategori Pelanggan Jumlah Pelanggan 2.253 102.707 5.406 171 0 0 785 2 0 111.324 Air Minum yang Disalurkan Volume (m3) Nilai (Rp.) 1.239.590 792.118.000 26.101.918 20.231.567.000 1.832.247 4.162.241.000 165.849 605.361.000 0 0 0 0 1.183.476 1.703.848.000 17.734 77.143.000 0 0 19.795.789 50.336.603 27.572.278.000

Sosial Non Niaga (Rumah Tangga) Niaga Industri Lembaga Pendidikan Warung air Instansi Pemerintah Pelabuhan Lain-lain Susut/Hilang dalam Penyaluran Jumlah

Sumber: PDAM Kota Semarang dalam Kota Semarang Dalam Angka 2002

Dengan asumsi kebocoran yang diperbolehkan untuk Kota Metropolitan sebesar 15%, dan kebutuhan ideal adalah 185 liter/orang/hari, maka kebutuhan air bersih untuk Kota Semarang disajikan dalam tabel berikut ini.
TABEL III. 75. Jumlah Penduduk 1.348.588
Sumber: Analisis

KEBUTUHAN SARANA PRASARANA AIR BERSIH KOTA SEMARANG Kebutuhan ideal Kota Metropolitan 185 l/orang/hari Kebutuhan Total (Lt//hr) 249.488.780 Selisih (Lt//hr) 53.142.188

Kapasitas Produksi Eksisting l/dt 2272,53 l/hari 196.346.592

Sesuai dengan standar kota Metropolitan, yaitu kebutuhan air bersih 185 liter/orang/hari, Kota Semarang dengan jumlah penduduk 1.348.588 jiwa, membutuhkan 249.488.780 liter/hari. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 185 liter/orang/hari. Namun PDAM Kota Semarang baru dapat memproduksi sebanyak 196.346.592 liter/hari. Sehingga masih dibutuhkan kapasitas produksi sebanyak 53.142.188 liter/hari.

Komponen Persampahan
Secara formal, badan pengelola kebersihan dalam hal ini masalah persampahan dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum, tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Subdinas Kebersihan dan Pertamanan. Timbulan sampah di Kota Semarang setiap harinya mencapai 4.274 m3 yang berasal dari rumah-rumah penduduk, pasar maupun fasilitas lainnya. Berikut ini adalah tabel timbulan sampah dirinci menurut sumbernya.
TABEL III. 76. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 Jumlah TIMBULAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 Sumber Pemukiman/ Rumah Tangga Pasar Komersial (Pertokoan, Restoran, Hotel) Fasilitas Umum Sapuan Jalan Kawasan Industri Saluran Jumlah Timbunan Perhari (m3) 2.850 482 198 96 179 376 93 4.274 Prosentase (%) 66,69 11,27 4,63 2,24 4,18 8,81 2,18 100,00

DPU Kota Semarang Subdinas Kebersihan dan Pertamanan

Sarana pengumpulan dan pengangkutan sampah di Kota Semarang, secara umum dalam kondisi baik dan layak pakai. Hanya ada beberapa alat angkut yang kondisinya rusak dan tidak bisa dipergunakan, yaitu 1 unit backhoe dan 1 unit bulldozer. Rincian jumlah peralatan komponen persampahan di Kota Semarang disajikan pada tabel berikut ini.
TABEL III. 77. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. PERALATAN YANG DIMILIKI DINAS KEBERSIHAN S.D TAHUN 2003 Jumlah (unit) 78 15 5 2 120 428 113 37 6.500 2 2 3 2 1 1 Kondisi

Peralatan Persampahan Armroll Truck Dump Truck Sampah Dump Truck Tanah Truck Tinja Becak Sampah Gerobak Sampah Container 6 m3 Landasan Container (TPS) Bak Sampah Tong Sampah Track Loader (Bull Dozer) Back Hoe Wheel Loader Trailer Urinoir Tempat Pembuangan Akhir Sampah Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja

60 %

1 unit rusak 1 unit rusak 40 %

Sumber : Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang 2003

TABEL III. 78.

LOKASI PENEMPATAN BAK CONTAINER SAMPAH DI KOTA SEMARANG TAHUN 2002 Kecamatan LOKASI Pasar Lainnya 0 0 1 0 2 2 1 0 12 6 1 1 1 2 0 2 2 2 2 0 9 0 4 1 0 3 5 1 0 0 2 2 42 22

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Mijen Gunung Pati Banyumanik Gajah Mungkur Semarang Selatan Candisari Tembalang Pedurungan Genuk Gayamsari Semarang Timur Semarang Utara Semarang Tengah Semarang Barat Tugu Ngaliyan Jumlah

Permukiman 0 1 10 22 28 15 14 12 4 16 21 30 39 30 4 14 260

Jumlah 0 2 14 23 46 17 17 14 8 18 30 35 42 36 4 18 324

Sumber: Dinas Kebersihan Kota Semarang dalam Kota Semarang Dalam Angka 2002

Pemusnahan sampah Kota Semarang saat ini berada di TPA Jatibarang, yang berlokasi di Kelurahan Kedungpane, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Yang beroperasi mulai bulan Maret 1992. Luas area TPA Jatibarang adalah 46,18 hektar, dengan rincian 27.71 ha (60%) untuk lahan buang dan 18.47 ha (40%) untuk infrastruktur kolam lindi (leachate) sabuk hijau dan lahan cover. TPA Jatibarang memiliki daya tampung sebanyak 4,15 juta m3, dengan kedalaman ratarata 40 m. Jarak dari pusat kota 11,4 km, dan jarak terdekat dan terjauh dengan TPS masingmasing 4 km dan 25 km.

Gambar III. 18. TPA Jatibarang, Kota Semarang

Kondisi topografi TPA Jatibarang adalah: daerah berbukit dan bergelombang dengan kemiringan lereng sangat curam (lebih dari 24%), dengan ketinggian bervariasi antara 63 sampai 200 meter dari permukaan air laut, dan bagian bawah (terendah mengalir Sungai Kreo). Sampai dengan tahun 2000, timbunan sampah sudah mencapai 5,75 juta m3 sampah, padahal daya tampung TPA hanya 4,15 juta m3 sampah. Dengan demikian sudah melebihi daya tampung TPA sekitar 1,6 juta m3 sampah. Dengan kondisi tersebut menyebabkan air lindi sulit dikendalikan, sarana penanganan sampah (alat berat, dump truck) semakin kurang mencukupi (tidak imbang), Sanitary Landfill sulit dilaksanakan, akibatnya terjadi pencemaran udara dan bau sampah semakin meluas. Hal ini mengundang protes masyarakat akibat pencemaran yang pada akhirnya dapat berakibat ditutupnya TPA Jatibarang. Selain itu dapat terjadi sampah longsor yang kemungkinan akan masuk Sungai Kreo dan menyebabkan pencemaran air. Keberadaan TPA Jatibarang yang kondisinya sekarang sudah dianggap mengkhawatirkan karena sudah mulai penuh, perlu dicarikan alternatif lain. Dan sekarang sudah diadakan studi untuk mencari alternatif lokasi baru. Namun untuk mencari calon TPA yang baru sekarang ini Pemerintah Kota mengalami kendala, karena cukup sulit dan mahalnya mencari lokasi baru, maka upaya yang ditempuh adalah mengoptimalkan TPA yang ada, dengan cara membuat tanggul, menambah jumlah sarana dan prasarana yang kurang, dan bekerjasama dengan Pihak Swasta dalam pengelolaan sampah TPA, misalnya sampah diolah menjadi pupuk cair dan padat. Teknologi Pembuangan akhir adalah Teknologi Open Dumping (1992-1993) Namun karena teknologi ini tidak dianjurkan karena tidak ramah lingkungan dan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit maka pada tahun 1993/1994 ditingkatkan menjadi Controlled Land fill. Kemudian pada bulan Maret 1995 sistem Sanitary Landfill diterapkan untuk TPA Jatibarang. Pelapisan tanah dilakukan setiap hari pada setiap akhir hari operasi.

TABEL III. 79. Jumlah Penduduk 1.348.588


Sumber: Analisis

KEBUTUHAN KOMPONEN SAMPAH KOTA SEMARANG Perkiraan timbulan sampah total 4720,05 Sampah yang terangkut saat ini 4153 m3 Selisih

Timbulan Sampah Kota Metro 3,5 liter/orang/hari

567,05

Sesuai dengan standar kota Metropolitan, yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak 3,5 liter/orang/hari, Kota Semarang dengan jumlah penduduk 1.348.588, menghasilkan 4720,05m3 sampah. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 3,5/1000 liter/orang/hari. Perkiraan timbulan sampah baru dapat mengangkut sebanyak 4153 m3. Sehingga banyaknya sampah yang belum terlayani adalah 567,05m3.

Komponen Sanitasi/Limbah Cair


Institusi yang terlibat dalam penyediaan dan pengelolaan sistem sanitasi antara lain PDAM, sebagai pengelola sistem jaringan sanitasi, Pembentukan badan otoritas di daerah (PMO dan PMU) serta Bapedalda Kota. Permasalahan utama sistem sanitasi di Kota Semarang adalah belum adanya sistem perpipaan air limbah sebagai sistem gabungan yang mengumpulkan baik air hujan dan air limbah. Pembuangan limbah industri cair ke Sungai Tapak oleh beberapa perusahaan yang berada di daerah aliran Sungai Tapak telah menyebabkan air sungai tercemar, begitu juga air sumur milik penduduk. Sungai Tapak bukan satu-satunya sungai di Kota Semarang yang airnya tercemar. Data Bapedal Kota Semarang, ada enam sungai lain yang juga tercemar limbah industri, yaitu Sungai Tenggang, Sungai Banger, Sungai Karanganyar, Sungai Plumbon, Sungai Sedari, dan Sungai Bringin. Kondisi ini menyebabkan keadaan sanitasi dan pencemaran sungai dan air tanah menimbulkan bahaya bagi kesehatan umum. Permasalahan lainnya berkaitan dengan sistem sanitasi kota adalah tingginya tingkat kepadatan penduduk serta kondisi tanah dan air yang tidak cocok untuk penggunaan septic tank, karena muka air tanah yang tinggi dan tanah kedap air. Kondisi ini menyebabkan sistem sanitasi on site tidak begitu cocok. Sedangkan pada daerah lain dengan tingkat kepadatan penduduk yang rendah maka akan lebih cocok menggunakan sistem on site. Sejauh ini penanganan yang sudah ada di Kota Semarang yaitu:

Waste Water Master Plan for City of Semarang, Burns and Mc Donel, 1976 Pekerjaan pengembangan Sistem Perencanaan Pembuangan Air Limbah di Kota Semarang , PT Yodya Karya, 1988 dan berbagai studi mengenai Sistem Sanitasi Kota Semarang. Pembangunan sistem sanitasi off site pada permukiman-permukiman padat dan kumuh. Pengadaan tempat pengolahan air limbah seluas 15 Ha (kolam oksidasi) di Kelurahan Genuk, termasuk pengadaan tanah. Pembangunan inseptor air limbah di Kali Semarang Timur. Pembangunan pipa air limbah untuk mengangkut limbah dari interseptor Kali Semarang ke tempat pengolahan Pengolahan sistem air limbah terpisah yang lengkap di daerah pilot project seluas 59 Ha.

Pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan fasilitas sanitasi on site melalui pemberian kredit. Consultancy Services for Initial Community Consultation Works and Preparation for Pilot Sanitation Project in City of Semarang, yang langsung dilaksanakan dengan konstruksi sistem sanitasi off site di kelurahan Panggung Kidul dan Kelurahan Kuningan. Peningkatan kapasitas SDM untuk operasi dan pemeliharaan.

Komponen Drainase
Banjir yang terjadi di Kota Semarang pada umumnya disebabkan karena tidak terkendalinya aliran sungai, akibat kenaikan debit, pendangkalan dasar badan sungai dan penyempitan sungai karena sedimentasi, adanya kerusakan lingkungan pada daerah hulu (wilayah atas kota Semarang) atau daerah tangkapan air (recharge area) serta diakibatkan pula oleh ketidakseimbangan input output pada saluran drainase kota. Cakupan banjir saat ini Gambar III. 19. Jalan di Kota telah meluas di beberapa kawasan di Kota Semarang, Semarang yang Tergenang Air. yang mencakup sekitar muara Kali Plumbon, Kali Siangker sekitar Bandara Achmad Yani, Karangayu, Krobokan, Bandarharjo, sepanjang jalan di Mangkang, kawasan Tugu Muda Simpang Lima sampai Kali Semarang, di Genuk dari Kaligawe sampai perbatasan Demak Persoalan yang sering muncul adalah terjadi air pasang laut (Rob) di beberapa bagian di wilayah perencanaan yang menjadi langganan genangan akibat rob. Saluran drainase yang mestinya menjadi saluran pembuangan air ke laut berfungsi sebaliknya (terjadi Backwater), sehingga sistem drainase yang ada tidak dapat berjalan dengan semestinya. Hal ini menjadi lebih parah bila terjadi hujan pada daerah tangkapan dari saluran-saluran drainase yang ada. Sehingga terjadi luas genangan yang semakin besar dan semakin tinggi.

Komponen Jalan dan Transportasi


Jalur transportasi utama yang melewati Kabupaten Semarang, terutama jalur nasional Semarang-Solo sangat membantu kemudahan pergerakan masyarakat. Sementara itu, jalan yang menghubungkan antara jalur utama dengan pusat-pusat permukiman kondisinya cukup buruk. Selain kondisi permukaan jalan yang buruk, kondisi lalu lintasnya juga buruk. Banyak sekali dijumpai kemacetan lalu lintas karena penggunaan badan jalan untuk pedagang kaki lima, untuk area parkir dan karena banyaknya becak yang menggunakan jalur yang sama.

Gambar III. 20. Kondisi Lalu Lintas di Salah Satu Sudut Kota

Panjang jalan di seluruh wilayah kota Semarang mencapai 2.786,056 km, dimana bila dilihat dari jenis permukaan 52,46% sudah diaspal; sedangkan dari kondisinya 44,72% dalam keadaan baik; 32,52% dalam keadaan sedang; dan sisanya dalam keadaan rusak. Untuk melihat panjang jalan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

TABEL III. 80. Keadaan


1. Jenis Permukaan a. Hotmix b. Aspal Penetrasi c. Beton d. Paving e. Makadam f. Tanah Jumlah 1 2. Kondisi Jalan a. Baik b. Sedang c. Rusak d. Rusak Berat

PANJANG JALAN DI KOTA SEMARANG TAHUN 2002 Status Jalan


Propinsi 60,710 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 60,710 52,210 8,500 0,000 0,000 60,710 Kab/Kota/Lokal 328,487 1.020,715 288,026 669,541 129,932 237,020 2.673,721 1.150,409 888,958 634,354 0,000 2.673,721 Jumlah 440,822 1.020,715 288,026 669,541 129,932 237,020 2.786,056 1.245,794 905,908 634,354 0,000 2.786,056 % 15,820 36,640 10,340 24,030 4,660 8,510 100,00 44,720 32,520 22,770 0,000 100,00

Negara/Nasional 51,625 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 51,6250 43,175 8,450 0,000 0,000 51,625

Jumlah 2

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang dalam Kota Semarang Dalam Angka 2002.

Gambar III. 21. Stasiun Tawang

Untuk memenuhi transportasi darat tersedia dua jenis kendaraan angkutan darat utama, yaitu kendaraan bermotor dan kereta api. Salah satu jenis kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan penumpang dengan jumlah besar adalah bus, yang terdiri dari Bus Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) dan Bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP). Bus-bus ini dilayani oleh Terminal Bus Terboyo Semarang. Angkutan Kereta Api di Kota Semarang dilayani 2 stasiun yaitu Stasiun Tawang dan Stasiun Poncol.

Anda mungkin juga menyukai