Anda di halaman 1dari 22

BBAB II

TINJAUAN PUSTAKA



A. Air Untuk Kesehatan
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media penularan dari berbagai
macam agent penyakit, khususnya penyakit yang disebarkan melalui air
(water born disease), seperti diare, cholera, dysenterie, typhus dan lain
sebagainya. Melalui penyediaan air bersih yang memenuhi syarat baik dari
segi kualitas maupun kuantitas, maka diharapkan penyebaran penyakit yang
melalui air dapat ditekan seminimal mungkin. Untuk itu dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan pengawasan kualitas air yang
digunakan masyarakat supaya terhindar dari gangguan kesehatan yang tidak
diinginkan maka standar kualitas air minum dan air bersih di Indonesia telah
ditetapkan melalui Peratuaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
416/MenKes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Dalam peraturan tersebut air digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu :
4
1. Air minum, adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum.
2. Air bersih, adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak.
3. Air kolam renang, adalah air di dalam kolam renang yang digunakan untuk
olah raga renang dan kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.
4. Air pemandian umum, adalah air yang digunakan pada tempat pemandian
umum dan tidak termasuk pemandian untuk pengobatan tradisional dan
kolam renang yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.
5
B. Sumber Air
Pada prinsipnya, jumlah air yang ada di alam ini relatif tetap dan
mengikuti suatu aliran yang disebut Siklus Hidrologi. Air hujan turun ke bumi,
sebagian meresap ke tanah menjadi air tanah dan sebagian lagi tinggal atau
mengalir di pernukaan tanah seperti danau dan sungai yang disebut dengan air
permukaan. Air permukaan ini diuapkan oleh panas matahari naik ke atas
menjadi awan yang akhirnya terkondensasi menjadi embun atau hujan.
Dari siklus hidrologi ini dapat pula dilihat adanya berbagai sumber air
tawar yang dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber air
menurut asalnya dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu :
6
1. Air laut
Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Karena kadar
NaCl dalam air laut 3%, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air
minum.
2. Air atmosfer (air hujan)
Dalam keadaan murni air hujan sangat bersih, namun karena adanya
pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri atau
debu, maka untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya
melakukan proses pengendapan terlebih dahulu. Selain itu air hujan
mempunyai sifat agresif terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak
reservoir sehingga menyebabkan korosi.
3. Air Permukaan
Air permukaan merupakan air hujan yang mengalir di permukaan bumi.
Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama
pengalirannya, misal oleh lumpur, batang kayu, daun-daun, kotoran
industri maupun rumah tanggga. Air permukaan itu sendiri terbagi menjadi
dua macam yaitu :




6
a. Air sungai
Dalam penggunaannya sebagai bahan baku air minum, haruslah
mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air
sungai pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi
sekali.
b. Air rawa atau danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-
zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut
dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat. J adi untuk
pengambilan air, sebaiknya pada kedalaman tertentu ditengah-tengah
sehingga endapan-endapan zat organis tidak terbawa.
4. Air tanah
Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam
ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung
membentuk lapisan tanah yang disebut aquifer. Air tanah terbagai menjadi
3 macam yaitu :
a. Air tanah dangkal
Air tanah dangkal (phreatic), umumnya berasosiasi dengan aquifer tak
tertekan, yakni yang tersimpan dalam aquifer dekat permukaan hingga
kedalaman 15 sampai 40 m. Air tanah dangkal terjadi karena daya
proses peresapan air dari permukan tanah. Sifat air tanah dangkal
relatif jernih tetapi banyak mengandung zat kimia berupa garam-garam
yang terlarut, karena proses peresapanya melalui lapisan tanah yang
mempunyai unsur-unsur kimia tertentu pada masing-masing lapisan
tanah. Air tanah dangkal banyak dimanfatkan masyarakat sebagai
sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal.
b. Air tanah dalam
Air tanah dalam, umumnya berasosiasi dengan aquifer tertekan, yakni
tersimpan dalam aquifer pada kedalaman lebih dari 40 m. Pada
umumnya kualitas air tanah dalam lebih baik daripada air tanah
dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna, dan bebas bakteri.
7
Susunan unsur-unsur kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang
dilalui. J ika melalui tanah kapur, maka air itu akan menjadi sadah
karena mengandung Ca dan Mg. J ika melalui batuan granit, maka air
itu lunak dan agresif karena mengandung gas CO
2
dan Mn.
c. Mata air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah. Mata air yang berasal dari air tanah dalam, hampir tidak
terpengaruh oleh musim dan kualitas maupun kuantitasnya sama
dengan keadaan air dalam.
Sedangkan menurut kegunaannya, air pada sumber air dibedakan menjadi
empat golongan yaitu :
7
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa harus diolah terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah
sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian
dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan listrik tenaga
air.

C. Standar Kualitas Air
Kualitas air adalah karakteristik mutu yang dibutuhkan untuk pemanfaatan
tertentu dari sumber-sumber air. Kriteria mutu air merupakan satu dasar baku
mutu air, di samping faktor-faktor lain. Baku mutu air adalah persyaratan
mutu air yang disiapkan oleh suatu negara atau daerah yang bersangkutan.
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau. Selain itu air minum seharusnya tidak mengandung kuman
patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia, tidak
mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, dapat diterima
secara estetis, serta tidak dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya
8
tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan
distribusinya. Pada hakekatnya tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya
penyakit bawaan air (water born disease)
5
Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar kualitas air minum seperti
yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air minum, yang meliputi empat parameter yaitu :
3
1. Parameter Fisik
Syarat air minum dilihat dari segi fisik dapat ditinjau dari beberapa
segi antara lain bau, kekeruhan, rasa, warna dan suhu. Air minum yang
berbau selain tidak estetis, juga tidak akan disukai oleh masyarakat.
Misalnya bau amis yang dapat disebabkan oleh tumbuhnya algae.
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik
yang bersifat organik maupun non organik. Zat anorganik biasanya berasal
dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari
lapukan tanaman atau hewan. Bakteri ini juga merupakan zat organik
tersuspensi, sehingga pertambahannya akan menambah pula kekeruhan
air. Demikian pula dengan algae yang berkembang biak karena adanya zat
hara akan menambah kekeruhan air. Air yang keruh akan sulit
didesinfeksi, karena mikroba akan terlindung oleh zat tersuspensi tersebut.
Hal ini tentu berbahaya bagi kesehatan, bila mikroba tersebut patogen.
Air minum biasanya tidak memberi rasa atau tawar. Air yang tidak
tawar dapat menunjukan adanya kandungan berbagai zat yang dapat
membahayakan kesehatan. Rasa logam atau amis, rasa pahit dan asin
disebabkan bahan yang terkandung didalam air tersebut.
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas, terutama agar tidak
terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran atau pipa, menghambat
reaksi-reaksi biokimia didalam saluran atau pipa, mikroorganisme patogen
tidak mudah berkembang biak, bila diminum air dapat menghilangkan
dahaga.
9
Air minum sebaiknya juga tidak berwarna untuk mencegah
keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang
berwarna. Warna dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat yang
terdapat secara alamiah di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai
urine, oleh karenanya orang tidak mau menggunakannya. Selain itu, zat
organik ini bila terkena chlor dapat membentuk senyawasenyawa
Chloroform yang beracun
2. Parameter Kimiawi
Persyaratan kimia untuk air minum memiliki parameter yang
paling banyak jika dibandingkan dengan parameter lainnya. Persyaratan
kimia menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
907/MENKES/SK/VII/2002 dibagi menjadi :
a. Bahan-bahan kimia anorganik (yang memiliki pengaruh langsung
terhadap kesehatan).
b. Bahan-bahan kimia anorganik (yang kemungkinan dapat menimbulkan
keluhan pada konsumen)
c. Bahan-bahan kimia organik (yang memiliki pengaruh langsung
terhadap kesehatan).
d. Bahan-bahan kimia organik (yang kemungkinan dapat menimbulkan
keluhan pada konsumen)
e. Pestisida
f. Desinfektan dan hasil sampingannya
3. Parameter Mikrobiologi
Parameter yang digunakan dalam penentuan kualitas mikrobiologi
air bersih adalah total coliform. Persyaratan yang ditentukan untuk air
perpipaan adalah Perkiraan J umlah Terdekat (PJ T) tidak boleh melebihi 10
per 100 ml air, dan untuk air bukan perpipaan tidak boleh melebihi 50 per
100 ml air.



10
4. Parameter Radiokatifitas
Parameter yang digunakan dalam penentuan kualitas radioaktifitas air
bersih adalah :
a. Aktifitas Alfa, kadar maksimum yang diperbolehkan 0,1 Bq/l
b. Aktifitas Beta, kadar maksimum yang diperbolehkan 1,0 Bq/l

D. Proses Pengolahan Air Minum
Yang dimaksud dengan pengolahan adalah usaha-usaha teknis yang
dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air
minum, karena dengan adanya pengolahan air ini maka akan didapatkan suatu
air minum yang telah memenuhi standar kualitas air minum yang telah
ditentukan. Dalam proses pengolahan air pada prinsipnya dikenal dua cara
yaitu :
6
1. Pengolahan lengakap (Complete Treatment Process), yaitu air akan
mengalami proses pengolahan secara lengkap, baik secara fisik, kimia dan
bakteriologi. Proses pengolahan lengkap ini dilakukan terhadap air sungai
yang kotor dan keruh. Pada hakekatnya, pengolahan lengkap dibagi dalam
tiga tingkatan yaitu :
a. Pengolahan fisik, yaitu suatu tingkatan pengolahan yang bertujuan
untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar,
penyisihan lumpur dan pasir, serta mengurangi kadar zat-zat organik
yang ada dalam air yang akan diolah.
b. Pengolahan kimia, yaitu suatu tingkat pengolahan dengan
menggunakan zat-zat kimia untuk membantu proses pengolahan
selanjutnya. Misalnya, dengan pembubuhan kapur dalam proses
pelunakan.
c. Pengolahan bakteriologi, yaitu suatu tingkat pengolahan untuk
membunuh atau memusnahkan bakteri-bakteri yang terkandung dalam
11
air minum. Misalnya, dengan cara membubuhkan kaporit (zat
desinfektan).
2. Pengolahan sebagian (Partial Treatment Process), pengolahan sebagian
merupakan proses pengolahan air yang hanya sebagian saja. Misalnya,
pengolahan kimiawi dan atau pengolahan bakteriologi saja. Pengolahan ini
biasanya dilakukan untuk mata air bersih dan air sumur dangkal atau air
tanah dalam.

E. Instalasi Pengolahan Air Minum
Untuk mendapatkan air minum dengan kualitas yang sesuai dengan
standar kesehatan, maka perlu adanya pengolahan air minum sebelum air
tersebut dikonsumsi. Adapun unit-unit pengolahan air minum terdiri dari :
6
1. Bangunan penangkap air
Bangunan penangkap air ini merupakan suatu bangunan untuk menangkap
atau mengumpulkan air dari suatu sumber air untuk dapat dimanfaatkan.
Adapun bentuk dan konstruksi dari bangunan ini tergantung dari jenis dan
macam sumber air yang diambil. Fungsi dari bangunan penangkap air
sangat penting artinya untuk menjaga kontinuitas pengaliran.
2. Bangunan pengendap pertama
Bangunan pengendap pertama berfungsi untuk mengendapkan partikel-
partikel padat dari air sungai dengan gaya gravitasi. Pada proses ini tidak
ada pembubuhan zat atau bahan kimia.
3. Pembubuhan koagulan
Koagulan adalah bahan kima yang dibubuhkan pada air untuk membantu
proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendap
dengan sendirinya (secara gravitasi). Unit ini berfungsi untuk
membubuhkan koagulan secara teratur sesuai dengan kebutuhan ( dengan
dosis yang tepat). Adapun bahan atau zat kimia yang biasa digunakan
sebagi kogulan adalah Aluminium Sulfat (tawas). Bahan ini banyak dipakai
12
karena efektif untuk menurunkan kadar karbonate, selain itu bahan ini
sangat ekonomis (murah), mudah didapat dan mudah disimpan.
4. Bangunan pengaduk cepat
Unit ini berfungsi untuk meratakan bahan atau zat kimia (koagulan) yang
ditambahkan supaya dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna
dan cepat. Yang perlu diperhatikan dalam proses pengadukan cepat adalah
alat atau cara pengadukannya, supaya mendapat pengadukan yang
sempurna dan sesuai yang kita inginkan.
5. Bangunan pembentuk flok
Unit ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar
supaya dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloidal) dengan
zat atau bahan koagulan yang dibubuhkan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan flok (partikel yang lebih besar dan bisa
mengendap dengan gravitasi) adalah : kekeruhan pada air, tipe dari
suspensed solid, pH, alkalinitas, koagulant yang dipakai, lama pengadukan
6. Bangunan pengendap kedua
Unit ini berfungsi untuk mengendapkan flok yang terbentuk dari unit
bangunan pembentuk flok. Adapun proses pengendapan flok dipengaruhi
oleh gaya berat dari flok itu sendiri (gravitasi).
7. Bangunan penyaring (filter)
Unit ini berfungsi untuk menjernihkan air dengan proses penyaringan.
Dalam proses penjernihan air minum diketahui dua macam filter yaitu :
a. Saringan pasir lambat (slow sand filter)
b. Saringan pasir cepat (rapid sand filter)
8. Reservoir
Berfungsi untuk menampung air yang akan didistribusikan ke konsumen.
Air yang telah melalui filter sudah dapat dipakai untuk air minum. Air
tersebut telah bersih dan bebas dari bakteriologis serta ditampung pada bak
reservoir (tandon) untuk diteruskan pada konsumen. Pada bak inilah
proses desinfeksi dilakukan.

13
9. Pemompaan
Proses pemompaan berfungsi untuk mengalirkan air yang telah ditambung
dalam bak reservoir untuk didistribusikan pada seluruh konsumen

F. Desinfeksi
Yang dimaksud dengan desinfeksi air minum adalah membunuh bakteri
pathogen yang penyebarannya melalui air (bakteri yang dapat menimbulkan
bibit penyakit) yang ada dalam air minum.
6
Desinfeksi air dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara antara lain
yaitu :
3
a. Penyinaran (sinar ultra violet atau ozon)
b. Ion-ion logam (Copper and silver)
c. Dengan asam atau basa (Iodin dan Bromin)
d. Senyawa-senyawa kimia (Ferrat, Hidrogen Peroksida, Kalium
Permanganat )
e. Chlorinasi

1. Desinfeksi dengan chlorinasi
Chlorinasi merupakan cara yang efektif dan masih banyak digunakan
pada sistem pengolahan air bersih di seluruh Indonesia terutama PDAM
(perusahaan Daerah Air Minum). Proses chlorinasi adalah pembubuhan
chlor atau senyawa chlor (sebagai desinfektan) ke dalam air dengan tujuan
untuk membunuh kuman atau bakteri pathogen dan untuk menghilangkan
bau (untuk industri).
8

Bahan atau zat-zat kimia yang mengandung chlor yang banyak
digunakan dalam proses chlorinasi pada umumnya adalah :
9
a. Natrium Hipoklorit (NaOCl)
Natrium Hipoklorit (NaOCl) merupakan senyawa chlor berbentuk
cairan yang mengandung chlor aktif 12 %. Senyawa ini merupakan
salah satu jenis desinfektan yang sering digunakan pada pengolahan air
karena sangat efisien (murah) dan mudah didapat. Akan tetapi senyawa
ini bersifat korosif dan cepat rusak.
14
b. Kalsium Hipoklorit [Ca (OCl)
2
]
Kalsium Hipoklorit [Ca (OCl)
2
] atau yang sering dikenal dengan
kaporit merupakan senyawa chlor berbentuk bubuk atau tablet.
Senyawa ini mengandung chlor aktif 70 % dan merupakan bahan
kimia yang paling banyak digunakan untuk desinfeksi air karena,
murah, mudah didapat dan mudah penanganannya.
c. Chlorin Dioksida (ClO
2
)
Chlorin Dioksida digunakan dalam proses pengolahan air bersih untuk
menghilangkan rasa dan bau akibat adanya fenol. Selain itu chlorin
dioksida digunakan pula untuk menghilangkan zat besi (Fe) dan
Mangan (Mn), serta sebagai desinfektan dan mencegah adanya algae.
d. Natrium Dichloro-Chlorin (NaDCC)
Selain senyawa Chlor seringkali dipakai juga bahan-bahan lain yang
mengandung chlor seperti NaDCC (Natrium Dicloro-Chlorin), dengan
kadar chlor aktif 60 %. Dalam perdagangan NaDCC ini berbentuk
tablet yang dikemas dalam bentuk strip dengan ukuran 17 mg, 500 mg,
2500 mg, dan 5000 mg. Keuntungan dari tablet NaDCC ini adalah
masa kontak dengan kuman hanya 10 menit, praktis dibawa kemana-
mana, korosif pada reservoir air yang terbuat dari besi dapat dikurangi,
namun harganya relatif mahal.
e. Dichloro-Triazinetrione (SDCT)
Tablet ini mengandung kadar khlorin 60%. Dalam perdagangannya
dikemas dalam bentuk tablet 50 mg.

2. Faktor - faktor yang mempengaruhi chlorinsi
Kecepatan dan keampuhan berbagai desinfektan dalam proses
chlorinasi tergantung dari beberapa faktor antara lain :
3
a. Waktu kontak
Waktu kontak ditentukan sebagai waktu yang tersedia untuk interaksi
antara chlor dengan bahan-bahan pereduksi chlor dalam air. Efektifitas
desinfektan dapat ditunjukan dengan suatu konstanta yang merupakan
15
hasil kali konsentrasi dengan waktu kontak. Semakin besar efektifitas
suatu desinfektan apabila nilai konstantanya lebih kecil. Biasanya Cl
2

membutuhkan waktu kontak diantara 30 60 menit.
b. J enis dan konsentrasi desinfektan
Konsentrasi dan jenis desinfektan yang dipakai berkaitan dengan
waktu kontak
c. Keadaan mikroorganisme
Faktor-faktor yang mempengaruhi keaadaan mikroorganisme, antara
lain :
1) J enis mikroorganisme
J enis mikroorganisme dapat meliputi, bakteri, virus atau parasit
dan mempunyai kepekaan tertentu terhadap desinfektan yang
dibubuhkan pada air.
2) J umlah Mikroorganisme
J umlah mikroorganisme yang besar, terutama mikroba patogen
akan memerlukan dosis desinfektan yang lebih besar.
3) Umur mikroorganisme
Umur organisme akan berpengaruh terhadap efektifitas desinfektan
4) Penyebaran mikroorganisme
Mikroorganisme yang menyebar, akan mudah ditembus oleh
desinfektan. Sebaliknya kumpulan bakteri akan lebih sulit
ditembus oleh desinfektan.
d. Faktor lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi desinfeksi antar lain :
1) Suhu
Makin tinggi suhu air, makin tinggi pula efektifitas desinfektan
2) pH
Setiap desinfektan akan berfungsi optimal pada pH tertentu. Daya
desinfeksi chlorin akan turun bila pH air makin bertambah. Bila pH
larutan >7, maka akan terbentuk khloramin, sedangkan pada pH <
6 maka akan terbentuk dikhloramin.
16
3) Kualitas air
Air yang mengandung zat organik dan unsur lainya akan
mempengaruhi besarnya kebutuhan chlorin sehingga dibutuhkan
konsentarasi chlorin yang cukup tinggi.
4) Pengolahan air
Proses pendahuluan yang dilakukan sebelum desinfeksi akan
mempengaruhi hasil akhir dari proses chlorinasi.

3. Sifat-sifat Chlor
10

a. Sifat fisik
Chlor termasuk dalam kelompok Halogen (F, Cl, Br, L) dengan ciri-
ciri fisik :
1) Pada suhu dan tekanan, chlor merupakan gas kuning kehijauan
dengan bau yang khas. Berat 1 liter chlor pada 0
o
C dan tekanan
760 mmHg adalah 3,208 g
2) Suhu kritisnya 144
o
C dan tekanan kritis 76,1 atm. Konsekuensinya
memungkinkan chlor berubah dari bentuk gas menjadi cair melalui
proses pendinginan atau pemempatan
3) Nilai kesetimbangan tekanan chlor cair adalah : -34
o
C : 1 atm,
0
o
C : 4 atm, 20
o
C : 6 atm.
4) Panas evaporasi tinggi sebesar 66 kilokalori per kg chlor.
5) Chlor bersifat sedikit larut dalam air dan kelarutannya akan
menurun seiring peningkatan suhu.
6) Dengan proses pendinginan larutan chlor dalam air pada suhu 8
o
C,
maka larutan chlor akan berubah menjadi kristal chlor hidrat.
Bentuk kristal tersebut akan menyulitkan dalam menentukan dosis
chlor. Untuk menghindarinya suhu air harus lebih besar dari 8
o
C.
b. Sifat kimia
1) Merupakan salah satu unsur aktif, artinya bila hadir dalam air akan
bereaksi dengan seluruh metal dan unsur lainnya, pada suhu
normal hanya dengan noble geser dan oksigen saja yang tidak
akan bereaksi.
17
2) Pada kondisi kering kereaktifan chlor berkurang sehingga chlor
kering pada suhu ruang tidak akan bereaksi dengan logam
berharga sekalipun, seperti platinum, emas dan perak ataupun
logam biasa seperti besi dan tembaga.
3) Memungkinkan untuk mentransfer chlor kering melalui pipa
kering dan tembaga, namun kereaktifannya tidak akan berhenti
begitu saja, hanya diperlambat saja.

4. Proses chlorinasi
8

Chlor yang terlarut didalam air akan bereaksi membentuk asam
chlorida (HCl) dan asam hipoklorit seperti dibawah :
Cl
2
+H
2
0 HCl +HOCl
Apabila pH melebihi 4 maka keseimbangan reaksi akan berjalan
kekanan, artinya larutan chlor di dalam air cenderung membentuk larutan
asam khlorida (HCl) dan asam hipoklorit (HOCl) dan akan menurunkan
jumlah Cl
2
di dalam larutan. Asam khlorida merupakan asam kuat dan
akan terdisosiasi menjadi ion H
+
dan ion Cl
-
:
HCl H
+
+Cl
-

Sedangkan asam hipoklorit merupakan asam lemah dengan tingkat
disosiasi yang rendah :
HOCl H
+
+OCl
-

Cl
2,
HOCl, OCl
-
merupakan sisa chlor yang bersifat toksik (beracun)
bagi kuman. Keaktifannya tergantung pada suhu dan pH. Selain bereaksi
dengan air, chlor juga akan bereaksi dengan berbagai meterial yang ada
dalam air, khususnya agen pereduksi baik yang bereaksi sangat cepat atau
lambat. Salah satu material pereduksi tersebut adalah hidrogen sulfida
(H
2
S) yang bereaksi menjadi :
H
2
S +Cl
2
2HCl +S
Sementara Fe
2+
, Mn
2+
dan NO
2
+
merupakan contoh agen pereduksi
anorganik yang juga akan bereaksi dengan chlor. Berbagi jenis senyawa
yang ada di dalam air yang bereaksi dengan chlorin akan dapat
18
R
E
S
I
D
U

C
H
L
O
R
I
N
menginaktifkan chlorin. Karena itu, selama masih banyak terkandung
senyawa-senyawa tersebut, chlorin yang ditambahkan tidak dapat berdaya
sebagai desinfektan terhadap jasad-jasad renik. Namun apabila air tidak
mengandung senyawa-senyawa yang dapat bereaksi dengan chlorin, maka
semua chlorin yang ditambahkan akan menjadi chlorin bebas, berbanding
lurus dengan konsentrasi (dosis) yang ditambahkan. Air tersebut
dinamakan memiliki Chlorin Demand nol (zero). J ika air mengandung
bahan organik dan amonia atau senyawa pengganggu lain dalam jumlah
tinggi, residu chlorin baru timbul dalam jumlah yang nyata setelah
kebutuhan chlorin dipuaskan seluruhnya. Air tersebut mempunyai Chlorin
Demand yang tinggi.








Break Point
Penambahan Chlorin
Ket. : Chlorin Demand Nol
: Chlorind Demand Menengah
: Chlorin Demand Tinggi

Gambar.2.1.Karakteristik Kebutuhan Khlorin Air
Sumber. F.G. Winarno.Air Untuk Industri Pangan

4. Sisa chlor sebagai kontrol chlorinasi
Chlorin yang terdapat dalam air sebagai asam hipoklorit dan ion
hipoklorit itulah yang disebut dengan chlorin bebas (free available
chlorin), sedangkan chlorin yang terdapat dalam air yang tergabung
dengan amonia atau senyawa nitrogen organik disebut chlorin terikat
(combined available chlorin). Dalam chlorinasi, parameter kontrol kualitas
19
air minum adalah sisa chlor bebas yang harus ada setelah pengolahan atau
sebelum masuk jaringan distribusi konsumen yang berguna untuk
menjamin kualitas secara bakteriologis, artinya air yang keluar dari kran
konsumen terbebas dari kuman maupun bakteri pathogen seperti
Escherechia coli.
Senyawa chlor yang dimasukan ke dalam air mula-mula bereaksi
dahulu dengan unsur-unsur atau senyawa pereduksi yang biasa terkandung
didalamnya seperti : H
2
S, Fe
2+
, Mn
2+
, NO
2
-
, NH
3
, zat organik dan lain
sebagainya. Selanjutnya baru akan efektif untuk membunuh kuman, hal ini
disebut daya pengikat chlor atau daya sergap chlor (chlor yang dipakai
untuk mengoksidasi unsur-unsur yang ada didalam air). J adi daya sergap
chlor adalah selisih antara jumlah chlor yang diberikan kedalam air dengan
sisa chlor bebas pada waktu akhir kontak.
3
J umlah sisa chlor yang tersedia dalam air yang telah diolah sangat
tergantung pada kondisi air yang akan diolah :
a. J ika air banyak mengandung amonia penambahan chlor akan
menghasilkan sisa chlor tersedia terikat
b. J ika air tidak mengandung amonia penambahan chlor akan
menghasilkan sisa chlor tersedia bebas.
c. J ika air mengandung sisa chlor bebas, penambahan amonia akan
menurunkan sisa chlor tersedia bebas dan chlor tersedia terikat.
Dalam air minum konsumen diperlukan sisa chlor bebas sebagai
jaminan terbebas dari bakteri patogen dan ganggang. Sisa chlor yang
harus ada pada air minum konsumen ditetapkan dalam baku mutu air
minum sebesar 0,2 - 0,5 mg/l (+0,3 mg/l).

5. Penentuan dosis chlor pada proses clorinasi
J umlah chlorin yang ditambahakan pada air biasannya disebut dosis
chlorin, hal ini terpisah dari kebutuhan chlorin (chlorin demand). Bila
senyawa chlor ditambahkan pada air (bukan air destilata) dalam jumlah
kecil, biasanya berkisar 0,25 sampai 0,75 mg/l, dan bereaksi dengan
20
cemaran (impurities) yang terdapat dalam air. Senyawa cemaran yang
bertanggung jawab atas tingginya kebutuhan kclorin adalah senyawa-
senyawa yang mengandung besi, mangan, nitrit dan sulfida. Chlorin yang
telah bereaksi dengan senyawa-senyawa cemaran tersebut sudah tidak lagi
mempunyai daya desinfektan, sehingga perlu adanya penambahan chlor.
8
Berikut ini merupakan gambaran dari reaksi yang terjadi dari waktu
mulai pemberian chlorin yang terbagi dalam lima tahap reaksi.
-
1
2- 3
4
5
Residu Gabungan
Residu Bebas
Residu Gabungan
Chlorin yang ditambahkan (ppm)
- 0,5
- 0,4
- 0,3
- 0,2
- 0,1
- 0 l l l l l l l l l
0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0.8 0,9


Gambar. 2.2. Sisa Khlorin dan Break Chlorination
Sumber. F.G. Winarno.Air Untuk Industri Pangan
Keterangan :
1. Terjadi pemecahan chlorin oleh senyawa pereduksi, dan pada tahap
ini belum nampak adanya residu chlorin, karena itu tidak ada daya
desinfektannya.
2. Terbentuknya kompleks kloro-organik, mempunyai daya
desinfektan yang kecil
3. Terjadi reaksi amonia dengan chlorin, sehingga membentuk
khloramin
4. Terjadi pemecahan Khloroamin dan senyawa kompleks kloro-
organik
5. Terbentuknya chlorin bebas dan kompleks kloro-organik, setelah
melampaui Break Point Chlorination (jumlah chlor yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi semua zat yang dapat dioksidasi,
termasuk amoniak dan sisa chlor aktif yang terlarut untuk
pembasmian kuman-kuman).

21
6. Dampak chlorin terhadap kesehatan
Chlorin merupakan bahan kimia penting dalam industri yang
digunakan untuk chlorinasi pada proses produksi yang menghasilkan
produk organik sintetik, seperti plastik ( khususnya Polovinil Chlorida),
insektisida dan herbisida, selain itu juga digunakan sebagai pemutih
(bleaching agent) dalam pemrosesan sellulosa, industri kertas, pabrik
pencucian (tekstil) dan desinfektan utuk air minum dan kolam renang.
Karena banyaknya penggunaan senywa chlor di lapangan atau industri
dalam dosis yang berlebihan seringkali terjadi pelepasan gas chlorin. Gas
chlorin (Cl
2
) adalah gas berwarna hijau dengan bau yang sangat
menyengat. Berat jenis gas chlorin 2,47 kali berat udara dan 20 kali berat
gas hidrogen chlorida yang toksik. Terbentuknya gas chlorin di udara
ambien merupakan efek samping dari proses pemutihan dan produksi zat
atau senyawa organik yang mengandung chlor, sehingga kadar gas chlorin
dalam udara ambien akan melebihi baku mutu (150 g/Nm
3
).
Selain bau yang menyengat gas chlorin dapat menyebabkan iritasi
pada mata dan peradangan pada saluran pernafasan. Apabila gas chlorin
masuk dalam jaringan paru-paru dan bereaksi dengan ion hidrogen akan
dapat membentuk asam chlorida yang bersifat sangat korosif.
Di udara ambien gas chlorin dapat mengalami roses oksidasi dan
membebaskan oksigen.
Cl
2
+H
2
O HCl +HOCl
8 HOCl 6 HCl +2 HClO
3
+O
3
Dengan adanya sinar matahari atau sinar terang maka HOCL yang
terbentuk akan terdekomposisi menjadi asam Chlorida dan oksigen. Selain
itu gas chlorin juga dapat mencemari atmosfer. Pada kadar antara 3,0 6,0
ppm gas chlorin terasa pedas dan memerahkan mata. Dan apabila terpapar
dengan kadar sebesar 14,0 21,0 ppm selama 30 60 menitdapat
menyebabkan penyakit paru-paru (Pulmonari oedema).


22
7. Metoda analisia residu chlorin
Ada beberapa cara yang biasa dilakukan untuk menentukan kadar
residu chlorin bebas atau terikat. J umlah residu chlorin yang terdapat
dalam air dapat dianalisis dengan baik secara iodometrik atau secara
ortotolidin.
Cara iodometri biasanya digunakan dalam persiapan standar chlorin
sementara, cara ini lebih tepat dibanding dengan cara ortotolidin dalam
menganalisa total residu chlorin, tapi tidak yang tersedia bebas maupun
terikat. Sedangkan cara ortotolidin atau yang sering disebut dengan
Orthotolidin flash test lebih banyak bersifat sebagai uji kualitatif untuk
residu chlorin. Cara ini memungkinkan untuk dapat membedakan chlorin
bebas, chlorin terikat dan warna yang disebabkan oleh bahan penggangu.
8

G. Kerangka Teori
Untuk mendapatkan air dengan kualitas sesuai standar kesehatan, maka
perlu adanya pengolahan sebelum air tersebut dikonsumsi. Proses pengolahan
air pada prinsipnya dibedakan menjadi tiga yaitu pengolahan secara fisik,
kimia dan biologi. Salah satu proses pengolahan air minum adalah chlorinasi.
Proses chlorinasi adalah pembubuhan chlor atau senyawa chlor ke dalam air
dengan tujuan untuk membunuh kuman maupun bakteri patogen dengan chlor
bebas yang dihasilkan dari proses tersebut. Proses chlorinasi itu sendiri
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : waktu kontak, keadaan
mikroorganisme, suhu dan pH air, serta jenis dan konsentrasi desinfektan.








23

Sumber Air


Pengolahan Air

FISIK KIMIA
Instalasi Pengolahan Air Minum
BIOLOGI







Khlorinasi












Waktu (lama) Kontak
Konsentrasi dan
J enis Desinfektan
Faktor Lingkungan :
Suhu
PH
Kualitas Air
Pengolahan Air
Keadaan Mikroorganisme :
J enis Mikroorganisme
J umlah Mikroorganisme
Umur Mikroorganisme
Penyebaran Mikroorganisme
Sisa Chlor




Air Bersih

Gambar. 2.3. Proses pengolahan air bersih
Sumber. Modifikasi
3, 8, 6
24
H. KERANGKA KONSEP










Variabel Bebas
J enis Senyawa Chlor :
Kalsium Hipoklorit [Ca (OCl)
2
],
Natrium Hipoklorit (NaOCl)
NatriumDichloro-Chlorin (NaDCC)
Variabel Terikat
J umlah Residu
Chlor pada Air
PDAM




Variabel Terkendali
Waktu (lama) Kontak
Faktor Lingkungan (Suhu, pH, Kualitas Air,
Pengolahan Air)
Konsentrasi Desinfektan












H. HIPOTESA
Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Ho : Tidak ada pengaruh dari berbagai jenis senyawa chlor terhadap
jumlah residu chlor pada air PDAM.
2. Ha : Ada pengaruh dari berbagai jenis senyawa chlor terhadap jumlah
residu chlor pada air PDAM.








25

26

Anda mungkin juga menyukai