Anda di halaman 1dari 3

Kami berasumsi bahwa pesawat yang Anda tanyakan adalah pesawat udara yang dimaksud dalam Pasal 1 angka

3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (UU Penerbangan), yakni setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan.

Mengenai landasan pesawat, dalam UU Penerbangan disebut dengan landas pacu. Landas pacu (runway) merupakan salah satu fasilitas pokok bandar udara, yakni fasilitas sisi udara ( airside facility) sebagaimana yang disebut dalam Penjelasan Pasal 202 huruf b UU Penerbangan.

Kami kurang mendapatkan informasi yang rinci mengenai apa yang Anda maksud dengan memblokir. Akan tetapi dalam Pasal 210 UU Penerbangan diatur mengenai larangan untuk membuat halangan atau melakukan kegiatan di kawasan operasi penerbangan: Pasal 210 UU Penerbangan Setiap orang dilarang berada di daerah tertentu di bandar udara, membuat halangan (obstacle), dan/atau melakukan kegiatan lain di kawasan keselamatan operasi penerbangan yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan penerbangan, kecuali memperoleh izin dari otoritas bandar udara.

Menurut Penjelasan Pasal 210 UU Penerbangan, yang dimaksud dengan "halangan" antara lain adalah bangunan gedung, tumpukan tanah, tumpukan bahan bangunan, atau benda-benda galian, baik yang bersifat sementara maupun bersifat tetap, termasuk pepohonan dan bangunan yang sebelumnya telah didirikan. Sedangkan yang dimaksud dengan "kegiatan lain" antara lain adalah kegiatan bermain layang-layang, menggembala ternak, menggunakan frekuensi radio, melintasi landasan, dan kegiatan yang menimbulkan asap.

Selain itu, dalam Poin 1.2 huruf n Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SKEP/76/VI/2005 tentang Petunjuk Pelaksana Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 47 Tahun 2002 Tentang Sertifikasi Operasi Bandar Udara juga disebutkan mengenai pengertian obstacle, yakni obyek benda tetap (permanen atau sementara) dan obyek benda bergerak yang ketinggiannya melebihi permukaan tertentu untuk pengoperasian pesawat udara waktu terbang di daerah yang digunakan untuk pergerakan pesawat udara.

Anda tidak menjelaskan bagaimana perbuatan pemblokiran yang dimaksud. Apabila pemblokiran tersebut dilakukan dengan cara memberikan halangan atau dengan cara melakukan kegiatan yang disebut dalam penjelasan pasal di atas dan ia tidak memperoleh izin dari otoritas bandar udara untuk melakukan pemblokiran tersebut, maka terhadap pelakunya akan diberikan sanksi.

Sanksi bagi mereka yang melanggar Pasal 210 UU Penerbangan terdapat dalam Pasal 421 UU Penerbangan: (1) Setiap orang berada di daerah tertentu di bandar udara, tanpa memperoleh izin dari otoritas bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) Setiap orang membuat halangan (obstacle), dan/atau melakukan kegiatan lain di kawasan keselamatan operasi penerbangan yang membahayakan keselamatan dan keamanan penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.

Dasar hukum: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan; 2. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SKEP/76/VI/2005.

VIVAnews - Bupati Ngada Nusa Tenggara Timur (NTT), Marianus Sae, memblokir Bandara Turelelo Soa, Sabtu pagi 21 Desember 2013, gara-gara tidak kebagian tiket Merpati. Ia menurunkan petugas Satpol PP untuk memblokir bandara sejak pukul 06.15 Wita hingga pukul 09.00 Wita. Akibat aksi ini, pesawat Merpati dengan nomor penerbangan MZ 6516 dari Kupang-Soa batal mendarat di Bandara Turelelo Soa. Sebanyak 54 orang penumpang akhirnya kembali ke Bandara El Tari Kupang. Ini kronologi pelarangan mendarat bagi pesawat Merpati di Bandara Turelelo Soa, Kabupaten Ngada versi Bupati Ngada, Marianus Sae:

Jumat 20 Desember 2013, Bupati Ngada berada di Kupang untuk melakukan tugas negara menerima Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2014 yang tidak boleh diwakili. Kegiatan ini berlangsung hingga pukul 13.00 Wita. Tanggal 21 Desember 2013 esok hari, Bupati Ngada juga harus menghadiri sidang Paripurna Penetapan APBD Kabupaten Tahun Anggara 2014 yang juga tidak bisa diwakili. Sidang dijadwalkan berlangsung pukul 09.00 Wita. Atas pertimbangan itu Bupati memutuskan untuk kembali ke Ngada melalu Ende. Namun, ternyata penerbangan hari itu ke Ende tidak ada lagi. Atas situasi itu, Marianus memilih terbang ke Ngada dengan penerbangan regular Merpati Nusantara Airlines keesokan harinya pukul 06.10 Wita, dan diperkirakan tiba di Bandara Turelelo pukul 07.00 Wita. Dengan demikian dapat mengejar waktu untuk mengikuti sidang penetapan APBD. Demi kepentingan tersebut, Marianus meminta ajudan mendatangi kantor Merpati di Kupang guna membeli tiket. Namun oleh pihak Merpati dinyatakan tiket sudah habis. Ini dilakukan ajudan Marianus hingga tiga kali. Tetapi tetap dinyatakan tiket sudah habis. Selanjutnya, Marianus menghubungi kantor Merpati di Kupang seraya memohon agar mendapatkan tiket ke Ngada. Tetapi jawabannya tetap sama, tiket tidak ada. Selanjutnya Bupati diminta menghubungi beberapa nomor pihak Merpati. Setelah dihubungi para pihak malah saling melempar tanggung jawab. Merasa dipingpong, Marianus menghubungi Kepala Bandara Turelelo Soa agar membantu memperoleh tiket. Beberapa saat kemudian Kepala Bandara mengkonfirmasi kepada Marianus bahwa tiket tidak ada lagi. Padahal Marianus sudah menya mpaikan kepada maskapai Merpati untuk dibantu, karena dia harus menghadiri sidang Paripurna Penetapan APBD. Setelah memastikan tidak mendapat tiket Merpati, maka kesimpulan Bupati bahwa: Pertama, pihak Merpati dinilai mengabaikan kepentingan publik yang sedang diemban oleh Marianus selaku Pejabat Negara untuk rapat Penerimaan DIPA tanggal 20 Desember 2013 dan Sidang Paripurna Penetapan APBD 2014 tanggal 21 Desember 2013 yang keduanya tidak bisa diwakili. Kedua, pihak Merpati dinilai tidak memiliki rasa tanggung jawab untuk terlibat dalam pembangunan di Kabupaten Ngada, sementara Merpati juga beroperasi dan mendapatkan keuntungan dari daerah Ngada, di mana fasilitas dasar tersebut juga disiapkan Pemda Ngada Atas dasar pemikiran itu, maka Bupati mengirim pesan singkat kepada Distric Manajer Merpati Kupang yang isinya: "sebagai bupati, saya melarang Merpati mendarat di bandara Turelelo Soa pada Sabtu 21 Desember 2013." Setelah itu Bupati memutuskan untuk menghubungi maskapai lain, yaitu Transnusa agar dia bisa pulang ke Ngada setelah terlebih dahulu menghubungi Pimpinan DPRD Ngada agar menjadwal ulang Sidang Paripurna dari semula pukul 09.00 Wita ke pukul 13.00 Wita.

Sabtu, 21 Desember 2013, Marianus menerima informasi dari salah satu penumpang bahwa dalam penerbangan itu masih tersisa tiga bangku yang kosong.

Jam 10.00 Wita, Bupati terbang ke Ngada dengan Maskapai Transnusa. Sesampainya di Ngada Bupati langsung menghadiri sidang Paripurna Penetapan APBD 2014. Pukul 15.00 Wita, Bupati mendapat pesan singkat dari Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines, Kapten Asep Ekanugraha yang intinya menyatakan permohonan maaf. Bunyi pesan singkat itu adalah: "Terima kasih atas segala perhatian Bapak Bupati kepada Merpati, mohon nasihat dan bimbingan agar Merpati semakin baik dalam pelayanan kepada masyarakat dan kepada Bupati khususnya. Mohon maaf atas segala kekurangan untuk dijadikan perbaikan ke depan." Menanggapi pesan singkat itu Bupati menghubungi Dirut PT Merpati Nusantara Airlines guna manyampaikan apa yang dialaminya. Sekali lagi Dirut PT MNA menyatakan maaf dan berharap apa yang terjadi atas Bupati Ngada menjadi bahan refleksi untuk kemajuan Merpati ke depan. Setelah bicara dengan Dirut PT MNA, Bupati menganggap persoaan selesai. Selanjutnya, dan Maskapai MNA dapat terbang kembali ke Bandara Turelelo Soa seperti biasa. Namun Bupati berharap ke depan PT MNA dapat melayani dengan baik dan memberikan prioritas kepada pejabat negara yang sedang melaksanakan tugastugas kenegaraan. "Bagi semua pihak yang merasa dirugikan dalam peristiwa ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Perlu ditegaskan bahwa apa yang saya lakukan demi kepentingan masyarakat dan kewibawaan Pemerintah," kata Marianus dalam pesan resmi yang disampaikan kepada VIVA.co.id, Selasa, 24 Desember 2013. (umi)

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/468691-kronologi-pemblokiran-bandara-versi-bupati-ngada

Anda mungkin juga menyukai