Anda di halaman 1dari 11

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI ESTUARIA PANTAI TIMUR SUMATERA Eko Prianto, Siswanta Kaban dan Solekha Aprianti
Peneliti Pada Balai Riset Perikanan Perairan Umum (BRPPU) - Palembang Email: ekopesisir@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sebaran dan kelimpahan zooplankton di estuaria pantai timur Sumatera. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 dengan menggunakan metode survei pada estuaria enam sungai besar (Musi, Batanghari, Indragiri, Kampar, Siak dan Rokan) pantai timur Sumatera. Pemilihan stasiun sampling dengan menggunakan purposive sampling. Contoh zooplankton diambil dengan menggunakan planktonet yang berukuran 25 m. Pengambilan contoh dilakukan dengan menarik planktonet dengan menggunakan kapal selama 15 menit dengan 2 x ulangan. Parameter yang diukur meliputi kelimpahan, komposisi jenis, keragaman, keseragaman dan indeks dominasi zooplankton. Hasil analisa jumlah spesies zooplankton yang tertinggi dijumpai pada estuaria sungai Indragiri (8 jenis) dan terendah pada estuaria sungai Kampar (2 jenis). Indeks keanekaragaman berkisar antara 0.5-1.4. Indeks keseragaman memiliki nilai bervariasi yaitu 0.3-0.73. Nilai yang tertinggi dijumpai pada estuaria sungai Rokan (0.73) dan terendah pada estuaria sungai Musi (0.3). Selanjutnya untuk dominasi jenis, nilai yang terendah dijumpai pada estuaria sungai Indragiri (0.35) dan tertinggi pada estuaria sungai Musi (0.78). Kata Kunci : struktur komunitas, estuaria dan zooplankton

PENDAHULUAN Pantai timur Sumatera memiliki 6 sungai besar yang mengalir mulai dari bagian hulu di bukit barisan hingga dataran rendah yang menghadap selat Malaka. Ke-enam sungai besar ini memiliki ekosistem estuaria dengan tipe yang hampir sama dengan yang lainnya. Walaupun sama namun kesuburan dan jenis zooplankton yang terdapat didalamnya akan berbeda. Hal ini dikarenakan aliran sungai antara satu dengan lainnya terpisah sehingga faktor fisik dan biologi yang mempengaruhinya berbeda-beda. Keenam etuaria tersebut berada pada wilayah yang berbeda antara lain sungai Musi di propinsi Sumatera Selatan, Batanghari di propinsi Jambi, Indragiri, Kampar, Siak dan Rokan di propinsi Riau. Berbeda dengan fitoplankton, zooplankton memiliki alat gerak yang sangat kecil sehingga pergerakannya sangat halus dan terbatas. Pergerakan zooplankton dalam perairan lebih banyak dipengaruhi oleh arus. Jenis dan kelimpahan zooplankton dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi lingkungan perairan. Jenis yang dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungannya akan mendominasi

739

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

wilayah tersebut. Dalam rantai makanan zooplankton memiliki peran penting yaitu sebagai konsumer I, sehingga dalam kajian ekologi perairan keberadaan zooplankton tidak dapat diabaikan (Prianto, 2008). Peran zooplankton dalam perairan estuaria sangatlah besar dalam mendukung kehidupan organisme perairan terutama ikan. Biasanya kelimpahan sumberdaya ikan memiliki korelasi berbanding lurus terhadap kesuburan perairan dan plankton (fitoplankton dan zooplankton). Dalam rantai makanan zooplankton akan dimanfaatkan oleh larva ikan, udang dan crustacea lainnya sebagai sumber makanan. Selanjutnya larva ikan dan udang akan dimakan oleh ikan yang lebih besar dan seterusnya. Zooplankton merupakan jasad renik atau organisme air yang memiliki peranan yang besar didalam rantai makanan. Dalam rantai makanan zooplankton berperan sebagai konsumer ke-I yang memakan fitoplankton, selanjutnya zooplankton ini dimakan oleh organisme lain yang lebih tinggi tingkatannya seperti udang dan ikan (Soedarsono et al, 2002). Selanjutnya Paterson (2007) menyatakan bahwa komunitas zooplankton didalam perairan sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Perubahan pada struktur ekologi (keragaman, kelimpahan, dominansi dan keseragaman) mengindikasikan bahwa perairan tersebut telah mendapat gangguan atau terjadi perubahan-perubahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas zooplankton di enam estuaria pantai timur Sumatera. Data dan informasi tentang struktur komunitas (keanekaragaman, kelimpahan, dominasi dan keseragaman)

zooplankton di enam estuaria pantai timur Sumatera ini berfungsi sebagai bahan pengelolaan sumberdaya ikan di pantai timur Sumatera.

BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 di enam estuaria pantai timur Sumatera yang meliputi Sungai Musi, Batanghari, Indragiri, Kampar, Siak dan Rokan. Jumlah stasiun pengambilan contoh sebanyak 12 titik, dimana masingmasing sungai terdapat 2 titik sampling (Gambar 1).

740

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

Gambar 1. Lokasi pengambilan contoh

Contoh zooplankton diambil dengan menggunakan planktonet yang berukuran 25 m. Pengambilan contoh dilakukan dengan menarik planktonet dengan menggunakan kapal selama 15 menit dengan 2 x ulangan. Jumlah contoh air yang diambil sebanyak 500 ml dan selanjutnya diawetkan dengan menggunakan formalin 10 %. Contoh selanjutnya diamati di Laboratorium Hidrobiologi Balai Riset Perikanan Perairan Umum (BRPPU). Selanjutnya contoh zooplankton diidentifikasi dengan menggunakan buku Needham & Needham (1964) dan Hutabarat & Evans (1985). Data zooplankton dianalisa dengan menggunakan rumus APHA untuk diketahui kelimpahannya sedangkan keanekaragaman jenisnya dianalisis dengan indeks Shannon-Wiener. Selengkapnya formula untuk analisa data zooplankton akan disajikan dibawah ini. 1. Kelimpahan Perhitungan jumlah plankton dengan menggunakan rumus APHA, AWWA, WPOF (2005) yang telah disederhanakan menjadi:
N 100 P x V 0,25 w

........................................................ (1)

741

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

Dimana : P = Jumlah lapang pandang yang diamati V = Volume contoh plankton yang tersaring (ml) = 3,14 W = Volume sample plankton yang diambil (lt)

2. Keanekaragaman Jenis
s

H
i 1

pi Log 2 pi

............................................................... (2)

dimana : H = Indeks Keragaman Jenis S = Banyaknya jenis (taxa) pi = Proporsi individu dari jenis ke-i terhadap jumlah ind. Semua jenis ni = Banyaknya individu/jenis (taxa) N = Total individu semua jenis

3. Keseragaman Perhitungan keseragaman dilakukan dengan menggunakan rumus :


J H' H max

........................................................................ (3)

dimana : J = Keseragaman jenis H max = ln S S = Jumlah jenis

Selanjutnya Odum (1993) menegaskan indeks keseragaman merupakan angka yang tidak bersatuan yang besarnya antara 0-1. Semakin kecil indeks keseragamannya berarti penyebaran individu setiap jenis atau genera semakin merata dan tidak ada spesies yang mendominasi, begitu pula sebaliknya.

4. Indeks dominansi (D) :

ni 2 x 100% N2

. (4)

dimana : D = Indeks Dominansi ni = jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu

742

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

Dengan kriteria (Odum, 1993) sebagai berikut : D mendekati 0 tidak ada jenis yang mendominansi dan D mendekati 1 terdapat jenis yang mendominansi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Jumlah Jenis Jumlah jenis zooplankton di estuaria pantai timur Sumatera sebanyak 12 jenis, dengan jumlah jenis yang tertinggi ditemukan di stasiun sungai Indragiri (8 jenis) dan terendah sungai Kampar (2 jenis). Rendahnya jumlah jenis zooplankton ke-enam estuaria ini diduga karena pengaruh kekeruhan yang sangat tinggi dan fluktuasi perubahan salinitas yang besar. Akibatnya hanya jenis tertentu yang mampu beadaptasi dengan kekeruhan yang tinggi dan perubahan salinitas yang mampu hidup dan berkembang di tempat ini. Menurut Dianthani (2003) jumlah spesies pada wilayah hilir (termasuk estuaria) pada umumnya jauh lebih sedikit daripada yang mendiami habitat air tawar atau air laut di dekatnya. Hal ini antara lain karena ketidakmampuan organisme air tawar mentolerir kenaikan salinitas dan organisme air laut mentolerir penurunan salinitas. Nybakken (1992) menyatakan perairan muara memiliki ciri

berfluktuasinya salinitas, yang akan tampak pada saat tertentu, bervariasi bergantung pada musim, topografi muara, pasang surut dan jumlah air tawar. Ciri lain, substrat berlumpur, yang sering kali sangat lunak, berasal dari sedimen yang dibawa ke dalam muara oleh air laut maupun air tawar. Juga suhu lebih bervariasi daripada di perairan didekatnya karena volume air lebih kecil sedangkan luas permukaan lebih besar, dengan demikian pada kondisi atmosfer yang ada, air wilayah hilir ini lebih cepat dingin dan lebih cepat panas. Kekeruhan juga menjadi ciri perairan ini, dimana kekeruhan tertinggi terjadi saat aliran sungai maksimum. Kondisi perairan muara mempengaruhi jumlah spesies zooplankton yang mendiami sistem muara.

743

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

4 2 8 Musi Batanghari Indragiri Kampar Siak Rokan

Gambar 2. Jumlah jenis zooplankton di estuaria enam sungai pantai timur Sumatera.

Kelimpahan Kelimpahan zooplankton di estuaria pantai timur Sumatera berkisar antara


1.32 x 10 -4.63 x 10 ind/m , dengan jumlah yang tertinggi ditemukan di estuaria
3 3

sungai Musi dan terendah di sungai Kampar (Tabel 1). Kelimpahan zooplankton masing-masing stasiun penelitian berbeda-beda hal ini sangat erat hubungannya dengan kondisi perairan dan kesuburan perairan masing-masing stasiun. Kesuburan perairan dapat berasal dari sekitar perairan atau dari luar perairan. Kesuburan perairan estuaria disebabkan karena tingginya sedimentasi bahan organik yang berasal dari hulu sungai yang dibawa arus ke bagian hilir. Walaupun sebagian besar estuaria memiliki kesuburan yang tinggi namun tidak berarti kelimpahan zooplankton akan tinggi, masih ada faktor lain yang

mempengaruhinya antara cahaya dan kualitas perairan. Kelimpahan zooplankton di perairan dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan biologi perairan diantaranya: faktor fisika (suhu, kecerahan, kedalaman, arus) sedangkan faktor kimia (oksigen terlarut, karbondioksida, pH, salinitas dan nutrien). Sedangkan faktor biologi yaitu adanya organisme perairan yang memakan zooplankton (Raymond, 1963).

744

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

Tabel 1. Kelimpahan zooplankton pada masing-masing stasiun (Ind.m-3)

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Stasiun Musi Batanghari Indragiri Kampar Siak Rokan

Kelimpahan (ind/m3) 4,63 x 103 2,52 x 103 2,22 x 103 1,32 x 103 2,52 x 103 1,98 x 103

Keanekaragaman Jenis Hasil analisa zooplankton diperoleh nilai indeks keanekaragaman di pantai timur Sumatera berkisar 0,5-1,4. Nilai tertinggi ditemukan pada estuaria sungai Indragiri (1,4) dan terendah di sungai Kampar dan Musi (0.5) (Gambar 3). Menurut Wilh & Dorris (1966) dalam Siagian et al (1996) bahwa jika nilai H > 3 berarti sebaran individu tinggi atau keragaman tinggi berarti lingkungan tersebut belum mengalami gangguan (tekanan) atau struktur organisme yang ada berada dalam keadaan baik. Jika nilai H antara 1-3 berarti sebaran individu sedang atau keragaman sedang berarti lingkungan telah mengalami gangguan (tekanan) yang agak jelek. Sebaliknya jika H < 1 berarti sebaran individu rendah atau keragaman rendah berarti lingkungan tersebut telah mengalami gangguan (tekanan) atau struktur organisme yang ada berada dalam keadaan jelek.

1.4 1.2
Keanekaragaman Hayati

1.4

1 0.8 0.6 0.4 0.2 0


Musi

1 0.9

0.5

0.5

Batanghari

Indragiri

Kampar

Siak

Rokan

Lokasi Penelitian

Gambar 3. Indek keanekaragaman zooplankton di estuaria pantai timur Sumatera.

745

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

Dengan mengacu pada nilai indeks di atas terlihat bahwa perairan ini cenderung tidak stabil karena rendahnya keanekaragaman. Tingginya

keanekaragaman menunjukkan suatu ekosistem yang seimbang dan memberikan peranan yang besar untuk menjaga keseimbangan terhadap kejadian yang merusak ekosistem dan spesies yang dominan dalam suatu komunitas memperlihatkan kekuatan spesies itu dibandingkan spesies lain (Clark (1974); Krebs (1972); Arsil (1999) dalam Dianthani (2003). Ekosistem yang tidak seimbang akan mempengaruhi pakan alami sehingga jika pakan alami tidak tersedia maka kelangsungan hidup larva organisme akan terancam. Sedangkan menurut Wetzel (2001) dalam Sulastri et al (2004) bahwa keragaman zooplankton diperairan tropis umumnya lebih rendah dari dibandingkan dengan daerah beriklim sedang. Dominansi Indek dominansi zooplankton di lokasi penelitian berkisar antara 0.350.78, dimana nilai yang terendah dijumpai pada sungai Indragiri dan tertinggi sungai Musi (Gambar 4). Berdasarkan data diatas dapat ditelaah bahwa estuaria di pantai timur Sumatera tidak terdapat jenis yang mendominasi perairan. Untuk perairan sungai Musi memiliki nilai indek dominansi tertinggi, hal ini disebabkan pada perairan ini jenis terdapat jenis zooplankton yang melimpah yaitu Heliodiaptomus sp. Kelimpahan Heliodiaptomus sp yang tinggi tidak hanya di sungai Musi saja namun juga di lima sungai lainnya. Jika dilihat dari karakteristik estuaria yang hampir sama Heliodiaptomus sp menyukai tempat yang memiliki kesuburan bahan organik yang tinggi. Hilangnya jenis yang dominan menurut Odum (1993) akan menimbulkan perubahan-perubahan yang penting tidak hanya dalam komunitas biotiknya sendiri tetapi juga dalam lingkungan fisiknya. Adanya dominansi jenis zooplankton dapat diindikasikan perairan tersebut sudah tercemar atau kurang subur sehingga hanya jenis tertentu saja yang mampu beradaptasi yang dapat hidup. Dominansi jenis suatu organisme merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam menilai kualitas suatu lingkungan.

746

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

0.8 0.7

0.78 0.7

Indek Dominansi

0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Musi

0.54 0.47 0.35 0.44

Batanghari

Indragiri

Kampar

Siak

Rokan

Lokasi Penelitian

Gambar 4. Nilai indeks dominansi menurut lokasi penelitian

Keseragaman Berdasarkan analisa keseragaman zooplankton dapat dilihat sungai Rokan memiliki nilai yang tertinggi (0.73) dan sungai Musi memiliki nilai yang terendah (Gambar 5). Secara umum nilai indek keseragaman < 1 berarti penyebaran individu setiap jenis baik dan tidak jenis yang mendominasi masing-masing perairan. Krebs (1978) dalam Soedarsono et al. (2002) menyatakan nilai keseragaman merupakan perbandingan antara nilai keanekaragaman suatu genera dengan keanekaragaman maksimum dalam suatu komunitas.

0.73 0.8 0.63 0.67 0.68 0.62 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Musi Batanghari Indragiri Kampar Siak Rokan 0.3

Indek Keseragaman

Lokasi Penelitian

Gambar 5. Keseragaman zooplankton pada masing-masing lokasi penelitian

747

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

DAFTAR PUSTAKA American Public Health Association (APHA). 2005. Standard Methods For the Examination of Water and Waste Water. 21th edition. American Public Health Association, Washington DC. Dianthani, D. 2003. Identifikasi Jenis Plankton Di Perairan Muara Badak, Kalimantan Timur. Makalah Falsafah Sains Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Hutabarat, S. Dan S. M. Evans. 1985. Kunci Identifikasi Zooplankton. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Needham, J. G. and P. R. Needham. 1964. A Guide To The Study of Fresh Water Biology. Fifth Edition, Revised and Enlarged. Holder-day Inc, San Fransisco. Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 459 hal. Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta: xv+697 hlm. Paterson, M. 1998. Ecological Monitoring And Assessment Network (Eman) Protocols For Measuring Biodiversity: Zooplankton In Fresh Waters. Department Of Fisheries And Oceans Freshwater Institute 501 University Crescent Winnipeg, Manitoba. Prianto, E, Husnah dan S. N. Aida. 2008. Inventarisasi Jenis dan Struktur Ekologi Zooplankton di Sungai Musi Bagian Hilir Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian dan Perikanan Indonesia Vol. 14. No.3 September 2008 Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta. Soedarsono, P, Subiyanto, Niniek, W, Sahala, H. 2002. Petunjuk Praktikum Planktonologi. Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang. Siagian, M. Saberina, Hs, Asmika, H. 1996. Penuntun Praktikum Ekologi Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 109 hal. Sulastri, 2004. Pengembangan Sistem Konservasi Biota Muara Untuk Pemanfaatan Secara Lestari Sumberdaya Pesisir dan Laut. Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 70 hal.

748

Prosiding Seminar Nasional Limnologi V tahun 2010

CATATAN 1. Judul artikel sebaiknya kemelimpahan zooplankton, bukan struktur komunitas, karena dalam struktur komunitas terdapat atau membahas tingkatan umur sertarelung-relung ekologis dari masing-masing penyusun komunitas tersebut. 2. Perlu ditampilkan jenis-jenis zooplankton yang ditemukan di daerah kajian.

749

Anda mungkin juga menyukai