Anda di halaman 1dari 8

Benign Prostatic Hyperplasia pada Lansia serta Faktor Pencetusnya Abstrak Latar Belakang : Benign Prostatic Hyperplasia (BPH),

merupakan kelainan urologi kedua terbesar setelah batu ginjal, di Indonesia. 50 % terjadi pada pria berusia 5 !"0 tahun, dan akan terus meningkat seiring dengan bertambahn#a usia. Presentasi Kasus : $n. %, "5 tahun, mengeluh susah buang air ke&il sejak ' bulan #ang lalu. (okter mendiagnosis BPH. %udah minggu ini menjalani persiapan pre!prostatektomi. %elama persiapan pre!prostatektomi berlangsung, $n. % mengeluh pusing, sulit tidur, sering terbangun di malam hari dan n#eri ulu hati. Diskusi dan Kesimpulan : )sia lanjut pada pria mengakibatkan penurunan kadar testosteron serta peningkatan kadar estrogen. Ini berimplikasi terhadap peningkatan proli*erasi dari sel! sel prostat serta hiperplasia dari sel!sel stroma. Hal ini lah #ang men#ebabkan tinggin#a persentase kasus BPH pada lansia. Latar Belakang +elenjar prostat merupakan organ pria #ang sering mengalami kelainan. +elainan #ang bersi*at jinak disebut Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). (,.- Presti, .00/0 B.B Purnomo, .00'0 1uland (.2 Pakasi, .003) BPH merupakan tumor jinak #ang sering ditemukan pada pria #ang berumur lebih dari 50 tahun dengan insiden #ang semakin meningkat seiring bertambahn#a usia. Penelitian se&ara histopatologi di negara Barat menunjukkan sekitar .0% kasus BPH terjadi pada usia / !50 tahun, 50% pada usia 5 !"0 tahun dan lebih dari 30% pada usia lebih dari 40 tahun. (,.- Presti, .00/) Pria dengan 5olume prostat lebih dari 50 &m ' memiliki resiko 5 kali lebih besar mengalami Lower Urinary Tract Symptoms (6)$%) serta ' kali lebih besar mengalami obstruksi 5esika urinaria, #ang ditandai dengan pan&aran pun&ak ( peak flow) kurang dari 0 ml7detik. (Herbert 6epor, .00/) (i Indonesia sendiri BPH merupakan kelainan urologi kedua setelah batu saluran kemih #ang dijumpai di klinik )rologi dan diperkirakan 50% pada pria berusia diatas 50 tahun. 8ngka harapan hidup di Indonesia, rata!rata men&apai "5 tahun sehingga diperkirakan .,5 juta laki!laki di Indonesia menderita BPH. (i 1umah %akit -ipto 9angunkusumo (1%-9) ,akarta ditemukan rata!rata 50 sampai .00 penderita pembesaran prostat setiap tahun #ang memerlukan tindakan operasi, serta ada ke&enderungan angka tersebut akan terus meningkat. (i %9: )rologi 1% (r. ;ahidin %udirohusodo 9akassar, dalam 5 tahun terakhir ini PP, menduduki peringkat pertama menggeser batu saluran kemih. (1uland (.2 Pakasi, .003) Presentasi Kasus $n. %, berusia "5 tahun, sudah ' bulan ini mengeluh susah buang air ke&il, sehingga ketika berkemih harus sembari mengejan dengan pan&aran #ang kurang deras. Berdasarkan &atatan medis #ang ada di Panti $resna ;erdha (P$;) Budhi 9ul#a ' -ira&as, $n. % menderita BPH. +arena usia #ang sudah menua, $n. % tidak langsung mengalami operasi pengangkatan prostat. Perlu dilakukan medical check up terlebih dahulu oleh bagian pen#akit
1

dalam, jantung paru dan bedah. Hal ini telah dilakukan semenjak minggu #ang lalu. $indakan #ang sudah diberikan kepada $n. % adalah pemeriksaan elektrokardiogram (<+=), guna menilai kesiapan jantung, serta *oto 1>ntgen. %elain itu, untuk meminimalisir keluhan #ang dialami oleh $n. %, dilakukan pemasangan kateter suprapubik, agar urine dapat mengalir keluar tanpa adan#a tahanan. $n. % masuk P$; Budhi 9ul#a sejak ' ,uli .003 atas rekomendasi lurah setempat. (ikarenakan tidak memiliki tempat tinggal serta keluarga terdekatn#a (anak perempuan semata ?a#ang) sudah merasa tidak sanggup untuk men&ukupi kebutuhan ekonomi $n. %. %emenjak itu, $n. % sering mengeluh pusing, dengan perasaan berputar, #ang rasan#a seperti terombang!ambing dalam perahu. (okter mengatakan bah?a $n. % menderita 5ertigo. (okter pun memberikan $n. % dimenhidrinat dan per*ena@in. Pada tahun .0 0, keluhan pusing dengan perasaan berputar #ang dialami oleh $n. % mulai berkurang. 2amun hal tersebut tak lantas membuat keluhan pusingn#a menghilang. (alam hal ini #ang menghilang han#alah sensasi berputar. %etelah dilakukan pemeriksaan vital sign, diketahui bah?a tekanan darah $n. % di atas normal ( 407 .0). (okter pun memberikan obat antihipertensi (ni*edipin). $ekanan darah $n. % pun menjadi lebih terkontrol (berada dikisaran /0730). Hal ini terjadi sampai pertengahan .0 . Pas&a didiagnosis BPH, tekanan darah $n. % menjadi meningkat kembali. Bahkan pada %eptember .0 , tekanan darah $n. % sempat menginjak angka .00 (sistol). %elain itu $n. % sering mengeluh tidak bisa tidur dan sering terbangun di malam hari. +eluhan lain #ang dirasakan $n. % akhir!akhir ini adalah beliau juga sering merasakan sesak na*as apabila berbi&ara terlalu lama. (i dalam &atatan medis han#a tertulis bah?a $n. % menderita In*eksi %aluran 2a*as 8kut (I%P8). (okter pun tidak melakukan penanganan lebih lanjut terhadap kasus I%P8 tersebut. %elain itu juga, $n. % &ukup sering mengeluh n#eri dibagian ulu hati. )sia #ang telah menua men#ebabkan $n. % mengalami kemunduran pada indera pendengarann#a. Hal tersebut membuat penulis sedikit kesulitan dalam mengumpulkan data #ang diperlukan. Diskusi BPH adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral prostat mengalami hiperplasia #ang akan mendesak jaringan prostat #ang asli ke peri*er dan menjadi simpai bedah. (;. de ,ong dan 1. %jamsuhidajat, .0050 $.$enggara, 334) BPH merupakan pen#akit pada pria tua dan jarang ditemukan sebelum usia /0 tahun. Prostat normal pada pria mengalami peningkatan ukuran #ang lambat dari lahir sampai pubertas, ?aktu itu ada peningkatan &epat dalam ukuran, #ang kontin#u sampai usia akhir '0! an. Pertengahan dasa?arsa ke!5, prostat bisa mengalami perubahan hiperplasia. ((a5id -. %abiston, 335) BPH merupakan tumor jinak #ang sering ditemukan pada pria #ang berumur lebih dari 50 tahun dengan insiden #ang semakin meningkat seiring bertambahn#a usia. Penelitian se&ara histopatologi di negara Barat menunjukkan sekitar .0% kasus BPH terjadi pada usia / !50 tahun, 50% pada usia 5 !"0 tahun dan lebih dari 30% pada usia lebih dari 40 tahun. (,.- Presti, .00/)

(i ba?ah ini merupakan persentase pre5alensi klinis BPH dari berbagai negara, dimana pria #ang termasuk ke dalam kategori tersebut memiliki Prostate Symptom Score (P%%) kurang dari sama dengan 4, peak flow kurang dari 5 ml7detik, serta 5olume prostat lebih dari .0 &m'. (Herbert 6epor, .00/)

BPH merupakan pen#akit tersering kedua di klinik urologi di Indonesia setelah batu saluran kemih. %ebagai gambaran hospital prevalence, di 1% -ipto 9angunkusumo ditemukan /.' kasus pembesaran prostat jinak #ang dira?at selama tiga tahun ( 33/! 33A) dan di 1% %umber ;aras seban#ak " A kasus dalam periode #ang sama. (B.P. Purnomo, .00A0 :adlol dan 9o&htar, .0050 Biro?o dan 1ahardjo, .000) Penduduk Indonesia #ang berusia tua jumlahn#a semakin meningkat, diperkirakan sekitar 5% atau kira!kira 5 juta pria di Indonesia berusia "0 tahun atau lebih dan .,5 juta pria diantaran#a menderita gejala saluran kemih bagian ba?ah ( Lower Urinary Tract Symptoms atau 6)$%) akibat BPH. BPH mempengaruhi kualitas kehidupan pada hampir B populasi pria #ang berumur lebih dari 50 tahun. (6e5eillee, .00"0 %ur#a?isesa dkk., 334) Hingga saat ini masih belum diketahui se&ara pasti pen#ebab terjadin#a hiperplasia prostat, tetapi beberapa hipotesis men#ebutkan bah?a hiperplasia prostat erat kaitann#a dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron ((H$) dan proses aging (menjadi tua). (B.P. Purnomo, .00A) :aktor risiko #ang mempengaruhi terjadin#a BPH adalah : 1. Kadar Hormon +adar hormon testosteron #ang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko BPH. $estosteron akan diubah menjadi androgen #ang lebih poten #aitu dih#drotestosteron ((H$) oleh en@im 5 C!redu&tase, #ang memegang peran penting dalam proses pertumbuhan sel!sel prostat. (=uess, 335)
3

2. Usia Pada usia tua terjadi kelemahan umum termasuk kelemahan pada buli (otot detrusor) dan penurunan *ungsi persara*an. Perubahan karena pengaruh usia tua menurunkan kemampuan buli!buli dalam mempertahankan aliran urin pada proses adaptasi oleh adan#a obstruksi karena pembesaran prostat, sehingga menimbulkan gejala. (P. Biro?o dan (. 1ahardjo, .000) $estosteron ber*ungsi sebagai pema&u libido, pertumbuhan otot dan mengatur deposit kalsium di tulang. %eiring dengan pertambahan usia, kadar testosteron mulai menurun se&ara perlahan pada usia '0 tahun dan turun lebih &epat pada usia "0 tahun keatas. (P. Biro?o dan (. 1ahardjo, .000) 3. Ras Drang dari ras kulit hitam memiliki risiko . kali lebih besar untuk terjadi BPH dibanding ras lain. Drang!orang 8sia memiliki insidensi BPH paling rendah. (1oehborn, .00.) 4. Riwayat Keluarga 1i?a#at keluarga pada penderita BPH dapat meningkatkan risiko terjadin#a kondisi #ang sama pada anggota keluarga #ang lain.. Bila satu anggota keluarga mengidap pen#akit ini, maka risiko meningkat . kali bagi #ang lain. Bila . anggota keluarga, maka risiko meningkat menjadi .!5 kali. (ari penelitian terdahulu didapatkan D1 sebesar /,. (35%, -I ,A! 0,.). (1oehborn, .00.) . !"esitas Dbesitas akan membuat gangguan pada prostat dan kemampuan seksual, tipe bentuk tubuh #ang mengganggu prostat adalah tipe seperti buah apel. Beban di perut itulah #ang menekan otot organ seksual, sehingga lama!lama organ seksual kehilangan kelenturann#a, selain itu deposit lemak berlebihan juga akan mengganggu kinerja testis. (Patri&k -. ;alsh, 33.) Pada obesitas terjadi peningkatan kadar estrogen #ang berpengaruh terhadap pembentukan BPH melalui peningkatan sensitisasi prostat terhadap androgen dan menghambat proses kematian sel!sel kelenjar prostat. Penentuan obesitas dapat dilakukan dengan menghitung Bod# 9ass Indeks (B9I) dan ?aist to hip ratio (;H1). Interpretasin#a (;HD) o5er?eight (B9I .5!.3,3 kg7m.), obesitas (B9I E '0 kg7m.), lingkar pinggang E 0. &m atau ;H1 E 0,30. (:. Fatim, .00/) Pada penelitian terdahulu didapatkan Ddds 1asio (D1) pada laki!laki #ang kelebihan berat badan (B9I .5!.3,3 kg7m.) adalah ,/ pada laki!laki obesitas (B9I '0!'/ kg7m.) adalah ,.A sedangkan pada laki!laki dengan obesitas parah (B9I E'5 kg7m.) adalah ',5.. (Bridge %ophie Bain, .00") #. Pola Diet (e*isiensi seng berat dapat men#ebabkan penge&ilan testis #ang selanjutn#a berakibat penurunan kadar testosteron. %elain itu, makanan tinggi lemak dan rendah serat juga membuat penurunan kadar testosteron. (Patri&k -. ;alsh, 33.) Penelitian terdahulu didapatkan D1 : .,'4 (35% -I : ,.0!/,30). ;alaupun kolesterol merupakan bahan dasar untuk sintesis @at pregnolone #ang merupakan bahan baku (H<8 (dehidroepianandrosteron) #ang dapat memproduksi testosteron, tetapi bila berlebihan tentun#a akan terjadi penumpukan lemak pada perut #ang akan menekan otot!otot seksual dan mengganggu testis, sehingga kelebihan lemak tersebut justru dapat menurunkan kemampuan seksual. 8kibat lebih lanjut adalah penurunan produksi testosteron, #ang nantin#a mengganggu prostat. %uatu studi menemukan adan#a hubungan antara penurunan risiko BPH dengan mengkonsumsi buah dan makanan mengandung kedelai #ang ka#a akan iso*la5on. +edelai sebagai estrogen lemah mampu untuk memblokir reseptor estrogen dalam prostat terhadap estrogen.
4

,ika estrogen #ang kuat ini sampai menstimulasi reseptor dalam prostat, dapat men#ebabkan BPH. %tudi demogra*ik menunjukkan adan#a insidensi #ang lebih sedikit timbuln#a pen#akit prostat ini pada laki!laki ,epang atau 8sia #ang ban#ak mengkonsumsi makanan dari kedelai. Iso*la5on kedelai #aitu genistein dan daid@ein, se&ara langsung mempengaruhi metabolisme testosteron. 1isiko lebih besar terjadin#a BPH adalah mengkonsumsi margarin dan mentega, #ang termasuk makanan #ang mengandung lemak jenuh. +onsumsi makanan #ang mengandung lemak jenuh #ang tinggi (terutama lemak he?ani), lemak berlebihan dapat merusak keseimbangan hormon #ang berujung pada berbagai pen#akit. <strogen, hormon #ang jumlahn#a lebih besar pada ?anita tern#ata juga dimiliki oleh pria (dalam jumlah ke&il). 2amun, hormon ini sangat penting bagi pria, sebab estrogen mengatur libido #ang sehat, meningkatkan *ungsi otak (terutama ingatan), dan melindungi jantung. $etapi jika tingkatn#a terlalu tinggi, maka tingkat hormon testoteron akan berkurang, dan pria akan mengalami kelelahan, lemas, *ungsi seksual #ang menurun, dan akan terjadi pembesaran prostat. 9asukan makanan berserat berhubungan dengan rendahn#a kadar sebagian besar akti5itas hormon seksual dalam plasma, tinggin#a kadar %HB= (seG hormone!binding globulin), rendahn#a atau bebas dari testosteron. 9ekanisme pen&egahan dengan diet makanan berserat terjadi akibat dari ?aktu transit makanan #ang di&ernakan &ukup lama di usus besar sehingga akan men&egah proses inisiasi atau mutasi materi genetik di dalam inti sel. Pada sa#uran juga didapatkan mekanisme #ang multi*aktor dimana di dalamn#a dijumpai bahan atau substansi anti karsinogen seperti karoteniod, selenium dan to&opherol. (engan diet makanan berserat atau karoten diharapkan mengurangi pengaruh bahan!bahan dari luar dan akan memberikan lingkungan #ang akan menekan berkembangn#a sel!sel abnormal. ((. 1ahardjo, 3330 8. 2ugroho, .00.0 +. %utrisno, .00A) $. %kti&itas 'eksual 8kti5itas seksual #ang tinggi juga berhubungan dengan meningkatn#a kadar hormon testosteron. Penelitian terdahulu didapatkan D1 : .,/0. +ebiasaan merokok nikotin dan konitin (produk peme&ahan nikotin) pada rokok meningkatkan akti*itas en@im perusak androgen, sehingga men#ebabkan penurunan kadar testosteron. Penelitian terdahulu didapatkan D1 : .,A/ (35% -I : ,/'!5,.5). (Patri&k -. ;alsh, 33.0 (. 1ahardjo, 3330 +. %utrisno, .00A0 2+)(I-, .00") (. %lko)ol +onsumsi alkohol akan menghilangkan kandungan @ink dan 5itamin B" #ang penting untuk prostat. Hink membantu mengurangi kandungan prolaktin di dalam darah. Prolaktin meningkatkan penukaran hormon testosteron kepada (H$. (2+)(I-, .00"0 1. =ass, .00.) *. Dia"etes +ellitus 6aki!laki #ang mempun#ai kadar glukosa dalam darah E 0 mg7d6 mempun#ai risiko tiga kali terjadin#a BPH, sedangkan untuk laki!laki dengan pen#akit (iabetes 9ellitus mempun#ai risiko dua kali terjadin#a BPH dibandingkan dengan laki!laki dengan kondisi normal. Penelitian terdahulu didapatkan Ddds 1atio (D1) pada penderita (iabetes 9ellitus adalah .,.5 (35%, -I : ,.'!/, ). (Bridge %ophie Bain, .00"0 ,. +ellog Parsons et.al, .00")

PATHWAY
Per",a an "$(a 2"$(a .an)"#3

Ke#(da&$e(+,an*an e$#r'*en1#e$#'$#er'n

Te$#'#er'n Pr'.(0era$( $e. !r'$#a#

E$#r'*en -(!er!.a$( $e. $#r'+a )ar/ !r'$#a#

BPH

Pe+,eda an

IMMOBILITAS FISIK

Pendara an

Ter!"#"$n%a &'n#(n"(#a$ )ar(n*an RESIKO KERUSAKAN INTERGRITAS

RESIKO KEKURANGAN VOLUME CAIRAN

NYERI AKUT

RESIKO INFEKSI

%umber: ((oenges, 3340 -arpenito, .0000 I 282(8, .005)

CHART Tn !

Penulis &ukup kesulitan dalam menghubungkan apa #ang ada dalam teori dengan #ang terjadi di lapangan. Hal tersebut dikarenakan data #ang diperoleh tidak sesuai dengan dalil #ang ada baik dalam text ook maupun dalam jurnal. Pada bagan di atas terlihat bah?a postur tubuh $n. % tidak mendukung terjadin#a BPH. %elain itu, pola hidup #ang dijalani $n. %, seperti tidak mengonsumsi @at!@at beralkohol serta men#angkal sebagai perokok, juga bukan merupakan *aktor pen&etus. Dleh karena itu, penulis menduga BPH #ang dialami oleh $n. % terkait usia beliau #ang telah senja. )sia #ang telah senja mengakibatkan penurunan akti*itas seksual. 8kti*itas seksual #ang menurun
4

mengakibatkan produksi sperma juga mengalami penurunan. Hal tersebut mungkin mengakibatkan peningkatan testosteron bebas (J). Peningkatan testosteron bebas akan merangsang pengeluran en@im 5 !reduktase, #ang akan mengon5ersi testosteron menjadi dihidrotestosteron ((H$). (H$ dapat mengakibatkan peningkatan proli*erasi sel!sel prostat. 8kibatn#a prostat akan membesar. Hal ini akan membuat lumen uretra menjadi men#empit. %ehingga urine akan sulit untuk keluar. )rine #ang sulit melalui uretra akan mengalami re*luks. Ini men#ebabkan penderita BPH juga sering mengalami In*eksi %aluran +emih (I%+). )ntuk men&egah hal tersebut, pada $n. % dilakukan pemasangan kateter suprapubik. Kesi"pulan BPH merupakan kasus urologi #ang jamak terjadi pada lansia. Hal tersebut dikarenakan ketika menjelang senja, testosteron &enderung dikon5ersi menjadi dihidrotestosteron, #ang mana akan mengakibatkan peningkatan proli*erasi sel!sel prostat. %elain itu, obesitas, ri?a#at keluarga, konsumsi rokok dan alkohol serta diet tinggi lemak, juga dapat merupakan *aktor resiko dari BPH. !aran . $n. % $n. % harus lebih mendekatkan diri kepada 8llah %;$, agar lebih dapat menerima kondisi #ang ada. +arena sebenarn#a kasus #ang diderita $n. % bukanlah sesuatu #ang mengan&am ji?a, sehingga tidak perlu ada #ang dikha?atirkan. $n. % harus menjaga kebersihan diri, guna menghindari komplikasi #ang akan terjadi. .. Petugas 8da baikn#a setiap minggu diadakan sosialisasi pen#akit #ang jamak terjadi pada lansia untuk meningkatkan pengetahuan ?arga binaan sosial. Hal tersebut dikarenakan masih ban#ak ?arga binaan sosial #ang kurang memahami pen#akitn#a sendiri. '. Panti %osial Perlu adan#a penambahan jumlah petugas (terutama tenaga kepera?atan) dalam menjaga serta manga?asi ?arga binaan sosial. Hal tersebut dikarenakan jumlah petugas #ang kurang berimbang dengan jumlah ?arga binaan sosial. Ackno#ledge"ent %a#a u&apkan ban#ak terima kasih pada ?arga binaan sosial Panti $resna ;erdha (P$;) Budhi 9ul#a ' -ira&as, terutama $n. % #ang telah bersedia meluangkan ?aktun#a. +epada para petugas Panti $resna ;erdha (P$;) Budhi 9ul#a ' -ira&as. +epada dr. :aisal (ri@@a Hasibuan %p.P(, selaku pengampu kepeminatan geriatri. +epada dr. <ri (ian 9, selaku pembimbing kelompok '. %erta teman!teman sekalian #ang telah membantu sa#a dalam men#elesaikan case report ini.

Anda mungkin juga menyukai