Anda di halaman 1dari 62

INDONESIA MOUNTAIN MAGAZINE No.

11 / 2013
headline
mountaineer
mountain route
expedition news
Mendaki Gunung Dalam
Kawasan Taman Nasional
Willem Tasiam
Gunung Bawakaraeng
The South Face of
Annapurna
MountMag



Welcome Mountaineer,

Cukup lama Mountmag tidak hadir ditengah-tengah para sahabat pendaki
gunung. Kami redaksi Mountmag mohon maaf atas keterlambatan yang
cukup lama ini, dikarenakan oleh satu dan lain hal membuat edisi 11 ini baru
bisa kami hadirkan sekarang.
Pada edisi ke sebelas ini kami mengusung gunung-gunung yang berada
dalam kawasan taman nasional di Indonesia. Maraknya pendakian massal
di lokasi gunung yang notabene dilindungi bertajuk taman nasional ini telah
menimbulkan dampak yang negatif terhadap alam di lokasi tersebut, apa
dan bagaimana Taman Nasional itu? Detailnya bisa anda temukan di liputan
utama kami.
Seperti biasa rubrik-rubrik tetap Mountmag tampil dengan artikel yang
informatif untuk anda para pendaki gunung dan pada rubrik Mountaineer
kami mengetengahkan profl seorang pendaki Indonesia yang berusaha
menorehkan prestasi lewat pendakian marathon di beberapa gunung di
Indonesia. Pada rubrik foto gallery di edisi ke 11 ini anda bisa menemukan
foto-foto menarik dengan tema SAMPAH yang merupakan hasil bidikan
camera para pendaki gunung.
Komitmen kami terhadap kemajuan Mountaineering di Indonesia tetap
tidak berubah, dan dukungan teman-teman pendaki gunung Indonesia
sangat kami butuhkan. Mari kita tularkan lebih luas virus kecintaan pada
gunung-gunung Indonesia.
Redaksi
Hendri Agustin
M Anwar S
Harley B Sastha
Tuti Widiastuti
Account Executive
Tuti Widiastuti
Ankayama Puteri
Wahyu Widhi
Richard E. Paul
foto cover : Gunung Bukit Raya di
Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya
Development Advisor
Kamser Lumbanradja
EDITORS
SALES
DESIGN
PHOTOGRAPHER
WEBSITE DEVELOPMENT
email: mountmag@gmail.com
website: www.mountmag.com
twitter: @mountmag
e-magazine MountMag terbit
setiap dua bulan sekali
Resiko dan Tanggung Jawab:
Pembaca MountMag diingatkan bahwa
kegiatan mendaki gunung beresiko
terjadinya kecelakaan yang menyebabkan
cacat bahkan kematian. Pelaku kegiatan ini
harus mengerti dan menerima
kemungkinan akan resiko serta
bertanggungjawab terhadap aksi dan
keterlibatannya dalam kegiatan ini.
MountMag tidak bertanggungjawab
terhadap resiko ini. Para pelaku sangat
disarankan untuk selalu memperhatikan
safety standart dalam kegiatan pendakian
gunung atau mountaineering ini.
DILARANG MENGUTIP ATAU MEMPER-
BANYAK SEBAGIAN ATAU SELURUH ISI
MAJALAH INI TANPA IZIN TERTULIS DARI
MOUNTMAG.
INDONESIA MOUNTAIN MAGAZINE
FOREWORD FOREWORD
MOUNTAIN NEWS
MOUNTAINEER
STUFF
HEADLINE
Gadget Komunikasi Para Mountaineer
MAHITALA UNPAR
JEJAK PETUALANG COMMUNITY
27 JOURNAL
40 Mountain Skill
41 Mountain Route Gn. Slamet - Jalur Kaliwadas
45 Tips & Trik
47 Review Buku
49 Expedition News:
The South Face of Annapurna
55 Gallery Sampah
Mendaki Gunung Dalam Kawasan
Taman Nasional
WILLEM
TASIAM
1
12
14
17
9
CONTENTS
CLUB & COMMUNITY
MOUNTAIN NEWS
1 Indonesia Mountain Magazine
Pendaki dari Wanadri kembali berhasil mencapai puncak Gunung Everest di Nepal. Fajri Al Luthf dan Martin Rimbawan mengibarkan
bendera merah putih di Everest pada Kamis 23 Mei. Mereka berangkat dari Tanah Air pada 27 Maret 2013 dan memulai pendakiannya
12 Mei silam. Sebelum menginjakkan kakinya di puncak tertinggi di dunia itu, keduanya juga sudah berhasil mendaki enam puncak
tertinggi lainnya yang berada di enam benua.
Dengan begitu, lunas sudah utang keduanya dalam pendakian 7 Summits, pasalnya Fajri tahun lalu gagal mencapai puncak ketujuh
dari rangkaian puncak tertinggi dunia tersebut dari jalur selatan. Kala itu cuaca tidak bersahabat dan dia terserang badai berkekuatan
180 km/jam di camp IV. Tempat itu merupakan camp terakhir yang berada di ketinggian 8.000 mdpl sebelum menuju puncak Everest.
Di sisi lain, Martin batal diberangkatkan karena alasan medis.
Martin tiba di puncak Everest lebih dahulu, yakni pukul 04.45 waktu Nepal. Dia disusul oleh Fajri sekitar 15 menit kemudian. (War/
sumber metrotvnews com/foto wanadri)
Teks Anwar | Foto Wanadri
MERAH PUTIH DI EVEREST
Indonesia Mountain Magazine 2
Korban pendaki yang meninggal di gunung-gunung Indonesia
bertambah lagi. Eko Wahyudi, 29, ditemukan tewas setelah
sempat dinyatakan hilang oleh rekannya, saat melakukan
pendakian Gunung Arjuna, Kabupaten Lawang, Jawa Timur.
Korban ditemukan tidak jauh dari lokasi puncak gunung tersebut
pada 19 Mei setelah tiga hari dinyatakan hilang, tepatnya pada
Jumat 17 Mei. Korban akhirnya dievakuasi melalui jalur Lawang
pada 20 Mei. Tim evakuasi terhambat cuaca yang saat itu sedang
hujan lebat sehingga mengakibatkan licinnya medan evakuasi.
Sebelumnya, Aswin, 22, pendaki yang dinyatakan hilang di
Puncak Gunung Dempo, Sumatra Selatan pada Minggu 31 Maret
akhirnya ditemukan Tim SAR pada Selasa 2 April. Tubuh korban
ditemukan telah mengapung di dalam kawah Gunung Api Dempo
dengan kondisi tubuh tertelungkup.
Korban melakukan pendakian ke puncak Gunung Api Dempo
bersama enam orang rekannya pada Sabtu 30 Maret. Saat
melakukan pendakian korban menghilang dan terpisah dari
rombongannya saat akan turun ke kawasan kawah. Kemudian
pada Sabtu 9 Maret, Fery Susanto, 20, meninggal dalam
perjalanan berjarak sekitar 4 Km dari Pos I Gunung Argopuro,
Jawa Timur. Korban diduga kedinginan karena cuaca buruk
dengan hujan dan kabut tebal yang menyelimuti kawasan
tersebut. Sebelumnya, Ian Ahdiansyah, 22, meninggal dunia
dalam perjalanan turun sehabis mendaki puncak Gunung Ciremai
di Kab. Kuningan, Jumat 4 Januari. Warga Kuningan itu diduga
mengalami kelelahan dan kedinginan di gunung dan meninggal
dunia ketika tengah dilarikan dari Pos Pendakian Palutungan
menuju rumah sakit Cigugur, Kuningan. (War/dari berbagai
sumber/foto seasite.niu.edu)
Pakistan akhirnya menunda ekspedisi ke puncak Nanga Parbat
untuk menyelamatkan para pendaki setelah sebelumnya 10 orang
wisatawan ditembak mati oleh sekelompok pria bersenjata. Para
penyerang menyerbu kemah di kaki Nanga Parbat pada Sabtu
(22/6) malam dan menembak mati para wisatawan pendaki
berikut pemandu mereka.
Para korban sudah dikenali yaitu seorang berkebangsaan ganda
Amerika dan China, tiga orang Ukraina, dua warga Slowakia, dua
warga China dan seorang asal Lituania serta pemandu orang
Nepal.
Sekitar 40 pendaki yang masih berada di Nanga Prabat segera
diungsikan ke wilayah utara ke kota Gilgit. Tidak akan ada lagi
ekspedisi pendakian di Nanga Parbat pada musim panas ini dan
pendaftaran untuk pendakian musim dingin akan ditinjau lagi dari
aspek keamanan.
Sementara itu, ekspedisi ke puncak gunung lain di Pakistan,
termasuk K2, yaitu puncak kedua tertinggi di dunia, akan
berlanjut karena tentara ada di kawasan itu. Polisi mengatakan
operasi pencarian besar-besaran dilakukan untuk memburu para
tersangka. (War/AFP/Antara/foto news.com.au)
Teks Anwar | Foto seasite.niu.edu
KABAR DUKA DARI GUNUNG
Teks Anwar | Foto Detik 6
EKSPEDISI NANGA PARBAT
DITUNDA AKIBAT
PEMBUNUHAN PENDAKI
Indonesia Mountain Magazine 3
MOUNTAIN NEWS
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah
memperjuangkan penetapan Taman Nasional Gunung Rinjani
(TNGR) sebagai taman bumi atau geopark nasional.
Sebelumnya, TNGR diusulkan ke Sekretariat Global Geoparks
Network (GGN) UNESCO untuk geoparks tingkat dunia. Namun,
usulan yang disampaikan awal 2010 itu terhalang karena
dokumen teknis sebagai berkas pendukungnya belum lengkap.
UNESCO meminta dalam pengajuan usulan itu disertakan dua
lokasi lainnya yang juga memungkinkan jadi geopark dunia,
sebagai pendamping TNGR.
Dua obyek kawasan sebagai usulan pendamping itu yakni Gua
Kapur di Pacitan, Jawa Timur, dan Gunung Batur di Kintamani,
Bali, dan UNESCO akhirnya menetapkan kawasan Kaldera
Gunung Batur Kintamani sebagai bagian dari Global Geopark
Network (GGN) atau jaringan taman bumi global. Penetapan
tersebut dilakukan saat Konferensi Geopark Eropa ke-11 di
Geopark Auroca, Portugal, pada 20 September 2012 lalu.
Salah satu upaya mempercepat penetapan Gunung Rinjani
Teks Anwar | Foto travelnix.com
GUNUNG RINJANI DITARGETKAN JADI GEOPARK NASIONAL
sebagai geopark nasional yakni penyamaan persepsi tentang
kelayakan objek geopark nasional itu, melalui workshop yang
diagendakan pada 28 Juni 2013, di Kabupaten Lombok Utara.
Kelangkapan dokumen untuk mendapatkan penetapan geopark
nasional antara lain, data tentang hamparan geologi, hamparan
biolog, data budaya, dan peran masyarakat dalam lokasi yang
hendak dijadikan geopark nasional itu.
Kawasan TNGR mencakup sebagian wilayah Kabupaten Lombok
Barat seluas 12.360 hektare meliputi dua kecamatan dengan 15
desa, Lombok Tengah seluas 6.824 hektare yang mencakup dua
kecamatan tersebar pada lima desa dan Kabupaten Lombok
Timur pada tujuh kecamatan yang tersebar pada 17 desa dengan
luas kawasan 22.146 hektare.
Salah satu pesona unggulan TNGR adalah Danau Segara Anak
yang berada pada ketinggian 2.010 meter dari permukaan laut.
Danau Segara Anak berada di sebagian Gunung Rinjani yang
tingginya mencapai 3.726 meter dari permukaan laut. (War/
Antara/foto travelnix.com)
Indonesia Volcano
Challenge 2013
Mountain Trail Run
Sportive Green Nature
MOUNTAIN NEWS
Cibodas Minggu pagi selepas subuh (2/06/13), sekitar 200
orang dari beberapa daerah dan propinsi di Indonesia serta
perwakilan dari 16 negara asing telah bersiap-siap di lapangan
kawasan Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat. Mereka merupakan
para peserta Mountain Trail Run (MRun) atau lari di gunung
Indonesia Volcano Challenge (IVC) 2013 yang untuk pertama
kalinya di adakan di Indonesia dan berskala internasional. Event
internasional diselenggarakan oleh Federasi Mountaineering
Indonesia (FMI) bekerjasama dengan Direktorat PJLKKHL
Kemetrian Kehutanan, Kemenpora, LIPI, Pemda Cianjur dan
Jabar serta Kementrian Pariwisata Kreatif dan Balai Besar TN
Gunung Gede Pangrango sebagai tuan rumah.
Menurut Dwi Bahari, Ketua Pelaksan IVC 2013, salah satu tujuan
diadakannya IVC, adalah untuk memperkenalkan potensi gunung
berapi yang ada di Indonesia. Memperkenalkan keanekaragaman
hayati kawasan konservasi alam Indonesia, utamanya kawasan
gunung dan pegunungan. Meningkatkan rasa cinta alam dan
kepedulian generasi muda terhadapa lingkungan. Serta
mengembangkan olah raga di kawasan gunung dan pegunungan.
Mengambil tema Sportive Green Nature, tepat pukul 06.45
WIB, secara serentak para peserta dilepas oleh Pjs Direktur
Jenderal Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Ir.
Sonny Partono, MM, mewakili Menteri Kehutanan didampingi
oleh Ketua FMI, Jodie Alexander Tirie, dan Direktur PJLKKHL
Kementrian Kehutanan, Dr. Bambang Supriyanto, dengan
mengibarkan bendera start.
Ratusan peserta MRun IVC 2013, berlari dari Kebun Raya
Cibodas melintasai kawasan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango (TNGGP) hingga ke puncak Gunung Gede dan
lembah alun-alun Suryakencana dan kembali lagi ke Kebun Raya
Cibodas. Mereka berlari melintasi hutan hujan tropis, air panas,
gigiran kawah dan padang edelweis yang merupakan bagian dari
kekayaan alam yang dimiliki TNGGP.
Keistimewaan Indonesia Volcano Challenge adalah olah raga ini
dapat diselenggarakan di seluruh Volcano atau gunung berapi
Indonesia Mountain Magazine 5
di Indonesia dengan ketinggian yang beragam. Uniknya karena
diselenggarakan di Gunung Berapi dimana Indonesia menjadi
pemilik gunung api terbanyak di dunia. Selain itu gunung api di
Indonesia juga terkenal dengan hutan tropisnya, kata Dwi Bahari,
Ketua Panitia IVC 2013 yang juga Sekjen PB FMI.
Mountain Trail Run IVC 2013 ini dibagi menjadi dua level jarak
tempuh lomba (15 K dan 22 K). Kemudian masing-masing dibagi
lagi menjadi 3 kategori lomba berdasarkan kelomok umur dan
jenis kelamin: 17-35 tahun Pria/Wanita, 36 tahun keatas Pria/
Wanita dan Women Open, lanjut wanita berjilbab yang juga
menjadi Sekjen PB FMI ini.
Sekitar pukul 09.00 WIB, KM Muhammad Alquraisy, peserta dari
Indonesia berhasil memasuki garis fnish untuk kategori 15 km usia
17-35 tahun dengan waktu tempuh 01:53:56. Disusul kemudian
oleh Ferdi Iryanto yang hanya terpaut sekitar 1 menit. Kemudian
menyusul Roby Sugara dengan catatan watku 01:57:41. Untuk
kategori 15 km usia 36 tahun ke atas di menangkan oleh Hendra
Wijaya dengan catatan waktu 02:21:41. Lalu disusul oleh Siau
Hermansa dalam waktu 02:49:12 dan Indra Anggara 03:33:26.
Kategori Womens Open dengan jarak tempuh 15 km
dimenangkan oleh Diana dengan catatan waktu 03:29;04. Disusul
kemudian oleh Theodore Sunarli (03:43:49). Keduanya berasal
dari Indonesia. Mereka berhasil mengalahkan peserta dari United
Kingdom, Cheril Parker, yang harus puas berada pada urutan
ketiga dengan waktu tempuh 03:52:53.
Kategori 22 km usia 17-35 tahun berhasil disapu bersih oleh
para pelari dari Indonesia. Mereka adalah Muhammad Taufk
(02:59:49), Aryanto Wijaya (03:12:46) dan Oktavianus Quaasalmi
(03:21:45). Persaingan ketat terjadi antara pelari dari Indonesia
dan asing pada kategori 22 km usia 36 tahun keatas. Pada
kategori ini, Jules Crawshaw dari New Zealand berhasil mencapai
fnish lebih dulu dengan catatan waktu 03:42:52. Disusul oleh
Syambudiharto dari Indonesia (03:43:28) dan Mark Clay dari
British yang menempati urutan ketiga (04:00:55).
Pada ketegori Womens Open dengan jarak tempuh 22 km, disapu
bersih oleh para pelari mancanegara. Mereka adalah Rebecca
Roby dari United Kingdom dengan waktu tempuh 04:18:45.
Disusul Sheril Gruber dari USA (04:35:02). Kemudian posisi ketiga
ditempati oleh Ann Durham dari USA (05:08:06).
Indonesia Mountain Magazine 6
Event yang bagus dan organisasi yang bagus menyelenggarakan
ini. Ini bukan yang pertama Buntuk saya melakukan Mountain
Trail Run. Tetapi untuk di Gunung Gede, ini yang pertama untuk
saya. Gunung Gede indah sekali. Hutan yang bagus. Bisa melihat
crater kawah dan mencium bau volcano. Saya suka sekali dan
jika ada lagi saya pasti akan ikut lagi, kata Sheril Gruber..
Untuk keakuratan penghitungan waktu, setiap pelari ditempel
chip yang otomatis akan merekam waktu tempuh pelari yang
menginjakkan kakinya di garis fnish.
Cuaca benar-benar cerah saat lomba berlangsung. Untuk
menjaga kenyamanan, keamanan dan keselamatan para pelari,
paniti telah menyediakan fasilitas berupa 4 pos medis dan 1 mini
hospital beserta dokter yang berada di jalur lomba. Water station
yang menyediakan makanan dan minuman di beberapa chek
poin. Penempatan pengawas (marshal) di titik-titik yang dianggap
berbahaya lengkap dengan radio komunikasi. Ambulance dan
dokter yang siap sedia di garis fnish. Terlihat paniti berusaha
memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada para peserta
lomba. Tidak heran jika banyak mendapat apresiasi yang tinggi
dari peserta. Termasuk diantaranya peserta dari mancanegara.
Saat lomba masih berlangsung, dilapangan Kebun Raya Cibodas,
juga diselenggarakan talks show dalam memperingati 101 Tahun
Konservasi di Indonesia dan Hari Lingkungan Hidup sedunia.
Talkshow yang dikemas oleh Direktorat PJKKHL Kementrian
Kehutanan, menghadirkan nara sumber seperti Pjs Dirjen PHKA,
Ir. Sonnya Partono, MM, Dr. Rahmat Abbas dari FMI dan Tosca
Santoso, pimpinan Green Radio.
disiarkan langsung oleh Green Radio dan secara nasional oleh
100 stasiun radio jaringan Radio Kantor Berita 68H, menghadirkan
para narasumber yang berkompeten dibidangnya yaitu Ir. Sonny
Partono, MM, dari Direktoran Jenderah PHKA, Dr. Rahmat
Abbas, dari FMI dan Tosca, pimpinan redaksi Green Radio. Para
pembicara mengupas tema Cinta Alam dan Partisipasi Konservasi
Generasi Muda Dalam Aksi Nyata. Talkshow disiarkan langsung
oleh 100 jaringan radio KBR 68H dan Tempo TV.

Alangkah baiknya kedepan acara seperti ini juga diselenggarakan
di 50 taman nasional yang ada di Indonesia. Misalnya Taman
MOUNTAIN NEWS
Indonesia Mountain Magazine 7
Nasional Gunung Merapi dan Taman Nasional Gunung Kerinci
Seblat yang masing-masing mempunyai keunikannya sendiri-
sendiri dan tidak kalah bagusnya dengan dengan Gunung
Gede. Kementrian Kehutanan pastinya sangat mendukung dan
mensuport kegiatan seperti ini, kata Ir, Sonny Partono, MM,
sesaat sebelum meninggalkan lokasi kegiatan.
Sebagai bentuk penghargaan semua peserta yang dapat
menyelesaikan jarak tempuh lari hingga kembali ke fnish, masing-
masing mendapatkan medali fnisher. Sedangkan 3 terbaik untuk
masing-masing kategori mendapatkan hadiah sejumlah uang
tunai dan voucher belanja dari pihak sponsor. Penyerahan hadiah
diserahkan langsung oleh Ketua FMI, Jodie Alexander Tirie,
Direktur PJLKKHL, Dr. Bambang Supriyanto dan perwakilan BB
TN Gunung Gede Pangrango, Ardi Ardono.
Secara resmi acara ditutup oleh H. Suranto, Wakil Bupati Cianjur.
Dalam sambutan singkatnya beliau berharap acara ini dapat
menjadi agenda rutin tahunan yang dapat diselenggarakan dalam
kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Tingginya atusiasisme para peserta dalam event bertaraf
internasional ini, kiranya pihak terkait dapat menjadikan ini sebagai
agenda tahunan pariwisata Indonesia ataupun Kementrian
Kehutanan dalam rangka promosi keunikan serta kekayaan
gunung-gunung berapi di Indonesia dan sekaligu memberikan
edukasi tentang konservasi alam.
Indonesia Mountain Magazine 8
MOUNTAINEER
Willem Tasiam
Pendaki Marathon Indonesia
Mendaki beberapa gunung sekaligus secara marathon
tentu bukan perkara mudah. Kebugaran fsik menjadi salah
satu hal yang harus bisa dijaga dengan baik. Sebagaimana
diceritakan oleh Wiliem Tasiam, pendaki marathon di
Indonesia kepada redaksi Mountmag. Terbukti, walaupun
usia pria kelahiran Pontianak ini lebih dari setengah abad
masih dapat melakukan pendakian marathon tersebut
hingga saat ini. Salah satu prestasi terakhirnya tahun
2012, mendaki 29 gunung dengan waktu tempuh 27 hari.
Bagaimana awal mula Anda mengenal dunia
pendakian gunung?
Awalnya diiajak teman, naik ke gunung gede liwat rute
Perbawati (Salabintana). Waktu naik sempat tersesat,
rupanya teman yang ngajak naik tidak hafal jalanya. turun
dari alun-alun timur menujung gunung putri pun salah
jalan, mustinya belok ke kiri ini malah ambil jalur ke kanan.
belakangan aku baru tahu kalau jalur itu namanya simpang
maleber dan rupanya jalur tersebut tembusnya ke pasir cina
Hal positif dan manfaat apa yang bisa Anda
bagi kepada para pembaca rasakakan dari
aktiftas tersebut?
Kita bisa lebih mengenal daerah-daerah di indonesia dan
bisa berinteraksi dan ber sosialisasi dengan masyarakat
desa-desa disekitar kaki gunung yang akan kita daki.
Saat ini Anda dikenal sebagai pelopor mendaki
gunung secara marathon di Indonesia
Bagaimana ceritanya Anda melakukan hal
tersebut?
Terinspirasi setelah membaca bukunya bapak Sutaqrjo
Adi. Dalam riwayatnya beliau pernah mendaki 7 gunung
Teks Harley | Foto Dok. Pribadi
yang ditempuh dengan waktu 25 hari. Seorang teman
berkomentar, lu juga pasti bisa, malah 2x lipatnya lu
juga pasti bisa. Akhirnya saya mencoba mendaki 16
gunung dengan target 25 hari, diakhir cerita karena
dana yang dipunyai tidak mencukupi, realisasinya saya
hanya bisa mendaki 14 gunung dengan waktu 20 hari.
Apa misi dan tujuan Anda melakukan
pendakian marathon?
Hanya ingin mencoba sampai sejauh mana kemampuan
fsik saya dalam melakukan pendakian marathon
ini. (pada saat itu tahun 2004 dengan usia 46 tahun)
Apa yang membedakan mendaki gunung
secara marathon dengan mendaki gunung
seperti yang umumnya dikenal saat ini?
Yang membedakan pendakian marathon dengan
pendakian biasa yang dilakukan pada saat ini : pendakian
marathon dilakukan secara berkesinambungan dan
dengan target waktu yang sudah di tetapkan dan gunung
yang di daki pun lumayan banyak, sedangkan yang
umunya rata-rata hanya 2 atau 3 gunung yang di daki.
Persiapan-persiapan penting apa yang harus
dimiliki dan dilakukan untuk mendaki gunung
secara marathon?
Yang pasti kenalilah lebih dahulu gunung-gunung yang akan
didaki secara marathon, dan yang paling penting persiapkan
Indonesia Mountain Magazine 11
MOUNTAINEER
fsik Anda secara maksimal dengan berolahraga minimal 3
bulan sebelum pendakian marathon (jogging seminggu 4 kali)
Bisa Anda berbagi kepada pembaca
MountMag, beberapa prestasi pendakian
marathon yang telah Anda lakukan?
- Tahun 2004 mendaki 14 gunung
dengan waktu tempuh 20 hari
- Tahun 2005 mendaki 20 gunung
dengan waktu tempuh 26 hari
- Tahun 2006 mendaki 22 gunung
dengan waktu tempuh 25 hari
- Tahun 2007 mendaki 23 gunung
dengan waktu tempuh 23 hari
- Tahun 2009 mendaki 24 gunung
dengan waktu tempuh 24 hari
- Tahun 2012 mendaki 29 gunung
dengan waktu tempuh 27 hari
Dalam waktu dekat ini apa rencana mengenai
pendakian marathon Anda berikutnya?
Semoga di tahun 2013 ini saya bisa mendapatkan dukungan
dana dari pihak penyandang dana/sponsor, direncanakan
mendaki 36 gunung dengan waktu tempuh 30 hari.
berawal dari timur (gunung tambora)
dan berakhir di barat (gunung sinabung)
dengan catatan semoga ada penyandang dana yang
bisa merealisasikan program saya di tahun 2013 ini
Apa saran dan tips Anda untuk para pembaca
dan pendaki gunung lainnya mengenai
aktiftas mendaki gunung baik sekaligus
berperan aktif dalam menjaga kelestariannya
atau dalam hal ini konservasinya?
Minimal jika anda mendaki gunung, pada saat
anda mendaki,waktu anda turun gunung bawalah
sampah yang anda bawa,baik secara individual atau
kelompok, syukur-syukur anda masih mampu untuk
membawa sampah yang ada di jalur pendakian.
Biodata Singkat
Nama : Willem Tasiam
Lahir : Pontianak 22 Februari 1958
Alamat : Jln Bekasi Timur IV RT 001/07 No 9 Jatinegara
Jakarta Timur
No HP : 08179935989
Indonesia Mountain Magazine 12
STUFF
Melongok Gadget
Komunikasi Para Mountaineer
Kadang-kadang kita bertanya-tanya gadget apa yang dipakai para pendaki gunung di Himalaya untuk
mengupdate dan mempublish perkembangan dari ekpedisi pendakiannya secara real time. Berikut salah satu
contoh dari satu set lengkap gadget yang melengkapi sebuah ekspedisi pendakian di jaman modern sekarang ini.
Sebuah perusahan yang mengkhususkan diri menjual berbagai gadget untuk mendukung sebuah eskpedisi dan exporlasi yaitu
humanedgetech menawarkan satu paket lengkap peralatan komunikasi canggih untuk di gunakan pada saat explorasi ataupun
ekspedisi. Dengan menggunakan gadget-gadget ini para petualang yang tengah berada dimanapun di muka bumi ini dijamin bisa
mengupload data dan video petualangan mereka dan bahkan mengupdate website mereka atau hanya sekedar surfng internet.
Solar Cell
Untuk di kawasan terpencil asupan kebutuhan listrik hanya bisa
didapatkan dari sinar matahari, untuk itu produsen ini menyediakan
solar cell khusus untuk hingga kapasitas sebesar 124 Watt, untuk
penggunaan laptop cukup menggunakan kapasitas 62 Watt.
Feather 2 adalah produk solar cell mereka dengan kapasitas 62 Watt
dengan bobot berat 1.41kg dan ketebalan 2.5mm. Produk ini bisa
di lipat untuk memudahkan membawanya. Harganya USD.1290.00
Power Battery
Tenaga listrik yang di tangkap oleh solar cell tadi dialirkan dan
disimpan kedalam sebuah power battery, mereka menamakan
produk ini dengan Het Power 50 Battery. Dari power battery
ini kemudian digunakan untuk meng charger mulai dari laptop
besar hingga, telpon satellite, PDA, GPS, MP2 player dan
lainnya. Selain pengisian power battery ini menggunakan Solar
Cell juga bisa menggunakan accu mobil atau juga bisa langsung
dari listrik. Het Power 50 ini diproduksi dengan menggunakan
teknologi Lithium Polymer yang baru dan ini menyebabkan
bobotnya yang ringan dan kuat. Harganya USD.339.00
Teks Hendri | Foto humanedgetech.com
Indonesia Mountain Magazine 13
Satellite Terminal Receiver
Produk yang mereka namakan Wideye Sabre ini adalah merupakan
satellite terminal yang teringan, terkecil dan dari produk ultralight
high-speed satellite terminal dari Inmarsat. Dengan kecepatan
download hingga 384kb/s dan upload 240kb/s. Kecepatan
streaming 32,64kbps (send dan receive), voicenya analog handset
sudah tersedia serta Bluetooth handset. Memiliki data interface
Ethernet dan Bluetooth. Juga Kompas yang built in, dengan
ukuran 195 x 259mm x 58mm. Beratnya 1.6kg. Juga sudah
termasuk satu carded satellite handset. Harganya usd.1695.00
Expedition Netbook
Netbook ini bukan netbook biasa karena sudah di-install
software CONTACT 5.0 yang merupakan aplikasi khusus
untuk adventure yang digunakan untuk koneksi langsung ke
berbagai media internet hingga ke informasi cuaca. Juga pada
expedition netbook ini sudah di install dengan highspeed
satellite INMARSAT Launchpad. Harganya USD.895.00
Tab on the Go
Untuk kebutuhan terkoneksi secara mobile mereka juga
menambahkan satu produk tab dari HP yaitu HP SLATE Expedition.
Dengan OS Windows 7 untuk bisa menjalankan aplikasi koneksi
ke satellite, beratnya hanya 680 gram hampir sama dengan
ukuran ipad sehingga memudahkan untuk dibawa. Berfungsi baik
bahkan ditemperatur yang dingin sekalipun. Harga USD.1095.00
All Terrain Containers
Semua gadget tersebut diatas di packing dalam sebuah
container all terrain yang tahan banting, tahan air, tahan debu,
air tight, tahan bahan kimia dan tahan korosi yang merupakan
produksi dari merek terkenal pelican case. Harganya USD.130.00
Dengan kesemua gadget-gadget diatas sebuah tim pendakian di daerah terpencil di gunung-gunung
manapun di dunia ini tetap bisa terkoneksi untuk mengabarkan perkembangan dari ekpedisi mereka.
Sumber *( www. humanedgetech.com)
STUFF
Indonesia Mountain Magazine 14
MAHITALA
Universitas Parahiyangan (Unpar), Bandung
Earth, erde, terre, tierra, terra, mahitala, adalah barisan kata-kata
yang berdiri dalam bahasa berbeda namun sesungguhnya
bermakna sama: Bumi. Dan bukan dari bangsa manapun,
melainkan lidah orang-orang Jawa Kuno berbahasa Kawi-lah yang
melahirkan kata Mahitala. Kata kuno tersebut kemudian disadari
oleh beberapa mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan
Bandung, yang hobinya bercengkerama dan berkenalan dengan
kebebasan alam Nusantara. Bersamaan dengan tercetusnya
ide mendirikan wadah pencinta alam oleh para senior Angkatan
Pelopor tersebut, maka secara resmi organisasi/ perhimpunan
MAHITALA berdiri pada tanggal 8 April 1974.
Kini, bendera kuning dan semboyan Nothing more than the
corps telah hidup selama hampir 39 tahun dan melahirkan 35
angkatan. Tak terasa niatan untuk sekedar mewadahi kegiatan
berjalan-jalan di gunung dan camping ceria di hutan, telah
berhasil merintis sebuah organisasi yang terus berkembang
dan beregenerasi hingga beranggotakan sekitar 900 orang
anggota aktif. Tidak hanya itu, MAHITALA pada hakekatnya
juga merupakan sebuah unit kegiatan kampus yang senantiasa
mengenalkan mahasiswa dengan alam negerinya sendiri.
Mengajarkan penghayatan terhadap Tuhan YME, rasa cinta tanah
air, dan kesadaran akan kedisiplinan diri serta cara bermain di
alam bebas sebagai seorang pencinta alam yang baik dan rapi.
Berangkat dari keinginan mengenal diri dengan mengenal alam,
anggota MAHITALA tidak hanya bermain di daerah gunung
CLUB & COMMUNITY
dan tebing, tetapi juga menyentuh kedalaman perut bumi dan
keheningan bawah laut hingga liarnya jeram-jeram sungai serta
keunikan suku-suku pedalaman negeri Ibu Pertiwi. Karena itu,
dapat dikatakan kegiatan outdoor-sport MAHITALA meliputi enam
kegiatan utama: mountaineering, rock climbing, white watering,
caving, dan diving, ditambah pengamatan masyarakat tradisional
(PMT). Sebagai mahasiswa pencinta alam, ruang lingkup
MAHITALA tidak hanya berkegiatan outdoor-sport, tetapi juga
mencakup kegiatan pengabdian masyarakat, search and rescue
dan konservasi alam. Di samping itu, semangat untuk berprestasi
yang digeluti rasa penasaran pun selalu menyertai langkah
para anggota MAHITALA dalam perjalanannya menjelajah alam
bebas. Beberapa perjalanan yang terbesar diantaranya mulai dari
Ekspedisi Maoke Irian Jaya, berupa pendakian dinding tegak
Puncak Trikora, penelusuran dan pemetaan gua, pengamatan
fora-fauna, dan geologi, serta program kemasyarakatan di
Lembah Baliem (1983); Ekspedisi Karst Mangkalihat (1988);
Ekspedisi Arus Deras Sungai Bahau, Kalimantan Timur (1990);
Ekspedisi Celebes (1993), berupa pemanjatan tebing Tinoring,
Tana Toraja, penelusuran gua-gua karst di Bantimurung, Maros,
Sulawesi Selatan dan penyelaman di Kepulauan Togian, Teluk
Tomini, Sulawesi Tengah; Ekspedisi Arung Jeram Uwai Lariang di
Sulawesi Selatan (2000); Ekspedisi Pegunungan Sudirman Papua
(2009) berupa pendakian 9 puncak di Pegunungan Sudirman
dimana 4 puncak tidak bernama (frst ascend); Indonesia Seven
Summits Expedition Mahitala Unpar (2009 -2011) berupa
pendakian tujuh puncak tertinggi di masing-masih benua.
Indonesia Mountain Magazine 15
CLUB & COMMUNITY
JEJAK PETUALANG COMMUNITY
Jejak Petualang community atau lebih sering disebut Jpers
dibentuk pada tanggal 20 januari 2004. Bermula dari obrolan
forum corner diwebsite program acara Jejak Petualang TV7 yg
kemudian merasa perlu dibuatkan sebuah milist Jejak Petualang
sebagai wadah bagi penggiat alam bebas baik yg berlatar
belakang pendidikan Mapala maupun yg tidak untuk membentuk
lingkaran pertemanan, sharing photo, ilmu dan pengalaman dlm
berkegiatan.
Untuk Jpers yg berlokasi di Jakarta, mereka biasa bertemu di
bawah papan panjat ataupun kantin Pasar Festival Kuningan dan
dari kumpul kumpul itulah lahir berapa kegiatan besar seperti
Jambore Petualang Indonesia 2009 yg dihadiri oleh 800an
penggiat alam dr seluruh Nusantara , Basic Rescue Course
bekerjasama dengan KOPASKA dan CARTER Bulungan, Belajar
Navigasi dan Survival, Pengenalan satwa, Kursus Fotographi atau
pun kegiatan yang bersifat kebersamaan seperti camping ceria,
susur pantai, snorkling bareng, fun climbing dan juga pendakian
bersama di berbagai gunung di Indonesia. Selain itu Jpers juga
mengusung kegiatan sosial dengan memperkenalkan kegiatan
alam ke anak anak jalanan Himmata, penggalangan dana untuk
gempa Aceh, Situ gintung , Donor Darah dan juga kegiatan yg
baru saja berlangsung yaitu pembagian sembako, perlengkapan
sekolah dan juga donasi mesjid bagi korban banjir di muara
gembong .
Saat ini anggota milist kurang lebih 3.300, facebook: 12.800,
twitter : 6.690 dan telah memiliki tambahann Jpers regional yaitu
Jpers Surabaya dan Jpers Bandung .
JPers ada karena kebersamaan, dari kita untuk kita semua dan
berharap bisa mengajak seluruh anggotanya untuk lebih peduli
pada alam, lingkungan dan keselamatannya sendiri pada setiap
perjalanan petualangan yg dilakukan seperti slogannya To be
one with nature
STUFF HEADLINE
Mendaki Gunung Dalam
Kawasan Taman Nasional
Taman nasional menjadi tanda semakin tebalnya tekad Indonesia untuk mengayomi lumbung alam yang berisi
jutaan keanekaragaman hayati unik. Dengan banyaknya wilayah gunung/pegunungan yang menjadi taman nasional
seharusnya dapat menjadikan pendaki gunung sebagai garda terdepan menjaga kelestarian
kawasan pegunungan dengan melakukan pendakian secara bijaksana
Teks Harley | Foto Harley
Aktiftias pendakian gunung kini semakin banyak dan besar
peminatnya. Indonesia sebagai negara yang mempunyai ratusan
gunung bisa dikatakan menjadi surganya para pendaki gunung.
Saat akhir pekan atau hari-hari libur nasional, hampir sepanjang
tahun gunung-gunung di Indonesia tidak pernah sepi dari aktiftas
pendakian. Terlebih gunung-gunung di Pulau Jawa, Sumatra,
Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi.
Namun, mungkin ada beberapa hal yang tidak pernah kita sadari
saat mendaki gunung pada gunung-gunung yang berstatus
taman nasional. Seperti diantaranya Taman Nasional Gunung
Rinjani (TNGR), Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS),
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) dan Taman Nasional
Gede Pangrango (TNGP). Mendaki gunung di kawasan taman
nasional sangat berbeda dengan gunung di luar kawasan. Ada
aturan-aturan tersendiri yang harus diketahui dan difahami.
Karena kawasan taman nasional mempunyai aturannya sendiri.
Telinga kita mungkin sudah tidak asing lagi mendengar kata
taman nasional. Tetapi mengenai pengertiannya sepertinya tidak
demikian. Banyak orang yang belum mengetahui apa itu taman
nasional. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, taman nasional
artinya kawasan pelestarian alam yang dikelola, dimanfaatkan
untuk kegiatan ilmu pengetahuan, pendidikan dan pelatihan, serta
rekreasi dan pariwisata. Pengertian mudahnya taman nasional
adalah areal atau kawasan yang dilindungi oleh negara.
Jadi taman nasional sendiri dapat diartikan sebagai tanah yang
dilindungi, biasanya oleh pemerintah pusat, dari perkembangan
manusia dan polusi. Taman Nasional merupakan kawasan
yang dilindungi (protected area) oleh World Conservation Union
Kategori II.
Bicara taman nasional tentu tidak bisa lepas kaitannya
dengan konservasi. Konservasi dapat dipahami sebagai suatu
manajemen biosfer, tempat dimana mahluk hidup atau organisme
melangsungkan kehidupannya dengan menyediakan semua
kebutuhannya secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat
bagi kehidupan manusia sekarang hingga generasi yang akan
datang.
Dimensi konservasi sangat luas. Disadari bahwa manusia
memiliki saling ketergantungan erat dengan lingkungannya.
Berbagai aktivitas manusia akan menimbulkan dampak positif
maupun negatif terhadap lingkungan tempat hidupnya. Begitu
juga sebaliknya, perubahan pada lingkungan akan sangat
mempengaruhi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya.
Sejarah Taman Nasional
Gagasan taman nasional sendiri pertama kali tercetus karena
dilatarbelakangi oleh seorang penyair Inggris, Willian Wordsworth,
pada tahun 1810, yang menggambarkan Danau District sebagai
proerti nasional bagian dari hak milik nasional di mana setiap
orang memiliki hak dan bagi yang memiliki mata untuk melihat
dan hati untuk menikmati.
Kemudian seorang pelukis George Catlin, saat melakukan
perjalanan menuju Amerika Barat, tahun 1832, merasa khawatir
akan masa depan penduduk asli Amerika dengan segala keajaiban
alamnya yang dia temui dalam perjalananannya tersebut. Catlin
menuliskan bahwa apa yang dia lihat itu dapat dilindungi agar
tetap ada dan lestari (Beberapa kebijakan melindungi bagus
dari pemerintah)dalam sebuah taman yang megahtaman
nasional sebuah bangsa, dimana hidup manusia dan hewan,
Indonesia Mountain Magazine 19
keliaran alam dan kesegaran dari keindahan alami mereka.
Kawasan Yellowstone menjadi taman nasional pertama dalam
sejarah dunia setelah diresmikan sebagai taman nasional pada
tahun 1872. Mengikuti jejak Yellowstone, negara-negara lainpun
ikut meresmikan kawasan-kawasan yang mereka anggap pantas
menjadi taman nasional. Diantaranya, kawasan Royal di sebelah
selatan Sydney, Australia, diresmikan sebagai Taman Nasional
Royal pada tahun 1879. Lalu, Kanada, 1887, Gunung Rocky resmi
menjadi Taman Nasional dengan nama Banff National Park, yang
sekaligus menjadi taman nasional pertama di Kanada. Setelah PD
II banyak taman nasional diresmikan di seluruh dunia.
Taman Nasional di Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya,
Taman Nasional didefnisikan sebagai kawasan pelestarian alam
yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi
yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Perkembangan taman nasional di Indonesia sangat berkaitan
dengan sejarah konservasi di Indonesia. Diawali kegiatan
perlindungan alam pada zaman Kolonial Belanda. Inisiatif
perlindungan alam ini muncul dari sekelompok para peneliti botani
dan pencinta alam yang menyatukan diri pada tahun 1912 dalam
Perhimpunan Perlindungan Alam Hindia Belanda (Nederlandsch
Indische Vereeniging Tot Natuurbescherming). Perkumpulan ini
mempelopori dan mengusulkan perlindungan terhadap kawasan-
kawasan dan jenis-jenis fora dan fauna tertentu; mengusulkan
peraturan-peraturan dan menyusun berbagai tulisan ilmiah
mengenai keanekaragaman hayati dan perlindungan alam di
bumi nusantara ini. Wadah perkumpulan yang dimotori oleh Dr.
Sijfert Hendrik Koorders ini, dijadikan sebagai alat perjuangan
para anggotanya yang memiliki perhatian untuk mempertahankan
kawasan hutan yang dinilai memiliki potensi keunikan fora dan
fauna, fenomena geologi dan keindahan panorama alamnya.
Perhimpunan ini mengajukan permohonan kepada Pemerintah
Hindia Belanda agar 12 lokasi ditunjuk sebagai cagar alam. Usulan
tersebut disambut baik oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda
saat itu, A.F.W. Idenburg. Maka pada tahun 1916 Pemerintah
Hindia Belanda menerbitkan Stbl No. 278 yang memuat
peraturan untuk melindungi Alam di Hindia Belanda. Salah satu
upaya konservasi yaitu menunjuk dan atau menetapkan suatu
kawasan untuk dipertahankan keberadaannya sebagai kawasan
konservasi. Kawasan Konservasi dinilai sangat penting sebagai
benteng untuk mempertahankan kawasan hutan yang memiliki
nilai ekologis dan berfungsi sebagai penyangga kehidupan bagi
masyarakat di sekitar hutan.Ada beberapa kriteria yang harus
dipenuhi jika suatu wilayah ingin ditetapkan sebagai taman
nasional.
1. Kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk
menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami;
2. Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa
jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala
alam yang masih utuh dan alami;
3. Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;
4. Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikem-
bangkan sebagai pariwisata alam;
5. Merupakan kawasan yang dapat dibagi kedalam Zona Inti,
Zona Pemanfaatan, Zona Rimba dan Zona lain yang karena
pertimbangan kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan
penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya
pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat
ditetapkan sebagai zona tersendiri.
HEADLINE
Indonesia Mountain Magazine 20
Semangat untuk perlindungan kawasan konservasi terus berlanjut
pada paska kemerdekaan Indonesia hingga saat ini. Sejarah
pengelolaan kawasan konservasi terus bergulir, dan sebagai
tonggaknya pada tanggal 6 Maret 1980 ditetapkan 5 taman
nasional pertama di Indonesia.
1. Leuser yang membentang di belantara tropis Bukit Barisan
Sumatera;
2. Ujung Kulon dan
3. Baluran yang mengapit pulau Jawa di sisi barat dan timur;
4. Gede Pangrango sebagai mahkotanya; dan
5. Komodo berdiri tegak mengawal di ujung timur tanah air
.
Kemudian 11 taman nasional menyusul lahir pada 1982, dan
hingga kini telah berkembang menjadi 50 taman nasional yang
menjadi kebanggaan bangsa dan perhatian dunia.

Gunung Sebagai Kawasan Taman Nasional
Di Indonesia kawasan taman nasional terbagi menjadi dua
kategori. Taman nasional darat dan taman nasional laut.
Kawasan gunung dan pegunungan menjadi bagian dari
taman nasional darat. Dari 50 taman nasional di Indonesia, 18
kawasan diantaranya merupakan wilayah gunung/pegunungan.
Diantaranya yang terkenal yaitu Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru (TNBTS) Jawa Timur, Taman Nasional Gede Pangrango
(TNGP) Jawa Barat, Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)
Sumatera, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Sumatera,
Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Nusa Tenggara Barat
dan Taman Nasional Lorenz Papua.
Sebagai kawasan taman nasional sekaligus konservasi, gunung/
pegunungan memegang peranan penting untuk keberlangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Wilayah gunung
tersebut memiliki sumber daya alam yang khas, keunikan
tumbuhan, satwa dan ekosistemnya, memiliki gajala alam dan
satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh.
Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP) sebagai salah satu
dari 5 taman nasional pertama di Indonesia, menyimpan sejarah
panjang dalam dunia konservasi alam. Rentang waktu 1797-1952
tidak kurang dari 370 ahli botani maupun zoologi mendaki gunung
pangrango dan telah menyumbangkan dunia ilmu pengetahuan
fora-fauna. Etalase alam ini memainkan peran utama dalam
menguak rahasia ilmu pengetahuan untuk mendukung konservasi
alam. Bahkan ahli botani saat itu melukiskan Gunung Gede
Pangrango sebagai Mutiara Mahkota Jawa. Kawasan konservasi
ini telah merubah pemahaman tentang hutan yang awalnya gelap
dan menyeramkan menjadi hutan tropis sebagai suaka ekosistem
yang kompleks dan gudang ilmu pengetahuan.
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan taman
nasional pegunungan yang memiliki hutan asli dan ruma bagi
mamala besar yang saat ini kondisinya diambang kepunahan,
diatanranya, Gajah Sumatera, Badak Sumatera, Harimau
Sumatera dan Orangutan. TNGL telah ditetapkan sebagai Cagar
Biosfer bersama TNGP dan beberapa taman nasional lainnya
oleh UNESCO. Tahun 1984 TNGL ditetapkan sebagai ASEAN
Park Heritage. Lalu TNGL juga ditetapkan sebagai salah satu
Tropical Rainforest of Sumatera sejak tahun 2004 oleh UNESCO
dengan luas 1.094.692 Ha bersama TN Kerinci Seblat (TNKS) dan
TN Bukit Barisan Selatan.
Yang tidak kalah terkenalnya dikalapangan para pendaki di
Indonesia dan bahkan mancanegera Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru (TNBTS), Taman Nasional Gunung Rinjani
(TNGR) dan Taman Nasional Lorenz dengan gletser di puncaknya.
Sebagai salah satu wilayah yang paling rentan di dunia, kawasan
gunung yang telah ditetapkan sebagai taman nasional mempunyai
aturan-aturan tersendiri yang yang harus dipahami dan ditaati
setiap pengunjungnya. Seperti pembatasan jumlah pengunjung,
penetapan wilayah camp, waktu-waktu pendakian dan lain-lain.
Semuanya dibuat untuk tetap bisa menjaga kelestarian wilayah
tersebut dari kerusakan dan kehancuran ekosistem sebagai
kawasan konservasi.
Aktiftas yang terlalu massif dengan jumlah pengunjung yang
melebihi kuota memberikan dampak yang negatif terhadap
wilayah taman nasional. Bukan hanya permasalahan klasik seperti
sampah yang mungkin ditinggalkan sebagian pendaki. Polusi
bisingnya banyaknya jumlah manusia juga dapat mengganggu
ketenangan makhluk hidup lainnya. Bagaimana ketersedian
sumber airnya. Buang air besar yang tidak dilakukan secara benar
juga akan menimbulkan dampak yang buruk pada lingkungan.
Bisa dibayangkan jika hal tersebut dilakukan dalam waktu yang
hampir bersamaan oleh jumlah orang yang melebihi daya dukung
suatu wilayah. Dan masih banyak dampak negatif lain yang
ditimbulkannya termasuk masalah keamanan, kenyamanan dan
keselamatan para pendaki itu sendiri.
Mengingat hal tersebut sepatutnya sebagai pendaki gunung wajib
mematuhi aturan-aturan yang berlaku dalam suatu wilayah gunug/
pegunungan yang akan didaki. Terutama aktiftas pendakian
yang dilakukan di dalam kawasan taman nasional. Prinsip Leave
Not Treace (baca: Leave Not Treace) dalam berkegiatan di alam
bebas dapat menjadi pegangan untuk kita melakukan aktiftas
pendakian mapun aktiftas alam bebas lainnya. Adanya taman
nasional menjadi tanda semakin tebalnya tekad Indonesia untuk
mengayomi lumbung alam yang berisi jutaan keanekaragaman
hayati unik. Keberadaan taman nasional yang menjadi
kebanggaan nasional ini, menuntut ruang bathin bangsa untuk
menunjukkan komitmennya bagi pelestarian, perlindungan dan
pemanfaatan berkelanjutan. Termasuk tentu kalangan pendaki
gunung yang seharusnya bisa menjadi garda terdepan untuk
menjaga kelestarian kawasan pegunungan dengan melakukan
aktiftas pendakian secara bijaksana.
LEAVE NOT TREACE
Etika Berkegiatan di Alam Bebas
Menjelajahi gunung/pegunungan menjadikan pendaki gunung
mengetahui banyak kondisi alam secara real. Karenanya
menjaga keberlangsungan dan kelestarian alam pegunungan
harus menjadi bagian dalam setiap pendakian.
Meningkatnya aktftas manusia di alam terbuka seperti gunung/
pegunungan untuk mencari kesenangan, keindahan, rekreasi
dan minat khusus pendakian gunung otomatis turut peningkatan
bekas atau tanda yang ditinggalkan.
Peningkatan sampah, polusi udara, polusi suara, rusaknya
sumber air, kunjungan massif manusia, gangguan terhadap
kehidupan liar seperti tumbuhan dan hewan, menjadi tolok ukur
perlunya aturan baku mengenai perilaku atau etika yang berlaku
secara internasional dalam berkegiatan di alam bebas.
Sebagai bagian dari alam bebas, gunung/pegunungan menjadi
salah satu wilayah yang sangat rentan kelestariannya. Melihat
hal tersebut, sebuah lembaga nirlaba swasta di Amerika,
National Outdoor Leadership School (NOLS) sejak tahun 1990
telah mengembangkan Leave Not Trace. Etika berkegiatan di
alam bebas. Awalnya dikembangkan untuk hutan hujan tropis di
Amerika Latin. Dimana pada dasarnya berlaku untuk hutan hujan
tropis diberbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.
Prinsip Leave Not Trace mempunyai tujuan untuk meminimalisir
dampak sosial dan lingkungan terhadap alam bebas, seperti
gunung/pegunungan. Prinsip ini dapat menjadi tuntutan memin-
imalkan bekas-bekas kehadiran kita di alam bebas terutama
wilayah yang dilindungi seperti taman nasional, taman wisata
alam dan cagar alam sebagai kawasan konservasi. Sejatinya
Leave Not Trace adalah etika yang menjadi sikap dan kesadaran
diri sendiri.
1. Persiapan dan Perencanaan Kedepan
Pelajari terlebih dahulu peraturan atau regulasi wilayah gunung/
pegununganan yang akan didaki.
Jadwalkan pendakian dengan baik untuk menghindari musim
pendakian atau kunjungan yang ramai.
Persiapkan diri untuk menghadapi cuaca ekstrem dan paling
buruk serta bahaya dan keadaan darurat.
Pastikan Anda memiliki keterampilan dan peralatan yang
dibutuhkan untuk aktivitas Anda dan untuk mengatasi keadaan
darurat yang mungkin timbul.
Untuk alasan keselamatan dan lingkungan, minimalkan dampak
terhadap pengguna barang yang dapat menimbulkan sampah.
Packing atau bungkus ulang makanan untuk mengurangi sampah.
Misalnya membuang kotak kardus yang tidak perlu
Sebaiknya datang dalam kelompok kecil. Jika dalam kelompok
yang lebih besar, pecahlah menjadi beberapa kelompok kecil.
2. Hormati dan Toleransi Terhadap Orang Lain
Hormatilah pendaki atau pengunjung lain dan lindungi kwalitas
pengalaman mereka.
Hormati dan bertoleransilah dengan orang-orang yang tinggal
dan bekerja di pedesaan
Jangan menutup pintu masuk hutan atau jalan-jalan setapak.
Ingatlah mungkin mesin pertanian, penduduk lokal dan layanan
darurat memerlukan perlu akses tersebut sewaktu-waktu.
Berhati-hatilah untuk tidak merusak properti, seperti tembok,
pagar, dan tanaman.
Berlaku sopan, bertegur sapalah dengan pengunjung atau
pengguna jalan setapak lainnya.
Saat turun melalui jalan setapak dan berpapasan dengan yang
mendaki, dahulukan mereka dengan memberinya jalan.
Beristirahat dan buatlah camp jauh dari jalan setapak dan
pengunjung lainnya
Biarkan suara alam berlaku atau mengalir. Minimalkan suara
kebisingan atau hindari mengeluarkan suara keras dan bunyi-
bunyian lainnya
3. Menghormati Kehidupan Liar
Amati saja hewan liar dari jauh. Jangan mendekati atau
mengikutinya Hindari mengganggu mereka, seperti pada waktu
sensitifnya: musim kawin, bersarang dan membesarkan anak.
Jangan memberi makan hewan liar. Memberinya makan dapat
mengganggu kesehatan mereka, mengubah perilaku atau
kebiasaan alaminya, mengekspos mereka untuk predator dan
bahaya lainnya serta merusak rantai makan yang ada.
Lindungi kehidupan liar dan makanan kita dengan menyimpannya
dalam wadah. Juga simpan sampah dalam tempat yang aman
dan jauh dari gangguan hewan liar.
HEADLINE
4.Berjalan dan Berkemah Pada Permukaan
Tanah Yang Baik dan Keras
Permukaan tanah yang baik dan keras, termasuk diantaranya,
jalan setapak yang jelas, tempat berkemah atau mendirikan
tenda, batu, kerikil, dan rumput kering.
Lindungi daerah alami dan sumber air dengan memberi jarak
yang cukup atau tidak mendirikan tenda terlalu dekat dengan
sumber air seperti mata air, sungai atau danau.
Temukan tempat terbaik untuk mendirikan tenda. Usahakan atau
sebaiknya tidak membuat. Sangat tidak disarankan mengubah
tempat berkemah, terutama pada daerah yang populer seperti
taman nasional yang juga sekaligus menjadi kawasan konservasi.
Untuk daerah yang populer:
- Konsentrasikan kegiatan pada areal perkemahan
- Berjalanlah di tengah-tengah jalan setapak yang sudah ada,
baik dalam kondisi basah maupun berlumpur. Usahakan untuk
tidak menginjak rumput dan tanaman liar lainnya di pinggir jalan
setapak.
- Jagalah areal camp atau berkemah agar tidak melebar.
- Fokuskan kegiatan diseputar areal berkemah, terlebih pada
daerah yang masih asli alamnya.
- Biasakan mengembalikan areal berkemah seperti semula saat
meninggalkannya.
- Hindari menggunakan tempat atau lokasi dimana dapat timbul
dampak baru terhadap alam
5. Biarkan Yang Anda Lihat dan Temukan
Melestarikan peninggalan masa lalu: jangan menyentuh
atau merubah susunan artefak, situs atau peninggalan budaya
dan sejarah atau masa lalu. Cukup melihat atau memeriksanya
saja. Termasuk juga di dalamnya sumur, daerah tambang dan
monument.
Biarkan batu, tumbuhan dan objek lainnya sebagaimana Anda
melihatnya saat itu.
Jangan membawa dan menaruh, menanam atau meninggalkan
sesuatu (tumbuhan, binatang dan lainnya) yang bukan habitat
alami kawasan tersebut.
Jangan membangun struktur bangunan yang bersifat permanen.
Hindari membuat parit, kecuali jika benar-benar diperlukan dan
jika sudah selesai timbun kembali atau kembali bekas parit
tersebut seperti sedia kala.
6. Membuang Limbah Dengan Benar
Pack saat masuk dan pack saat keluar. Periksa areal berkemah
kita dan sekelilingnya, apakah ada sampah atau makanan tersisa.
Pack keluar semua sampah dan sisa-sisa makanan yang Anda
bawa.
Timbun limbah padat manusia dalam lubang yang digali
dengan kedalaman 6 8 inch dan berjarak paling tidak antara
25 60 meter atau lebih dari sumber air, areal berkemah dan jalan
setapak.
Bawa kembali kertas toilet dan produk kesehatan atau
pemakaian pribadi lainnya
Jika mandi dan cuci peralatan makan, bawalah air dengan
jarak yang cukup menjauh dari sumber air. Minimalkan sesedikit
mungkin penggunaan sabun berbahan biodegradable.
Buanglah air bekas cucian peralatan masak dan makan Anda
dengan cara memencarkannya.
7. Minimalkan Efek Penggunaan Api
Kebakaran dapat menyebabkan dampak yang lama dan
menghancurkan hutan, habitat alami serta lahan pertanian.
Gunakan kompor portable dan ringan dengan bahan bakar
yang dapat disesuaikan jenisnya untuk memasak.
Pertimbangkan secara masak dan bijak jika ingin membuat api
unggun. Usahakan untuk tidak membuatnya, kecuali memang
benar-benar memerlukannya dan keadaan darurat dan mendesak.
Perhatikan hal berikut jika mendesak:
- Perhatikan kondisi cuaca saat itu
- Gunakan ranting atau batang pohon mati dan rubuh
- Buat pada lokasi yang tahan terhadap api
- Buat api unggun hingga menjadi abu
- Jangan tinggalkan api unggun dalam keadaan masih menyala
- Pastikan api telah benar-benar padam atau telah menjadi abu
saat anda meninggalkannya
- Buat lingkaran cincin api saat barbecue atau membuat gundukan
api
- Jauhkan kebakaran kecil. Gunakan tongkat kayu yang jatuh
di tanah yang dapat dipecah dengan tangan. Jangan gunakan
vegetasi yang tumbuh untuk digunakan sebagai kayu bakar
- Hindari membakar plastik atau bahan lainnya: yang dapat
memaparkan asap beracun
- Saat membuat bakaran dan akan meninggalkannya, bakar
hingga menjadi abu. Padamkan api sepenuhnya, dan kemudian
sebarkan abu dingin
KAWASAN GUNUNG/PEGUNUNGAN INDONESIA YANG
DITETAPKAN SEBAGAI TAMAN NASIONAL
1. TN Gunung Leuser, NAD
2. TN Batang Gadis Gunung Sorik Marapi, Sumut
3. TN Kerinci Seblat, Jambi-Sumbar-Bengkulu-Sumsel
4. TN Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat
5. TN Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat
6. TN Gunung Ciremai, Jawa Barat
7. TN Gunung Merbabu, Jawa Tengah
8. TN Gunung Merapi, Jawa Tengah
Indonesia Mountain Magazine 23
HEADLINE
9. TN Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur
10. TN Meru Betiri Gunung Sodung, Jawa Timur
11. TN Baluran Gunung Baluran, Jawa Timur
12. TN Gunung Rinjani, NTB
13. TN Manupeu Wanggameti Gunung Wanggameti, NTT
14. TN Kelimutu Gunung Kelimutu, NTT
15. TN Gunung Palung, Kalbar
16. TN Baka Bukit Raya Gunung Bukit Raya, Kalbar-Kalteng
17. TN Manusela Gunung Binaiya, Maluku
18. TN Lorenz- Pegunungan Jayawijaya, Papua
FENOMENA PENDAKIAN MASSAL
Beberapa tahun terakhir berkembang aktiftas pendakian
gunung dalam jumlah besar di Indonesia yang dikenal dengan
pendakian massal. Berapa banyak jumlah pendaki gunung yang
dapat disebut pendakian massal memang belum ada ukurannya.
Namun, biasanya jumlah pendaki bisa ratusan dan bahkan hingga
ribuan orang.
Banyak hal dan pertimbangan yang matang jika akan melakukan
pendakian dengan jumlah pendaki yang besar dan massif.
Standart minimal safety prosedur pendakian tentu menjadi hal
yang wajib. Namun, ada beberapa perbedaan dengan pendakian
yang jumlahnya lebih sedikit. Seperti, jumlah peserta yang pasti
sangat banyak. Semakin bervariasinya tingkat kecakapan, fsik
dan mental setiap peserta pendakian. Dan sebagainya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan cenderung
negative biasa terjadi dalam pendakian massal dengan jumlah
peserta yang besar dan massif. Pengawasan anggota atau
peserta pendakian kurang terkontrol dengan baik. Waktu
pendakian biasanya menjadi sangat molor dari jadwal itinerary.
Sampah yang mungkin ditinggalkan oleh sebagian anggota.
Rusaknya jalan setapak dan lain-lain.
Beberapa gunung di Indonesia yang kerap dijadikan tempat
kegiatan pendakian massal, diantaranya Gunung Gede
Pangrango, Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Lawu dan
Gunung Rinjani. Karena sebagian besar gunung-gunung tersebut
merupakan wilayah taman nasional, tentu pendakian dengan
jumlah peserta yang besar harus dipersiapkan secara lebih baik.
Kuota jumlah peserta, waktu pendakian dan peraturan-peraturan
lainnya harus di fahami dengan baik. Misalnya berilah toleransi
pengunjung atau pendaki lain di luar kegiatan pendakian massal
dengan tidak mengambil batas seluruh atau bahkan melebihi
kuota yang telah ditetapkan.
Kerjasamasa diantara pengelola taman nasional pegunungan dan
para pendaki gunung harus dapat berjalan dengan baik. Masing-
masing harus dapat saling menghormati. Pihak pengelola wajib
melayani para pengunjung dan pendaki gunung serta membangun
fasilitas-fasilitas yang semestinya tanpa merusak
kawasan. Sebaliknya para pengunjung dan pendaki gunung wajib
mematuhi aturan yang telah ditetapkan serta menjaga fasilitas
yang ada. Jadi lebih bijaksana jika melakukan pendakian jumlah
yang sewajarnya dimana masing-masing anggota dapat saling
control. Kalaupun akan melakukan pendakian dengan jumlah
yang lebih besar, patuhi batas kuota atau daya dukung gunung
yang akan didaki dan pecahlah menjadi beberapa grup kecil.
Bersikap bijak saat mendaki gunung adalah hal mutlak. Tidak
semena-mena melakukan pendakian dan menghormati hak-hak
alam sebagai sang empunya rumah. Tanamkan selalu Leave
Not Trace sebagai etika yang menjadi sikap dan kesadaran diri
sendiri dalam setiap pendakian. Karena sejatinya pendaki gunung
harus dapat menjadi garda terdepan penjaga kelestarian alam
pegunungan.
DIALOG
Untuk mengetahui tentang taman nasional dan bagaimana
pengelolaannya di Indonesia, khususnya yang mencakup wilayah
gunung/pegunungan, berikut ini pemaparan Dr. Ir. Bambang
Supriyanto, M.Sc, Direktur Pemanfaatn Jasa Lingkungan
Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung PHKA, Kementrian
Kehutanan.
Secara umum apa yang dimaksud dengan taman
nasional?
Menilik kembali sejarah taman nasional di dunia, sebenarnya
taman nasional pertama berdiri sejak tahun 1887. Namun
demikian, perkembangannya di tingkat global baru dimulai pada
tahun 1962, yaitu saat Kongres Taman Nasional Sedunia Pertama,
di San Diego, Amerika Serikat. Kemudian disusul Kongres ke dua
di Taman Nasional Yellowstone, Amerika Serikat, pada tahun
1972. Kedua kongres tersebut, diprakarsai oleh International
Indonesia Mountain Magazine 24
Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN).
Indonesia sendiri pada waktu itu baru mengikuti Kongres yang
kedua.
Kemudian pada tahun 1982, Indonesia menjadi tuan rumah
Kongres Taman Nasional yang ke 3 yaitu di Bali. Saat itu,
organisasi kehutanan masih setingkat Direktorat Jenderal,
sedangkan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam (PHKA) setingkat eselon II dengan nama
Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam (PPA). Sebelum
Kongres, Indonesia telah mempersiapkan kawasan yang akan
menjadi taman nasional yang pada waktu itu masih ditangani oleh
Departemen Pertanian. Pihak-pihak seperti Agriculture Organ-
ization-United Nations Development Programme (FAO-UNDP)
Nature Conservation and Wildlife Management Project, untuk
mencari data ihwal konservasi alam dan pengelolaan satwa
liar. Pada tahun 1979-1982, Indonesia mendapat bantuan dari
FAO-UNDP untuk pengembangan taman nasional. Pembentukan
taman nasional pertama di Indonesia, pada waktu itu mengikuti
sistem skoring FAO-UNDP (1974-1978), yang intinya bahwa ke
lima taman nasional tersebut merupakan perwakilan tipe-tipe
ekosistem dan sudah bagus dalam hal pengamanannya, bebas
dari manusia. Seiring dengan perkembangan waktu, beberapa
kriteria ditambahkan lagi yaitu pembentukan kawasan nasional
disesuaikan dengan daerah jelajah satwa atau tipe ekosistemnya.
Dalam perkembangannya, IUCN selanjutnya mendefnisikan
kawasan konservasi (TN) sebagai suatu ruang yang dibatasi
secara geografs dengan jelas, diakui, diabdikan dan dikelola,
menurut aspek hukum maupun aspek lain yang efektif, untuk
mencapai tujuan pelestarian alam jangka panjang, lengkap dengan
fungsi-fungsi ekosistem dan nilai-nilai budaya teriat yang ditunjuk
untuk: (1) Melindungai integritas ekologis dari satu atau beberapa
ekosistem di dalamnya,untuk kepentingan sekarang dan generasi
mendatang, (2) Menghindarkan/mengeluarkan kegiatan-kegiatan
eksploitasi atau okupasi yang bertentangan dengan tujuan-tujuan
pelestarian alam dan (3) Menyediakan landasan bagi kepentingan-
kepentingan spiritual, ilmiah, pendidikan, wisata dan lain-lain.
Di Indonesia sendiri sebagaimana dinyatakan dalam Undang-
Undang No. 5 Tahun 1990 didefnisikan bahwa kawasan taman
nasional dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari zona
inti, zona pemanfaatan dan zona lain sesuai dengan keperluan.
Sistem zoning ini ditegaskan kembali dalam Undang-Undang
No. 41 Tahun 1999, dijelaskan bahwa kawasan taman nasional
merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk
tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, pariwisata dan rekreasi alam. Zonasi ini mencakup
zona inti, zona rimba dan zona pemanfaatan. Dalam peraturan
di bawahnya yaitu PP. No. 28 Tahun 2011, pembagian zonasi ini
diluar 3 zonasi tersebut dimungkinkan sesuai dengan keperluan.
Penataan zonasi ini pada prinsipnya untuk mengakomodir dua
kepentingan yang sama-sama mendesak yaitu pelestarian alam
dan kesejahteraan serta keberlangsungan hidup manusia. Tarik
ulur antara desakan kepentingan dari luar dengan niat luhur untuk
melestarikan kekayaan alam bagi generasi mendatang, membuat
pemanfaatan di kawasan taman nasional tidak bisa dilakukan
dengan sembarangan, namun tetap berdasarkan prinsip-prinsip
pelestarian.
Kecenderungan pemanfaatan taman nasional ini terus
berkembang. Jika sebelumnya konservasi hanya ditujukan untuk
tujuan konservasi dan pengembangannya, diprioritaskan kepada
perlindungan hidupan liar, maka dewasa ini pengembangannya
diarahkan kepada pemanfaaan secara lestari. Hal ini semakin
menguat setelah diselenggarakannya Kongres TN Sedunia ke-5
di Durban tahun 2003 yang menghasilkan kesepakatan bahwa
setiap entitas kawasan konservasi harus dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat dan para pihak.
Kenapa taman nasional itu sangat penting untuk
keberlangsungan hidup makhluk hidup termasuk
manusia?
Kekayaan alam yang terkandung di dalam taman nasional itu
sangat melimpah dan memiliki arti penting bagi semua makhluk
hidup. Oleh karena itu, taman nasional bersama kawasan suaka
alam lainnya disebut juga sebagai sistem penyangga kehidupan,
baik dari sisi ekologi, ekonomi maupun sosial budaya. Indonesia
memiliki kawasan konservasi dengan luas lebih dari 27 juta hektar,
dimana 17,2 juta ha adalah taman nasional. Di dalam hutan seluas
ini terdapat sumber plasma nuftah baik fora dan fauna yang luar
biasa, dari sisi jumlah maupun jenisnya. Dari jumlah spesies yang
ada di dunia, kita memiliki 11% species tanaman, 10% species
mamalia, 16 % species burung, 25.000 species fora dan 400.000
species fauna. Itu baru dari sisi plasma nutfah, maka tidak salah
jika Indonesia disebut sebagai salah satu negara megabiodi-
versity. Belum lagi kekayaan lain berupa jasa lingkungan seperti
air. Kita memiliki 600 milyar meter kubik air per detik. Untuk
potensi karbon, terdapat sekitar 625 Giga ton karbon. Potensi
lain adalah obyek dan daya tarik wisata alam. Yang tidak kalah
menarik juga terdapat potensi energi panas bumi 29,5 giga watt
dan energi listrik dari air 18,5 giga watt. Semua kekayaan tersebut
merupakan kebutuhan hidup dasar manusia dan makhluk hidup
lainnya.
Pemanfaatan jenis fora dan fauna serta jasa lingkungan di
Taman Nasional tersebut didasarkan pada prinsip save it lalu
HEADLINE
study it dan yang terakahir adalah used it artinya manusia
boleh memanfaatan apabila ada studi tentang daya dukung agar
pemanfataan tsb dapat berkelanjutan dan tidak mengganggu
keberlangsungan peran taman nasional tersebut.
Apa peranan Direktorat Pemanfaatan Jasa
Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan
Lindung (Jasling) PHKA, Kementrian Kehutanan
dalam pengelolaan taman nasional di Indonesia?
Peran Direktorat tentunya tidak terlepas dari tugas pokok dan
fungsi (tupoksi) yang kami emban sebagaimana diamanatkan
dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P.40/Menhut-II/2010
tanggal 20 Agustus 2010. Secara garis besar Direktorat PJLKKHL
bertugas untuk melaksanakan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis, dan
evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pemanfaatan
jasa lingkungan kawasan konservasi dan hutan lindung. Dalam
menjalankan tugas ini, Direktorat didukung oleh 5 Sub Direktorat
teknis (Program dan Evaluasi, Pemanfaatan Jasa Lingkungan,
Pemanfaatan Wisata Alam, Bina Cinta Alam, dan Sub Direktorat
Promosi dan Pemasaran Konservasi Alam). Berdasarkan tupoksi
tersebut, kami memberikan arah dan kebijakan dalam bentuk
seperti peraturan, pedoman, petunjuk teknis, yang menjadi dasar
bagi para pengelola taman nasional dalam mengelola taman
nasional, yaitu terkait dengan pemanfaatan jasa lingkungan
(wisata, air, karbon, panas bumi) dan bina cinta alam. Bimbingan
teknis dan pembinaan kepada pengelola juga kami lakukan
baik dengan mengundang mereka ke pusat maupun kami yang
datang langsung ke pengelola. Kami juga turut berperan serta
dalam upaya meningkatkan kapasitas SDM di tingkat pengelola,
misalnya melalui pelatihan-pelatihan. Apa yang kami lakukan
tentunya tidak terlepas juga dari goal yang menjadi tujuan dari
keluarga besar kami, PHKA.
Dari 50 taman nasional di Indonesia yang ada
saat ini, 18 diantaranya merupakan wilayah
gunung/pegunungan. Mengapa wilayah gunung/
pegunungan begitu penting untuk ditetapkan
sebagai kawasan taman nasional?
Negara kita adalah negara cincin api, karena dikelilingi oleh
pegunungan berapi, dan sebagian besar dari gunung-gunung ini
masih aktif dan sewaktu-waktu dapat meletus. Bahaya letusan
gunung berapi tentu saja akan selalu mengiringi kehidupan
manusia sepanjang masa. Namun dari sisi lain, gunung berapi
memiliki berkah yang luar biasa bagi negara yang memilikinya.
Setidaknya ada tiga kelompok sumber daya utama yang dapat
diberikan oleh gunung berapi; sumber daya mineral dan batuan,
sumber daya energi dan sumber daya lingkungan. Gunung
berapi juga memiliki nilai-nilai penting antara lain sebagai gudang
plasma nutfah dengan keanekaragaman hayati dan faunanya;
perlindungan fungsi hidro-orologis, karena merupakan daerah
tangkapan air penting dan sumber air dari sungai-sungai
yang mengalir di daerah sekitarnya; merupakan sumber nilai
budaya dan kekuatan spiritual masyarakat sekitar; menyimpan
potensi besar sebagai obyek wisata alam. Secara ekosistem
global, wilayah pegunungan yang berada di bagian hulu adalah
merupakan wilayah perlindungan bagi kawasan yang berada
di hilir. Jika wilayah di bagian hulu ini tidak dijaga, dapat kita
bayangkan bahaya yang mengancam bagi wilayah hilir. Contoh
sederhana, jika hutan di bagian hulu ditebang, maka fungsi
hidrologis akan terganggu baik di bagian hulu maupun hilir. Yang
terkena dampaknya bukan hanya makhluk hidup yang berada di
hutan, namun juga penduduk yang menetap di bagian hilir. Jadi,
ini merupakan mata rantai, sehingga disebut sebagai ekosistem.
Disinilah pentingnya pelestarian di kawasan hulu.
Seperti apa sebenarnya pengelolaan taman
nasional di Indonesia terutama kawasan gunung/
pegunungan?
Pengelolaan taman nasional di Indonesia secara teknis dikelola
oleh Unit Pengelola Teknis (UPT) dibawah Direktorat Jenderal
PHKA. Terdapat 77 UPT di seluruh Indonesia yang menjadi
pengelola kawasan konservasi. Beberapa UPT baik eselon II
dan III memiliki keunikan karena mengelola kawasan gunung/
pegunungan seperti Gn. Leuser, Kerinci Seblat, Gede Pangrango,
Halimun Salak, Merapi, Merbabu, Bromo Tengger Semeru,
Gn.Rinjani, Kelimutu. Pengelolaan kawasan gunung/pegunungan
tersebut tetap mengacu pada 3 (tiga) prinsip pengelolaan yaitu
perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan. Jadi, para dasarnya
tidak ada perbedaan kaidah dan aturan terkait pengelolaan
untuk kawasan pegunungan maupun perairan. Yang menjadi
perbedaan, pendekatan teknis yang dilakukan tentunya harus
disesuaikan dengan kondisi fsik antara pegunungan dan perairan
yang tidak sama.
Apa yang perbedaan pengelolaan taman nasional di
Indonesia dengan di luar negeri?
Secara prinsip, pengelolaan taman nasional di Indonesia dengan
luar negeri adalah ditujukan untuk pelestarian alam sehingga
bermanfaat bagi manusia saat ini dan juga generasi masa
mendatang. Hanya saja, secara aturan, memang berbeda.
Pengelolaan taman nasional dalam hal anggaran 100% berasal
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Berbeda
dengan diluar negeri, pengelola taman nasional boleh menerima
Indonesia Mountain Magazine 25
bantuan anggaran dari mitra. Sebagai contoh, di Taman Nasional
Yosemite (Amerika), pemerintah hanya memberikan 20% dari
total kebutuhan anggaran pengelolaan, sisanya diperoleh dari
mitra. Di jepang, Taman Nasional Oze yang terletak di prefecture
Gunma, Niigata dan Fukushima dikelola oleh Yayasan Oze yang
merupakan yayasan publik dengan Presiden/wakil presiden
Gubernur masing2 prefecture sedangkan anggotanya dari
private sector. Contoh lain adalah hal penegakan hukum. Jika di
Indonesia pengelola hanya berwenang terhadap tindak pidana
kehutanan, maka di Amerika para pengelola juga bertanggung
jawab terhadap pelanggaran umum yang terjadi di dalam kawasan
yang menjadi wilayah kerjanya, seperti kecelakaan, narkoba, dan
lain sebagainya. Yang menarik, tiket masuk kawasan di Indonesia
masih rendah sekali berkisar antara Rp. 1.500 Rp. 2.500 per
orang untuk wisatawan lokal dan Rp. 15.000 untuk wisatawan
asing, maka tiket masuk kawasan taman nasional di luar negeri
per orang nya lebih dari Rp. 150.000,-
Beberapa tahun belakangan fenomena pendakian
massal dengan jumlah pendaki yang massif mulai
ratusan bahkan ada yang hingga ribuan marak di
Indonesia. Bagaimana bapak melihat hal tersebut?
Apa dampak negatif yang paling mengkhawatirkan
jika hal tersebut dilakukan di dalam kawasan taman
nasional?
Saya prihatin jika memang terjadi fenomena itu. Kegiatan wisata
alam di Taman Nasional seyogyanya mengedepankan konsep
ekowisata. Konsep ini memiliki pengertian bahwa kegiatan
wisata yang dilakukan harus bertanggung jawab dalam menjaga
kelestarian lingkungan. Agar kelestarian lingkungan terjaga
hendaknya jumlah pengunjung yang memasuki kawasan harus
sesuai dengan kemampuan daya dukung kawasan tersebut.
Kunjungan ke suatu kawasan agar dapat termonitor dan
terkendali, biasanya pengelola sudah menentukan pintu masuk
yang resmi ke kawasan.
Nah.. disini juga dituntut kesadaran yang penuh dari pengunjung
kawasan agar turut menjalankan segala aturan yang ditetapkan,
begitu juga pengelola tentunya harus lebih tegas mengawasi
pelaksanaan aturan-aturan tersebut, sehingga semua pihak
dapat bersama-sama dalam berpartisipasi menjaga kelestarian
kawasan.
Dampak negatif dari wisata masal di kawasan konservasi yang
paling utama adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan dan
terganggunya fungsi kawasan, yang diakibatkan oleh kegiatan
wisata masal, antara lain yang diakibatkan oleh pencemaran,
sampah, vandalisme, kebakaran hutan, dan gangguan terhadap
satwa-tumbuhan liar.
Dalam waktu dekat apa rencana Direktorat Jasling
PHKA untuk kawasan taman nasional gunung/
pegunungan? Dan apa rencana jangka panjangnya
agar pengelolaan taman nasional, terutama
kawasan gunung/pegunungan menjadi lebih baik?
Kami akan melakukan pembinaan dan bimbingan teknis kepada
Unit Pengelola Teknis selaku pengelola di lapangan terkait bidang
tugas pokok dan fungsi instansi PJLKKHL seperti telah dijelaskan
sebelumnya. Kami juga terus melakukan pembinaan terhadap
generasi muda untuk meningkatkan kepedulian mereka terhadap
pelestarian alam melalui kegiatan-kegiatan bina cinta alam.
Merujuk pada Roadmap Pembangunan Kehutanan Berbasis
Taman Nasional yang menjadi salah satu acuan arahan dan
kebijakan Direktorat PHKA, untuk jangka panjang beberapa
strategi yang akan dilakukan adalah : penguatan enabling
condition melalui revitalisasi tatalaksana (deregulasi), penguatan
kelembagaan, pemantapan kawasan dan pemulihan ekosistem,
peningkatan kerjasama dan partisipasi, penyelesaian konfik.
Apa saran bapak untuk para pengunjung dan
pendaki gunung yang melakukan aktiftas di dalam
kawasan taman nasional gunung/pegunungan
agar dapat ikut serta menjaga kelestarian kawasan
tersebut?
Siapkanlah fsik dan mental serta perbekalan yang memadai,
menghormati etika, budaya, dan kearifan masyarakan setempat.
Yang sangat penting adalah pelajari dan patuhi aturan-aturan
yang telah ditetapkan oleh pengelola. Apabila aturan-aturan ini
dapat dilaksanakan dengan baik, tentunya akan bermanfaat
untuk keselamatan diri sendiri dan lingkungan.
Jabatan : Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan
Konservasi dan Hutan Lindung (sejak Januari 2012)
Pendidikan :
S1 Kehutanan IPB Tahun 1986
S2 Agricultural Development University of Ghent,
Belgia,1992
S3 Management of Land and Forestry University of Ghent,
Belgia,1997
Dr. Ir. Bambang Supriyanto, M.Sc
Indonesia Mountain Magazine 27
JOURNAL
Vietnam, negeri yang sempat porak poranda akibat peperangan
amat panjang, kini sedikit demi sedikit mulai menunjukkan taring
di dunia internasional. Tim nasional sepakbolanya misalnya
mulai diwaspadai di kawasan ASEAN. Ekonominya juga
membaik dan beberapa tempat wisatanya mulai diunggulkan.
Kami mendapat kesempatan mengunjungi Vietnam dalam
rangka pendakian atap Indochina yaitu Gunung Fansipan
yang memiliki ketinggian 3.143 mdpl. Sekaligus kami ingin
memotret secara langsung bentang alam beserta kehidupan
masyarakatnya.
Dengan sedikit rasa khawatir, karena seluruh tim adalah
perempuan, kami sambangi Vietnam. Kami tiba di Kota Hanoi
setelah melewati perjalanan dari Jakarta. Sedikit anekdot,
Vietnam rupanya sangat menghormati mendiang Ir Soekarno
sebagai presiden pertama Indonesia karena sikapnya yang
menentang imperialisme modern. Saat kami tiba di Hanoi
misalnya, seorang warga Vietnam menyapa dan menanyakan
asal kami. Saat dijawab bahwa kami datang dari Indonesia,
Sukses Menggapai
Atap Indochina
orang itu langsung menyahut, I Love Indonesia, Soekarno!!.
Rupanya KBRI di Hanoi tidak banyak tahu mengenai Fansipan
yang merupakan puncak tertinggi di kawasan Indochina dan
masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Hoang Lien Son.
Kekhawatiran menebal ketika kami mendapatkan kabar bahwa
Desa Sapa, yang merupakan titik awal pendakian, disebut
sebagai daerah yang masih primitif dan di sana masih banyak
terjadi kejahatan seksual.
Namun kemudian Mr Trong, seorang agen tur pendakian
Fansipan dari Sapa, membantah kabar tersebut. Katanya,
Sapa merupakan desa modern yang sudah menjadi kawasan
pariwisata terpadu sehingga kami tidak perlu khawatir. Dia
berjanji akan menjamin keselamatan kami.
Gunung Fansipan terletak sebelah barat tenggara Vietnam
dan berbatasan langsung dengan China. Kawasan ini
dinobatkan menjadi Asean Heritage Garden oleh ASEAN karena
keanekaragaman hayatinya yang khas monsun sub-tropis Asia.
Teks Ulfa Maryana | Foto KMPA Eka Citra
Indonesia Mountain Magazine 28
Berbagai fora dan fauna endemik terdapat di kawasan hutan ini.
Akses pendakian Fansipan dibuka sepanjang tahun dengan
waktu terbaik pendakian sekitar Maret dan Oktober-November.
Di bulan-bulan tertentu di kawasan ini sering turun hujan salju
dan es. Pendakian umumnya dilakukan melalui jalur Tram Ton di
Desa Sapa. Setiba di Sapa, kami telah ditunggu oleh Mr Trong.
Selamat datang di Sapa, sambutnya dengan hangat. Kami
beristirahat sejenak di base camp sambil berbincang-bincang
mengenai kondisi masyarakat setempat. Di sela-sela obrolan Mr
Trong menyatakan bahwa kami adalah tim pendaki perempuan
pertama dari Indonesia.
Ya, dunia pendakian di Indonesia memang sedang mengalami
perkembangan yang baik, ditandai semakin banyaknya peminat
kegiatan ini. Hal tersebut dipicu oleh keberhasilan pemuda
Indonesia mencapai puncak-puncak tertinggi di dunia seperti
yang dilakukan Mahitala Universitas Parahyangan dan Wanadri.
Prestasi para pendaki perempuan Indonesia pun tak kalah
hebat. Sejak era 90an perempuan-perempuan Indonesia mampu
mengukir sejarah. Misalnya, Aryati yang sukses ke Annapurna IV
dan Clara yang mencapai Everest, walaupun beberapa kalangan
masih menyangsikan prestasi Clara itu. Ada juga Ekspedisi
555, digagas sejak tahun 2011 yang akan mendaki gunung di
5 puncak, 5 benua dan semua pendakinya berusia di atas 50
tahun. Luar biasa!
Mr Trong langsung menyiapkan berbagai hal untuk pendakian.
Selanjutnya dari kantor agen tur, kami diantar menuju titik awal
pendakian jalur Tram Ton menggunakan minibus. Jaraknya
sekitar setengah jam perjalanan dari Sapa. Kemudian kami
menyusuri jalanan batu yang tertata rapih sampai di ujung
jalan lalu mulailah mendaki jalan tanah setapak. Pemandangan
jajaran puncak gunung menjulang terpampang sejauh mata
memandang. Entah sebelah mana puncak Fansipan berada.
Kami terus berjalan melewati jalan setapak dengan vegetasi
yang tidak terlalu rapat. Sesekali melintasi sungai-sungai kecil
dan menyusurinya.
Terdapat tiga jalur pendakian untuk mencapai puncak Fansipan
yaitu Tram Ton, Sin Chai, dan Cat Cat. Jalur Tram Ton ini paling
dekat dan ramai. Kami mulai pendakian dari ketinggian 1.800
mdpl dengan ditemani oleh seorang guide dan seorang porter
yang membawa karung dari anyaman rotan berisi barang-
barang kebutuhan kami. Komunikasi menjadi kendala serius
karena mereka tidak mahir berbahasa Inggris, jadi solusinya
menggunakan bahasa universal yaitu bahasa tubuh.
Cuaca yang cerah memudahkan kami. Medan yang terjal dan
berbatu kami lewati sambil sesekali beristirahat sejenak sambil
menikmati pemandangan. Dari kejauhan terlihat jajaran
pegunungan China membentang seakan tak ada ujungnya.
Medan mulai menanjak, bahkan ada yang sampai 90 derajat
sehingga harus dibantu naik memakai tangga besi yang sudah
terpasang. Di depan kami terlihat lekukan punggungan dengan
jalan setapak sangat panjang dan berliku. Batas-batas yang
terbuat dari beton menunjukkan bahwa kami tidak boleh
melewatinya karena jurang-jurang menganga di sisi kanan-kiri.
Bunga-bunga yang mekar dan pemandangan puncak-puncak
menjulang di sepanjang perjalanan mengobati rasa lelah.
Beberapa kali kami menemui pondokan dari bambu dan beratap
terpal yang merupakan tempat para pendaki bermalam. Menurut
guide, kami akan bermalam di pondokan pos II di ketinggian
2.800 mdpl.
Vegetasi yang mulai rapat dengan pohon-pohon besar khas
hutan tropis menandakan ketinggian yang mulai bertambah.
GPS sudah menunjukkan ketinggian 2.300 mdpl. Medan terjal
JOURNAL
masih menjadi tantangan yang harus kami lalui. Kabut mulai
turun menutupi gagahnya puncak-puncak yang menjulang.
Terlihat dari kejauhan, atap sebuah pondokan dan jejeran
tenda berbaris rapih. Ya, itulah pos II yang akan menjadi camp
kami malam ini. Setelah sampai kami langsung beristirahat
sambil disuguhi beberapa makanan oleh porter. Pondok pos II
berbentuk segitiga memanjang, pilar-pilarnya terbuat dari pohon
bambu dan atapnya dari terpal, di dalamya terdapat panggung
dari kayu untuk tempat tidur. Karena banyak pendaki lain yang
akan memakai tempat tersebut akhirnya kami memutuskan
untuk mendirikan tenda sebagai tempat bermalam.
Ada yang menarik di camp II. Banyak orang berbaju hitam
dengan ikat kepala berwarna hitam pula. Tak sungkan mereka
menjajakan air mineral. Itulah warga dari Suku Hmong. Mereka
tinggal di gunung ini dan menjadikan gunung sebagai dewa.
Mereka mencari nafkah dengan berbagai profesi, di Sapa
Indonesia Mountain Magazine 29
misalnya orang Hmong menjajakan barang-barang kerajinan
sedangkan di pedalaman selain menjajakan minuman mereka
masih banyak yang berprofesi sebagai petani.
Suku Hmong mempunyai ciri khas menggunakan ikat kepala
dari kain. Dari warna kain itu kita bisa melihat termasuk ke dalam
kelompok mana orang tersebut karena Suku Hmong terbagi
menjadi beberapa kelompok yaitu Hmong Merah, Hijau, Hitam,
dan Putih. Daerah penyebaran suku Hmong tersebar di kawasan
pegunungan di China, Kamboja dan Vietnam.
Kabut menutup panorama alam layaknya tirai-tirai alam menutup
hari. Matahari pun beranjak dan langit mulai gelap. Hawa
dingin dan lembab mulai kami rasakan walaupun belum terlalu
menusuk tulang. Cukup menjadi alasan kami untuk masuk ke
dalam tenda sambil menikmati makan malam.
Indonesia Mountain Magazine 30
Keesokan harinya kami bangun dan bersiap menuju puncak.
Setelah makan pagi kami berangkat dengan hanya membawa
makanan secukupnya dan kamera. Kabut tebal mengiringi
perjalanan ke puncak.
Medan yang berat kami lalui dan akhirnya kami mencapai
puncak tertinggi di Indochina. Puncak Fansipan ditandai
dengan sebuah tugu alumunium berbentuk segi tiga bertuliskan
Fansipan 3.143M. Di bagian atas tugu terdapat tanda bintang
sebagai lambang negara Vietnam. Panorama alam yang indah
sayangnya tidak bisa kami nikmati dari puncak karena kabut
yang sangat tebal.
Setelah melakukan selebrasi kami lalu turun menuju pos II dan
segera lanjut menuju Sapa. Perjalanan turun ini sedikit lambat
karena kondisi fsik yang mulai menurun. Sampai di Sapa, kami
disambut oleh Mr Trong seraya mengucapkan selamat karena
kami adalah tim perempuan Indonesia pertama yang mencapai
puncak Fansipan, puncak tertinggi di Indochina.
JOURNAL
Indonesia Mountain Magazine 31
JOURNAL
Youll never walk alone,
begitulah ketika Yanaka
wisatawan asing dari
Belanda bernyayi
bersama kami di tapal
batas tertinggi Pulau
Lombok. Memang siang
itu tinggal rombongan
kami dan Yanaka yang
masih tertinggal di puncak
Rinjani. Meskipun selama
perjalanan masing-masing
anggota tim tercecer satu
per satu, namun ditutup
dengan menyetuh puncak
tercantik Gunung Rinjani
bersamaan.
Oktober yang indah
seumur hidup.
Teks Arif Abdillah
Foto Arif Abdillah
Indonesia Mountain Magazine 33
SurabayaMataram
Perjalanan kami mulai dari Terminal Bungurasih Surabaya
menuju Terminal Sritanjung Banyuwangi. Kami berangkat pukul
22.00 WIB dan sampai di Banyuwangi pukul 05.15 WIB. Bus
Jurusan Banyuwangi berangkat tiap 1 Jam dan beroperasi
24 Jam, jadi tidak perlu khawatir bagi yang berasal dari luar
Surabaya. Terminal SritanjungPelabuhan Ketapang dapat
ditempuh menggunakan angkot yang berjarak kurang lebih
sekitar 3 km. Selanjutnya perjalanan menggunakan kapal ferry,
pukul 08.00 WITA kami sudah sampai di Pelabuhan Gilimanuk.
Sebelum keluar dari kawasan Pelabuhan Gilimanuk ada
pemeriksaan identitas bagi setiap orang yang akan memasuki
wilayah Pulau Bali, jadi jangan sampai lupa membawa kartu
identitas. Perjalanan selanjutnya ada menggunakan minibus
menuju Terminal Ubung Denpasar. Karena kami sampai di
Gilimanuk terlalu siang sehingga kami ketinggalan bus yang
langsung Pelabuhan Padang Bay. Akhirnya kami menggunakan
minibus yang hanya sampai Terminal Ubung. Perjalanan lebih
kurang 4 jam, kemudian kami ganti lagi menggunakan minibus
menuju Pelabuhan Padang Bay ujung timur Pulau Bali sebelum
menyebrang ke Lombok. Kami sampai di Pelabuhan Padang
Bay pukul 15.45 WITA. Kapal ferry penyebrangan BaliLombok
berangkat tiap jam. Penyebrangan cukup lama sekitar 45
Jam dengan ombak yang cukup besar. Kapal ferry Padang
BayLembar berangkat tiap 1 jam sekali. Selama di ferry
usahakan membawa makanan ringan sendiri, karena selama
penyebrangan tidak ada pedagang asongan, dan restorasi ferry
kebanyakan hanya menyediakan mi instan dan minuman hangat
saja. Pukul 21.00 perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya
kami sampai di Pelabuhan Lembar, selanjutnya kami dijemput
teman pendaki yang berdomisili di Mataram.
Pilihan moda transportasi darat yang lain adalah menggunakan
Bus Antar Kota Antar Propinsi yang langsung turun Terminal
Mandalika Mataram. Dari Bungurasih bus berangkat antara
pukul 16.0017.00 WIB. Tarif atas bus SurabayaMataram Rp.
250.000, karena harga tersebut bukan harga pas jadi pandai-
Where is your summer? This is my summer.
Ri n j a n i .
pandailah menawar untuk harga termurah.
Note:
Bagi yang membutuhkan homestay maupun transportasi dari
Kota Mataram menuju Rinjani (Jalur Senaru maupun Sembalun),
baik yang datang via Pelabuhan Lembar atau Bandara Lombok
Praya, bisa menghubungi Pak Saad (087864893590) yang
merupakan Ketua Paguyuban Ojek dan Jasa Travel di Senaru,
Bayan, Lombok Utara. Biaya yang ditawarkan sangat pas untuk
kantong bacpackers. Jangan lupa untuk selalu menawar harga.
Pak Saad juga menyediakan guest house milik pribadi bagi
pendaki yang mau naik Rinjani (via Senaru), tanpa membayar
sewa kamar, gratis, hanya dikenakan tarif makan yang
disediakan saja, sekali makan sekitar Rp. 10.000.
Day 1
Ekspedisi pendakian Rinjani Oktober 2012, kami lakukan
bersama teman-teman dari Jasmapala (Jasa Marga Pengiat
Alam) Cawang Tomang Cengkareng, Jakarta. Anggota tim kami
berjumlah 15 orang pendaki, karena jumlah yang cukup besar
maka kami menggunakan jasa porter sebanyak 5 orang. Tarif
untuk menggunakan jasa porter berkisar Rp. 125.000/hari.
Tujuan Biaya Lama
Surabaya-Banyuwangi
(via pantai utara/Situbondo)
Angkot ke Ketapang
Ferry KetapangGilimanuk
GilimanukTerminal Ubung
UbungPelabuhan Padang Bay
Padang BayLembar
Rp. 5.000
Rp. 6.000/orang
Rp. 25.000
Rp. 30.000
Rp. 36.000/orang
5 menit
45 menit
3,5 Jam
2,5 Jam
45 Jam
Rp 42.000-Rp 65.000
(ekonomi)
7 jam
Indonesia Mountain Magazine 34
JOURNAL
Pada ekspedisi kali ini kami memilih naik via Sembalun. Dari
Kota Mataram menuju Sembalun perjalan cukup panjang
sekitar 5 jam perjalanan. Pemandangan sangat memukau
dengan barisan pegunungan dan kebun di kanan kiri. Jalan
terus menanjak dengan kondisi aspal jalan yang cukup layak,
meskipun masih ada lubang di beberapa titik.
Kami sampai di Pos Perijinan Sembalun sekitar pukul 14.10
WITA, mengisi data pengunjung dan membayar biaya masuk
sebesar Rp. 10.000/orang. Kemudian kami melanjutkan kembali
menuju Desa Sajang. Dari Desa Sajang tersebut merupakan jalur
baru yang memotong jarak sekitar 8 km apabila kita melakukan
pendakian dari Sembalun Lawang. Jalur via Sajang merupakan
jalur yang melewati perkebunan warga yang biasa digunakan
warga mencari rumput dan menggembala.
Setelah persiapan dan mengecek ulang logistik kami memulai
pendakian pukul 14.45 WITA. Kondisi jalur melewati persawahan
warga, sungai kering, beberapa tanjakan bukit dengan tanah
yang cukup berdebu. Dari jalur ini puncak 3726 mdpl sudah
terlihat dan sabana sembalun yang indah jangan sampai terlewat
untuk diabadikan. Sekitar 3 jam perjalanan akhirnya kami
membuka camp pertama di Pos 2/Tengengean di ketinggian
1500 mdpl. Di shelter ini terdapat sumber air yang cukup,
meskipun tidak besar. Di Pos Tengengean tanah lapang tidak
cukup luas, sehingga kami membuka tenda di tengah Jembatan.

Day 2
Selamat pagi para pendaki, itu mungkin yang akan katakan para
kera liar yang sudah terbiasa dengan manusia. Kera liar tersebut
akan semakin mendekat dan berkerumun bila kita lempar
makanan. Hampir dipastikan siapa saja yang melewati Pos 2
akan melihat kawanan kera tersebut.

Indonesia Mountain Magazine 35
Hari kedua pendakian cukup panjang dan jalur hampir tidak
ada Bonus. Kita akan disambut dengan tanjakan, tanjakan dan
tanjakan hingga Tujuh Bukit Penyesalan yang termashyur.
Setelah packing, sarapan dan persiapan, pendakian kami mulai
pukul 08.40 WITA. Matahari sangat terik jadi gunakan sunblock
untuk mengurangi kulit yang terbakar, karena di hari kedua kita
akan melewati savana yang tidak ada pepohonan peneduh
hingga memasuki Bukit Penyesalan. Tanjakan yang ada diantara
TengengeanPlawangan Sembalun berkisar 4570 derajat.
Pada tujuh bukit penyesalan kondisi fsik benar diuji karena
tanjakan yang terus menaik tanpa ampun dan tanpa bonus.
Namun kondisi jalur cukup teduh karena vegetasi pohon cemara
mulai lebat hingga Plawangan Sembalun. Selain itu karakteristik
Gunung Rinjani hampir dipastikan diatas jam 12.00 atau 13.00
kabut mulai naik dan cuaca mendung, sehingga tracking
menjadi lebih sejuk.
Setelah tracking 5 jam yang menyenangkan akhirnya pukul
14.00 WITA kami tiba di Plawangan Sembalun. Plawangan
Sembalun merupakan tanah lapang yang cukup luas yang
merupakan pos terakhir yang digunakan sebelum menuju
Puncak Rinjani. Pos ini terletak di ketinggian 2639 Mdpl. Setelah
seharian tracking di jalur yang menanjak dan berdebu, kita bisa
membersihkan diri di sumber mata air yang berjarak sekitar
500 meter ke arah kiri bukit. Pada ketinggian tersebut kondisi
sumber air tanah masih mengalir sangat baik, sehingga wilayah
ini menjadi camp peristirahat sebelum summit attack.
Day 3
Pendakian di hari ke-tiga yakni adalah menuju Puncak Rinjani.
Tracking santai menuju tanah tertinggi Pulau Lombok memakan
waktu sekitar 4-5 jam. Kondisi jalan menuju ke puncak
didominasi oleh jalan yang berpasir. Kontur jalan terus menanjak
mengikuti punggungan gunung. Lebih kurang 1 km sebelum
puncak kondisi jalur didominasi bebatuan dan tanjakan semakin
terjal. Kami berangkat dari Plawangan Sembalun Pukul 02.30
WITA. Suhu udara ketika itu berkisar 100 C, karena pendakian
ke puncak dilakukan dinihari persiapkan pakaian hangat dan
nyaman untuk berjalan serta senter/headlamp yang memadahi.
Sekitar pukul 04.30 WITA, semburat merah matahari mulai
terlukis di langit timur Rinjani. Sepanjang jalur kita tetap bisa
menikmati matahari terbit meskipun belum sampai puncak.
Setelah tracking sangat santai rombongan pertama kami tiba
pukul 07.30 WITA dan anggota tim paling terakhir sampai di
3726 mdpl pukul 09.30 WITA. Biasanya sebelum pukul 08.00
WITA Puncak Rinjani penuh oleh para pendaki yang lain yang
sudah tiba lebih dulu untuk menikmati sunrise di dataran
tertinggi. Sehingga lebih baik mengalah asalkan kita sudah
berada di puncak sebelum pukul 10.00 WITA kondisi masih
belum terik dan latar belakang danau Segara Anak semakin
jelas terlihat, dan mari berfoto sepuasnya tanpa menggangu
pendaki yang lain. Rombongan kami termasuk kesiangan
sampai puncak tapi berkah dari semua itu kami menguasai 3726
mdpl karena para pendaki lain sudah turun sehingga merasa
Puncak Rinjani milik pribadi tim kami. Kabut mulai naik ketika
Indonesia Mountain Magazine 36
JOURNAL
kami kembali turun ke Plawangan Sembalun. Tetap waspada
ketika turun karena babatuan yang tidak padat mudah longsor
dan tergelincir, sehingga jaga jarak yang cukup antar-pendaki.
Ditambah lagi jalur yang berpasir akan menggangu pendaki
lain di belakang kita. Hanya butuh kurang lebih 2 Jam untuk
sampai di basecamp karena kemiringan jalur cenderung nyaman
dan mendorong kita untuk terus jalan bahkan lari. Dikarenakan
kondisi cuaca gerimis maka rombongan kami kembali bermalam
di Plawangan Sembalun.
Day 4
Seperti rutinitas tiga hari sebelumnya; packing, sarapan pagi
dan melanjutkan turun ke Segara Anak. Jarak Plawangan
SembalunSegara Anak kurang dari 5 km. Turunan curam
dan melewati bebatuan besar dan hingga jalan setapak hingga
Segara Anak. Selama jalur menurun ini kita akan disihir oleh
kecantikan Segara Anak hingga menyentuh air danau secara
Indonesia Mountain Magazine 37
langsung yang payau. Segara Anak berada di 2.010 mdpl.
Waktu tempuh normal sekitar 2 jam. Rombongan kami termasuk
yang tidak normal, karena kami start pukul 08.30 WITA dan
baru sampai 4 jam kemudian, karena sayang untuk melewatkan
momen ini terlalu cepat. Maka rombongan kami lebih sering
berhenti untuk berfoto daripada istirahat untuk makan dan
minum. Salah satu keistimewaan Rinjani adalah sumber mata
air panas. Berjarak lebih kurang 500 m dari basecamp Segara
Anak terdapat air terjun hangat, sehingga kita berileksasi dengan
udara tanpa polusi dan berendam air hangat di ketinggian
Rinjani.
Day 5
Rombongan kami merencakan untuk membuka camp di Segara
Anak selama 2 malam. Kegiatan yang kami lakukan adalah
memancing. Siapapun yang memancing di Segara Anak pasti
dapat ikan. Karena jernihnya danau Segara Anak ikan yang
sudah tampak dari permukaan air. Ikan mujair, mas, tombro
yang mendominasi ekosistem segara anak. Jangan sampai lupa
membawa peralatan memancing ketika naik Rinjani. Kapan lagi
bisa memancing sambil menghadap Gunung Baru Jari yang
masih aktif di tengah danau yang memiliki kedalaman sekitar
230 meter.
Indonesia Mountain Magazine 38
Day 6
Hari terakhir kami di Rinjani, perjalanan kali ini lumayan panjang.
Dari Segara Anak langsung ke Senaru berjarak sekitar 12 km.
Jalur yang cukup berat adalah ketika kita menuju Plawangan
Senaru. Jalan melewati bebatuan besar dan menanjak terus,
tentu saja dengan jalan bonus yang jarang. Pada beberapa titik
kemiringan mencapai hampir 90 derajat. Para pendaki harus
bergantian apabila ada pendaki lain yang berlawanan arah yang
akan turun ke danau. Rombongan kami memulai tracking pukul
07.00 WITA dan sampai di Plawangan Senaru 10.15 WITA.
Plawangan Senaru merupakan puncak gugusan gunung yang
mengelilingi Segara Anak. Plawangan itu artinya batas, sehingga
Plawangan Senaru merupakan batas (puncak) dari daerah/
kawasan Senaru. Dari sini kita akan kembali di sihir oleh Segara
Anak lengkap dengan Gunung Baru Jari yang menyeruak di
tengah danau, serta puncak Rinjani. Plawangan Senaru adalah
ucapan selamat jalan dari Segara Anak, karena setelah kawasan
perjalanan kita akan terus menurun hingga Pos Perijinan Senaru.
Setelah Plawangan Senaru kita akan melewati kawasan hutan
hujan tropis yang lebat. Tracking jalur Senaru sangat sejuk
karena pepohonan yang begitu lebat hingga sinar matahari sulit
untuk menembus ke tanah. Sepanjang jalur kondisi jalan di
penuhi akar pepohonan yang sudah ratusan tahun. Kondisi jalan
setapak dan akar tanah yang membentuk tangga alami sangat
ramah bagi pendaki, bila di bandingkan jalur berbatu yang
rawan tergelincir. Terdapat 6 shelter via Senaru. Kondisi tiap
pos peristirahatan masih terawat dengan baik bila dibandingkan
dengan jalur Sembalun. Rombongan pertama kami sampai di
Senaru sekitar pukul 14.40 WITA. Di Senaru terdapat banyak
guesthouse yang tersedia bagi yang ingin bermalam terlebih
dahulu. Serta tersedia angkutan berupa ojek untuk menuju ke
terminal terdekat sebelum kembali ke Mataram atau langsung
pulang ke kota masing-masing. Untuk angkutan umum biasanya
jarang kita dapatkan ketika malam hari.
Pukul 17.30 WITA rombongan terakhir kami tiba dan pendakian
Rinjani berakhir di sini. Senaru, Bayan, Lombok Utara.
What a great summer. Miss you Rinjani.
JOURNAL
Indonesia Mountain Magazine 39
Indonesia Mountain Magazine 40
SKILL
Merancang Survival Kit
Survival kit adalah alat bantu yang sangat berfaedah sekali saat
seorang pendaki gunung berada dalam situasi survival atau
tersasar di hutan. Sebuah survival kit yang efektif hendaknya
disiapkan berdasarkan elemen-elemen survival seperti, air,
perlindungan, api dan makanan. Berikut Mountmag menguraikan
sebuah contoh survival kit yang seharusnya dimiliki oleh seorang
pendaki gunung di Indonesia.
Perangkat pembuat api.
Dewasa ini tersedia di pasaran berbagai perangkat untuk
menghasilkan api, seperti korek api water proof, Flint atau
pengapian yang terdiri dari magnesium dan pematiknya, atau
korek api gas. Untuk membuat kotek api water proof anda
bisa mencelupkan pentol koreknya kedalam lilin cair sehingga
membungkus kepala korek agar tidak basah. Kaca pembesar
juga bisa dijadikan sebagai perankat pembuat api dengan
bantuan matahari.
Lilin
Gunakan lilin yang tahan lama, selain berguna untuk membantu
pembuatan api unggun juga bisa jadi penerangan anda.
Jarum jahit dan benang serta peniti.
persiapkan beberapa ukuran jarum jahit dan salah satunya yang
memiliki lubang besar serta benang yang cukup dan lilitan di
jarum tersebut. Peniti dengan berbagai ukuran.
Mata kail dan benangnya
Siapakan mata kali dalam ukuran yang berbeda serta
benangnya.
Compass
Kompas kecil sederhana yang berfungsi baik.
Kawat halus
Kawat halus yang kuat dengan panjang yang cukup, ini akan
banyak gunanya seperti diantaranya membuat perangkap
Gergaji kawat
Gergaji kawat ini juga banyak dijual dipasaran, sangat efektif dan
mudah menyimpannya. Sangat berguna untuk membantu anda
membuat bivak
Kantong plastik
Bisa digunakan untuk berbagai keperluan salah satunya
mendapatkan air dari tumbuhan dengan proses kondensasi.
Kondom juga bagus untuk sarana penyimpanan air satu kondom
bisa membawa satu liter air.
Tablet pemurni air
Tablet ini sangat berguna memurnikan air mentah agar bisa
diminum langsung. Dewasa ini juga sudah dijual peralatan
penyaring air portable yang kecil seperti sebuah sedotan.
Heliograp
Heliograp adalah sebuah kaca pantul yang sudah dirancang
untuk memantulan cahaya matahari kepada target yang kita
inginkan misalnya helykopter tim SAR. JIka tidak memiliki
Heliograp bisa diganti dengan kaca kecil, cara menggunakannya
buatlah tanda V dengan jari anda lalu arahkan target ditengah
jari bentuk V tadi dan arahkan pantulan sinar matarahari dari
kaca ke bentuk V tadi.
Pisau Lipat Kecil
Pisau lipat kecil yang memiliki beberapa macam penggunaan
dan cocok untuk digunakan sebagai alat bantu.
Peluit Badai
ini bisa digunakan untuk menarik perhatian tim SAR.
Medikal Kit
sedikan medical kita sederhana yang berisi obat-obat seperti:
obat penahan sakit, obat penenang usus (sakit perut), antibiotic,
obat alergi, obat anti malaria, obat luka dan plesternya. Serta
obat-obat yang berkaitan denga penyakit kambuhan anda jika
ada.
Kotak Survival Kit.
Gunakan yang tahan air, anda bisa menggunakan kotak plastic
tahan air yang banyak di jual dipasaran.
Saat anda berada dalam situasi survival anda akan sangat
mensyukuri jika saat itu memiliki item-item tersebut diatas untuk
lebih membantu anda melewati dan keluar dari situasi survival
dengan selamat. JIka anda ingin membeli survival kit yang
sudah all in yang banyak dijual dipasaran, kenali terlebih dahulu
tujuan penggunaannya, karena paket survival kit yang dijual
dipasaran ditujukan untuk penggunaan medan yang berbeda-
beda. Bawalah selalu survival kit dalam ransel anda, meskipun
anda tidak pernah tahu kapan akan menggunakannya. Ada
baiknya juga anda rajin berlatih mempraktekan teknis-teknis
survival dengan bantuan survival kit anda. Selamat berlatih.
Teks Hendri Foto Hendri
MOUNTAIN ROUTE
Gunung Bawakaraeng berada 75 km dari arah kota Makassar.
Gunung yang namanya berarti Mulut Tuhan ini merupakan
gunung favorit bagi para pendaki gunung disekitar Makassar,
dan selalu dikunjungi pendaki di akhir pekan. Gunung yang
berketinggian 2.830 mdpl ini berada di Kabupaten Goa Sulawesi
Selatan. Di kaki gunung ini terdapat daerah wisata pegunungan
terkenal di Sulawesi Selatan yaitu Malino yang bisa ditempuh
dengan waktu tempuh berkendara kurang lebih dua jam. Rute
umum pendakian menuju puncak Bawakaraeng adalah dari desa
Lembana yang berada di daerah Malino.
AKSES TRANSPORTASI
Dari dalam kota Makassar kita terlebh dahulu harus menuju
terminal lama yaitu terminal Sungguminasa bisa dengan
menggunakan menggunakan angkutan kota atau yang dikenal
juga dengan sebutan pete-pete . Dari terminal lama ini ada
angkutan pedesaan berwarna merah dengan jurusan trayek
Malino hingga ke kampung Beru dengan waktu tempuh 2
hingga 3 jam. Pada umumnya para supir angkutan tersebut
sudah mengenali para pendaki yang akan mendaki gunung
Bawakaraeng dan biasanya mereka mengantarkannya hingga
ke desa Lembana. Selain menggunakan angkot anda juga bisa
mencarter kendaraan dari Makassar dan ini akan jauh lebih
cepat lagi dan bisa menghemat waktu.
PERIJINAN
Perijinan pendakian tidak terlalu susah, para pendaki hanya
diwajibkan untuk mengisi buku tamu yang berada di rumah
kepala desa Lembana dan membayar retribusi Rp.2.000/orang.
RUTE PENDAKIAN
Desa Lembana
S 5 15 08.0 E 119 54 14.3 1.517 mdpl
Desa ini merupakan titik awal memulai pendakian ke puncak
Bawakaraeng, pemandangan lansekapnya di dominasi oleh
perladangan penduduk dan jejeran rumah dengan betuk atap
khas Sulawesi Selatan. Mata pencaharian penduduknya adalah
Rute Pendakian
Bawakaraeng
Teks Hendri Foto Hendri
Indonesia Mountain Magazine 41
bertani. Curah hujan rata-rata adalah 2.034mm/tahun dengan
suhu udara minimum 15C dan maksimum 20C. umumnya
penduduknya ber etnik Makassar atau penduduk asli, dan
umumnya rumahnya bersedia digunakan untuk bermalam. Desa
yg termasuk dalam kecamatan Tinggi Moncong, kabupaten
Gowa, lebih dikenal dengan daerah Wisata Malino.Masyarakat
desa Lembana ini sangat ramah dan bersahabat, banyak
pendaki yang menginap gratis di rumah penduduk sebelum
mendaki, Tiap akhir pekan tempat ini selalu ramai dikunjungi
oleh Pendaki yang ingin mendaki gunung Bawakaraeng
ataupun orang yang hanya sekedar santai menikmati hari libur
dikaki gunung Bawakaraeng. Jalur pendakian berawal dengan
melewati perladangan penduduk dan kemudian memasuki hutan
cemara kondisi hutan cemara terus berlanjut hingga sampai di
Pos 1 yang berjarak kurang lebih 1 -2 jam perjalanan.
POS I
S 5 16 07.4 E 119 54 44.2 1.741 mdpl
Pos satu ini berada di ketinggian 1.741 mdpl, dari lokasi ini jalur
pendakian terus landai hingga mencapai Pos 2. Jarak tempuh
dari pos satu hingga ke pos dua kurang lebih 1 jam perjalanan di
pos ini terdapat sumber mata air yang mengalir.
POS 2
S 5 16 31.9 E 119 54 52.8 1.842 mdpl
Dari Pos dua ini keadaan jalur pendakian masih belum terlalu
menanjak, masih landai dan mulai memasuki vegetasi hutan.
Jarak tempuh dari pos ini hingga sampai ke pos tiga tidak jauh
berbeda dengan jarak tempuh dari pos satu ke pos dua.
POS 3
S 5 16 47.3 E 119 55 00.9 1.911 mdpl
Pos ini terdapat sumber mata air dan juga terdapat lokasi yang
cukup untuk mendirikan tenda.
POS 4
S 5 16 56.7 E 119 55 19.1 1.996 mdpl
Pos empat ini dicapai dalam waktu kurang lebih 1 jam
perjalanan dari pos tiga. Tidak ada yang istimewa pada pos ini.
POS 5
S 5 17 11.5 E 119 55 47.8 2.129 mdpl
Jika mendaki santai maka pos ini cocok digunakan untuk
bermalam karena lokasinya cukup lapang dan terdapat sumber
air berupa aliran sungai kecil yang letaknya tidak jauh dari lokasi
Pos 5 yaitu di koordinat S 5 17 10.2 E 119 55 51.7. Dari
Pos ini menuju pos berikutnya medan agak terbuka disepanjang
jalan setapak dipenuhi oleh tumbuhan semak perdu berduri
dan pohon-pohon yang tidak begitu rapat, kondisi jalur terus
menanjak melewati beberapa bukit.
POS 6
S 5 17 31.1 E 119 56 09.3 2.380 mdpl
Pos ini berada di akhir dari medan tumbuhan perdu dan cukup
Indonesia Mountain Magazine 42
terbuka terbuka. Pos ini tidak begitu luas, hanya cukup untuk
mendirikan satu tenda. Tidak ada sumber mata air di pos ini.
Dari pos ini rute pendakian memasuki hutan berlumut dengan
pohon-pohon yang cukup rapat dan teduh. Kondisi jalan
setapak berbatu-batu dan berlumut licin serta cukup menanjak.
POS 7
S 5 17 50.1 E 119 56 11.5 2.555 mdpl
Pos 7 berada tepat diakhir tanjakan berlumut dari Pos 6. Pos
ini berada diatas bukit dan dengan pemandangan lepas. Ada
setupuk batu-batu besar yang berada disebelah kanan jalan saat
kita sampai di pos ini. Karena kondisi pos ini yang cukup tinggi
dan terbuka maka sering terjadi angin kencang di Pos ini, Tak
jarang juga kita menemukan beberapa sesajen yang diletakan
di tumpukan batu-batu besar tadi. Kemudian dari Pos 7 menuju
pos berikutnya keadaan jalan setapak menurun memasuki hutan
terus dan kemudian jalur mendatar kekiri melipiri punggungan
hingga kemudian bertemu dengan sungai kering dan setelah itu
kembali menanjak hingga sampai di pos berikutnya. Pada etape
jalur ini kia juga akan menemukan inmemoriam dari pendaki
yang meninggal di gunung ini.
POS 8
S 5 18 29.7 E 119 56 37.2 2.450 mdpl
Lokasi pos ini adalah sebuah dataran yang cukup terbuka.
Dibawah pos 8 ini terdapat sumber air berupa cerukan cukup
besar dari sungai yang kering biasanya sungai ini di musim
hujan berair yang cukup deras arusnya. Lokasi ini dikenal juga
dengan sebutan Telaga Bidadari. Dari pos ini jalur setapak terus
mendaki kembali memasuki hutan dan sesekali agak terbuka
hingga ke pos berikutnya.
POS 9
S 5 18 43.2 E 119 56 47.1 2.612 mdpl
Tidak ada yang terlalu istimewa di pos ini hanya merupakan
sebuah dataran medan terbuka. Mulai dari daerah ini kita bisa
menemukan edelweis, tumbuhan perdu sub alpine dan cantigi
. Jalan setapak berbatu menanjak terus kemudian kembali
memasuki hutan belumut hingga sampai di Pos berikutnya.
POS 10
S 5 18 57.4 E 119 56 37.5 2.796 mdpl
Indonesia Mountain Magazine 43
Pos ini yang merupakan sebuah dataran di antara pepohonan,
Sedikit naik keatas dari pos ini ada sumber air berupa cerukan
besar seperti sumur, daerah ini terbuka selain di lokasi pos
10 di deket sumber air ini juga bisa mendirikan tenda hanya
karena daerah yang terbuka sehingga angin jauh lebih kencang
dibanding di lokasi pos. Dari lokasi ini puncak dengan tiang
trianggulasinya bisa terlihat jelas karena hanya berjarak kurang
lebih 10 menit lagi.
Puncak Bawakaraeng
S 5 19 01.0 E 119 56 39.6 2.830 mdpl
Dari puncak Bawakaraeng kia bisa memandang lepas kesegala
penjuru, jika cuaca cerah kia akan melihat puncak gunung
Lompobatang yang ada di sisi Selatan dari gunung ini, diarah
barat bisa terlihat pemandangan laut dan kota Makassar
sedangkan di arah utara kita bisa melihat sosok gunung
Bulusarung.
Perkiraan rata-rata waktu tempuh dari pos ke pos.
Desa Lembana Pos I : 1 jam 30 menit
Pos I Pos II : 1 jam
Pos I Pos III: 1 jam
Pos III Pos IV : 1 jam 30 menit
Pos IV Pos V : 1 jam
Pos V Pos VI : 1 jam 45 menit
Pos VI Pos VII : 2 jam
Pos VII Pos VIII : 1 jam
Pos VIII Pos IX : 1 jam
Pos IX Pos X : 40 menit
Pos X Puncak : 10 menit.
Alternatif menyingkat waktu
Selain dari Desa Lembana untuk menyingkat perjalanan
pendakian bisa juga ditempuh dari Dusun Makdako ( S 5
16 14.8 E 119 55 09.1 dengan ketinggian 1.724 mdpl.
Pendakian dari Dusun Makdako ini lumayan bisa menghemat
waktu karena langsung tembus ke Pos V jalur Lembana. Medan
pendakian dimulai dari deket rumah Tata Badu dan kemudian
melewati perladangan penduduk, menyeberangi sungai kecil
menanjak terjal masuk kedalam hutan. Jalan setapak jelas
hingga sampai di Pos 5.
TIPS TIPS PENDAKIAN BAWAKARAENG
Jalur pendakian dari Lembana ini cukup panjang jika
ingin menikmati pendakian ke gunung ini ada baiknya
menginap dua malam di gunung ini dengan break down
dua kali camp yaitu di Pos 5 dan Pos 10, kedua pos ini
memiliki sumber mata air.
Di desa Lembana tidak ada warung yang lengkap
menjual logistik, ada baiknya logistik anda lengkapi di kota
Makassar.
Saat turun usahakan untuk tidak terlalu sore mencapai
Desa Lembana karena akan susah untuk mendapatkan
transportasi keluar dari desa tersebut.
Indonesia Mountain Magazine 44
TIPS & TRIK
Memilih Tenda untuk
Pendakian Gunung
Tenda adalah rumah bagi pendaki gunung di alam bebas, oleh karena itu sebuah tenda yang
nyaman dan mampu melindungi pendaki gunung dari cuaca gunung yang kadang kejam adalah
mutlak dimiliki oleh para pendaki gunung. Dewasa ini di Indonesia banyak beredar tenda-tenda
baik buatan local maupun import. Namun dari kesemua tenda tersebut tidak semua tenda yang
bisa dipakai untuk pendakian gunung, jika anda berencana untuk membeli sebuah tenda ada
baiknya anda pertimbangkan beberapa tips berikut ini sebelum memutuskan untuk membeli
sebuah tenda yang anda butuhkan untuk aktiftas pendakian gunung.
KONSTRUKSI TENDA
Dewasa ini tenda untuk pendakian gunung lebih banyak beredar
dalam bentuk dome dan beberapa pecahan disain dari dome
. Saya tidak akan membahas mengenai detail bentuk-bentuk
disain tenda disini tapi lebih kepada beberapa point penting
yang harus diperhatikan dalam disain sebuah tenda.
Tenda Double Layer.
Tenda untuk pendakian gunung umumnya terdiri dari dua lapis,
yaitu lapisan dalam (inner) dan lapisan luarnya (fysheet), lapisan
luar berfungsi untuk melindungi lapisan dalam dari cuaca atau
hujan. Meskipun dewasa ini tenda single layer yang bahannya
terbuat dari material yang bernafas seperti goretex banyak
beredar akan tetapi untuk kondisi cuaca Indonesia lebih awet
jika memilih tenda doble layer. Selain itu tipe double layer
membuat penghuni tenda akan lebih nyaman karena uap air
yang dihasilkan oleh tubuh penghuni tenda tidak terperangkap
didalam tenda, uap tersebut keluar dari tenda melewati lapisan
bagian dalam tenda dan luruh oleh angin yang melewati jarak
antara lapisan dalam dan fysheet. Ada juga tenda single layer
yang bukan dari bahan bernafas yang dijual dipasaran, tenda ini
akan memerangkap uap air dari tubuh penghuninya sehingga
membuat dinding tenda bagian dalam basah dan dengan
sendirinya akan akan membuat penghuninya jadi tidak nyaman.
Jarak inner dan fysheet.
Ini haru mendapat perhatian anda, karena jika bagian dalam
tenda terlalu dekat jaraknya dengan fysheet maka pada saat
anda gunakan di lapangan dan hujan maka fysheet yang basah
dan tertiup angin akan menempel pada bagian dalam (inner)
tenda sehingga akan membuat tenda bocor, karena bagian
dalam tenda bukan terbuat dari bahan yang tahan air. Selain
itu seperti dijelaskan pada point diatas dengan adanya jarak
yang cukup jauh antara lapisan dalam dan fysheet, akan
memudahkan uap air yang dihasilkan oleh tubuh penghuni tenda
bisa larut oleh angin yang melewati jarak tersebut sehingga
pengembunan pada bagian dalam dari fysheet bisa berkurang.
Flysheet yang cukup menutupi tenda
Untuk pendakian gunung sebaiknya memilih tenda yang
memiliki fysheet yang menutupi seluruh bagian tenda hingga
kebawahnya. Dan perhatikan juga apakah fysheet tersebut
cukup memiliki tali-tali yang cukup pada setiap ujung dan
tengah antara ujung bagian bawahnya untuk di tancapkan pada
tanah dan membuat jarak yang cukup dari tenda agar pada
saat hujan fysheet bisa melindungi keseluruhan tenda dan tidak
menempel pada bagian dalam tenda.
Teras atau Vestibule
Pilihlah tenda yang memiliki teras atau vestibule, karena
ruang tersebut akan sangat berguna bagi anda selain untuk
menyimpan barang juga bisa dijadikan sebagai dapur untuk
memasak saat cuaca tidak sedang bersahabat. Dewasa ini ada
juga tenda yang memiliki akses pintu dan juga memiliki
dua teras yang akan memberikan kenyamanan tambahan bagi
penghuninya.
Ventilasi
Pilihlah tenda yang memiliki cukup ventilasi, dewasa ini tenda-
tenda umumnya menyediakan ventilasi berupa jendela mesh
atau terkadang ada dua pintu akses sehingga ada sirlukasi
udara yang lancar.
Guylines/tali pengencang
Pilihlah tenda yang memiliki tapi pengencang yang berguna agar
tenda tetap stabil saat di terpa angin. Jangan lupa untuk selalu
memasang tali pengencang ini saat anda mendirikan tenda anda
di gunung, terutama sekali jika daerah tempat anda mendirikan
tenda terbuka dan berada di ketinggian.
Sealer pada jahitan
Cek lah apakah setiap jahitan tenda di seal atau tidak ini penting
karena jika tidak di seal maka air akan mudah merembes masuk
lewat jahitan tersebut.
MATERIAL TENDA
Meterial tenda juga merupakan hal yang tak kalah pentingnya
anda perhatikan saat membeli tenda, karena ada tenda yang
dibuat ditujukan hanya untuk camping di kaki gunung dan
bukan untuk dipakai mendaki gunung, untuk tenda seperti ini
materialnya terkadang tidaklah terlalu bagus. Bahkan trkadang
kita menemui adanya pendaki yang membawa tenda taman
untuk bermain anak-anak ke puncak gunung dan ketika Berikut
beberapa bagian tenda yang harus anda perhatikan materialnya.
Frame tenda
Pada umumnya tenda-tenda yang beredar di Indonesia, memiliki
frame atau rangka yang terbuat dari fber glass. Bahan ini tidak
begitu bagus karena mudah patah dan juga agak berat. Ada juga
tenda yang memiliki frame yang terbuat dari aluminium alloy, nah
bahan ini jauh lebih kuat dan ringan dibandingkan fber. Pilihlah
tenda dengan frame aluminium aloy ini.
Bahan inner tenda
Perhatikan bahan inner tenda terkadang ada yang terbuat
dari kain katun, tenda dengan bahan seperti ini umumnya
ditujukan untuk camping di kaki gunung. Tenda dengan bahan
inner seperti ini tidak cocok dipakai digunung karena akan
menjadi lembab didalamnya saat camping di puncak gunung.
Karena sifat katun yang menyerap lembab dan basah, carilah
tenda dengan bahan inner nylon non waterproof, dan jangan
juga memilih tenda yang berbahan waterproof karena akan
memerangkap uap tubuh penghuninya dan menyebabkan basah
dinding bagian dalam.
Lantai tenda
Umumnya tenda yang beredar di Indonesia lantainya terbua
dari terpal plastik, memang untuk kondisi hutan tropis ini
cocok namun kekurangannya adalah lebih berat dan besar
sekali lipatannya jika di packing. Ada baiknya jika anda memilih
tenda yang bahan lantainya bukan terpal akan tetapi Nylon
waterproof., jangan lupa untuk menambahkan alas tambahan
(foot print) pada lantai yang bisa dibuat dari bahan waterproof
tipis. Tenda yang lantainya dengan bahan non terpal akan lebih
ringan bobotnya dan lebih kecil lipatan packingannya.
Dengan memperhatikan point-oint diatas akan memudahkan
anda dalam memilih tenda yang sesuai untuk pendakian
gunung.
Teks Hendri Foto Hendri
Indonesia Mountain Magazine 47
REVIEW
Judul buku: Survival in a Mountain
Tim penulis: Hong Jae-Cheol, Ryu Gi-Un, Mun Jung-Hoo
Penerbit: PT Elex Media Komputindo, 2010
Seorang anak laki-laki bernama Momo dan ayahnya serta
sepupunya yang perempuan, Mimi, pergi ke Cina. Namun mereka
mengalami kecelakaan akibat petir yang menyambar pesawat
yang mereka tumpangi. Mereka terjatuh di sebuah pegunungan.
Di depan mereka terdapat pesawat yang siap meledak serta
ancaman tanah longsor. Mereka harus mengatasi rasa haus,
lapar, dan ancaman dari ular berbisa serta harimau yang ganas.
Di hadapan mereka juga terbentang barisan pegunungan tak
berujung. Akankah Momo dan ayah serta sepupunya berhasil
keluar dari sana dan menemukan peradaban manusia lagi?
Itulah cerita yang disajikan dari buku terjemahan dari komik Korea
ini. Isinya menarik karena berbagai pengetahuan tentang alam
serta trik-trik survival diulas dalam bentuk komik yang lucu. Mulai
dari soal teknik mendaki gunung sampai cara menjerat hewan
untuk makan juga ada. Karena bentuknya komik berwarna,
segala informasi itu dapat dibaca dengan lebih enak. Walaupun
lokasi ceritanya ada di Cina tetapi pengetahuan di dalamnya juga
dapat diterapkan di hutan-hutan kita. Buku ini juga adalah bagian
dari seri buku komik survival yang diterbitkan oleh PT Elex Media
Komputindo. Kesimpulan: buku yang menarik dan sebaiknya
dimiliki dan dibaca.
Ini Dia Cara-cara Survival di Gunung
Teks Anwar
Indonesia Mountain Magazine 42
EXPEDITION NEWS
The South Face of
Annapurna
Gunung Annapurna di Himalaya memiliki dinding terjal yang
disebut South Face. Sempat dikira mustahil dilalui, akhirnya
terbuka juga jalur pendakian melalui South Face of Annapurna
oleh ekspedisi dari tim yang dipimpin pendaki ternama Inggris,
Chris Bonington, di tahun 1970. Berikut cukilan kisah ekspedisi
itu yang dirangkum dalam buku Fallen Giants karya Maurice
Isserman dan Stewart Weaver.
Chris Bonington pertama mengenal gunung Annapurna di tahun
1960 saat dia bergabung dalam ekspedisi pendakian puncak
Annapurna II yang terletak lebih jauh 20 mil ke barat gunung.
Annapurna sendiri pertama digapai puncaknya melalui dinding
sebelah utara atau North Face oleh tim pimpinan Maurice Herzog
tahun 1950.
Hingga era 1960an, dinding South Face Annapurna dianggap
mustahil dilalui. Terutama karena tingginya yang mencapai 11
ribu kaki dengan balutan tebing dan es. Tapi kemudian anggapan
ini mulai sirna setelah beberapa tim mampu melalui dinding-
dinding tebing terjal lainnya, seperti tim Amerika yang sukses ke
Everest melampaui rintangan jalur West Ridge yang begitu sulit
di tahun 1963.

Bonington melakukan ekspedisi keduanya ke Himalaya yaitu
puncak Nuptse di tahun 1961 setelah selesai berkarir di dunia
militer. Kesuksesan terbesarnya terjadi di tahun 1962 sebagai
pendaki Inggris pertama yang mampu melalui dinding utara
Eiger bersama pendaki Ian Clough. Prestasi itu membuat dia
diberi ucapan selamat langsung dari perdana menteri Inggris dan
kontrak penulisan buku ekspedisi.
Di pertengahan 1960an, seperti pendaki lainnya, Bonington
sangat ingin mendaki gunung di Himalaya tapi ketika itu Himalaya
tertutup untuk orang asing. Karena itulah dia lalu merencanakan
ekspedisi ke Alaska bersama kawannya, Nick Estcourt dan Martin
Boysen. Sebagai pendaki keempat, diajaklah Dougal Haston
Indonesia Mountain Magazine 49
Teks Anwar | Foto Anwar
yang kelak akan menjadi seorang pendaki kenamaan. Haston
adalah yang pertama melakukan pemanjatan direct di dinding
utara Eiger tahun 1966.
Di tahun 1968, Nepal kembali membuka diri kepada dunia luar.
Rencana Bonington dan timnya berekspedisi ke Alaska langsung
dibatalkan. Mereka kini ingin mencoba memanjat dinding selatan
Annapurna. Gambar-gambar dinding itu sendiri sudah diperoleh
dari hasil ekspedisi tim Inggris sebelumnya saat mereka menuju
puncak Machapuchare.
Dari gambar itu terlihat dinding yang menyeramkan tapi sekaligus
begitu menarik. Tim Bonington merasa ada celah di bagian tengah
dinding yang bisa dipanjat. Kami mencoba pendekatan baru
sebetulnya. Dulu orang mencari bagian terlemah untuk dipanjat.
Tapi kami ingin mencoba lewat jalur yang paling ekstrem, tulis
Haston. Tidak seperti biasanya, kali ini soal uang untuk biaya
ekspedisi tidak jadi masalah. Semua ditanggung oleh Mount
Everest Foundation yang merupakan institusi resmi di Inggris.
Izin mendaki Annapurna dari pemerintah Nepal baru keluar di
bulan Juli 1969, sehingga ekspedisi baru bisa berlangsung di
tahun 1970. Sementara menunggu keberangkatan, Bonington
melengkapi timnya. Ada tambahan pendaki Inggris yaitu Clough
dan Mick Burke yang keduanya pernah bergabung dengan
Bonington di pegunungan Alpen. Tambahan berikutnya adalah
seorang pendaki Amerika Serikat, Tom Frost. Ini atas usulan
pihak penerbit yang merasa buku Bonington nanti akan lebih
laku dijual di Amerika kalau melibatkan pendaki Amerika. Frost
sendiri sudah berpengalaman memanjat tebing-tebing Yosemite
dan pernah ke Himalaya saat mendaki puncak Nanda Devi tahun
1966 dan Nanda Kot tahun 1967 dalam ekspedisi yang diorganisir
oleh badan rahasia AS, CIA. vSetelah merekrut dokter, manajer
basecamp dan tenaga pendukung lainnya, Bonington mengajak
juga seorang pendaki kenamaan. Tambahan tenaga terakhir ini
merupakan kejutan yaitu Don Whillans. Memang Whillans pernah
Indonesia Mountain Magazine 50
EXPEDITION NEWS
ikut ekspedisi ke Masherbrum, Trivor dan Gaurishankar tapi tidak
pernah sekalipun sampai ke puncak. Dan di era 1960an itu dia
dianggap banyak pendaki lainnya sudah tidak ft lagi dan juga
pemabuk. Namun Bonington merasa kemampuan Whillans masih
layak diperhitungkan sehingga dia merekrutnya sebagai wakil
pimpinan tim ekspedisi.
Akhirnya semua siap. Bulan Maret 1970, tim terbang ke Kathmandu
lalu lanjut ke Kota Pokhara. Mereka bukan satu-satunya tim yang
mau ke Annapurna. Ada tim lain dengan delapan pendaki dari
asosiasi pendaki militer Inggris yang dipimpin Bruce Niven. Tim
ini mau memanjat dari tebing utara, mengikuti rute tim Prancis
tahun 1950.
Banyak hal yang berubah di Annapurna, ujar Bonington. Dulu
area ini masih liar. Sekarang jalurnya sudah jelas. Tinggal apakah
kami bisa melampaui tantangan di tebing itu atau tidak.
Sementara yang lain berangkat bersama para porter, Whillans
pergi duluan untuk memantau area kaki tebing selatan. Dia
merasa melihat satu jalur bagus untuk sampai ke puncak (dia
juga mengaku melihat sesosok yeti, walau tidak jelas apakah itu
kenyataan atau karena efek minuman keras yang dia bawa ke
gunung).
Meski berpengalaman, Whillans tidak terlalu ft. Bonington
lalu membuat satu keputusan jitu dalam kapasitasnya sebagai
pemimpin ekspedisi yaitu memasangkan Haston dengan
Whillans. Haston memiliki fsik prima sedangkan Whillans akan
diandalkan dari sisi pengalaman dan keahliannya mencari jalur
ke puncak.
Pendakian sebenarnya diawali pada 29 Maret ketika Whillans,
Haston, Burke dan Sherpa Kancha bergerak naik dan mendirikan
basecamp di kaki tebing selatan. Haston mendeskripsikan
tantangan tebing itu dengan jelas dalam otobiografnya: tebing
itu seolah terbagi dalam beberapa bagian: area bersalju di bagian
bawah; area bersalju di bagian atas; sisi yang mengarah ke celah
es; tebing batu lalu celah menuju puncak.
Para pemanjat akan membuat enam camp di tebing, yang teratas
akan di ketinggian 24 ribu kaki, di tengah-tengah area tebing batu.
Bahaya selalu mengancam dari longsoran salju dan menara es
yang rapuh. Ini tercermin dari beberapa titik yang harus mereka
lewati seperti Pedang Damocles dan Traverse yang Mengerikan.

Pemanjatan berlangsung dengan langsung menempuh jalur es
yang tegak. Pada bagian tebing batu terdapat titik-titik sulit yang
memakan banyak tenaga. Taktik tim adalah memasangkan dua
Chris Bonington
Don Whillans
Indonesia Mountain Magazine 51
pendaki di mana mereka bergantian membuka jalur. Sementara
pendaki lainnya kebagian istirahat di camp yang lebih rendah
atau membawa stok perlengkapan ke camp yang lebih tinggi.

Menurut anggota tim Tom Frost, selama 60 hari di gunung, maka
43 harinya dihabiskan untuk membawa naik perlengkapan atau
membuka jalur salju, lalu 11 hari istirahat dan hanya enam kali
melakukan pemanjatan yang cukup sulit.
Ada beberapa alat baru yang mereka bawa seperti jumar yang
membantu dalam menaiki tebing terjal. Ketika itu jumar sudah
lama dipakai di tebing-tebing Yosemite dan Alpen namun masih
barang baru untuk ekspedisi Himalaya. Mereka juga memakai
harnes baru yang disebut harnes duduk dan merupakan hasil
desain Don Whillans. Kelak harnes ini akan menjadi standar
dalam pendakian-pendakian selanjutnya sekaligus membawa
pemasukan besar bagi Whillans.
Terobosan lain adalah sejenis tenda berbentuk kotak yang juga
hasil karya Whillans. Disebut kotak Whillans, peralatan ini tidak
mudah rubuh walaupun ditimpa salju cukup tebal.
Meski dipuji dalam soal pengaturan logistik, namun Bonington
kesulitan dalam mengatur para anggota tim. Bulan April dan
awal Mei dihabiskan waktu untuk membuka jalur, dan karena
makin dekatnya musim penghujan, maka kemungkinan untuk
membawa banyak pendaki sampai ke puncak makin kecil. Dari
delapan orang, Bonington hanya punya pilihan dua pendaki yang
bisa sampai ke puncak.
Tanggal 13 Mei, melalui jaringan radio antar camp, Bonington
mengumumkan bahwa dia sudah memilih Haston dan Whillans
sebagai dua pendaki yang akan berangkat ke puncak Annapurna.
Keduanya akan pergi ke camp 6 lebih dulu.
Masalahnya, keputusan Bonington itu merusak sistem perputaran
pendaki yang sudah berjalan sebelumnya. Seharusnya, sesuai
giliran, pendaki lainlah yang akan ke camp 6 lebih dulu. Mick
Burke yang ada di camp 5 berargumen bahwa Haston dan
Whillans harus ambil bagian dulu dengan mengangkut perbekalan
dari camp 4 ke camp 5. Bonington semula sudah setuju ide itu.
Tapi Whillans yang semula lebih sering diam lalu berkomentar,
Dougal dan saya sudah turun dari camp 5 sejak seminggu lalu.
Camp 5 masih belum beres dan jalur ke camp 6 juga belum
selesai. Saya tidak tahu apa kerja Mick di camp 5 tapi kami ingin
secepatnya sampai ke puncak. Kalau belum beres juga, harusnya
tugas ke puncak diserahkan ke orang lain. Ini sudah seminggu
tapi pekerjaan belum beres juga. Komentar pedas Whillans itu
langsung memancing kemarahan anggota ekspedisi lainnya.
Bonington terpaksa mengakhiri diskusi melalui radio itu. Kita
selama ini sudah rukun terus. Jangan sampai rusak hubungan
kita. Diskusi selesai.
Tom Frost, yang sudah membuka jalur sulit di tebing batu,
termasuk yang merasa dihianati. Sampai sekarang sistem giliran
Indonesia Mountain Magazine 52
EXPEDITION NEWS
itu berjalan baik, walau Don dan Dougal lebih jarang kebagian
membawa perlengkapan dibanding yang lain dan jelas mereka
lebih fokus mempersiapkan diri buat ke puncak.
Bagi Bonington, perasaan para pendaki itu kalah penting
dibanding kesuksesan mencapai puncak. Lihat kasus Hillary
dan Tenzing di Everest, katanya kepada Frost. Mereka sudah
disiapkan oleh John Hunt selaku pimpinan ekspedisi buat naik
ke puncak. Saya rasa kita juga harus begitu kalau mau sukses.
Meski begitu tetap saja ada pendapat bahwa Haston dan Whillans
memang tidak mau terlalu banyak membawa perlengkapan agar
tetap kuat sampai ke puncak. Dalam penutup di buku yang ditulis
Bonington, Nick Estcourt misalnya menyajikan data statistik
soal rincian kontribusi tiap anggota tim dalam ekspedisi. Dalam
kategori jumlah hari saat membawa perlengkapan ekspedisi,
Escourt dan Boysen paling besar yaitu 22 hari. Haston hanya 10
hari dan Whillans bahkan hanya 7 hari.
Meski ditentang dan dikritik, keputusan Bonington sudah tepat.
Boysen dan Escourt sudah kelelahan saat masuk pertengahan
Mei. Sementara Haston dan Whillans masih segar dan mereka
kompak. Mereka mendaki ke camp 5 lalu lanjut ke camp 6 di
ketinggian 24 ribu kaki. Hari-hari selanjutnya mereka merintis jalur
menaiki tebing. Semula mereka mau membuka camp 7 di atas
tebing batu namun cuaca memburuk dan persediaan makanan
menipis.
Akhirnya, pada jam 7 pagi tanggal 27 Mei 1970, Haston dan
Indonesia Mountain Magazine 53
Whillans berangkat ke puncak. Mereka membawa satu tenda
dengan pertimbangan sekiranya harus membuat camp 7 namun
ternyata itu tidak diperlukan. Tanpa bantuan oksigen mereka
terus mendaki.
Pukul 2.30 siang mereka akhirnya berdiri di puncak Annapurna.
Pemandangan sekitarnya tertutup awan. Mereka kemudian turun
cepat ke camp 6 dan melaporkan kesuksesan itu lewat radio
kepada Bonington. Memang ketika itu jika dilihat dari bawah,
puncak tertutup awan sehingga tidak dikira kalau bisa sampai ke
tujuan. Bagaimana, bisa berangkat hari ini? tanya Bonington.
Ya, jawab Haston. Kami sudah sampai ke puncak Annapurna.
Saat turun, Haston dan Whillans berpapasan dengan Frost dan
Burke yang juga mau ke camp 6 dan terus ke puncak. Tapi dua
hari kemudian tim Frost terpaksa turun walau belum sampai
puncak. Dan pada hari yang sama, 29 Mei, Ian Clough, yang
pernah sama-sama mendaki dengan Bonington ke Eiger tahun
1962, tewas tertimpa longsoran salju di bawah camp 2 saat turun.
Clough merupakan pendaki pertama yang tewas di Annapurna
sebelum disusul pendaki-pendaki lain dalam dekade selanjutnya.
Belakangan Annapurna lalu dijuluki gunung paling mematikan di
Himalaya.
Sebagai penutup dalam bukunya, Bonington mengutip kalimat
pendaki lain yaitu Maurice Herzog yang merupakan orang pertama
yang sampai di puncak Annapurna, Masih banyak Annapurna-
Annapurna lain dalam kehidupan umat manusia.
Bagi Bonington, kalimat itu mengandung kebenaran, tidak hanya
dalam dunia pendakian tapi juga dalam sesi hidup manusia
sampai akhir. Dia mengakhiri bukunya dengan sebuah penaksiran:
Pendakian kami ke Annapurna adalah satu terobosan menuju
dimensi baru di pemanjatan tebing-tebing tinggi Himalaya. Ini
adalah awal sebuah era, bukan akhir. (war)
Indonesia Mountain Magazine 54
GALLERY
Sampah
Anwar Suharman
Moch Wira Ruli Amrullah
GALLERY
PEMULUNG DI GUNUNG - Edi Soes
Lokasi : Gn Merapi, Sumatra Barat
Waktu : April 2012
Anom Harya Wicaksana
Komunitas Gowes Jelajah

Anda mungkin juga menyukai