Anda di halaman 1dari 15

RESUME SOSILOGI AGAMA

tentang RINGKASAN MATERI SOSIOLOGI AGAMA DOSEN PEMBIBING : IDA WALUYATI M,Pd

Disusun oleh : Nama Kelas Nmp : Ardiyanto : F : 11.2.02.0242

Jurusan : Sosiologi SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP BIMA) TAHUN AKADEMIK 2013-2014

KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim asalamu alaikum warah matullahi wabarakatuh. Puji syukur atas kehadirat allah swt, yg telah memberikan rahat dan hidayahnya, kepada kita semua, sehingga kita dapat melakukan akativitas kita sehari-hari amin dalam penyusunan resume ini saya pribadi memiliki banyak kekurangan yg pada akhirnya mengatrarkan kan kita pada pola pendewasa,an pemikiran yg kita jadikan guru yg paling berharga dalam hidup sebaga hamba yang bertauhid dan berteladankan al-quran dan al hadist sebagai pedoman dalam hidup kita yang pada akhirnya menjadi psikomoric bagi seluruh mahasiswa terutama dalam bidang sosiologi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat dan yang akan memberikan contoh dan tauladan agama islam yang kita imani sekarang ini Dengan hadirnya sosiologi agama mampu merubah dan sekaligus memper erat talisilaturahi dalam menjalankan aktivitas sebagai masyarakat yang madani dalam kehidupan kita, semoga sosiologi agama ini adalah ujung penentu dari segala kemugkinan dalam beragama. Masuk pada pendekatan ilmu pengetahuan dan tingkat pendidikan yang memadai sehingga mampu merubah cara berpikir masyarakat dari yang primitif kecara berpikir yang irasional dan dari yang irasional menuju pemikiran yang rasional dan disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai untuk merubah cara hidup masyarakat mencari akar kebenaran hidup karna akal dan hati dan lima indra untuk melengkapi

kehidupan masyarakat baik masyarakat yang awam maupun masyarakat ilmiah. Setiap objek kajian agama dewasa ini mempunyai komponen yang bisa berkembang dan melahirkan cabang-cabang dan ranting yang demikian banyak dibidang ilmu masing-masing bahkan pecahannya pun berbeda objek kajian ( objek material ) dari segi pendekatan atau segi tinjauan yang di pakai objek formal demikian sosiologi dan ilmu lainnya, serta sosiologi agama dan sosiologi lainnya, sosiologi agama dan penting pendekatannya, setiap yang kita lakukan harus dipahami apa yang kita lakukan. Sebagai sains, sosiologi agama mempelajari fenomena empirik dari kehidupan beragama, empirik tidak sama dengan nyata yang tagible atau aterial, material hanya dapat ditangkap oleh indra yang empirik adalah sesuatu yang di alami oleh manusia. Iman suatu kelompok masyarakat kepada yang gaib misalnya, empirik karena yang beriman adalah manusia yang menjalankan dan mengimani yang gaib itu, karena yang di alami oleh manusia dan dapat dipelajari secara sosiologis, tetapi yang di imani adalah

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR iii Daftar isi xi 1. KAJIAN SOSIOLOGI AGAMA1 Pertemuan ke 1. Objek kajian sosiologi agama. Pendekatan sosiologi agama. Pertemuan ke-2 1 2 4 13

Berbagi kajian terhadap agama. 13 Pentingnya sosiologi agama. 19 28

2. pengertian dan unsur-unsur agama. Pertemuan ke-3. 28

Agama secara etimologi dan terminologis28 Definisi agama mebnurut sosiolog. 32 Perteman ke-4. 42

Aspek-aspek kehidupan beragama. 42 Percaya kepada yang gaib. Sakral. Mistisisme. Pertemuan ke-5 Ritual 53 45 47 53 43

Jemaah

56 63 63 63

3. TEORI TENTANG AGAMA. Pertemuan ke-6 Teori comte,marx dan freud

Teori durkheim,weber, dan berger.63 4. AGAMA DAN PENGELOMPOAN SOSIAL78 Pertemuan ke-7 78

Agama dan persatuan umat manusia 82 Agama dan stratifikasi sosial Kaum awam dan pemimpin agama Pertemuan ke-8 Mazhab, aliran dan sekte Jamaah dan tarekat 101 101 103 ORGANISASI KEAGAMAAN . 89 92

5. PERUBAHAN LEMBAGA DAN 113 Pertemuan ke-9 Ujian mid semester Pertemuan ke-10 Peran rumah ibadat Majelis pemuka agama Pertemua ke-11 113 113 113 114 116 120

Organisasi sosial politik Lembaga pendidikan

120 126 130

6. AGAMA DAN KEBDAYAAN Pertemuan ke-12 130

Filsaafat dan ilmu pengetahuan 131 Hukum dan moral 143

Pertemuan e-13 Seni dan mistisisme Agama dan politik

155 155 158

KAJIAN SOSIOLOGI AGAMA Objek kajian sosiologi agama Sosiologi agama mempelajari fenomena impirik dari kehidupan beragama. Impirik tidak sama dengan yang nyata, atau yang material. Yang material hanya dapat di tanggkap oleh panca indra. Yang impirik adalah sesuatu yang di alami manusia. Objek kajian sosiologi agama adalah fenomena sosial keagamaan atau fenomena sosioreligius. Fenomena sosioreligius tidak saja yang memakai nama agama, seperti organisasi agama, konversi agama, konflik antar umat beragama, tetapi jugabsa tertuju kepada penyimpangan ajaran agamayang tidak memakai embel agama, seperti, kemiskinan, kriminalitas, korupsi,kolusi, dan nepotisme (KKN) kerena agama pada umumnya tidak merestui adanya sosial tersebut. Sosiologi agama mempelajari fenomena sosioreligius yang tidak berarti hanya masalah yang punya identitas atau hanya yang berkaitan dengan agama, tetapi adalah kajian yang menempatkan agama sebagai faktor yang di pengaruhi, dan dapat pula kepada masalah yang menempatkan agama sebagai sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi gejalah yang di teliti ( agama sebagai variabel independen). Fenomena kehidupan beragama sangat komplek dan multidimensional. Objek kajian sosiologi agama biasanya di tunjukkan pada hal-hal yang menarik untuk di kaji, seperti keberhasilah atau kegagalan yang mengasankan atau menonjol, besarnya beda antara yang seharusnya dengan kenyataan, antara cita dan fakta, das sollen daan das sein, suatu gejala atau fenomena sosioreligius yang di pelajari masih kabur, belum diketahui dengan jelas, terinci daan belum mendalam. Objek kajian yang di teliti dalam sosiologi agama dalah salah satu di antaara yang tiga tersebutjuga berpariasi dari masal yang besar, seperti persoalan agama dan medernitas, kehidupan abad ke 21 dan lain sebagainya.

Pendekatan sosiologi agama Sosiologi agama salah satu cabang sosiologi modern baru berkembang di barat sejak awal ke-20 mengiringi perkembangan ilmu-ilmu alam yang mulai berkembang sejak abad ke-14. Dalam ilmu-ilmu alam objek yang di kaji adalah fenomena alam yang nyata yang tidak punya pilihan dan kehendak. Kerna itu objeknya relatif konstan, relatif tetap demikian sepanjang zaman dan di semua tempat. Gejalah dan perubahan yang terjadi dapat di ukur dan di amati dengan cermat, yang ingin di ketahui adalah teori-teori dan hukum yang laten seperti teori grafitasi, hukum archimedes, dan lainnya. Pendekatan sosiologi agama secara umum tentu sama dengan pendekatan sosiologi, yaitu memahami fenomena kehidupan beragama masyarakat atau fenmena sosioreligius sebagaimana adanya, tidak bagaimana seharusnya. Mengetahui fenomena sosioreligius secara ilmiah berarti ingin mengetahui sesuatu yang laten yang tersirat dari fenomena yang di pelajari.Yang tersirat itu ada kalanya dalam bentuk abtraksi dari gejalah yang tampak , faktor penyebab atau hal-hal yang berhubungan dengan gejalah yang di kaji secara merinci dan mendalam dari objek yang di kaji. Pendekatan sosiologi agama adalah pendekatan ilmiah, mempelajari objek sebagaimana adanya secara rasional impirik. Dalam pendekatan rasional empirik, ilmuan juga memilih pendekatan pendekatan yang berbeda, seperti pendekatan positivisme dan fenomenologis, pendekatan kuantitatif dan kualitatif, paradigma definisi sosial perbedaan pendekatan juga mengakibatkan perbedaan metode, seperti kuantitatif, kuesioner dan wawancara mendalam, observasi dan partisipant observation. Berbagai kajian terhadap agama Secara klisik ada dua macam orientasi kajian terhadap agama, yaitu orientasi teologis dan orientasi ilmiah. Orientasi teologis seperti ilmu tafsir, tauhid, fikih. Orientasi ilmiah, seperti sosiologi agama, antropologi agama, psikologi agama,ilmu politik dan sejarah yang membahas tentang agama. Kajian

teologis mempelajari agama sebagai ajaran yang harus di amalkan dan di yakini. Yang di pelajari dan di teliti adalah bagaimana ajaran agama tentang suatu masalah. Karana titik tolaknya adalah wahyu tuhan atau penelasan yang di sampaikan oleh pemuka agama tentang bagaimna ajaran agama mengenai suatu masalah yang di bicarakan. Sebagai ajaran yang harus di ikuti dan di terapakn dalam kehidupan sehari-hari, yng di pelajari tentu kepercayaan, norma, hukum, akhlak dan ke cendrungan rohaniah yang harus di miliki oleh seseorang yang menganut agama. Pentingnya sosiologi agama Berbagai kajian tentang kenyataan agama di tengah masyarakat, hasilnya adalah bahwa sosiologi agama sangat penting untuk menentukan sikap terhadap umat beragama, baik dari kalangan pemerintah ataupun dari organisai atau lembaga dakwah dan pendidikan agama yang bersangkutan.

Pengertian dan unsur agama 1, Agama secara etimologis dan terminologis Secara etimologis kata agama berasal dari bahasa sanskerta. A yang berarti tidak ada dan gama berarti pergi. Maka agama berarti tidak pergi, tidak hilang, atau tidak putus. Arti ini agaknya kerena agama di ajarkan oleh penganutnya secara turun temurun atau krena agama pada umumnya mengajarkan

kekekalan hidup, atau kematian bukanlah akhir kehidupan karena ada lagi kehidupan selanjutnya di alam gaib dan akhirat. Sedangkan secara termenologis adalah ketaatan, tuntunan, keselamatan, berserah diri kepada yang kuasa.

2, Definisi Agama Menurut Sosiologi. Auguste comte ada tiga tahap pemikiran manusia: Premitif, manusia dan masyarakat mencari jawaban tunggal dan absolut terhadap berbagai gejalah alam, misalnya mencari kenapa turun hujan, banjir, dan sebagainya. Metafisik, kerena tuhan atau kerena kekuasaan tuhan, segala sesuatu karena takdir tuhan Positf ilmiah, cara pikir yang modern, sudah menunjukkan pada pemikiran yng kongkrit, kepada kehidupan nyata dan relatif. Karl max, memandang agama sebagai candu, yang merusak,membahayakan dan melumpuhkan. Mereka tidak berdaya lagi untuk mengubah untuk mengubah kepahitan hidup yang di derita secara nyata. Sigmund freud, memandang agama dapat menyebabkan orang sakit jiwa, tetapi dengan agama juga orang dapat mengalihkan kegagalannya dalam hidup di dunia. Imile durkheim, memandang bahwa agama dapat meningkatkan solidaritas, berrkumpul dalam kegiatan keagamaan yang berhubungan dengan hal-hal yang sakral. 3, Aspek aspek kehidupan beragama Percaya kepada yang gaib Adalah kepercayaan kepada adanya kekuatan gaib, yang supernatural, yang melampaui hal hal yang rill, yang tidak nyata yang tdak fisikal atau tidak kongkret. Kekuatan gaib di yakini mempengaruhi kehidupan manusia, seperti

tuhan, spirit, roh, kekuatan magis, wahyu-nya, akhirat dan lain sebagainya. Percaya kepada yang gaib tentu lebih jauh dan lebih dalam dari ide rasional. Percaya kepada wahyu dan petunjuk tuhan yang maha kuasa dan maha mengetahui adalah satu satu nya agama dalam pandangan teologis. Tetapi secara sosiologis banyak juga yang gaib lainnya di percayai oleh manusia sebagai yang berpengaruh dalam kehidupan. Sakral Adalah mengandung ajaran tentang hal-hal yang sakral, suci,kudus, seperti ajaran atau kepercayaan kapada kitap suci, tanah suci, bulan suci, plang salib suci, sungai suci,dan segala yang di sucikan. Dalam bahasa inggris tidak ada kata sakral yang berarti sifat suci ada pada bendayang di sucikan oleh umt penganutnya. Hanya jalan pikiran penganutnya yang menganggap benda itu suci. Pandangan bahwa yang yang sakral ini hanya ciptaan atau kepercayaan pada penganutnya adalah pandangan durkheim tentang yang sakral. Ia dan kaum penganut matererialisme tidak mengakui adanya yan gaib. Mistisisme Adalah berusaha berusaha menghayati hubungan atau hubungan kerohaniah dengan yang di sembah dalam bentuk mendekatkan diri. Bahkan ada pula yang mengajarkan sampai bersatu dengan tuhannyayang di namakan aspek mistik atau transandental. Agama menamakannya dengan aspek tasawuf dalam kehidupan beragama Ritual Adalah bahawa agama mengandung unsur agama tertang ritual, ibadat, upacara keagamaan tertentu yang harus di lakukan oleh pnganutnya, seperti menyembah tuhan, berdoa, berkorban, tawuf dan sebagainya. Adanya ibadat atu ritual ini juga merupakan kelanjutan dari kepercayaan kepada yang sakral. Jemaah

Adalah aspek jamaah , integritas sosial, atau umat. Durkheim menekankan aspek solidaritas sosial. Solidaritas sosial ini di tingkatkan melaluiritual yaang di lakukan secara bersama.

Agama dan pengelompokan sosial 1. Agama dan persatuan umat manusia Teori durkheim tentang agama mengungkap peran agama yang signifikan yang membentuk kesatuaan atau integrasi sosial. Dengan mengnut agama, melakukan ritual dan mempercayai hal-hal yang sakral yang sama di kalangan penganut agama tersebut, agama memang berfungsi untuk menyatukan masyarakat penganut agama yang sama. Pengelompokan dalam suatu kesatuan yang di namakan agama memang suatu kenyataan. Namun kalau suatu agama telah berkembang dalam skala dunia dan punya sejarah panjang, perpecahan di dalam agama yang sama di berbagai mazhab, aliran dan sekte, juga suatu kenyataan. 2. Agama dan stratifikasi sosial Stratifikasi dalam masyarakat adalah juga fenomena sosial yang ada di manamana. Stratifikasi menimbulkan tinggi rendahnya suatu starata dari yang lain dari dalam pandangan masyarakat. Stratifikasi dalam kehidupan umat beragama, sebagaimana dalam bidang lain, juga suatu kenyataan. Ada yang di sebabkan oleh ajaran agama yang bersangkutan, seperti stratifikasi masyarakat berdasarkan kasta-kasta dalam agama hindu. Makin dibutuhkan kepatuhan dalam melaksanakan tugas dalam suatu organisasi, makin kentara pembagian strata dalam organisasi tersebut. 3. Kaum awam dan pemimpin agama Stratifikasi umat beragama kepada pemuka agama dan pengikut awam juga di temukan di berbagai kelompok umat beragama. Tampak makin sekuler suatu kelompok atau organisasi, makin jelas pengelompokan kepada pemuka agama dan pengikut awam ini. Kenyataan ini dapat saja bertentangan dengan ajaran

asli dari agama tersebut. Tetapi makin lama usia suatu agama dan terspesialisasi keahlian anggota masyarakat, spesialis di bidang agama makin dibutuhkan masyarakat. 4. Mashab, Aliran dan Sekte Agama-agama besar di dunia tidak luput dari perbedaan pendapat yang menimbulkan perbedaan aliran, mazhab, sekte. Perbedaan aliran di sebabkan oleh perbedaan pendapat yang sangat pokok dan prinsip antara penganut agama yang bersangkutan, seperti islam terbagi terbaggi dalam yang beraliran sunni dan syiah. Sekte merupakan perpecehan dalam agama kristen yang memisahkan kan diri dari gereja. Biasanya sekte merupakan protes terhadap orientasi kehidupan gereja asal. Kerena itu sekte mengembalikan kesakralan dan peran tuhan dalam kehidupan beragama. 5. Jemaah dan tarekat Penghayatan batiniah atau rohaniah dalam kehidupan beragama adalah yang utama bagi ahli mistik atau para sufi. Untuk penghayatan rohaniah itu d perlukan berbagai laatihan dan amalan. Ketika pemghayatan rohaniah ini ingin dikembangkan di kalangan orang awam, mereka memerlukan bimbingan seorang guru, maka berdirilah organisasi dinmakan tarekat yang dipimpin oleh seorng guru mistik

Perubahan lembaga dan organisasi keagamaan Peran rumah ibadat Setiap agama punya rumah ibadat kerena agama adalah norma dan pandangan hidup yang bertujuan untuk memperkuat persatuan umaat yang bersangkutan. Yahudi punya synagog, kristen punya gereja, islam punya masjid, hindu punya persangkutan. Yahudi punya synagog, kristen punya gereja, islam punya masjid, hindu punya pure, dan budha punya vihara. Fungsi rumah adat antara agama juga berbedasejalan dengan pandangan agama dan

masyarakat umum yang bersangkutan terhadap pengertian dan cakupan ibadat. Masyarakat umum masih menganggap rumah ibadat adalah rumah suci dan hanya di pake untuk beribadat atau melakukan pemujaan kepda tuhan.

Majlis pemuka agama Pelayanan terhadap yang makin komplek membutuhkan komunikasi dan koordinasi yang lebih baik. Pemuka agama sebagai kelompok yang melayani jamaah juga membutuhkan komunikasi dan koordinasi. Majlis pemuka agama semula di bentuk sebagai jembatan penghubung antara pemrintah dan umat beragama. Anggotanya seharusnya pemuka agama atau tamatan sekolah agama.majlis pemuka agama berperan menjelaskan permasalahan yang berkembangdi masyarakat dalam bentuk fatwa. Organisasi sosial dan politik. Berdirinya organisasi dan partai-partai politik islam serta organiasi nasionalis, untuk menghadapi tantangan umat islamdan bangsa indonesia dalam melawan penjajah. Kegiatan organisai sosial keagamaan biasanya di tunjukkan untuk meningkatkan pendidikan dakwa, kesejahtraan sosial, pertumbujhan ekonomi dan lainnya. Dengan demikian organisasi sosial keagamaan akan mempunyai bidang yang luas sejalan dengan luasnya ajaran agama yang di pahami oleh pendukungnya. Lembaga pendidikan Lembaga pendidikan agama sesuatu yang dibutuhkan dalam perkembangan setiap agama kerna agama ingin menanamkan keyakinan, kepatuhan dan pengetahuan. Yang di kembangkan agama bukan hanyalembanga pendidikan agama, tetapai juga pendididkan umum. Adakalanya pendidikan umum itu di perlukan untuk menopong gerakan menyiarkan agama kerana orang akan mudah tertarik oleh layanan yang prima.

Agama dan kebudayaan Filsafat dan ilmu pengetahuan Filafat adlah pandangan pokok dan mendasar dari suatu bangsa atau suku bangsa. Ilsafat mempengaruhi, bahkan membentuk, aspek kebudayaan yang lain. Filsafat adalah paham dan hasil pemikiran mendasar dari suatu bangsa dan etnis yang mempersatukan anggotanya dan menjadi dasar dari pengembangan kebudayaan lain. Tetapi bagi masyarkat yang di pengaruhi ajaran agama, keimanan atau kaidah yang di ajarkan agamalah yang menjadi pemersatu dan acuan fdalam pengembangan aspek budaya yang lain. Namun masyarakat penganut suatu agama banyak pula yang di pengaruhi oleh filsafat, seperti sekularisme dan materialisme Hukum dan moral Hukum dan moral mengatur perilaku manusia. Setiap agama mengandung ajaran tentang bagaimana yang baik dan yang tidak baik. Yang baik di wajibkan dan yang tidak baik di laran atau di haramkan, aturan tentg perilaku ini ada yang di lembagakan dalam bentuk hukum yang punya sanksi kongkrit bagi pelanggarnya oleh masyarakat dan adapula yang masi hanya sebatas sanksi penyesalan pribadi. Hukum dan moral juga tidak erlepas dari pergulatan nilai dalm masyarakat bersangkutan. Hukum positif di indonesia tidak terlepaas dari pergulatan pemkiran sekuler dan yangg pro terhadap hukum islam.

Anda mungkin juga menyukai