Anda di halaman 1dari 12

Gangguan konduksi

Defenisi Berdasarkan DSM-IV gangguan perilaku merupakan suatu pola prilaku yang berulang dan menetap yang mana perilaku itu bertentangan dengan norma atau peraturan yang berlaku yang dianggap benar oleh masyarakat untuk anak seusianya dimana pola prilaku menyimpang ini terdiri atas 4 kategori yaitu: 1. Berlaku agresif atau berlaku kasar terhadap orang lain 2. Merusak barang-barang milik mereka atau milik orang lain 3. Mencuri ataupun berbohong 4. Sering melanggar peraturan yang sesuai untuk usia mereka Gangguan prilaku biasanya berkaitan dengan gangguan psikiatri lain yaitu ADHD, depresi, dan gangguan belajar dan biasanya selalu berkaitan dengan beberapa faktor psikososial seperti kekerasan, hukuman, keluarga yang berantakan, pandangan orang tua yang buruk, hubungan sosial yang buruk, dan kondisi sosial ekonomi yang buruk.

Epidemiologi Tindakan melanggar hukum merupakan hal yang biasa dilakukan sesekali pada masa anak-anak ataupun remaja, akan tetapi pada gangguan prilaku tindakan melanggar aturan ini dilakukan berulang-ulang dan menetap. Gangguan prilaku diperkirakan memiliki prevalensi 1-10% di populasi umum.Gangguan prilaku cenderung terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita dengan rentang rasio 4:1 sampai 12:1.Frekuensi tertinggi gangguan prilaku dijumpai pada anak-anak dengan orang tua yang memiliki gangguan kepribadian dan ketergantungan alkohol dibandingkan dengan populasi umum.

Etiologi Ada beberapa fakor yang saling mempengaruhi dalam timbulnya gangguan prilaku pada anak.Faktor tunggal sangat jarang menimbulkan gangguan prilaku pada anak. Adapun faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya ganguan prilaku adalah: Faktor Keluarga o Sikap orang tua terhadap anaknya merupakan faktor yang penting. Masalah dalam rumah tangga, rasa ketidakcocokan dalam perkawinan sering berdampak pada tidak harmonisnya kehidupan keluarga, dan anaklah yang mendapat dampak dari ketidakharmonisan ini. o Rasa iri hati pada saudara sering kali menyebabkan anak berlaku menyimpang guna mendapat perhatian dari orang tua mereka. Hal ini cenderung terjadi pada anak pertama yang cemburu pada adiknya. o Orang lain dalam rumah sering kali berperan dalam pembentukan prilaku anak, contohnya nenek yang cenderung akan memanjakan cucunya, sehingga akan terbentuk prilaku manja dan malas pada anak. Faktor Sosioekonomi Faktor sosioekonomi memegang peranan yang penting dalam perkembangan prilaku anak.Gangguan prilaku tidak hanya dijumpai pada keluarga yang kekurangan dalam ekonomi, tetapi banyak juga dijumpai pada keluarga yang berkecukupan. Pada keluarga miskin, sering kali anak menjadi pelampiasan amarah orang tua karena kekecewaan orang tua akan hidupnya sebaliknya pada keluarga yang kaya, anak cenderung tidak mendapat kasih sayang dari orang tua akibat sibuknya orang tua. Faktor Psikologis Anak yang tumbuh didunia yang tidak baik, penuh dengan kekerasan cenderung memiliki perkembangan emosi yang buruk, mudah marah, frustasi, dan sedih. Anak ini cenderung buruk dalam mengendalikan emosi, tidak memiliki rasa empati dan susah dalam mengutarakan keinginannya secara wajar.

Faktor Neurobiologi Dari beberapa penelitian diketahui bahwa pada ganguan prilaku , didapati menurunnya kadar dopamine I2 hidroxilase, sebuah enzim yang mengubah dopamine menjadi norepinephrine. Penemuan ini mendukung teori yang mengatakan bahwa fungsi noradrenergik menurun pada gangguan prilaku. Pada gangguan prilaku juga dikatakan bahwa kadar serotonin darah meningkat. Penelitian membuktikan bahwa kadar serotonin darah memiliki hubungan terbalik dengan kadar metabolit serotonin asam 5-hidroksiindoliasetik (5-HIAA) di dalam cairan serebrospinal (CSF), dan rendahnya kadar 5-HIAA di dalam cairan serebrospinal berkorelasi dengan prilaku agresif dan kekerasan. Faktor Neurologi Berdasarkan studi yang dilakukan dengan menilai aktivitas listrik otak saat istirahat dengan menggunakan EEG pada bagian lobus frontalis, diketahui bahwa pada anak yang memiliki prilaku agresif didapati peningkatan aktifitas listrik otak yang relatif signifikan bila dibandingkan dengan anak lain tanpa prilaku agresif. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa inteligensia emosional anak laki-laki umumnya lebih rendah dari perempuan demikian juga diketahi bahwa prilaku agresif lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki. Akan tetapi dari penelitian diketahui bahwa tidak ada hubungan antara peningkatan aktifitas listrik otak dengan intelegensia

emosional.Studi ini memperkirakan bahwa terdapat hubungan antara pola aktivasi EEG dengan prilaku agresif. Kekerasan Pada Anak dan Pola Asuh yang Salah Sudah secara luas dipercaya bahwa anak yang terpapar secara kronis pada lingkungan kekerasan akan menunjukkan prilaku yang agresif dan menyimpang. Anak-anak yang mendapat perlakuan kekerasan umumnya akan mengeluarkan perasaan mereka lewat prilaku-prilaku yang menyimpang. Faktor Komorbid

Diagnosis dan Gejala Klinis Kriteria klinis untuk gangguan konduksi adalah: A. Pola prilaku yang berulang dan persisten dimana hak dasar orang lain atau norma atau aturan sosial utama yang sesuai dengan usia adalah dilanggar, seperti yang ditunjukkan oleh adanya (atau lebih) kriteria berikut selama 12 bulan terakhir, dengan sekurangnya satu kriteria ditemukan dalam 6 bulan terakhir. Agresi pada orang dan binatang Sering berbohong, mengancam, atau mengintimidasi orang lain Sering memulai perkelahian fisik Telah menggunakan senjata yang menyebabkan bahaya fisik yang serius bagi orang lain (misalnya, pemukul, batu, botol pecah, pisau, pistol) Telah kejam secara fisik kepada orang lain Telah kejam secara fisik kepada binatang Telah mencuri sambil berhadapan dengan korban (misalnya merampok, menjambret dompet, memeras, perampokan bersenjata) Telah memaksa orang untuk melakukan aktivitas seksual

Menghancurkan barang milik Secara sengaja menimbulkan kebakaran dengan tujuan menyebabkan kerusakan yang serius Secara sengaja menghancurkan barang milik orang lain (selain dari menimbulkan kebakaran) Tidak jujur atau mencuri Membongkar masuk ke dalam rumah, bangunan atau kendaraan orang lain Sering berbohong untuk mendapatkan barang-barang atau kemurahan hati atau untuk menghindari kewajiban (yaitu, memanfaatkan orang lain) Telah mencuri barang-barang dengan nilai yang tidak kecil tanpa menghadapi korban (misalnya, mencuri toko, tetapi tanpa merusak dan menyelundup, pemalsuan)

Pelanggaran aturan yang serius Sering di luar pada malam hari walaupun dilarang orang tua, dimulai sebelum usia 13 tahun

Telah melarikan diri dari rumah semalaman sekurangnya dua kali saat tinggal di rumah orang tua atau rumah wali orang tua (atau sekali jika tanpa kembali untuk periode waktu yang lama)

Sering membolos dari sekolah, dimulai sebelum usia 13 tahun

B. Gangguan prilaku menyebabkan gangguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan. C. Jika individu adalah berusia 18 tahun atau lebih, tidak memenuhi kriteria untuk ganggguan kepribadian antisosial

Tipe berdasarkan onset usia Tipe onset masa anak-anak : onset sekurangnya satu kriteria karakteristik untuk gangguan konduksi sebelum usia 10 tahun Tipe onset masa remaja : tidak adanya kriteria karakteristik untuk gangguan konduksi sebelum usia 10 tahun.

Tingkat keparahan: Ringan : beberapa jika ada masalah konduksi yang melebihi yang diperlukan untuk membuat diagnosis dan gangguan konduksi hanya menyebabkan bahaya kecil bagi orang lain Sedang : jumlah masalah konduksi dan efek pada orang lain berada di tengaha-tengah antara ringan dan berat Berat : Banyak masalah konduksi yang melebihi dari yang diperlukan untuk membuat diagnosis atau gangguan konduksi. Menyebabkan bahaya yang cukup besar bagi orang lain.

Diagnosa Banding Gangguan menentang oposisional

Gangguan Mood Gangguan defisit-atensi/Hiperaktivitas Gangguan Belajar

Terapi Tidak ada terapi yang dianggap kuratif untuk keseluruhan spektrum prilaku yang berperan dalam gangguan konduksi.Program terapi multimodalitas yang menggunakan semua kekuatan keluarga dan masyarakat yang ada kemungkinan memberikan hasil yang terbaik dalam usaha mengendalikan prilaku gangguan konduksi. Suatu struktur ligkungan dengan aturan yang konsisten dan akibat yang diperkirakan dapat membantu mengendalikan masalah prilaku.teknik ini dapat diterapkan di lingkungan keluarga maupun di sekolah. Medikasi dan psikoterapi individual berorientasi untuk meningkatkan keterampilan memecahkan masalah dapat berguna.Medikasi sendiri dapat menjadi terapi tambahan yang berguna untuk sejumlah gejala yang sering timbul pada gangguan konduksi.Untuk gangguan agresi yang mungkin muncul dapat diberikan anti-psikotik baik haloperidol, lithium, carbamazepine dan clonidin. Karena gangguan konduksi sering terjadi bersama-sama dengan gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas, gangguan belajar, dan dengan berjalannya waktu, gangguan mood dan gangguan berhubungan zat, terapi tiap gangguan penyerta harus juga dilakukan.

Prognosis Pada umumnya semakin cepat onset munculnya gangguan konduksi maka prognosisnya akan semakin buruk. Orang dengan gangguan konduksi umumnya akan terlibat juga dengan penyalahgunaan obat sehingga mungkin akan dijumpai gangguan akibat penyalahgunaan obat pada ganguan konduksi begitu juga halnya dengan gangguan mood. Gangguan konduksi dengan tipe onset pada masa kanak diketahui

memiliki onset yang lebih buruk dibanding dengan gangguan kondusi dengan tipe onset remaja. Faktor lingkungan juga merupakan faktor yang sangat menentukan dalam prognosis penyakit ini.Lingkungan yang baik sangat membantu dalam mendukung perbaikan prilaku anak.

Gangguan Menentang Oposisional

Gangguan menentang oposisional (opositional defiant disorder) adalah suatu pola negativistik, permusuhan, dan perilaku menentang yang terus menerus tanpa adanya pelanggaran yang serius terhadap norma sosial atau hak orang lain. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi keempat (DSM-IV) mendefinisikan gangguan sama seperti definisi DSM edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R), dengan sedikit modifikasi berikut. Dama DSM-IV, stu kriteria diagnostik telah dihilangkan (sering bersumpah atau menggunakan bahasa yang cabul), dan hanya empat, bulan lima, gejala yang diperlukan untuk diagnosis. Gangguan tidak dapat didiagnosis jika kriteria untuk gangguan konduksi adalah terpenuhi.Tidak seperti gangguan konduksim gangguan menentang oposisional tidak dapat didiagnosis jika gejala timbul semata-mata selama gangguan mod atau gangguan prikotik. Gejala yang paling sering dari gangguan menentang oposisional adalah yang berikut ini: sering kehilangan kendali, sering berdebat dengan orangtua, sering secara aktif menentang atau menolak mematuhi permintaan atau peraturan orang tua, sering dengan sengaja melakukan hal lain untuk mengganggu orang lain, dan sering menyalahkan orang lain karena kesalahannya sendiri.

Epidemiologi Perilaku oposisional dan negativistik mungkin normal secara perkembangan pada masa anak-anak awal. Penelitian epidemiologi terhadap sifat negativistik pada populasi nonklinis menemukan gangguan antara 16 dan 22 persen anak usia sekolah.

Walaupun gangguan menentang oposisional dapat dimulai seawal usia 3 tahun, biasanya dimulai pada usia 8 tahun dan biasanya tidak lebih dari masa remaja. Gangguan lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan sebelum pubertas, dan rasio jenis kelamin kemungkinan sama setelah pubertas. Satu ahli menyatakan bahwa anak perempuan lebih sering diklasifikasikan menderita gangguan oposisional dibandingkan anak laki-laki, karena anak laki-laki lebih sering mendapatkan diagnosis gangguan konduksi. Tidak ada poka keluarga yang jelas, tetapi hampir semua orang tua anak-anak dengan gangguan menentang oposisional adalah terlalu memperhatikan masalah kekuasaan, kontrol, dan otonomi.Beberapa keluarga memiliki beberapa anak yang bandel, ibu yang mengendalikan dan depresif, dan ayah yang pasif-agresif.Pada banyak kasus pasien merupakan anak yang tidak diinginkan.

Etiologi Memaksakan keinginan diri sendiri dan menentang keinginan orang lain adalah penting untuk perkembangan normal. Hal ini berhubungan dengan pembentukan otonomi seseorang, membentuk identitas, dan menentukan standar dan kendali dalam diri. Contoh yang paling dramatis dari perilaku oposisional normal memuncak antara usia 18 dan 24 bulan, yaitu dua yang menakutkan (terrible two), saat anak mulai berkelakuan secara negativistik sebagai ekspresi otonimi yang sedang berkembang. Patologi mulai jika fase perkembangan menetap secara abnormal, tokoh berkuasa bereaksi secara berlebihan, atau perilaku oposisional lebih sering terjadi dibandingkan pada sebagian besar anak dengan usia mental yang sama. Anak-anak mungkin memiliki predisposisi konstitusional atau temperamental untuk keinginan yang kuat, kesukaan yang kuat, atau pemaksaan yang besar.Jika kekuasaan dan kendali adalah masalah bagi pasien atau jika mereka menunjukan kekuasaan untuk kebutuhan mereka sendiri, dapat terjadi perjuangan yang menentukan stadium perkembangan gangguan menentang oposisional.Apa yang dimulai bagi bayi sebagai usaha untuk menegakkan penentuan diri (selfdetermination) menjadi ditransformasikan sebagai suatu pertahanan terhadap

ketergantungan yang berlebihan pada ibu dan sebagai alat perlindungan terhadap serangan ke dalam otonomi ego. Pada masa anak-anak akhir, traumata lingkungan, penyakit, atau inkapasitas kronis, seperti keterbelakangan mental, dapat memicu oposisionalisme sebagai suatu pertahanan terhadap ketidakberdayaan, kecemasan, dan hilangnya hargadiri. Stadium oposisional normatif lain terjadi pada masa remaja sebagai ekspresi untuk menegakkan edentitas yang otonom. Teori psikoanalitik klasik melibatkan konflik yang tidak terpecahkan yang berkembang selama periode anal. Ahli teori perilaku telah menyatakan bahwa oposisionalisme merupakan perilaku yang didorong dan dipelajari dengan mana anak menunjukan kendali terhadap tokoh yang berkuasa sebagai contohnya, melakukan temper tantrum jika diminta beberapa tindakan yang tidak disukai, anak memaksa orang tua untuk menarik permintaan mereka. Disamping itu, meningkatnya perhatian orang tua sebagai contohnya, diskusi yang lama tentang perilaku dapat mendorong perilaku.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Menentang Oposisional A. Pola perilaku negativistik, bermusuhan, dan menentang yang berlangsung sekurangnya 6 bulan, selama mana terdapat empat (atau lebih) berikut ini: (1) Sering hilang kendali kemarahan (2) Sering berdebat dengan orang tua (3) Sering secara aktif mengabaikan atau menolak patuh dengan permintaan atau peraturan orang tua (4) Sering secara sengaja mengganggu orang lain (5) Sering menyalahkan orang lain atas kesalahan atau kekeliruannya (6) Sering mudah tersinggung atau mudah diganggu oleh orang lain (7) Sering marah dan membenci (8) Sering mendengki dan ingin membalas dendam Catatan: dianggap memenuhi kriteria hanya jika perilaku terjadi lebih sering dari yang biasanya terlihat pada individu dengan usia dan tingkat perkembangan yang sebanding.

B. Gangguan dalam perilaku menyebabkan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan. C. Perilaku tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu gangguan psikotik atau gangguan mood. D. Tidak memenuhi kriteria untuk gangguan konduksi dan, jika individu adalah 18 tahun atau lebih, tidak memenuhi kriteria untuk gangguan kepribadian antisosial.

Diagnosis Banding Gangguan Menentang Oposisional Karena perilaku oposisional adalah normal dan adaptif pada stadium perkembangan tertentu, periode negativisme tersebut harus dibedakan dari gangguan menentang oposisional. Perilaku oposisional stadium perkembangan adalah memiliki durasi yang pendek dibandingkan gangguan menentang oposisional dan tidak lebih sering atau lebih kuat dibandingkan yang terlihat pada anak lain dengan usia mental yang sama. Gangguan menentang oposisional yang terjadi secara sementara sebagai reaksi terhadap stres yang berat harus didiagnosis sebagai gangguan penyesuaian. Jika ciri-ciri gangguan menentang oposisional tampak selam perjalanan gangguan konduksi, skizofrenia, atau selama suatu gangguan mood, diagnosis gangguan menentang oposisional tidak boleh dibuat. Perilaku oposisional dan negativistik mungkin juga ditemukan pada gangguan menentang oposisional, gangguan kognitif, dan retardasi mental.Apakah diagnosis bersama gangguan menentang oposisional harus diberikan adalah tergantung pada keparahan, meresapnya, dan lamanya perilaku tersebut. Beberapa anak kecil yang mendapatkan diagnosis gangguan menentang oposisional memerlukan waktu beberapa tahun untuk memenuhi kriteria gangguan konduksi. Beberapa penliti percaya bahwa dua gangguan tersebut merupakan varian perkembangan satu sama lainnya, dengan gangguan konduksi merupakan perkembangan alami dari gangguan menentang oposisional jika anak menjadi matur. Tetapi, sebagian besar anak dengan gangguan menentang oposisional selanjutnya tidak memenuhi kriteria untuk gangguan konduksi, dan sampai seperempat anak-anak dengan gangguan menentang

oposisional tidak memenuhi diagnosis untuk kedua gangguan setelah beberapa tahun kemudian. Secara keseluruhan, konsensus terakhir menyatakan bahwa, walaupun gejala tertentu gangguan konduksi (sebagai contohny, berkelahi dan menggertak) tampaknya terjadi pada anak-anak dengan gangguan menentang oposisional, dua gangguan tetap terpisah berdasarkan gangguan anak secara keseluruhan, dengan gangguan menentang oposisional menghasilkan disfungsi yang lebih sedikit dibandingkan gangguan konduksi.

Perjalanan Penyakit Dan Prognosis Gangguan Menentang Oposisional Perjalanan penyakit dan prognosis anak dengan gangguan menentang oposisional tergantung pada banyak variabel, termasuk keparahan gangguan, kestabilannya dengan berjalannya waktu, kemungkinan gangguan komorbid (diagnosis ganda) (seperti gangguan konduksi, gangguan belajar, gangguan mood, dan gangguan pemakaian zat), dan derajat keutuhan keluarga. Kira-kira seperempat dari semua anak yang mendapatkan diagnosis gangguan menentang oposisional mungkin tidak lagi memenuhi persyaratan gangguan tersebut dalam beberapa tahun kemudian.Tidak jelas pada kasus tersebut apakah kriteria mencakup anak yang perilakunya tidak abnormal secara perkembangan atau apakah gangguan dengan spontan menghilang.Pasiaen tersebut memiliki prognosis yang terbaik. Pasian denga diagnosis yang tetap mungkin tetap stabil atau menjadi melanggar hak orang lain, yang menyebabkan gangguan konduksi. Pasien tersebut harus mendapatkan prognosis dengan berhati-hati.Prikopatologi parental, seperti gangguan kepribadian, antisosial dan penyalahgunaan zat, tampaknya lebih sering terjadi pada keluarga dengan anak dengan gangguan menentang oposisional tergantung pada derajat fungsi dalam keluarga dan pada perkembangan psikopatologi komorbid.

Terapi Gangguan Menentang Oposisional

Terapi primer untuk gangguan menentang oposisional adalah psikoterapi individual bagi anak-anak dan konseling dan latihan langsung bagi orang tua dalam keterampilan menangani anak. Ahli terapi perilaku menekankan mengajarkan orang tua bagaimana mengubah perilaku mereka untuk menghentikan perilaku oposisional anak dan mendorong perilaku yang tepat.Terapi perilaku dipusatkan pada dorongan dan pujian selektif terhadap perilaku yang sesuai dan mengabaikan atau tidak mendorong perilaku yang tidak diinginkan. Klinisi yang mengobati pasien dengan psikoterapi individual harus mengingat bahwa pola keluarga adalah kaku dan sulit diubah kecuali anak-anak sendiri memiliki tipe hubungan objek yang baru dan ahli terapi.Dalam hubungan terapetik, anak-anak dapat menghidupkan kembali pengalaman yang mengancam otonomi yang menyebabkan pertahanan mereka.Dalam keamanan hubungan yang tidak

mengendalikan, mereka dapat mengerti sifat merusak diri sendiri dari perlaku mereka dan risiko mengekspresikan diri sendiri secara langsung.Perasaan rendah diri mereka harus dipulihkan sebelum pertahanan mereka terhadap pengendalian eksternal dapat dihilangkan. Dengan cara tersebut, kemandirian menggantikan pertahanan habitual yang telah dibentuk dengan berdasarkan memperhatikan keterpisahan pasien, pasien siap mengerti sumber pertahanan dan mencoba perilaku menghadapi masalah yang baru.

Anda mungkin juga menyukai