Sejarah Perdagangan Komoditi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH PERDAGANGAN KOMODITI PART I

Komoditi adalah barang dagangan atau bahan yang memiliki nilai ekonomis yang ditawarkan/ disediakan oleh produsen untuk memenuhi permintaan bahan konsumen. Permintaan konsumen atas suatu barang dagangan/

tertentu diwujudkan dalam pembelian (buy) sedangkan penawaran produsen diwujudkan dalam penjualan (sell) yang berlangsung di suatu tempat lazim dinamai pasar. Ada kalanya peran pedagang perantara turut serta memperlancar proses konsumen. tahun silam. Di Eropa dikenal dua kota sebagai pusat perdagangan terbesar sejak abad XII. Oleh karena perkembangan pusat perdagangan itu demikian pesat, para pelaku perdagangan di beberapa negara lain mempelajarinya karena ingin menerapkan model perdagangannya untuk mengembangkan perekonomiannya. Para pedagang di kawasan Italia Utara bersaing ketat dengan para pedagang Asia yang berupaya menembus pasar Eropa. Pada waktu yang bersamaan, perdagangan tumbuh subur di Eropa Utara yang berpusat di kawasan Flanders yang sekarang bernama negara Belanda dan Belgia. Kedua pusat perdagangan yakni Belanda dan Belgia sudah terkenal sejak masa kekaisaran Romawi sebagai pusat perdagangan pakaian yang memiliki koneksi dengan kerajaan Inggris sebagai produsen benang wol di Eropa. Pada zaman itu, para saudagar di parfum. Berkembangnya perdagangan menciptakan pertukaran barang dagangan (komoditi) yang dilakuka oleh para pedagang atau saudagar Italia dan pedagang Belanda-Belgia. Kegiatan para pedagang itu meluas dan Italia dikenal sangat piawai melakukan perdagangan sutera alam, rempah-rempah, logam mulia dan jual-beli yang dilakukanh oleh produsen dan Jual-beli suatu barang dagang yang kemudian disebutkan ratusan

komoditi mempunyai latar belakang sejarah yang panjang sejak

melintasi kawasan yang dikuasai seorang pangeran yang berasal dari Champagne, Perancis. Para pedagang menyimpan barang-barang dagangan seperti pakaian, anggur, garam, kayu olahan dan perkakas yang terbuat dari besi di Champagne. Pada tahun 1114, pangeran yang mewakili bangsawan Perancis meresmikan Champagne sebagai pusat perniagaan. Di pusat peerdagangan itu dilakukan berbagai kegiatan perdagangan lengkap dengan fasilitas perdagangan sepertri gudang penyimpanan barang dagangan. Pihak pengelola pusat perdagangan memungut komisi sebagai ongkos penggunaan sarana dan prasarana yang digunakan oleh para pedagang. Di pusat perniagaan itu yakni Champagne, para saudagar melakukan pemesanan dan penyerahan barang dagangan antara penjual dan pembeli-melalui suatu mekanisme kontrak barang yang disepakati para pihak, dan inilah cikal bakal perdagangan berjangka untuk pertama kali dilakukan. Setelah diresmikan, pusat perniagaan Champagne berkembang dan makin dikenal luas, dan kemudian menjadi pusat perniagaan di Eropa ketika itu. Para pelaku perdagangan bukan hanya berasal dari Italia, Belanda atau Belgia, tetapi para saudagar dari negara Skandinavia, Inggris dan Rusia juga tertarik melakukan perdagangan dengan menggunakan fasilitaas dan model perdagangan yang ada di Champagne. Model dan sistem perniagaan yang berlaku di Champagne memberi kenyamanan berdagang bagi pedagang dengan proteksi peraturan (hukum), sarana alat tukar dan gudang penyimpanan. Kegiatan perdagangan di pusat perniagaan Champagne berlangsung sepanjang tahun. Perdangan diawali dengan penawaran dan permintaan beberapa bahan mentah serta hasil olahan yang sudah dikenal oleh kalangan pedagang. Biasanya beberapa hari menjelang berakhirnya transaksi, disediakan waktu untuk membayar nota tanda terima dan menukarkannya dengan barang yang dikehendaki. Perdagangan barang yang dilakukan oleh para pedagang yang berasal dari beberapa kawasan dengan latar belakang budaya dan kebiasaan

hidup yang saling berbeda, menimbulkan beragam sengketa, konflik kepentingan dan salah pengertian di antara para pedagang itu sendiri. Persengketaan-demi-persengkataan pedagang akhirnya mendorong para yang pedagang sering untuk melibatkan membuat para suatu

kesepakatan, bahwa dasar perdagangan yang mereka lakukukan harus diatur oleh sebuah perangkat hukum. Akhirnya lahirlah sebuah undang-undang niaga yang kemudian hari dinamai sebut Merchant Law. Dalam menjalankan perniagaan, semua pedagang harus tunduk pada peraturan berdasarkan Merchant Law. Jika ada di antara pedagang yang melanggar undang-undang dalam menjalakankan aktivitas perdagangannya maka dia dipimpin oleh sebuah dewan beranggotakan para saudagar. Bentuk Merchant Law yang juga disebutkan sebagai undang-undang darurat memiliki peran dan fungsi yang hampir serupa dengan peraturan bursa berjangka dewasa ini. Dalam hukum Merchant Law, pengertian kontrak, jangka waktu penyelesaian, penentuan cara pengambilan contoh barang, pengawasan dan daftar pertanyaan untuk mutu barang serta ketetapan tempat dan tanggal penyerahannya telah ditetapkan. Meskipun banyak transaksi dilakukan secara tunai, penggunaan dokumen transaksi yang disebut letter de faire telah dikenal luas pada masa penggunaan Merchant Law. Penerbitan letter de faire dikaitkan dengan jual -beli komoditi secara tunai berdasarkan spesifikasi kualitas yang telah ditentukan. Ketika dokumen jual-beli komoditi dibuat dan diterbitkan, ditetapkan berlaku antara pembeli tunggal dan penjual tunggal. Namun, tanggal pada penyerahan yang berlangsung kemudian hari. Pada awalnya, letter de faire perkembangan selanjutnya, letter de faire berfungsi pula sebagai surat berharga yang dapat dipindahtangankan dari pemilik pertama kepada pembeli berikut dan seterusnya. Pada dasarnya, fungsi dokumen letter de faire mirip dengan nota tanda terima yang berlaku dalam sistem pergudangan dewasa ini. Ketika itu para saudagar mendatangi Champagne hanya membawa beberapa contoh komoditi dikucilkan. Kemudian orang yang melanggar undang-undang itu diadili pada sidang niaga

yang akan diperdagangkan. Para saudagar tidak membawa komoditi dalam jumlah (volume) besar karena masalah/ kesulitan pengangkutan. Oleh karena itu, adanya fungsi letter de faire sangat memuaskan kedua belah pihak yakni pembeli dan penjual. Meskipun dokumen letter de faire dan dokumen kontrak berjangka tampak serupa, tetapi sistem dan penyelenggaraan pada kontrak berjangka tidak sama dengan yang diperdagangkan di bursa. Perbedaan utama dalam pelaksanaan kedua sistem perdagangan itu, terutama pada tingkat standarisasi. Pada kontrak berjangka ditentukan tingkat standar suatu komoditi yang hendak diperjual-belikan sedangkan pada dokumen letter de faire lebih mengutamakan kepentingan kebutuhan pribadi. Keberhasilan pusat niaga Champagne diikuti pembentukan pasar perdagangan serupa di Brussels (Belgia) dan Amsterdam (Belanda). Sementara itu Kerajaan Inggris tetap melestarikan/ mempertahankan negara itu sebagai kawasan perdagangan dengan menggunakan contoh komoditi. Pada tahun 1570, pusat perniagaan tahunan yang disebut Royal Exchange didirikan di London. Sejak tahun 1570, Royal Exchange menjadi pusat niaga yang mempertahankan komoditi sebagai bahan yang diperjual-belikan secara khusus dengan sebutan London Commodity Exchange. Pada kegiatan perdagangan di London Commodity Exchange, sebagian pialang berjangka mengambil peran sebagai pihak yang bersedia dan berani menerima risiko fluktuasi harga. Pialang yang berani mengambil risiko itu tentu saja berharap memperoleh keuntungan dari transaksi kontrak-kontrak yang dilakukan. Selanjutnya, pada pelaksanaan di lapangan, produsen menjual kontrak kepada pialang. Selanjutnya pialang mencari pembeli atau sebaliknya konsumen yang berminat mendatangi pialang untuk membeli kontrak perdagangan komoditi itu. Sementara itu di belahan benua Asia, pada akhir abad XVII diperkenalkan perdagangan kupon beras melalui suatu mekanisme lelang di bursa beras yang berlokasi di kota Dojima. Pada masa Shogun Tokugawa tahun 1730, Kekaisaran Jepang merancang dan mengatur pasar cho ai mai kaisho yang

berarti (harfiah) pasar beras di atas buku. Sejumlah peraturan cho ai mai kaisho dibuat dan berlaku secara ketat mirip seperti ketentuan pada perdagangan bursa berjangka modern. Peraturan cho ai mai kaisho antara lain, ditentukannya batas jangka waktu penyerahan barang, kupon/ kontrak dibuat standarnya atau dalam bentuk baku tertentu, kualitas mutu dasar setiap kontrak sudah disepakati sebelumnya, tidak boleh ada kontrak yang dipindahkan ke periode berikutnya, semua jual beli harus dikliring dan setiap pedagang harus dijamin.

Anda mungkin juga menyukai