Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Onikomikosis adalah istilah umum untuk kelainan kuku akibat infeksi jamur dari golongan dermatofita, nondermatofita, kandida. Sedangkan tinea unguium adalah kelainan kuku akibat infeksi dermatofita.1,2,4,5,6,8,9,10 Penyebab onikomikosis bervariasi tergantung pada lokasi geografis, di Eropa da Amerika Utara penyebab yang sering ditemukan adalah dermatofita, yakni Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, dan Epidermophyton yang terutama menyerang kuku kaki, sedangkan candida sp lebih sering menyerang kuku tangan, terutama pada wanita. Sedangkan di Indonesia yang terbanyak ditemukan adalah candida pada kuku tangan, dan golongan dermatofita Tichophyton rubrum dan Trichophyton mentagrophytes.1,2,3,5,6,8,9 Pada penyebab dermatofita, penularan terjadi akibat kontak langsung dengan sumber penularan, baik orang maupun binatang yang sakit atau lingkungan yang mengandung spora jamur misalnya tempat mandi komunal. 1,3,4,6 Patogenesis terjadinya onikomikosis dipengaruhi oleh beberapa factor predisposisi yang memudahkan terjadinya onikomikosis serupa dengan penyakit jamur superficial lainya, yakni kelembaban, trauma berulang pada kuku, penurunan imunitas, gaya hidup tertentu misalnya pengguanaan kaos kaki dan sepatu tertutup terus menerus yang akan memudahkan terjadinya onikomikosis, dimana penurunan imunitas terjadi pada orang tua, penggunaan obat imunosupresan dan antibiotic jangka panjang, yang diawali fungi masuk lewat permukaan lempeng kuku, celah lipat kuku lateral, dan hiponikium. Kemudian jamur mengalami perlengketan dan pertumbuhan sehingga gambaran klinis yang tampek tergantung dari ke 4 tipe onikomikosis yang pada akhirnya seluruh kuku akan rusak. 1,5,9 Gejala klinis dari onikomikosis bedasarkan 4 sub tipenya, yaitu: onikomikosis subugual distal, onikomikosis subungual proksima, onikomikosis superfisial putih dan onikomikosis kandida.1,2,5,7,9

[Type text]

Page 1

Gambaran klinis dari onikomikosis dibagi berdasarkan 4 tipe yaitu: 1. Onikomikosis subungual distal (OSD) Jamur yang menyerang bantalan kuku dibawah lempeng kuku melalui hiponikium dan bergerak kearah proksimal. Kulit telapak kaki dan tangan merupakan lokasi infeksi primer, invasi juga dapat dari lateral ( onikomikosis subungual distal dan lateral atau OSDL ). Gambaran klinis ditandai dengan hiperkeratosissubungual dan onikolisis, selain warna kuku kekuningan. Bentuk ini umumnya disebabkan T. rubrum, selain oleh T. mentagrophytes var. interdigitale.
1,2,5,7,9

Onikomikosis subungual distal

2. Onikomikosis subungual proksimal ( OSP ) Infeksi dimulai dari lipatan kuku proksimal, melalui kutikula dan masuk ke kuku yang baru terbentuk, selanjutnya bergerak kearah distal. Kelainan berupa hyperkeratosis dan onikolisis proksimal, serta destruksi lempeng kuku proksimal, bentuk ini merupakan bentuk paling jarang dijumpai, tetapi umum ditemukan pada penderita AIDS. Penyebab biasanya T. rubrum. 1,2,5,7,9

[Type text]

Page 2

Onikomikosis subungual proximal 4. Onikomikosis superficial putih ( OSPT ) Kelainan ini juga jarang ditemui, terjadi bila jamur menginfeksi langsung lapisan superficial lempeng kuku. Klinis ditandai bercak-bercak putih keruh berbatas tegas yang dapat berkonfluensi. Kuku menjadi kasar, lunak dan rapuh. Penyebab tersering T. mentagrophytes, meski kadang beberapa kapang nondermatofita antara lain aspergillus, acremonium, dan fusarium dapat ditemukan. 1,2,5,7,9

Onikomikosis superficial putih 5. Onikomikosis kandida ( OK ) Infeksi dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yang pertama, dimulai sebagai paronikia yang kemudian menginvasi matrik sehingga memberikan gambaran klinis depresi transversal
[Type text] Page 3

kuku, sehingga kuku menjadi cekung, kasar dan akhirnya distrofi. Yang kedua: pada kandidosis kronik mukokutan, kandida langsung menginvasi lempeng kuku sehingga baru pada stadium lanjut tampak sebagai pembengkakan lipat kuku proksimal dan lateral yang membentuk

gambaran pseudoclubbing atau chicken drumstick. Yang ke tiga : invasi pada kuku yang telah onikolisis, terutama terjadi pada tangan, tampak sebagai hyperkeratosis subungual dengan masa abu- abu kekuningan dibawahnya, mirip OSD. 1,2,5,7,9

Onikomikosis candida Pada keadaan lanjut keempat tipe ini akan menunjukkan gambaran distrofik total (ODT ) Diagnosis banding dari onikomikosis ini adalah: psoriasis kuku, dermatitis kontak, pakonikia congenital, darrier disease, liken planus, leukonikia yang didapat atau congenital, onikodistropi traumatic, tumor bantalan kuku, yellow-nail syndrome, dan onikolisis idiopatik.1,2,6

Untuk menegakkan diagnosis pasti dan memulai regimen terapi onikomikosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa sediaan mikroskopik lansung sediaan basah kuku yang dilarutkan dengan KOH 20-30 %, biakan jamur menggunakan agar dekstrose sabouround, atau pemeriksaan untuk mendeteksi DNA jamur menggunakan PCR. Pemeriksaan mikroskopik

langsung merupakan pemeriksaan yang paling sensitife, sedangkan kultur dan usaha mendeteksi
[Type text] Page 4

DNA jamur merupakan yang paling spesifik Karena dapat mendeteksi spesies jamur penyebab onikomikosis. Pemeriksaan histopatologi dilakukan apabila secara klinis dicurigai onikomikosis tetapi sediaan mikroskopik langsung maupun biakan negative dapat dilakukan pemeriksaan ini.
1,2,4,5,6,7

Prinsip penatalaksanaan Onikomikosis adalah menghilangkan factor predisposisi yang memudahkan terjadinya penyakit, serta terapi dengan obat antijamur yang sesuai dengan penyebab dan keadaan patologi kuku. Sedangkan pemilihan obat terapinya adalah obat topical dan obat sistemik. Namun apabila sudah menyerang sampai ke matrik kuku sebaiknya diberikan terapi kombinasi. 1,2,4,5,6,7,9,10 Obat topical:
1.

Bifonazol-urea: kombinasi derivate azol, yakni bifonazol 1 % dengan urea 40 % dalam bentuk salap. Urea untuk melisiskan kuku yang rusak sehingga penetrolasi obat antijamur meningkat. Kesulitan yang timbul dapat berupa iritasi kulit sekitar kuku akibat urea. 1,2,4,5,6,7,9,10

2.

Amorolfin : merupakan derivate morfolin yang bersifat fungisidal, digunakan dalam bentuk cat kuku konsentrasi 5 %. 1,2,4,5,6,7,9,10

3.

Siklopiroksalamin: suatu derivate piridon dengan spectrum antijamur luas, juga digunakan dalam bentuk cat kuku konsentrasi. 1,2,4,5,6,7,9,10

Obat sistemik: Gliseofulvin karena sifat farmakokinetik dan farmakodinamiknya tidak merupakan obat yang efektif untuk onikomikosis. Untuk tinea unguium didapatkan angka kesembuhan rendah dan kekambuan tinggi. 1,2,4,5,6,7,9,10

Obat sistemik generasi baru yang dapat digunakan untuk pengobatan onikomikosis adalah:
1.

Flukonazol: obat ini bersifat fungistatik untuk golongan dermatofita, sebagian jamur non dermatofita dan candida. Diberikan dalam dosis 150-450 mg per minggu selama 3 sampai 12 bulan. 1,2,4,5,6,7,9,10

[Type text]

Page 5

2.

Intrakonazol: obat ini bersifat fungistatik untuk jamur golongan dermatofita, nondermatofita dan ragi. Selain itu efek samping obat jenis ini lebih ringan dan efektif dibandingkan dengan flukonazol. Dapat diberikan dalam bentuk pulse dosis 400 mg sehari, diberikan selama seminggu dalam 1 bulan. Pada onikomikosis kuku jari tangan lama terapi adalah 2 bulan, sedangkan pada kuku kaki diberikan selama 3 bulan. Selain dalam bentuk pulse dosis dapat juga diberikan dalam bentuk dosis harian 200 mg sehari. Dosis anak 5 mg per kg BB perhari. 1,2,4,5,6,7,9,10

3.

Terbinafin: obat ini bersifat fungisidal untuk golongan jamur dermatofita, nondermatofita, aspergillius sp, scapulariopsis sp namun memiliki respon yang lemah terhadap candida sp. Diberikan dengan dosis 250 mg perhari. Pada onikomikosis yang mengenai jari tangan diberikan terapi selama 6 minggu dan 12 minggu untuk onikomikosis yang menganai jari kaki. 1,2,4,5,6,7,9,10

Avulse kuku dapat dipilih sebagai ilihan terakhir pada kasus onikomikasis yang berulang. Avulse dapat dilakukan dangan tindakan bedah atau secara kimiawi menggunakan urea 40 % yang dikombinasikan dengan terapi oral dan topical. 1,2 Selain terapi topical, sistemik, dan avulse kuku seperti yang telah dijelaskan sebelumnya perlu juga kita berikan edukasi kepada pasien untuk selalu menjaga agar tidak terpapar dengan factor-faktor yang berperan dalam onikomikosis ini, selain itu jangan lupa untuk menjelaskan pada pasien bahwa terapi pada kasus ini memakan waktu lama dan sering memberikan hasil yang tidak memuaskan. 1,2,3 Meskipun dengan obat-obat jenis baru dan dosis yang optimal namaun 1 diantara 5 kasus onikomikosis tidak memberikan respon yang baik. Prognosis dari penyakit ini sangan diperngaruhi oleh ketepatan dokter untuk mendiagnosa, terapi yang diberikan dan keadaan klinis pasien itu sendiri.1

[Type text]

Page 6

DAFTAR PUSTAKA
1. Bramono Kusmarinah. Onikomikosi DERMATOMIKOSIS SUPERFISIAL. Pedoman untuk dokter dan mahasiswa kedokteran. FKUI. Jakarta. Hal. 48-57 2. Wolff K, Goldsmith L.A, Katz S.I, Gilchrest B.A Paller A.S Leffell D.J. Onikomikosis dalam Fitzpatricks Dermatology in General Medicine Edisi ke 7. United States of America : Mc Graw Hill. 2008, page : 1817-1820 3. Brown R.G, Burns T. Fungal infection. Dermatology eighth edition. British Medical Association: page: 28-36 4. Sjamsoe Daili, Emmy S.dkk. Onikomikosis, Penyakit kulit yang umum di Indonesia. Jakarta pusat. Halaman 32 5. Harahap M. Onikomikosis, dalamIlmu Penyakit Kulit. Penerbit Hipokrates. Jakarta. Halaman 175179 6. Siregar , R.S. Onikomikosis. Dalam Atlas berwarna saripati penyakit kulit edisi 2. Penerbit buku kedokteran. Halaman 28-29 7. Soetomo. Onikomikosis. Dalam Atlas Penyakit kulit dan kelamin. Airlangga University Press. FK UNAIR. Surabaya. 2008. Halaman 88-91 8. Djuanda,A. dkk. Onikomikosi dan Paronikia, dalam Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin Edisi 5. FKUI. Jakarta. 2007, Halaman 93-99,313 9. Andrew G.C, Domonkos A.N. Onikomikosis dalam Diseases of the skin fifth edition. Philadelphia and London. Page : 264-266 10. Arndt, Kenneth A. Candidiasis dan infeksi dermatophyte. Pedoman Terapi Dermatologi. Yayasan Essentia Medica. Yokyakarta. 1980. Halaman 65- 78

[Type text]

Page 7

Anda mungkin juga menyukai