Anda di halaman 1dari 9

Rehabilitasi Tanaman Kakao sebagai Solusi Efektif Atasi Kelesuan Produktivitas

(Studi Kasus di Berau, Kaltim)


A. Adi Prawoto1)
1)

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Rehabilitasi tanaman kakao dengan tenik sambung samping dan sambung pucuk sudah diterapkan oleh petani maupun pekebun kakao di Indonesia untuk meningkatkan produktivitas tanaman tua atau tidak produktif. Pendampingan rehabilitasi kakao yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia bekerjasama dengan PT. Berau Coal kepada kelompok tani di Kecamatan Sambaling, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur berhasil meningkatkan produktivitas kakao hingga mencapai 2,1 ton/ha saat umur sambungan sekitar 30 bulan. Rehabilitasi tersebut menggunakan klon-klon unggul seperti Sulawesi 01 dan Sulawesi 02. Cara rehabilitasi tersebut juga mulai diterapkan di negaranegara produsen kakao lainnya seperti di Afrika Barat dan Amerika Tengah.

erbanyakan tanaman kakao menggunakan benih hibrida F1 merupakan metode yang paling sederhana dan sudah sangat lazim diterapkan para pekebun. Tanamannya cepat tumbuh dan pada umur 3-4 tahun sudah mulai berbuah. Hasil buah terus meningkat dan puncak produksi sekitar 1.500 kg/ha (populasi sekitar 1.000 pohon/ ha) dapat dicapai pada umur 10-12 tahun. Mengingat tanaman kakao kebanyakan bersifat menyerbuk silang, maka keturunanProduktivitas kakao meningkat setelah nya akan mengalami segregasi. Keragaman direhabilitasi sifat antarindividu tanaman dapat dalam bentuk buah, warna, dan ukuran buah, daya hasil menyatakan bahwa 30% populasi tanaman memdan mutu biji, serta dayatahan terhadap hama dan berikan kontribusi produksi hanya 50%. Hal itu penyakit. Adanya keragaman dayahasil pernah berarti lebih dari 50% populasi tanaman hasil dinyatakan oleh Arasu & Phang cit. Shamsudin perbanyakan dengan benih, kurang produktif. et al. (1994) bahwa sekitar 60% hasil biji diperoleh Masalah lain yang akhir-akhir ini merebak hanya dari 30% populasi tanaman. Lee (1978) juga adalah serangan penyakit VSD ( Vascular Streak-

25 | 2 | Juni 2013

11 <<

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA

Warta

dieback). Penyakit yang disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae ini sulit dikendalikan dan sangat merugikan karena berpotensi membuat tanaman yang terserang mati terlebih tanaman kakao muda. Rekomendasi pengendalian dengan pangkasan sanitasi, membuat pertumbuhan tanaman muda terhambat dan capaian produksi rendah. Penggunaan fungisida spesifik yang aplikasinya pada tunas-tunas muda ( flush) cukup mahal, mengingat kakao bertunas setiap 6-7 minggu. Metode pengendalian yang efektif hanyalah menggunakan bahan tanam tahan atau toleran. Dewasa ini sudah ditemukan bahan tanam tahan VSD dan produksi tinggi, antara lain Sulawesi 01, Sulawesi 03, ICCRI 03, yang memiliki potensi produksi di atas 2 ton/ha. Terhadap tanaman yang kurang produktif dan rentan penyakit tersebut, dewasa ini dapat dibuat menjadi produktif dan tahan penyakit dengan melakukan rehabilitasi. Rehabilitasi tanaman kakao merupakan teknik perbaikan tanaman dari sifat-sifat yang kurang baik menjadi lebih baik. Rehabilitasi dilakukan pada tanaman tua yang kurang produktif namun belakangan juga diterapkan pada tanaman muda untuk meningkatkan produktivitas.

Pelaksanaan Rehabilitasi
Ada dua metode rehabilitasi tanaman kakao yaitu sambung samping dan sambung pucuk. Sambung samping (side grafting) artinya rehabilitasi dilakukan pada batang/cabang tanaman, dan sambung pucuk ( top grafting) artinya rehabilitasi (penyambungan) dilakukan pada tunas air yang sengaja dipelihara. Metode sambung pucuk hanya disarankan manakala sambung samping sulit dilakukan karena pelaksanaan rehabilitasi tidak dapat dilakukan serentak mengingat pertumbuhan tunas air belum dapat dikendalikan.

Entres
Kualitas entres menjadi faktor penentu capaian tujuan pokok dari rehabilitasi. Entres harus diambil dari tanaman yang jelas identitasnya, klonklon unggul yang memiliki produksi tinggi, mutu biji dan tahan terhadap hama/penyakit. Entres berupa cabang plagiotrop , sehat, diameter sekitar 1 cm. Ukuran entres yang cukup besar ini penting karena terkait dengan cadangan nutrisi dan hormon yang diperlukan untuk pertumbuhan awal. Entres berwarna hijau namun sudah menua dan satu

Kondisi tanaman sebelum direhabilitasi

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA

Warta

25 | 2 | Juni 2013

>> 12

Sumber entres cabang plagiotrop untuk rehabilitasi


bagian di bawahnya ( semi hardwood), lebih baik daripada entres yang berwarna cokelat. Entres bagian ujung tersebut berumur sekitar 75 hari sudah berkayu sehingga mampu menahan kehilangan lengas yang berlebihan. Kenampakan warna hijau pada entres ini juga menandakan adanya parenkim asimilasi (klorenkim) yang juga berperan aktif dalam fotosintesis (Tohari & Soedaroedjian, 1992). Entres diambil pagi hari, seluruh tangkai daun dipotong, dikemas yang baik untuk dihindarkan dari dehidrasi dan kerusakan fisik. Menjelang digunakan, entres dipotong-potong panjang 10-15 cm dan tiap potongan membawa 3-5 mata tunas. Entres yang terserang penyakit VSD yang ditandai dengan berkas xilem berwarna hitam, tidak digunakan. dahulu. Penyehatan tersebut dapat ditempuh dengan melakukan pengolahan tanah dan aplikasi pupuk, jika perlu melakukan pengairan, pemangkasan tanaman, dan pengendalian hama serta penyakit. Menjelang proses penyambungan, dibuat dua torehan vertikal sampai bagian kayu pada kulit batang bawah, jarak antartorehan seukuran diameter entres. Bagian atas kedua torehan tersebut dihubungkan dengan torehan horisontal dan kulit batang diungkit untuk duiji apakah kulit dapat dibuka. Pembukaan kulit selanjutnya bersamaan dengan penyisipan entres. Apabila kulit batang lengket, maka proses penyambungan tidak dilanjutkan.

Penyiapan entres
Menjelang disisipkan ke bukaan kulit batang bawah, pangkal entres disayat miring, panjang sayatan 2-3 cm. Luka sayatan harus cukup lebar, rata dan dihindarkan dari kotoran dan dehidrasi. Luas bidang sayatan menjadi salah satu penentu cepat lambat dan kuat tidaknya pertautan. Luka sayatan entres dan bukaan kulit batang bawah tidak boleh terbuka terlalu lama (lebih dari dua menit) karena akan terjadi oksidasi senyawa fenol yang akan membentuk senyawa melanin. Senyawa baru yang berwarna kuning kecokelatan ini menjadi barrier (penghambat) terbentuknya pertautan. Oksidasi senyawa fenol berlangsung lebih cepat seiring dengan peningkatan suhu udara (Tohari & Soedaroedjian, 1992). Entres yang sudah disayat segera disisipkan di bukaan kulit batang bawah, bagian yang disayat menempel pada kambium batang bawah. Lidah

Batang bawah
Salah satu kunci keberhasilan rehabilitasi khususnya dengan metode sambung samping adalah batang bawah ( rootstock) sehat, tumbuh aktif sehingga kulit batang tidak lengket. Kulit batang yang mudah dibuka merupakan indikator bahwa kambium tumbuh aktif. Kambium merupakan jaringan sentral tempat terbentuknya pertautan (graf union). Sel-sel jaringan kambium membelah membentuk jaringan meristem atau kalus yang selanjutnya terdiferensiasi membentuk kambium baru dan berkas xilem serta floem. Terhubungnya berkas pengangkut pada entres dengan batang bawah merupakan indikator seluler terbentuknya pertautan. Oleh sebab itu apabila kulit batang bawah lengket dan tidak dapat dibuka, maka disarankan untuk menyehatkan tanaman terlebih

25 | 2 | Juni 2013

13 <<

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA

Warta

kulit batang bawah ditutupkan kembali dan entres segera disungkup plastik dan diikat. Pengikatan harus erat karena keeratan kontak antara kambium entres dan batang bawah menentukan kecepatan pembentukan jaringan kalus oleh sel-sel parenkim kedua bagian batang (Philip, 1976). Prinsip dasar perbanyakan sambung samping adalah terbentuknya pertautan kambium dari entres dengan kambium batang bawah. Dengan dibuatnya luka pada batang, jaringan kambium yang sedang aktif akan membentuk jaringan parenkim. Di dalam jaringan parenkim atau kalus tersebut selanjutnya terjadi diferensiasi membentuk jaringan kambium baru yang kompatibel (serasi) kemudian kambium baru membentuk berkas pengangkut xilem dan floem yang akan menghubungkan berkas pengangkut pada entres dan batang bawah. Tenggat waktu terbentuknya pertautan dari kajian anatomis sebagai berikut (Villalobos & Aquilar, 1991): - 5 hari dari penyambungan terjadi pembelahan sel-sel periklinal. - 15 hari terbentuk kalus pada pertautan. - 25 hari terbentuk berkas pengangkut baru yang menghubungkan batang bawah dengan batang atas. - 40 hari terbentuk pertautan yang sempurna.

lainnya. Sambungan di sisi timur lebih banyak menerima radiasi pagi yang efeknya terhadap peningkatan suhu udara khususnya di dalam sungkup entres, lebih rendah dibandingkan energi pada sore hari. Dengan demikian entres mempunyai kesempatan tetap segar lebih lama dan peluang hidup lebih besar. Suhu yang tinggi yang dapat disebabkan oleh intensitas penyinaran yang tinggi menyebabkan terhentinya pembelahan dan pembesaran sel (Heddy, 1987).
90

Sambungan hidup (%)

80 70 60 50 40 30 20 1 0 0

Barat

Timur

Utara

Selatan

Arah penyambungan Catatan: Histogram + deviasi standar

Pengaruh arah penyambungan terhadap jumlah sambungan hidup

Penutup entres Waktu


Penyambungan dilakukan pada awal musim hujan pada pagi hari ketika cuaca tidak hujan. Kondisi iklim mikro yang optimum untuk pertumbuhan kalus dan diferensiasi ke kambium dan berkas pengangkut adalah rerata suhu harian 27,7OC, RH 76,23% serta intensitas penyinaran matahari 49,2% terhadap penyinaran langsung. Bila suhu udara lebih dari 29,5 OC atau kurang dari 21OC, menghambat perkembangan kalus (Hartmann & Kester, 1983). Entres yang sudah disisipkan harus dilindungi dari air hujan dan dehidrasi. Oleh sebab itu, entres harus ditutup dengan kantung plastik atau lembaran plastik. Plastik penutup warna merah menunjukkan keberhasilan sambung samping paling tinggi meskipun tidak nyata dengan plastik transparan dan hijau. Di lain pihak penggunaan plastik biru menunjukkan hasil sambungan jadi paling rendah.
90 80 70 60 50 40 30 20 1 0 0 Transparan Hijau M erah B iru

Letak sambungan
Letak sambungan sekitar 50-100 cm di atas permukaan tanah. Hal tersebut disebabkan sebagian besar areal pendampingan di Kabupaten Berau merrupakan daerah banjir dan berada di tepi aliran sungai. Sambungan dihindarkan dari penyinaran matahari langsung sehingga kelembaban dalam sungkup dapat dipertahankan. Di selatan katulistiwa, letak sambungan di sisi timur dan selatan cenderung lebih baik daripada di sisi

Sambungan jadi (%)

Warna plastik penutup entres


Catatan: Histogram + deviasi standar

Pengaruh warna plastik penutup entres terhadap keberhasilan sambung samping

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA

Warta

25 | 2 | Juni 2013

>> 14

1. Penyayatan batang pokok

2. Penyiapan entres

3. Penyisipan entres

4. Ketinggian sambungan

5. Penyungkupan entres

6. Penyobekan sungkup

7. Pemotongan batang pokok

Tahapan sambung samping


25 | 2 | Juni 2013

15 <<

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA

Warta

Plastik merah meloloskan radiasi warna merah dengan panjang gelombang 5.500-7.800 mA, dan radiasi merah berperan penting terhadap aktifnya fitokrom yang akan mengendalikan proses fotomorfogenesis pada tumbuhan tingkat tinggi (Zaubin et al., 1994). Selain itu, radiasi merah merangsang aktivitas kambium untuk membentuk kalus sehingga pertautan akan cepat terbentuk. Cahaya merah juga dilaporkan memacu sintesis giberelin (Zaubin et al., 1994) yakni hormon yang berperan pada pemanjangan sel yang ekspresinya antara lain tampak dari pemanjangan tunas. Di lain pihak, cahaya biru dilaporkan lebih berperan dalam proses fototropisme yakni gerakan batang atau daun (Harjadi, 1983).

Pengamatan
Setelah sambungan berumur 3-4 minggu, pada sambungan yang jadi ditandai dengan mulai bertunasnya entres. Sambungan yang gagal ditandai dengan entres kering, membusuk dan berwarna hitam. Setelah tunas entres mencapai panjang 3-5 cm, plastik penutup entres dirobek sehingga pertumbuhan tunas baru tidak terhambat. Mulai saat ini tunas baru harus dilindungi intensif dari serangan hama dan penyakit. Tali pengikat pertautan baru dibuka setelah sambungan berumur 5-6 bulan. Sambungan yang gagal dapat diulang pada sisi yang lain. Pengulangan sambungan dapat dilakukan beberapa kali, tergantung pada umur dan kesehatan batang bawah.

b) Melakukan siwingan (pemotong cabang) bertahap percabangan yang menaungi tunas baru. c) Melakukan pemotongan batang pokok pada batas 1 m di atas pertautan setelah tunas sambungan tumbuh kuat. d) Melakukan pangkas bentuk tunas sambungan agar tumbuh kuat dan sebaran pertumbuhan cabang merata ke segala arah. e) Melakukan pemupukan, pengendalian hama/ penyakit sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur). Apabila pertumbuhan tunas sambungan normal, maka tunas baru akan mulai berbuah setelah berumur 12-18 bulan dan pada umur 30-36 bulan, potensi produksi klon yang disambungkan sudah dapat tercapai.

Risiko
Setelah batang bawah dipotong dan sambungan sudah berumur lebih dari lima tahun, ada risiko bekas potongan mulai menunjukkan gejala lapuk dan keropos. Fenomena tersebut merupakan gejala alami mengingat kemampuan yang rendah tanaman kakao untuk menutup luka (dibandingkan kopi). Makin besar diameter batang yang dipotong, risiko terjadi lapuk dan keropos makin besar karena proporsi diameter jaringan kayu yang secara fisiologis merupakan jaringan mati, makin lebar. Berbagai upaya untuk mencegah laju lapuknya bagian batang/cabang yang dipotong tersebut telah diupayakan, antara lain dengan menutupnya menggunakan obat penutup luka (TB 192, ter), membungkus bekas potongan menggunakan kantong plastik, tetapi tidak selalu membawa

Pemeliharaan
a) Mengikat tunas baru ke batang pokok agar arah pertumbuhannya ke atas.

Pengaruh pemotongan dan penyiwingan batang bawah terhadap jumlah bekas potongan/siwingan yang lapuk dan keropos, enam tahun setelah penyambungan Kriteria Tidak Lapuk, % Lapuk Ringan, % Lapuk Sedang, % Lapuk Berat, % Total contoh, pohon Batang bawah dipotong 65,88 17,01 11,86 5,26 970 Batang bawah disiwing 90,53 6,55 2,65 0,28 718

Keterangan: Lapuk ringan = kurang dari 10% panjang bagian yang lapuk; lapuk sedang = panjang bagian lapuk 10-50%; lapuk berat = panjang bagian lapuk >50%.

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA

Warta

25 | 2 | Juni 2013

>> 16

hasil yang memuaskan. Secara fisiologis, laju kematian jaringan yang gejalanya terlihat dari lapuk dan keropos tersebut dapat dihambat oleh adanya jaringan yang hidup. Jaringan hidup dalam praktek diperoleh dari sambungan pada dua sisi yang berlawanan, batang bawah tidak dipotong melainkan cukup dilakukan siwingan, atau batang bawah dipotong tetapi terus menerus mempertahankan tunas air yang tumbuh di sekitar tempat potongan. Tunas air tersebut tidak diwiwil melainkan secara periodik dipotong agar tidak tumbuh meninggi tetapi juga tidak mati.

Jumlah kelompok tani Jumlah anggota Areal Jumlah tanaman kakao Jumlah tanaman sudah direhab

Produktivitas
Apabila semua syarat yang sudah diuraikan tersebut terpenuhi, maka tanaman baru yang dihasilkan akan jauh lebih produktif daripada tanaman induk. Apabila digunakan klon Sulawesi 01 dan Sulawesi 02, tingkat produktivitas di atas 2.000 kg/ha sudah dapat dicapai setelah berumur 30 bulanan. Sebagai contoh, adalah hasil pendampingan Puslitkoka bekerjasama dengan PT. Berau Coal untuk kegiatan Peningkatan Produktivitas Kakao Rakyat di areal sekitar tambang batubara PT. Berau Coal. Kegiatan berupa pendampingan kelompok tani kakao dengan kegiatan utama rehabilitasi tanaman. Terdapat enam kelompok tani dan di setiap lokasi dibangun demoplot sebagai percontohan bagi anggota kelompok. Teknologi yang diterapkan di demoplot secara bertahap diadopsi oleh para anggota. PT. Berau Coal menyediakan sarana dan prasarana produksi bagi seluruh anggota kelompok, meliputi entres, bahan untuk pelaksanaan rehabilitasi, upah enaga pelaksana rehabilitasi, pupuk, pestisida, alat pangkas tanaman, pondok pertemuan. Di setiap desa dampingan, ditugaskan seorang LCO (Local Coordinator Officer ) yang tinggal di desa bertugas mendampingi petani. Sampai akhir 2012 tercatat data sebagai berikut:

6 (enam) 169 petani 171,35 ha 101.972 pohon 13-100%, rerata 68%. Salah satu contoh hasil pendampingan yang sudah berhasil baik adalah di Desa Suaran, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau. Demoplot rehabilitasi tanaman di kebun Bapak Nikolaus Jamin dengan data sebagai berikut: Jumlah tanaman = 475 pohon Tahun tanam = 2005 Jarak tanam = 4x3m Asal bahan tanam = lokal Hasil sebelum direhab = 30 kg Pelaksanaan rehabilitasi = Oktober-November 2009 Entres = klon Sulawesi 01 dan Sulawesi 02 Pada tahun 2012 sudah tercatat produktivitas 1.205 kg per 450 tanaman atau sekitar 2.114 kg per hektar. Kesimpulan, rehabilitasi tanaman kakao menggunakan klon unggul, meningkatkan produktivitas 40 kali lipat dan dicapai setelah berlangsung sekitar 30 bulan.

= = = = =

Rehabilitasi Tanaman Kakao Tua


Kegiatan dilaksanakan di desa Meraang Kecamatan Teluk Bayur Kabupaten Berau. Kekhususan rehabilitasi kakao yang dilaksanakan di kampung ini adalah umur batang bawah sekitar 20 tahun, diamater batang sekitar 25 cm, tinggi tanaman 4-5 m, dan kulit batang tebal. Proses sambung samping menggunakan pisau khusus yang tebal dan terbuat dari baja. Keberhasilan sambungan cukup rendah, setiap batang diperlukan 4-5 kali proses penyambungan. Rehabilitasi kakao di lokasi ini baru intensif pada tahun 2011 dengan melakukan pemotongan

Contoh sebaran produksi kakao tahun 2012 di areal pendampingan Desa Suaran Nama

anggota
Nikolaus Jamin Maximus Medany

Populasi (ph) 450 575

Data Produksi th. 2012, kg Jan Feb 90 110 100 150 Mar 417 250 Apr May Jun Jul 100 133 90 60 50 50 25 0 Aug Sep 25 32 26 23 Oct Nov Des 42 38 80 50

Total

150 1.205 40 926

25 | 2 | Juni 2013

17 <<

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA

Warta

200 150 100 100 50 50 59,5 35 10 0


Maret Februari Agustus Mei Juni April Juli September Oktober Januari November

180 139 111

Biji kering, kg

42 8 0

44

Sebaran panen kakao di Meraang tahun 2012

Keragaan tanaman 35 bulan setelah direhabilitasi


batang pokok dan sulaman sambungan yang mati. Pada tahun 2012, produktivitas kakao tertinggi dari kelompok dampingan di Nasding masih sebesar 778,5 kg/ha dengan sebaran panen. Akan tetapi capaian produksi periode Januari-Mei tahun 2013 sebesar 83% terhadap produksi periode yang sama tahun 2012 sehingga diprediksi produktivitas tahun 2013 dapat di atas 1.000 kg/ha. tahun 1994 pada tanaman asal benih umur 10 tahun. Sambung samping dilakukan pada dua sisi, menggunakan klon Sulawesi 1, Sulawesi 2, KW 165, KKM 22, dan ICS 13. Pemeliharaan tanaman cukup standar. Kondisi pertanaman sampai tahun 2013 (umur 19 tahun) masih sehat, produktif, dan tidak ada gejala sambungan yang lemah. Disimpulkan bahwa keraguan pada tanaman hasil rehabilitasi yang tidak berumur panjang, tidak benar, asalkan perawatan sesuai standar teknis. Pemupukan menjadi faktor penting mengingat penggunaan klon-klon unggul biasanya menyebabkan pembuahan yang lebat sehingga tanaman juga harus diberi nutrisi yang seimbang dengan laju pengurasan hara dari dalam tanah.

Daya Tahan Tanaman Hasil Rehabilitasi


Banyak pertanyaan diajukan sampai seberapa lama tanaman hasil rehabilitasi dapat bertahan. Puslitkoka melakukan kajian rehabilitasi kakao

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA

Warta

25 | 2 | Juni 2013

>> 18

Desember

Penutup
Rehabilitasi tanaman kakao merupakan metode yang efektif untuk menyelesaikan persoalan produktivitas yang rendah serta serangan penyakit VSD. Beberapa kunci untuk keberhasilannya adalah entres dari klon unggul yang jelas identitasnya, batang bawah masih sehat, perawatan khususnya pemotongan batang bawah, pemupukan dan pengendalian hama/penyakit dilakukan sesuai standar teknis. Awal berbuah dicapai setelah berumur 12-18 bulan dan potensi produksi klon yang disambungkan sudah kelihatan setelah sambungan berumur 30-an bulan. Sampai batas tertentu rehabilitasi dapat dilakukan pada tanaman dewasa yang cenderung tua. Tanaman hasil rehabilitasi dapat berumur panjang selama dipelihara sesuai dengan standar yang baku.

Koper asi Karyawan "SEKAR " P usat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
Jl. PB. Sudirman 90 Jember Telp. 0331-757130, 757132

25 | 2 | Juni 2013

19 <<

PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA

Warta

Anda mungkin juga menyukai