Anda di halaman 1dari 17

KINERJA PENGELOLAAN SARANA WISATA DALAM RANGKA

MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DINAS KEBUDAYAAN


DAN PARIWISATA KOTA KENDARI

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH

MUHAMMAD ISKANDAR SYAM


B1 A2 04 029

UNIVERSITAS HALUOLEO
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
KENDARI
2005
Proposal oleh : MUHAMMAD ISKANDAR SYAM, ini telah diperiksa dan disetujui
untuk diseminarkan.

Kendari, Oktober 2005

Pembimbing I

H. AKHMAD FIRMAN, SE., MP


NIP. 131 471 730

Pembimbing II

BAHERI, SE., MS
NIP. 131 781 884
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Yang bertanda tangan dibawah ini


Nama : MUHAMMAD ISKANDAR SYAM
NPM : B1A2 04 029
Jurusan Prog. Studi : Studi Pembangunan
Fakultas : Ekonomi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi
ini hasil ciplakan, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku

Kendari, September 2005


Yang membuat pernyataan

MUHAMMAD ISKANDAR SYAM


NPM. B2A1 04 029
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998. Kota Madya Kendari Dalam Angka. CV. Media Arsir. Kendari

, 2004. UU RI No. 33 Otonomi Daerah 2004, Citra Umbara Bandung

Arwan, M. 2004. Pengaruh Pendapatan dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Tabungan
Masyarakat Di Sulawesi Tenggara, Kendari

Boediono, Dr. 1982. Ekonomi Mikro. BPFE-UGM. Yogyakarta.

Harun Hamrolie. 1990. Penuntun Analisa Peningkatan Dana Pembangunan Kota. Andi Offser,
Jakarta.

Ibrahim, J. 1991. Undang-Undang No. 5 Tahun 1974. Dahara Prize. Kalimantan Barat.

Kansil, C.S.T. Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok Pemerintahan di Daerah.
Rineka Cipta. Jakarta. 1991.

Kaho, J.R. 1988. Proyek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Rajawali Press.
Jakarta.

Lasmana, Eko. 1992. Sistem Perpajakan di Indonesia. Prima Kampus Grafika. Jakarta.

Manullang, 1981. Dasar-dasar Manajemen. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Munawir, S. 1992. Perpajakan. Liberty. Yogyakarta.

Prijodarminto, Soregeng. 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Padya Paramita. Jakrta

Sumitro Roochmad. 1979. Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan. Fresce Jakarta.

Winardi. 1983. Pengantar Ilmu Ekonomi. Edisi Ke V Bandung. Penerbit Tarsito.


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB. I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3.Tujuan Penelitian.................................................................................. 3
1.4.Manfaat Penelitian................................................................................ 3
1.5.Ruang Lingkup Penelitian..................................................................... 4
BAB. II. KAJIAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Pendapatan dan Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah......... 5
2.2.Pengertian Pendapatan Daerah............................................................. 6
2.3.Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah.............................................. 8
2.3.1. Pajak Daerah............................................................................... 8
2.3.2. Retribusi Daerah......................................................................... 9
2.3.3. Perusahaan Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan.......................................................................... 10
2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah.............. 11
2.5. Usaha yang Dilakukan Oleh Pemerintah dalam Meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah Kota Kendari................................................ 13
2.6. Kerangka Pikir..................................................................................... 18
BAB. III. METODE PENELITIAN
3.1.Rancangan Penelitian............................................................................ 20
3.2.Jenis dan Sumber Data.......................................................................... 20
3.3.Instrumen Penelitian............................................................................. 20
3.4.Prosedur Pengumpulan Data................................................................. 21
3.5.Analisis Data......................................................................................... 21
3.6.Defenisi Operasional............................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan ekonomi yang mengarah kepada pemberdayaan perekonomian nasional
memberikan kesempatan bagi setiap daerah untuk mengelola aset-aset pendapatan yang dapat
menunjang pendapatan daerah tersebut. Sejalan dengan itu sumber-sumber pendapatan daerah
yang menjadi kekuatan bagi pendapatan asli daerah senantiasa diprioritaskan.
Kebijakan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam undang-undang Nomor. 32 Tahun
2004 memberikan implikasi terhadap penyelenggaraan pemerintah di daerah. Pelaksanaan
otonomi daerah yang secara resmi dicanangkan tanggal 1 Januari 2001, tampaknya tidak
berjalan mulus seperti yang diharapkan. Sejumlah kendala yang berujung keindikasi
kegagalan, mulai bermunculan.
Beberapa hambatan dan permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kota Kendari, antara
lain keterbatasan sumber dana dan dilain pihak Sektor Pariwisata yang merupakan salah satu
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dikelola untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan masih terbatas pada pengeluaran daerah yang digunakan untuk membiayai
aparatur pemerintah daerah, disisi lain penguasaan/pengelolaan sarana wisata masih bersifat
dualisme dan SDM pengelola objek wisata masih terbatas, selain itu anggaran sektor pariwisata
belum memadai atau seimbang dengan kawasan wisata yang terbentang di Kota Kendari,
termasuk, sarana pariwisata dan fasilitas pendukung belum sehingga wisatawan kurang
mengunjungi obyek wisata tersebut, hal ini juga dipengaruhi oleh tingginya persaingan antar
daerah tujuan wisata, keterlibatan pihak swasta dalam mengelolah obyek wisata di Kota
Kendari masih rendah, namun jika dilakukan kerja sama antara pemerintah Kota dengan
Swasta dan peran serta masyarakat, obyek atau kawasan wisata tersebut akan dapat
dikembangkan..
Kondisi ini diperparah dengan krisis multidimensi yang berdampak terhadap
menurunnya minat masyarakat/wisatawan untuk mengunjungi obyek-obyek wisata yang ada.
Pengembangan wisata di Kota Kendari diselaraskan dengan motto Kendari Bertaqwa
(bersi, elok, rindang, tertib, akhlak, kerja sama, wawasan nusantara dan aman). Pemerintah
Kota Kendari menggalakkan pembangunan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor
potensial untuk dikembangkan. Pembangunan kepariwisataan diarahkan kepada peningkatan
pariwisata sebagai sektor andalan yang mampu menggairahkan kegiatan perekonomian,
sehingga dapat membuka lapangan kerja sekaligus menyerap tenaga kerja yang berkolerasi
positif terhadap pendapatan masyarakat maupun pendapatan daerah dan negara.
Pengembangan pariwisata merupakan kegiatan pengelolaan sarana wisata usaha
promosi yang berkoordinasi untuk menarik wisatawan serta menyediakan prasarana dan sarana
fasilitas pendukung yang diperlukan. Opsi untuk mendukung pengembangan potensi pariwisata
di Kota Kendari antara lain dilakukan melalui pengelolaan sarana wisata secara optimal.
Dengan demikian, berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk
mengangkatnya sebagai suatu penulisan ilmiah (skripsi) dengan judul “Kinerja Pengelolaan
Sarana Wisata Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Kendari”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
permasalahaan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan sektor pariwisata di Kota Kendari ?
2. Apakah sektor wisata dapat meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Kendari?.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Perkembangan sektor parisiwasat di Kota Kendari.
2. Pengelolaan wisata dalam meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Kendari.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
1. Pemerintah, sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan pengelolaan sarana wisata
dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
2. Masyarakat, untuk menjadi sumber informasi tentang pengelolaan sarana wisata guna
pelibatan masyarakat dalam pengelolaan peningkatan Pendapatan Asli Daerah Obyek
Wisata (investasi)
3. Para peneliti lain, sebagai bahan acuan yang ada kaitannya dengan obyek penelitian ini.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dikaji dalam lingkup tinjauan pengelolaan sarana wisata untuk
meningkatkan pendapatan asli daerah pada Dinas Kebudayaan dan Parwisata Kota Kendari
yang mencakup pengelolaan obyek wisata (2000 – 2004) dan pengelolaan pendapatan asli
daerah dari sektor pariwisata di Kota Kendari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pendapatan dan Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah


Kita sadari bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah semakin meningkat dari
waktu kewaktu. Sebagai konsekuensinya diperlukan pembiayaan yang tidak sedikit jumlahnya
sesuai dengan semakin luasnya kegiatan pemerintah. Agar biaya pengeluaran pemerintah itu
dapat dipenuhi maka pemerintah memerlukan pendapatan.
Pengertian pendapatan menurut Winardi mengemukakan bahwa pendapatan adalah
“Hasil berupa uang atau hasil materil lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan”
(Winardi, 1983 : 7). Dari pengertian ini, maka pendapatan seseorang dapat dikemukakan
sebagai hasil penggunaan kekayaan atau jasa-jasa yang dimilikinya baik dalam bentuk uang
maupun dalam bentuk materil lainnya.
Menurut Boediono, “Pendapatan atau Income dari seseorang warga masyarakat adalah
hasil penjualan dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi”
(Boediono, 1982 : 150). Dari pengertian ini pendapatan seseorang diartikan sebagai hasil
penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya.
Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pendapatan
adalah :
1. Hasil pencaharian (usaha dan sebagai perolehan misalnya sebulan tidak kurang dari lima
puluh ribu rupiah).
2. Sesuatu yang di dapatkan (dibuat dan sebagainya) yang disediakan belum ada.
Dari pengertian pendapatan yang dikemukakan tersebut diatas diketahui pendapatan
memiliki arti yang sangat luas, yaitu meliputi pendapatan rumah tangga pribadi, pendapatan
rumah tangga perusahaan, pendapatan negara, pendapatan daerah Provinsi, pendapatan daerah
Kabupaten / Kota dan sebagainya. Karena itu untuk memberi pengertian pendapatan yang lebih
jelas, maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam penulisan ini dibatasi pada pengertian
pendapatan daerah dan pengertian Pendapatan Asli Daerah Kota Kendari Sulawesi Tenggara
(Anonim, 1992).
2.2. Pengertian Pendapatan Daerah
Seluruh pendapatan daerah dicantumkan jelas dalam pasal 5 dan 6 UU RI No. 33 tahun
2004 yang meliputi :
a. Pendapatan Asli Daerah :
1. Pajak daerah
2. Restribusi daerah
3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
4. Lain-lain hasil usaha daerah yang sah
b. Dana perimbangan
c. Pinjaman daerah
d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan pajak yang ditetapkan oleh
daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai bahan hukum publik.
Sedangkan restribusi daerah adalah pengaturan daerah/pungutan daerah sebagai
pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan usaha atau karena jasa yang
diberikan oleh daerah.
Selanjutnya yang disebut laba perusahaan daerah adalah laba yang diperoleh dari
perusahaan yang diselenggarakan atau dibina oleh pemerintah daerah berdasarkan asas
ekonomi perusahaan.
Menurut pembagiannya perusahaan daerah dapat digolongkan dalam tiga golongan yaitu
:
1. Perusahaan daerah yang diperoleh atas dasar penyerahan dari pemerintah berupa
perusahaan yang berasal dari nasionalisasi perusahaan asing.
2. Perusahaan daerah yang diperoleh dari dan atau penyerahan suatu perusahaan negara dari
pemerintah pusat kepada pembangunan daerah selain tersebut Di atas, atau suatu
penyerahan perusahaan dari daerah Provinsi kepada pembangunan daerah Kabupaten /
Kota se Sulawesi Tenggara.
3. Perusahaan daerah yang didirikan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
Kemudian mengenai lain-lain usaha daerah yang sah dapat diartikan sebagai pendapatan
yang diperoleh dari berbagai kegiatan pembangunan daerah yang menghasilkan uang. Itulah
yang merupakan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Kendari Sulawesi Tenggara
yang selalu dilaksanakan pemungutannya.
2.3. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
Sumber-sumber keuangan daerah dapat dikelompokkan dalam dua kelompok utama
yaitu sumber Pendapatan Asli Daerah dan sumber Pendapatan non Asli Daerah.
Rahmad Sumitro (1979) mengemukakan bahwa sumber-sumber Pendapatan Asli
Daerah sebagaimana yang telah digariskan oleh Undang-Undang No. 33 tahun 2004 adalah
berasal dari pajak daerah, hasil restribusi, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
2.3.1. Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan sumber keuangan negara dalam melaksanakan pemerintahan
dan pembangunan terutama bagi daerah Di Indonesia disamping retribusi daerah. Dengan kata
lain pajak yaitu iuran masyarakat kepada pemerintah berdasarkan undang-undang yang
berlaku, guna membiayai pengeluaran pemerintah yang prestasinya kembali tidak dapat
ditunjuk secara langsung, tetapi pelaksanaannya dapat dipaksa.
Sedangkan menurut Lasmana, (1992 : 42) pajak daerah adalah pajak yang dipungut
oleh daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan
pembiayaan rumah tangganya sebagai badan huku publik.
Sedangkan menurut Rachmad S. (1979 : 2), pajak daerah adalah pajak yang dipungut
oleh daerah-daerah swatantra, seperti propinsi, kota praja, kabupaten dan sebagainya.
Bersadarkan defenisi atas di atas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah pajak negara
yang diserahkan kepada daerah untuk dipungut berdasarkan perundang-undangan yang
berlaku, yang dipergunakan untuk membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum
publik.
2.3.2. Retribusi Daerah
Menurut S. Munawir (1992 : 4) retribusi adalah iuran kepeda pemerintah yang dapat
dipaksakan dan dapat jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan di sini bersifat
ekonomis kepada siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah, dia tidak
dikenakan iuran itu. Atau retribusi daerah yaitu pungutan yang berkaitan dengan
penggunaan/pemanfaatan sesuatu demi kepentingan si pembayar retribusi. Jadi di sini adan dua
unsur balas jasa, seperti karcis bioskop dan taman-taman hiburan dan lain-lain.
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa retribusi daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas pemakaian jasa milik daerah bagi yang berkepentingan atau karena
jasa yang diberikan oleh daerah.
Jika dibandingkan sumbangan sektor retribusi daerah dengan sumbangan sektor pajak
daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di setiap daerah terlihat bahwa rata-rata sumbangan
retribusi daerah masih lebih besar daripada sumbangan pajak daerah.
Menurut Kaho (1988 : 155) perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain sebagai berikut :
1. Lapangan pajak daerah adalah lapangan yang belum diusahakan oleh pemerintah atasannya
(Pemerintah Pusat atau Dati I) dengan kata lain tidak dibolehkan terjadinya obyek pajak
yang kembar, sedangkan dalam retribusi kembaran itu diperbolehkan.
2. Pajak daerah dipungut tanpa mempersoalkan ada atau tidak adanya pemberian jasa oleh
daerah, sedangkan retribusi dipungut berdasarkan pemeberian jasa kepada masyarakat.
3. Pajak hanya dibayar oleh orang-orang tertentu (wajib pajak) sedangkan retribusi dibayar
oleh siapa saja yang menggunakan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah
4. Pajak umumnya hanya dibayar sekali setahun, sedangkan retribusi dibayar kapan saja,
seseorang menikmati jasa atau fasilitas yang disediakan oleh pemerintah.
2.3.3. Perusahaan Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Menurut J.M. Ibrahim (1991 : 105), perusahaan daerah adalah suatu badan usaha yang
dibentuk oleh daerah untuk memperkembangkan perekonomian daerah atau untuk menambah
penghasilan daerah. Sedangkan menurut penjelasan pasal 4 UU No. 25 tahun 1999, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terdiri dari bagian laba, devide dan penjualan
saham milik daerah.
Berdasarkan pengertian di atas tergambar dua fungsi pokok dari perusahaan daerah
yaitu sebagai dinamisator perekonomian daerah yang berarti harus mampu memberikan
stumulans/rangsangan bagi perkembangan perekonomian daerah, dan sebagai penghasilan
Pendapatan Asli Daerah.
Dari kelima sektor penerimaan Pendapatan Asli Daerah, sumbangan sektor perusahaan
daerah relatif kecil. Kecilnya sumbangan perusahaan daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah
menurut Kaho (1988 : 170) disebabkan oleh:
1. Masih kurangnya tenaga profesional yang memiliki oleh daerah. Sedangkan pengelolaan
daerah sangat membutuhkan tersedianya tenag-tenaga pengelola yang profesional.
2. Organisasi pengelolaanya kurang baik dalam hal ini perusahaan daerah yang ada tidak
memenuhi syarat-syarat yang dibutuhkan oleh organisasi bisnis pada umumnya.
3. Kurangnya fasilitas atau alat yang dimiliki oleh daerah dalam mengelola atau
mengembangkan perusahaan daerah yang dimilikinya.
Sumber Pendapatan Asli Daerah menurut UU No. 33 tahun 2004 adalah pertama, hasil
penjualan asset daerah dan jasa giro. Sedangkan yang kedua adalah hibah atau penerimaan dari
daerah propinsi atau daerah kabupaten/kota lain dan penerimaan lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah
Upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah sangat memerlukan adanya usaha untuk
menemukan dan mengembangkan obyek-obyek baru yang dapat

dijadikan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah, dengan kreatifitas dalam menggali obyek-
obyek baru maka Pendapatan Asli Daerah akan senantiasa meningkatkan aktifitas masyarakat.
Menurut Kaho (1988 : 160) ada beberapa faktor penting yang sangat mempengaruhi prospek
peningkatan Pendapatan Asli Daerah yaitu :
1. Pendidikan dan Keterampilan (skill)
2. Disiplin kerja yang tinggi
3. Pengawasan yang efektif
1) Pendidikan Keterampilan (Skill)
Keberhasilan suatu aktifitas, apalagi aktifitas sekelompok orang yang menggunakan
organisasi sebagai alat sangat tergantung pada tingkat pendidikan dan keterampilan (skill).
Menurut The Liang Gie (Kaho, 1983 : 17), azas-azas organisasi antara lain perumusan
tujuan yang jelas, pembagian tugas pekerjaan delegasi kekuasaan, tingkatan-tingkatan
pengawasan, rentang kendali dan kesatuan perintah dan tanggung jawab. Apabila azas-azas
tersebut tidak terlaksana dengan baik, maka hanya akan merupakan kendala bagi peningkatan
Pendapatan Asli Daerah begitu juga sebaliknya jika azas-azas organisasi tersebut terlaksana
dengan baik maka proses peningkatan Pendapatan Asli Daerah akan berjalan sesuai dengan
yang diharapkan.
2) Disiplin kerja yang tinggi
Menurut S. Pridjoearminto (1994 : 23) menyatakan bahwa disiplin adalah suatu kondisi
yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai,
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.
Disiplin akan membuat dirinya tahu membedakan hal-hal yang seharusnya dilakukan,
yang boleh (karena merupakan hal-hal yang dilarang). Betapapun canggihnya teknologi dan
organisasi yang digunakan, akan tetapi jika tidak diikuti oleh kedisiplinan manusia
pelaksananya, maka sulit untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.
3) Pengawasan yang efektif
Faktor pengawasan merupakan salah satu faktor esensial dalam organisasi. Melalui
pengawasan dapat diketahui apakah sesuatu berjalan dengan baik sesuai dengan rencana,
sesuai intruksi atau azas yang telah ditentukan, dapat diketahui apakah sesuatu berjalan efisien
dan efektif atau tidak.
Hal yang penting dalam pengawasan adalah menentukan standar atau alat pengukur,
mengadakan penilaian, dan mengadakan tindakan perbaikan, dimana ketiga hal ini disebut juga
sebagai :proses pengawasan: (Manulang, 1981 : 73).
2.5. Usaha yang Dilakukan Oleh Pemerintah dalam Meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah Kota Kendari
Menurut Hamrolie Harun (1990 : 57) bahwa langkah pertama yang harus diambil
dalam rangka peningkatan pendapatan daerah dari pajak dan retribusi adalah
menghitung/memperkirakan potensi pajak dan retribusi tersebut, kemudian membandingkan
potensi tersebut dengan realisasi penerimaan yang telah dicapai. Apabila ternyata terdapat
perbedaan yang sangat besar, maka segera diteliti kelemahan yang ada, yang mungkin saja
kelemahan itu terletak pada hal-hal sebagai berikut :
1. Pendapatan wajib pajak/retribusi
2. Penetapan tarif
3. Cara pemungutan
4. Cara pemantauan/pengawasan
Karena jenis pajak dan retribusi daerah banyak macamnya, maka usaha peningkatan
pajak dan retribusi yang besar saja, sehingga peningkatan terhadap pajak dan retribusi tersebut
akan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang cukup berarti, seperti :
1. Pajak penerangan jalan
2. Pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian golongan C
3. Pajak pembangunan/hotel dan restoran
4. Pajak reklame
5. Retribusi pasar
6. Retribusi IMB/Bangunan
7. Retribusi kebersihan kota/uang sampah
8. Terminal mobil bis/taxi
9. Retribusi penggunaan cetak KTP/Akte Catatan Sipil
Oleh karena itu dalam rangka usaha peningkatan penerimaan dari Pendapatan Asli
Daerah Kota Kendari Sulawesi Tenggara sebagai instansi yang merupakan unsur pelaksana
pembangunan di bidang pendapatan daerah telah melakukan berbagai kegiatan-kegiatan yang
meliputi usaha ekstensifikasi kemampuan aparat pengelola pendapatan daerah serta usaha
peningkatan koordinasi dan kerja sama antar instansi.
a. Usaha Intensifikasi
Dengan usaha peningkatan pendapatan daerah ke dalam kas daerah secara maksimum.
Dinas Pendapatan Daerah Kota Kendari sebagai penanggung jawab pelaksana pemerintahan, di
bidang pendapatan daerah teleh menempuh berbagai macam cara. Usaha dan pendekatan yang
dianggap mampu dan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Kendari Sulawesi
Tenggara.
Salah satu usaha yang ditempuh melalui cara intensifikasi pemungutan pendapatan
daerah. Cara ini ditempuh dengan jalan memperbaiki sistem dan kemanisme pemungutan tanpa
diserta penambahan dari sumber-sumber pemungutan baru.
Implementasi dari usha tersebut diwujudkan dalam bentuk usaha perbaikan sistem
pengawasan usaha perbaikan tata laksana pemungutan, serta usaha dalam sistem administrasi.
b. Usaha Ekstensifikasi
Dalam menjamin tercapainya uasha peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Kota Kendari Sulawesi Tenggara selain dengan cara intensfikasi, juga dengan cara
ekstensifikasi. Usaha ekstensifikasi itu merupakan upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah dengan jlan mengandalkan perluasan atau penambahan sumber-sumber pendapatan
yang baru.
Pada dasarnya pertimbangan bagi pelaksana ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah
Kota Kendari, disamping melihat jumlah obyek pajak yang ada, juga tetap mengingat akan
kemampuan membayar dari mayarakat, karena itu dalam rangka ekstensifikasi Pendapatan Asli
Daerah Kota Kendari yang seluas-luasnya demi usaha peningkatan penerimaan Pendapatan
Asli Daerah, usaha yang perlu dilakukan adalah mendorong peningkatan pendapatan
masyarakat dalam berbagai bidang. Sebab apabila pendapatan-pendapatan meningkat, maka
pada gilirannya akan tercipta tambahan obyek pajak baru yang merupakan sumber pendapatan
bagi Pemerintahan Daerah.
c. Usaha Peningkatan Kemampuan Aparat Pengelola Pendapatan Daerah
Unsur manusia dalam suatu organisasi merupakan potensi utama karena pentingnya
kedudukan manusia, maka peningkatan kualitas manusia terutama yang terlihat sebagai
aparatur pemerintahan perlu diusahakan.
Meningkatnya kualitas sumber daya manusia pada gilirannya turut serta meningkatkan
partisipasi masyarakat di dalam membayar pajak atau kewajiban lainnya. Untuk itu sebagai
langkah di dalam meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Kendari, harus pula
diiringi dengan upaya terhadap peningkatan kemampuan bagi aparat pengelola pendapatan
daerah.
Usaha-usaha tersebut adalah penting artinya bagi usaha peningkatan penerimaan
Pendapatan Asli Daerah Kota Kendari dan perlu ditingkatkan terus pelaksanaan di masa-masa
mendatang.
d. Usaha Peningkatan Koordinasi dan Kerja Sama Antara Instansi
Usaha peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Kendari memerlukan
keterlibatan dan keterpaduan dari berbagai instansi yang terkait.
Sehubungan dengan itu, dalam rangka penignkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Kota Kendari, Dinas Pendapatan Daerah berusaha untuk mengadakan koordinasi dan
kerjasama yang baik dengan dinas-dinas otonom serta dalam pelaksanaan pemungutan
pendapatan daerah maupun menyangkut perencanaan program-program kerja yang akan
dilaksanakan selanjutnya.
Dengan demikian keterlibatan dari semua instansi terkait yang ada di seluruh daerah
Kota Kendari dalam memperhatikan suatu keharusan untuk selalu berfikir dan bertindak serta
selalu mempunyai kreatifitas kerja yang tinggi dalam pola keterkaitan dan keterpaduan,
disamping diharapkan menghindari persoalan yang tumpang tindih dalam pelaksanaan
kegiatan-kegiatan, juga sekaligus diharapkan dapat mewujudkan penerimaan Pendapatan Asli
Daerah Kota Kendari yang nyata dan akurat. Jika hal itu dapat berjalan dengan baik dan lancar
maka sudah barang tentu pendapatan daerah Kota Kendari meningkat.
2.6. Kerangka Pikir
Sektor pariwisata merupakan salah satu potensi yang dapat menunjang pembangunan
dan pengembangan Kota Kendari, namun bila ditinjau dari segi penerimaan daerah dari sektor
pariwisata yang masih rendah, maka perlu adanya peningkatan pengelolaan sarana wisata dan
fasilitas pendukungnya dengan melibatkan peran serta masyarakat/pihak swasta dalam
pengembangan pengelolaan kepariwisataan sehingga akan terjadi pula peningkatan kontribusi
penerimaan dari sektor kepariwisataan terhadap Pendapatan Asli Daerah.
Dalam kaitan kerangka di atas, maka dukungan dari pengambil keputusan Pemda Kota
Kendari sangat diharapkan, disampingitu pula didambakan adanya penyelesaiaan kewenangan
dari Pemda Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap penguasaan pengelolaan sarana wisata dalam
wilayah Kota Kendari yang masih ditangani oleh Pemda Provinsi untuk menghindari adanya
dualisme dalam pengelolaan obyek wisata.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Obyek Penelitian


Obyek penelitian ini adalah obyek wisata yang ada di Kota Kendari dan
dikelola sebagai sumber pendapatan bagi pemerintah daerah Kota Kendari.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
bersumber dari Kantor Pariwisata Kota Kendari dan pengelola obyek wisata
pada masing-masing lokasi obyek wisata yang ada di Kota Kendari yang terdiri
dari :
a. Jumlah pengunjung
b. Jumlah pendapatan
3.2 Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuisioner yaitu daftar pertanyaan yang dapat memperoleh informasi penelitian,
selain daftar pertanyaan sebagai alat pengumpulan data penelitian, digunakan
juga tipe recorder untuk merekam informasi dari responden.
3.3. Prosedur Pengumpulan Data
Data yang telah dikumpulkan, diolah dengan menggunakan prosedur
sebagai berikut :
a. Mempersiapan rencanan penelitian
b. Meminta surat izin penelitian
c. Menetapkan obyek penelitian
d. Menentukan populasi dan jumlah sampel yang akan diteliti
e. Melakukan penelitian.
3.4. Teknik Pengolahan Data
Data diolah dengan menggunakan teknik pengolahan data sebagai berikut :
a. Sortir data yaitu menyusun dan mengelompokan data yang telah
dikumpulkan dari hasil pengumpulan data.
b. Editing yaitu memperbaiki dan mengoreksi data yang telah disusun untuk
kebutuhan penelitian.
c. Tabulasi data yaitu melaksanakan pengelompokan data berdasarkan variabel
penelitian yang diteliti sehingga dapat berhubungan fungsional data dengan
interpretasi data yang dilakukan.
3.5. Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini,
maka digunakan analisis deskriptif kualitatif untuk menjelaskan variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian ini
3.6. Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Pariwisata dimaksud adalah kegiatan pengunjungan obyek wisata dengan
mengeluarkan sejumlah biaya oleh wisatawan
2. Wisatawan dimaksud adalah seorang pengunjung yang melakukan darma
wisata ke obyek wisata yang ada di Kota Kendari
3. Pendapatan dimaksud adalah jumlah penerimaan yang diperoleh dari hasil
kunjungan wisatawan.
4. Pembangunan ekonomi dimaksud adalah pemenuhan kebutuhan masyarakat
akan barang dan jasa
Skema 1.

Kerangka Pikir

OBYEK WISATA

Faktor Internal Faktor Eksternal


- Luas Wilayah - Kebijakan Pemerintah
- Letak Wilayah - Letak Wilayah
- Jumlah Pengunjung - Jumlah Pengunjung

- KINERJA PENGELOLAAN
WISATA DI KOTA
KENDARI

PERALATAN ANALISIS
DESKRIPTIF KUALITATIF

KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI

Anda mungkin juga menyukai