Anda di halaman 1dari 5

Perlukah Revisi UU KPK?

Submitted by keeper on Mon, 2011-10-24 12:38 --Artikel Usulan revisi UU ! dari "!# #$ dik%a&atirkan men'adi (bola liar) yan* akan memandulkan ke&enan*an ! se%in**a men*undan* reaksi dari lemba*a s&adaya masyarakat +,SM- antikorupsi dan pimpinan ! sendiri. Apaka% benar seburuk itu sikap an**ota "!# #$ se%in**a "!# #$ men*ambil inisiati/ men*a'ukan revisi UU ! 0 Meski demikian usulan revisi UU ! 2002 %arus terkait den*an peruba%an UU Antikorupsi 111122001 seba*ai akibat rati/ikasi onvensi !33 Antikorupsi 2003 den*an UU 4omor 5 6a%un 2007. "alam perspekti/ masa depan den*an pemberantasan korupsi di $ndonesia peruba%an %arus bertitik tolak pada perbedaan kondisi pra-rati/ikasi dan pas8a rati/ikasi onvensi !33 Antikorupsi 2003. !ertama, pada masa prarati/ikasi konvensi, $ndonesia memiliki dua undan*-undan* yaitu UU Antikorupsi 111122001 dan UU ! +2002-. edua UU $ndonesia tersebut beran'ak pada ada*ium ba%&a korupsi merupakan ke'a%atan luar biasa +e9tra-ordinary 8rimes- sedan*kan onvensi !33 2003 %anya men*enal korupsi seba*ai ke'a%atan transnasional. onvensi tidak men*enal kosakata (e9tra-ordinary 8rimes) dan (e9tra-ordinary measures). edua, dalam kedua UU Antikorupsi diatur ba%&a penan*anan korupsi:karena adala% ke'a%atan luar biasa: memerlukan 8ara-8ara penan*anan yan* bersi/at luar biasa pula +e9traordinary measures- dan diperbole%kan menyimpan* dari prinsip-prinsip rule o/ la& dan due pro8ess o/ la&. Sedan*kan onvensi !33 Antikorupsi 2003 tidak memberikan mandat kepada ne*ara perati/ikasi untuk men**unakan 8ara-8ara luar biasa tersebut ke8uali dibole%kan men**unakan prosedur pembuktian terbalik +reversal o/ burden o/ proo/-. ;ara tersebut %anya dimandatkan bersi/at non-mandatory obli*ation.UU Antikorupsi $ndonesia se'ak ta%un 1111 tela% membole%kan prosedur pembuktian terbalik yan* bersi/at &a'ib kepada tersan*ka2terdak&a. eti*a, kedua UU Antikorupsi $ndonesia men*utamakan pentin*nya unsur keru*ian ne*ara dalam pembuktian korupsi. Sedan*kan onvensi !33 Antikorupsi 2003 tidak memandan* pentin* dan relevan keru*ian ne*ara dalam korupsi. Saat itu ne*ara perati/ikasi konvensi sepakat untuk men*%apuskan unsur keru*ian ne*ara seba*ai unsur konstituti/ dalam tindak pidana korupsi. eempat, seba*ai konsekuensi pen*akuan korupsi seba*ai ke'a%atan luar biasa dan memerlukan 8ara-8ara luar biasa, kedua UU Antikorupsi $ndonesia tela% (men*%alalkan) lan*ka% penyadapan, pemblokiran, pen**eleda%an ruma% atau penyitaan tanpa i<in pen*adilan ter%adap setiap oran* yan* di du*a melakukan tindak pidana korupsi. Sedan*kan onvensi !33 Antikorupsi 2003 se8ara te*as melaran* tindakan-tindakan yan* melan**ar prinsip due pro8ess o/ la&= non-sel/ in8riminatin* eviden8e dan presumption o/ inno8en8e serta %ak-%ak dasar yan* diatur dalam konstitusi ne*ara pi%ak.

elima, onvensi !33 2003 tela% menu*askan ne*ara perati/ikasi untuk memasukan strate*i pen8e*a%an dan pen*embalian aset korupsi ke dalam perundan*-undan*an nasional di sampin* strate*i kriminalisasi dan pemberantasannya. edua UU $ndonesia tersebut tidak se8ara k%usus men*atur strate*i pen8e*a%an dan pen*embalian aset korupsi. Menyesuaikan #ati/ikasi !eruba%an UU Antikorupsi +111122001- dan UU ! +2002- dilandaskan pada konsekuensi pas8a rati/ikasi onvensi !33 Antikorupsi 2003 untuk melaksanakan peruba%an politik %ukum pene*akan %ukum dalam pemberantasan korupsi di $ndonesia. Menurut pen*amatan penulis, pemerinta% $ndonesia %anya men*a'ukan reservasi ter%adap !asal 77 onvensi !33 Antikorupsi 2003 k%usus tentan* penyelesaian sen*keta,dan tidak ter%adap ketentuan lainnya termasuk kriminalisasi dan pene*akan %ukum dan ker'a sama internasional. Sikap pemerinta% $ndonesia tersebut men8erminkan pen*akuan total ter%adap 11> ketentuan inti +8ore arti8les- konvensi tersebut termasuk prinsip-prinsip %ukum dan ?AM universal di atas.Akibatnya, pemerinta% dan "!# #$ &a'ib men*a'ukan usul peruba%an UU Antikorupsi +111122001- menyesuaikannya den*an substansi konvensi serta men*%apuskan ketentuanketentuan yan* melan**ar prinsip perlindun*an %ak asasi tersan*ka2 terdak&a korupsi. onsekuensi lan'utan dan terkait den*an peruba%an UU Antikorupsi adala% peruba%an pada UU tentan* ! seba*ai leadin* a*en8y pemberantasan korupsi. !eruba%an ini 'u*a seba*ai akibat %ukum putusan M #$ dalam %al pember%entian sementara kasus 3ibit dan ;%andra yan* tela% menyatakan ketentuan !asal 32 ayat +2- UU ! bertentan*an den*an UU" 114@. 6untutan peruba%an 'u*a diperlukan a*ar strate*i pen8e*a%an dalam UU Antikorupsi dan UU ! merupakan ba*ian yan* tidak terpisa%kan dari strate*i penindakan. "alam konteks implementasi onvensi !33 Antikorupsi 2003 perlu dipertimban*kan %al-%al yan* sensiti/ men*enai perlindun*an dan pema'uan ?AM tersan*ka2terdak&a. arena pelan**aran ter%adap %ak dimaksud akan men'adi /aktor pen*%ambat ker'a sama internasional dalam pene*akan %ukum pemberantasan korupsi den*an ne*ara lain. 6untutan peruba%an tersebut 'u*a disebabkan mekanisme reviu atas implementasi onvensi !33 Antikorupsi 2003 ole% United 4ations A//i8e on "ru*s and ;rime +U4A";- ter%adap setiap ne*ara perati/ikasi, termasuk konsistensi implementasi onvensi !33 Antikorupsi. #ekomendasi 6im #eviu U4A"; men*enai implementasi onvensi !33 Antikorupsi di $ndonesia 6a%un 2010 meliputi beberapa %al, yaitu: delapan men*enai ketentuan kriminalisasi= tu'u% belas men*enai pene*akan %ukum= tu'u% men*enai ekstradisi= sepulu% men*enai M,A= dan dua men*enai ker'a sama pene*akan %ukum. #eviu ini %arus se*era dipertimban*kan dan dipertan**un*'a&abkan kepada U4"A;. $mplikasi rati/ikasi dan rekomendasi tim reviu onvensi !33 Antikorupsi 2003 tersebutla% yan* merupakan sinyal peruba%an ter%adap UU Antikorupsi termasuk UU ! . #AM,$ A6MASASM$6A Buru 3esar Universitas !ad'ad'aran +Unpad-2An**ota 6im A%li U4"A; dan U4;A; 2003 6ulisan ini disalin dari oran Sindo, 24 Aktober 2011

http://www.antikorupsi.org/antikorupsi/?q=content/20909/perlukah-revisi-uu-kpk

DPR: Revisi Undang-Undang KPK Suatu Keharusan

#abu, 27 Aktober 2011 11:38

etua omisi ?ukum "e&an !er&akilan #akyat 3enny . ?arman menyatakan revisi Undan*-Undan* omisi !emberantasan orupsi dan Undan*Undan* 6indak !idana orupsi merupakan satu ke%arusan. $a beralasan, revisi dua undan*-undan* itu merupakan lan*ka% politik %ukum untuk memeran*i korupsi seba*ai ke'a%atan luar biasa. (#evisi Undan*-Undan* ! sebua% kenis8ayaan,C u'ar 3enny di *edun* "!#. $a men*atakan, revisi Undan*-Undan* ! dan 6indak !idana orupsi %arus disesuaikan den*an standar dan sistem pemberantasan korupsi. #evisi itu %arus memastikan pemberantasan korupsi tidak melan**ar %ak asasi manusia. 3enny men'amin revisi ini tak bertu'uan melema%kan ke&enan*an ! . 3enny menyampaikan sepulu% poin yan* men'adi isu krusial revisi. !ertama, tentan* ke&enan*an ! merekrut penyidik dan penuntut. omisi in*in ! memiliki ke&enan*an merekrut penyidik dan penuntut. C alau selama ini diusulkan ole% kepolisian dan ke'aksaan, nanti ! sendiri yan* %arus memili% penyidik dan penuntut umum,C katanya. !oin kedua adala% /okus pada a*enda pemberantasan korupsi yan* %arus diperte*as. e&enan*an ! ada di bidan* koordinasi, supervisi, penindakan, dan penyusunan a*enda re/ormasi birokrasi. $ni, kata dia, %arus kembali diperte*as supaya lebi% spesi/ik ketika di'alankan. Soal &e&enan* melakukan penyadapan, akan dibi8arakan apaka% yan* dipunyai ! sekaran* ini diperta%ankan atau diuba%. Soal laporan %arta kekayaan penyelen**ara ne*ara, menurut 3enny, saat ini masi% bersi/at deklarati/. !ada%al se%arusnya konstituti/. C6idak ada sanksi kepada pe'abat ne*ara yan* tidak melaporkan %arta kekayaan,C katanya. e&enan*an ! melakukan penyitaan dan pen**eleda%an men'adi poin pentin* kelima. Selama ini ke&enan*an itu dinilai terlalu luas. !erlunya i<in pen*adilan dalam eksekusi dua ke&enan*an tersebut patut dipertanyakan. CApaka% %arus i<in pen*adilan atau tidak,C u'ar politikus !artai "emokrat ini. Soal pemberian ke&enan*an kepada ! untuk menerbitkan surat perinta% pen*%entian penyidikan +S!3-, seperti yan* dimiliki kepolisian, 'u*a 'adi prioritas krusial pemba%asan. Untuk poin ini, 3enny berpendapat ! belum perlu diberi ke&enan*an menerbitkannya. C$ni untuk men'a*a prinsip ke%ati-%atian, supaya pimpinan ! %ati-%ati dalam menentukan tersan*ka,C u'ar dia. etu'u%, berkaitan den*an prinsip kolekti/ kole*ial kepemimpinan ! . omisi merasa perlu menetapkan apaka% prinsip kolekti/ kole*ial ini diberlakukan se'ak dilakukan pen*an*katan, seleksi, pemili%an, dan penetapan pimpinan ! , atau tidak sama sekali. Soal per*antian antar&aktu pimpinan ! %arus diberlakukan se8ara kolekti/ kole*ial. Untuk titik krusial politik %ukum pemberantasan korupsi ke depan, menurut 3enny, prioritas ker'a ! dalam bidan* pen8e*a%an atau penindakan %arus diperte*as. omisi menilai !

se'au% ini belum te*as di antara kedua bidan* itu. Menurut 3enny, 'ika ! ber/okus ke penindakan, diperlukan lemba*a baru untuk pen8e*a%an. 4amun, 'ika ! %anya ber/okus ke pen8e*a%an, biarla% penindakan dilakukan lemba*a %ukum lain, seperti kepolisian dan ke'aksaan. C alau dua-duanya di'alankan, akan terlalu overloaded,C u'arnya esembilan adala% /okus penindakan ! untuk kasus den*an ukuran tertentu, apaka% /okus ke kasus-kasus besar atau tidak. esepulu%, soal /okus ! untuk menyelamatkan uan* ne*ara atau in*in men*%ukum pelaku korupsi. omisi menilai ! selama ini masi% ber/okus pada niat untuk men*%ukum dan men*kriminalkan oran* daripada menyelamatkan uan* ne*ara. C ami tar*et 2012 selesai,) kata 3enny.

Anda mungkin juga menyukai