Anda di halaman 1dari 6

Andai Aku Jadi Perempuan

Cerpen Setiawan Chogah

Bila tuan dating ke kotaku, datanglah saat matahari mulai condong ke ufuk barat! Kirakira pukul lima hingga perpaduan magrib dan waktu isya. Lalu dari terminal bayangan di dekat pabrik sepatu itu, naiklah angkot warna merah! ari sana tuan akan dibawa menu!u pusat kota yang semen!ak tiga tahun kedatanganku di sini masih sa!a tak banyak berubah. Lihatlah pemandangan di sepan!ang !alan yang tuan lalui itu! "asih sa!a berdebu, pun begitu di sekitar pangkalan o!ek menu!u arah rumahku. "asih sa!a menebar bau busuk sampah dari kolam-kolam kecil di pinggir !alan. Siapa yang peduli# $ntahlah! %ku pun tak tahu harus men!awab apa bila tuan bertanya. &ernah aku mendengar seorang bapak-bapak tua yang tengah menunggu bus ke "alimping, eui terminal naon sawah, nya? %ku hanya bisa tersenyum waktu itu. Bukan karena senyumku lagi manis, tapi rasanya tidak pas sa!a bila aku tertawa terbahak-bahak. Bukan begitu, 'uan# (amun bukan masalah terminal yang becek ataupun sampah-sampah yang berserakan yang ingin aku beritahu lebih dalam pada tuan. )ni soal perempuan. Kembali kita ke angkot warnah merah yang aku ceritakan tadi. Silahkan tuan amati setiap penumpang yang naik turun silih berganti itu! %pakah tuan temukan perempuan-perempuan yang anggun# Bila tuan lagi beruntung mungkin yang tuan dapati perempuan-perempuan yang tak henti menebar senyum, memakai !ilbab, dan duduk dengan manis. )tulah perempuan Banten. &erempuan yang dilahirkan di kota santri ini. &erempuan yang akan menyahut ramah bila tuan sapa. 'api alangkah sialnya bila yang tuan temukan bukan mereka. &ernah aku suatu waktu tengah ber!alan-!alan di pasar 'ambak, sekedar mencari-cari perlengkapan memasakku di rumah kontrakan yang di *alantaka itu. "aklum, aku di sini tengah merantau mencari pengalaman. engan pertimbangan biaya hidup yang semakin mencekik, apalagi semen!ak harga cabai meroket membubung tinggi, tentulah lidah &adang seperti aku ini akan merasa sangat tersiksa. Setiap kali aku membeli lauk sehabis kuliah di *arung 'egal tepat di samping halte kampus Serang itu, aku pasti tidak kebagian yang namanya sambal. + Waduh Mas, harga cabene mahal,

lagi ndak bikin sambel,,, begitulah !awaban yang aku dapatkan dari Bu Karsih, yang logat -awanya sudah sangat aku kenal. "akanya kini aku berinisiatif ingin memasak sendiri, itungitung bela!ar mandiri. Sekitar pukul lima sore aku sudah mendapatkan semua keperluanku untuk memasak. &asar 'ambak mulai riuh dengan lalu-lalang angkot merah darah, diselilingi truk-truk beroda delapan. "acet! Bising! Belum lagi langkah-langkah perempuan bermacam corak yang tiba-tiba sa!a tumpah ke sepan!ang ruas !alan. %ku perhatikan setiap tubuh perempuan yang berlalu di hadapanku. .upa-rupa macam balon. Ai! %ku !adi ingat lagu yang sering kami atau mungkin !uga tuan nyanyikan waktu kita masih kanak-kanak. Selepas ad/an magrib aku memutuskan untuk kembali ke kontrakan. %ngkot merah men!adi kendaraan yang paling sulit untuk didapatkan. $ntah kenapa, angkutan itu men!adi begitu laris manis bak kacang 0ember. &erempuan-perempuan itu pun berebutan untuk mendapatkan tempat. %ku putuskan untuk sabar menunggu di depat %'", persisnya di sebelah pedangang buah-buahan. 'ambak makin hidup dan pikuk. ua perempuan dari arah pabrik ber!alan ke arahku. "elenggok bak model papan atas. Begitu tubuh-tubuh sintal mereka ber!arak beberapa !engkal dariku, mereka menghembuskan nafas pan!ang sampai wanginya bertebaran mengembang di udara. *angi parfum murahan mengoyak sel-sel penciumanku. Kini wa!ah mereka semakin mendekat, pandangan kami bertaut. Seketika kulihat bibir tua yang dipoles dengan dengan warna merah pekat. "enyala! Ai! %ku benar-benar dibuat bergidik. +Mojok yuk ang! !ocap !uga boleh.1 Salah seorang dari mereka berbisik padaku.

Suaranya begitu menggoda, menyanyat-nyayat naluri lelakiku. %ku diam sa!a, bibirku masih terkatup rapat membentuk sebaris garis lurus. %ku berusaha untuk tidak menatap dua pasang mata dari wa!ah-wa!ah haus di depanku. +"ereka pasti jablay"1 %ku membatin. 222 &erempuan jablay yang aku temui malam itu hanya segelintir dari ceritaku tentang perempuan. &erempuan memang selalu men!adi ob!ek yang indah untuk dikupas. Bukan bearti

aku tidak berlaku adil dengan perempuan. Bahkan aku sangat menghargai sosok perempuan. 'api perempuan yang bagaimana dulu# Keesokan harinya, seperti biasa aku menunggu bus Arimbi atau #rimajasa di terminal kota untuk berangkat kuliah ke Cilegon. "elewati calo-calo yang duduk berbaur dengan gelandangan kota mencangkung bermain kartu dengan asap rokok yang mengepul dan badan yang penuh daki, pengemis-pengemis yang sibuk memamerkan cacat dan merintih-rintih memohon belas kasihan, adalah pemandangan biasa yang tiap hari aku temui di u!ung lampu merah sebelum kampus Serang ini. %tau pengamen-pengamen yang menghitung recehan uang mereka dengan ekspresi kecewa, pedagang asongan yang hiruk-pikuk men!a!akan dagangan. %tau pengamen yang merangkai kalimat-kalimat dengan suara merayu, merengek, bahkan memaksa. "irisnya lagi tuan, tak !arang diantara mereka itu adalah perempuan-perempuan yang seharusnya tidak melakukan peker!aan ini. Seperti pengamen cantik yang sering aku temui di bis kota !urusan "erak itu. %ku mengetahui namanya ketika dia sudi bercerita padaku di suatu rute per!alanan. %walnya dia malu-malu, tapi ketika aku 3ember3a buat apa malu, toh kita sama-sama ciptaan 'uhan, akhirnya dia mau !uga bercerita banyak setelah dua lagu dari band Armada berlompatan tak beraturan dari mulutnya. ia 3ember3a namanya 'uan. ini. $euh! %ku !adi teringat dengan mantan adik kelasku yang iniku. ini yang ini pun lebih bau matahari kurasa, kalau

sekarang tengah kuliah di 4akultas Kedokteran 5igi 6S6, di "edan. 'api ini yang ini berbeda, ia tak memakai !ilbab seperti tidak sopan bila aku mengatakannya a%ek. +Kamu tidak sekolah#1 tanyaku. ia tak men!awab pertanyaanku. Lalu bibirnya merekah. Senyumnya cukup manis, hanya ketika ekor mataku sempat mencuri barisan giginya yang kuning dan aku mendapatkan kerakkerak nikotin. Sayang sekali! &adahal dia sangat cantik bila sa!a sedikit mau berbenah diri. %palagi kalau ber!ilbab. Aduhai! %kan sangat manis tentunya. +'idak.1 %khirnya dia bersuara !uga. +Kenapa#1

Lebih enak begini, kalaupun sekolah, nanti !uga akan dinikahi laki-laki, punya anak, ngurus suami, tua, lalu mati,1 !awabnya tanpa beban. +7anya itu#1 ia menatapku ta!am. %ku berusaha mengelak, namun terlambat. "ata elangnya terlalu cepat mengangkap bola mataku dan mencomotnya satu persatu, hingga aku tebelalak. +Banyak bacot &ira!1 lalu dia pergi. Ah itu. %min. %ku menghela nafas pan!ang. Semua ceritaku tentang perempuan tentu belumlah satu pun yang menggambarkan perempuan Banten, 'uan. 'uan !angan bersedih dulu. Begini, bila tuan melewati daerah yang namanya Ciceri, akan tuan temukan perempuan-perempuan yang sangat kontras dengan ceritaku tadi. Baik itu tentang jablay, perempuan-perempuan pengemis, atau pun ini. 'empat itu bisa tuan temui bila tuan menaiki angkot biru dari arah .oyal, katakana pada supir angkot itu kalau tuan ingin melewati Kebon -ahe ataupun Ci!awa. (anti akan tuan temukan sebuah bunderan di tengah kota. -angan berhenti! "aka tuan akan dibawa melewati gedung pasar swalayan milik &rancis, dari sana tuan akan mulai menemukan perempuan-perempuan dengan corak yang agak berbeda. Coba sa!a tuan sapa salah seorang dari mereka! Sebenarnya bukan hanya di sekitar Ciceri tuan bisa menemukan perempuan-perempuan dengan dandangan tertutup dan menye!ukkan mata itu. 'ilbaber(jilbaber itu bersebaran di seluruh pen!uru kota. i mall, di pasar, di swalayan, di kampus-kampus, di mana sa!a. %salkan tuan !eli sa!a melihatnya. "ereka memang tidak banyak 'uan, maksudku yang benar-benar perempuan dengan !iwa dan raga Banten sepenuhnya. 'uan tuhulah, dari !aman baheula Banten terkenal sangat reli!ius dan men!un!ung tinggi nilai-nilai keislaman. &ernah suatu kali tuan, aku berkenalan dengan perempuan di halte kampus Serang. &erempuan itu ber!alan di hadapanku. "eninggalkan aroma bedak bayi yang begitu lembut, tanpa aku sadari bibirku menyunggingkan senyum. *a!ah putih alami tanpa polesan maupun dandangan yang u% to date. 7anya setelan ba!u barbahan kaus lengan pan!ang dan rok warna coklat lalu sehelai !ilbab yang senada dengan warna kausnya membuatnya terlihat sangat ini, asal kamu tahu. *anita baik-baik

diciptakan untuk laki-laki baik-baik !uga, somoga kelak kau mendapatkan lelaki yang baik-baik

anggun. Sepertinya dia tengah menunggu bis. Cukup lama dia berdiri di sebelahku. %ku risih !uga, kulirik beberapa wa!ah yang duduk manis di halte bus. %pakah benar-benar menunggu tumpangan atau hanya sekedar numpang duduk, entahlah. 8ang !elas tak satu pun !iwa yang terketuk untuk member sedikit tempat duduk untuk gadis manis itu. 'anpa senga!a pandangan kami berserobok. %ku menangkap mata teduhnya, ai! arahku bergemuruh. Astag)irullah! +Lagi nunggu bus, (eng#1 tanyaku seramah mungkin. &erempuan itu melirik ke arahku, lalu melempar pandangan ke seberang !alanan. "ungkin dia tidak yakin kalau barusan aku bertanya pada dia. %ku hanya tersenyum. +Aa tadi ngomong sama sayah#1 suara lembutnya menge!utkanku. +9oo, 9gh, tidak, saya hanya bergumam sa!a,1 !awabku berbohong. +9o, %unten, saya kegeeran. uluan A, mari.1 Katanya malu-malu dan berlalu memasuki angkot biru entah !urusan mana. 8ang tahu hanya gadis itu dan tentu sa!a pak sopir yang paling fleksibel. (amun gadis itu begitu menyisakan kesan baik di hatiku, mungkin !uga hati tuan. %ku tak bisa menggambarkan bagaimana ekspresi gadis itu ketika pandangan kami berserobok, atau ketika dia berpamitan padaku itu. Benar-benar hanya aku dan tentu sa!a gusti %llah yang dapat menyaksikannya. Sangat menentramkan, 'uan! %ku menemui perempuan-perempuan beraneka corak itu di banyak tempat, di banyak waktu. Setiap kali kami beserobok tiba-tiba sa!a, tanpa mampu kusadari, tidak bisa kuhindari, ia membuatku bertanya-tanya pada diriku +andai aku !adi perempuan: aku akan men!adi perempuan yang seperti apa#1 ;2<

Serang, 1 Februari 2011 03:01am ;saya dedikasikan buat sahabat perempuan yang tak pernah henti menyemangati= thanks, su%%ort-nya ya (tan. Bangga punya sahabat seperti kamu<

B)9 %'%
Setiawan Chogah adalah nama pena dari edi Setiawan. Lahir di Batusangkar, Sumatera Barat 0 esember >?@@. 'ahun 0AA@ merantau ke Banten sebagai mahasiswa dan akhirnya menemukan kenikmatan menulis semen!ak beberapa cerpennya dimuat di koran .adar Banten. %walnya, kecintaannya pada dunia literasi telah muncul semen!ak !aman S"% di "anin!au. Cerpen pertamanya -ingga Langit &usara diterbitkan di &adang $kspres tahun 0AAB, namun baru kembali aktif menulis semen!ak %nnida-9nline menerbitkan cerpennya Bidadari di Lampu "erah ;0A>A<. )ni men!adi titik balik baginya dalam dunia kepenulisan. Beberapa cerpen mahasiswa 'eknik )ndustri 6niCersitas Sultan %geng 'irtayasa ini telah dibukukan dalam beberapa antologi. iantaranya= "endung di Langit &andeglang ;%ntologi 5ilaloCaD0, 5ong &ublishing, 0A>A<, .idho )bu ;%ntologi &ara 5uru Kehidupan, 5eraibuku, 0A>><, "ading Berdarah ;Kumpulan &ersonal Literatute, 0A>><, dan 9rang Bunian ;%ntologi 9rang Bunian, Leutika&rio &ublisher, 0A>><, dan .idho )bu ;%ntologi &ara 5uru Kehidupan, 5eraibuku, 0A>>< 2Kritik E Saran F setiawanchogahGymail.com
&enulis dapat dihubungi di 085287254981 .ekening Bank B() KC Serang, a.n. edi Setiawan nomor rekening 0193905145

Anda mungkin juga menyukai