Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi ke empat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program keluarga berencana (KB) dalam hal ini telah jelas, yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Berdasarkan data dari SDKI 2002-2003, angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/CPR) mengalami peningkatan dari 57,4% pada tahun 1997 menjadi 60,3% pada tahun 2003. Pada 2015 jumlah penduduk Indonesia hanya mencapai 255,5 juta jiwa. Namun jika terjadi penurunan angka satu persen saja, jumlah penduduk mencapai 264,4 juta jiwa atau lebih. Sedangkan jika pelayanan KB bisa ditingkatkan dengan kenaikan CPR 1%, penduduk negeri ini sekitar 237,8 juta jiwa. (Kusumaningrum, 2009) Menurut SDKI 2002-2003 pada tahun 2003, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah metode suntikan (49,1%), pil (23,3%), IUD (10,9%), implant (7,6%), MOW (6,5%), kondom (1,6%), MOP (0,7%). (Kusumaningrum, 2009) Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang. Untuk itu setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk dirinya dikarenakan setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang berbeda-beda. Strategi

peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) atau IUD terlihat jarang berhasil, yang terbukti dengan jumlah peserta KB IUD yang terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BKKBN Profinsi Jawa Tengah, jumlah peserta KB IUD terus menurun dari tahun 2004 yakni 552.233 menjadi 529.805 pada tahun 2005 dan 498.366 pada tahun 2006. Dalam perkembangannya pemakaian IUD memang cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. (imbrwati, 2009)

BAB II TINJAUAN TEORI

A.

Pengertian KB, Akseptor KB, dan AKDR Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. ( Hartanto, 2003) Akseptor adalah orang yang menerima atau mengikuti (melaksanakan) program keluarga berencana. ( Depdikbud, 1998) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah bahan inert sintetik (dengan atau tanpa unsure tambahan untuk sinergi efektifitas) dengan berbagai bentuk dipasangkan ke dalam rongga rahim untuk mendapatkan efek konraseptif. ( Saifuddin, 2003) AKDR adalah alat kecil berbentuk T terbuat dari plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik dan dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan. ( Kusmarjadi, 2010) AKDR adalah suatu alat konrasepsi yang dimasukkan ke dalam rongga rahim wanita. (Depkes RI, 1991) AKDR adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal steroid yang ditempatkan di dalam rahim. ( Kusumaningrum, 2009)

B.

Jenis AKDR Menurut Mochtar (1998), saat ini AKDR telah memasuki era generasi ke empat karena itu berpuluh macam AKDR telah dikembangkan mulai generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai pada generasi plastic (polietilen) baik yang tidak ditambahi obat (unmedicated) maupun yang ditambahi obat (medicated). 1. Menurut bentuknya AKDR di bagi menjadi : a. Bentuk terbuka (open device), misalnya lippes loop, CU-T, Cu-7, Margulies, Spring Coil, multiload, Nova-T da lainnya. b. Bentuk tertutup (close device), misalnya ota ring, antigen, grafenberg ring, hall stone ring. 2. Menurut tambahan obat atau metal : a. Medicated AKDR, misalnya Cu-T 200, 220, 300, 380 A, Cu-7, Nova-T, Mi-Cu 250, 375, progestasert. b. Unmedicated AKDR, misalnya lippes loop, Margulies, saf-t coil, antigon. AKDR yang banyak di pakai di Indonesia dewasa ini dari jenis unmedicated adalah lippes loop dan dari yang jenis medicated Cu-T, Cu-7 multiload, dan Nova-T.

C.

Mekanisme Kerja AKDR Menurut Hartanto, (2003), mekanisme kerja AKDR adalah : 1. Timbulnya reaksi radang local yang non spesifik di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. 2. Poduksi local prostaglandin yang meninggi, yang menyebabakan terhambatnya implantasi. 3. Ganggua atau terlepasnya blastocyt yang telah berimplantasi di dalam endometrium.

4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalm tuba fallopii 5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri. 6. Dari penelitian-penelitian terkahir disangka bahwa AKDR juga mencegah spermatozoa membuahi sel telu (mencegah fertilisasi). 7. Untuk AKDR yang mengandung CU : a. Antagonism yang spesifik terhadap Zn yang terdapat di dalam enzyme carbonic anhidrase, sehingga tidak memungkinkan terjadinya implantasi dan mungkin juga menghambat aktivitas alkali phospatase. b. Mengganggu pengambilan estrogen endogenalis oleh mucosa uterus. c. Mengganggu umlah DNA dalam sel endometrium. d. Mengganggu metabolism glikogen. 8. Untuk AKDR yang mengandung hormone progesterone : a. Gangguan proses pematangan prolifertaif, skretoir sehingga timbul penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi. ( endometrium tetap berada dalam fase desidual atau pogestasional). b. Lender serviks yang menjadi lebih kental atau tebal karena pengaruh progestin. D. Efektifitas AKDR Menurut Mochtar (1998), efektifitas AKDR cukup tinggi untuk mencegah kehmailan dalam janga waktu yang lama. Angka kehamilan AKDR berkisar antara 1,5-3 per 100 wanita pada tahun pertama dan angka ini akan menjadi lebih rendah untuk tahun-tahun berikutnya. Hartanto, (2003), mengemukakan tentang efektifitas AKDR yaitu :

1. Efektifitas dari AKDR dinyatakan dalam angka kontinuitas ( continuity on rate) yaitu berupa lama AKDR tetap tinggal in-utero tanpa ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan dan pengangkatan atau pengeluaran karena alas an-alasan medis atau pribadi. 2. Efektifitas dari bermacam-macam AKDR tergantung pada AKDR nya yaitu ukuran, bentuk, mengandung Cu atau progesterone dan akseptor yaitu umur, paritas, dan frekuensi senggama. 3. Dari factor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan paritas diketahui : a. Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan atau pengeluaran AKDR. b. Makin muda usia, terutama pada nuligravid, makin tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan atau pengeluaran AKDR. 4. Dari uraian di atas maka use-effectivenes dari AKDR tergantung pada variable administrative, pasien dan medis termasuk kemudahan insersi pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya ekspulsi, kemudahan akseptor untuk mendapatkan pertolongan medis. E. Indikasi Pemasangan AKDR Menurut Mochatar (1998), pemasangan AKDR untuk tujuan kontrasepsi dapat dilakukan pada wanita yang : 1. Telah mempunyai anak hidup satu atau lebih 2. Ingin menjarangkan kehamilan 3. Sudah cukup anak hidup, tidak mau hamil lagi, namun takut atau menolak cara permanen (kontrasepsi mantap )

4. Tidak boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi hormonal (mengidap penyakit jantung, hipertensi, hati ) 5. Berusia diatas 35 tahun, dimana kontrasepsi hormonal dapat kurang menguntungkan. F. Kontra Indikasi Menurut Saifuddin, (2003), yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR : 1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil) 2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui 3. Sedang menderita infeksi alat genital ( vaginitis, servisitis) 4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic. 5. Kelainan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi cavum uteri 6. Penyakit trofoblas yang banyak 7. Dikethui menderita TBC serviks 8. Kanker alat genital 9. Ukuran rongga rahim < 5 cm G. Keuntungan AKDR Menurut Saifuddin , (2003), keuntungan AKDR meliputi : 1. AKDR dapat efektif segera setelah persalinan 2. Metode jangka pnajang (10 tahun proteksi dari Cu-T 380 A dan tidak perlu diganti) 3. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat 4. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil 5. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu-T 380 A 6. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

7. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi) 8. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir) 9. Tidak ada interaksi dengan obat-obat 10. Membantu mencegah kehamilan ektopik H. Kerugian AKDR AKDR bukanlah alat kontrasepsi yang sempurna, sehingga masih terdapat beberapa kerugian. Kerugian AKDR menurut Manuaba (2002), yaitu : 1. Masih terjadi kehamilan dengan AKDR insitu 2. Terdapat perdarahan, spotting, menometroragia 3. Leukore, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama terasa mebih basah 4. Dapat terjadi infeksi dan kehamilan ektopik 5. Tali AKDR dapat mengganggu hubungan seksual I. Pemasangan AKDR Saifuddin (2003), mengemukakan bahwa sebagian besar masalah yang berkaitan dengan AKDR (ekspulsi, infeksi, dan perforasi) disebabkan oleh pemasangan yang kurang tepat. Oleh karena itu hanya petugas klinik yang telah di latih ( dokter, bidan dan perawat), yang diperbolehkan memasang maupun mancabut AKDR, untuk mengurangi masalah yang timbul setelah pemasangan semua tahap proses pemasangan harus dilakuakn dengan hatihati dan lembut, dengan menggunakan upaya pencegahan infeksi yang dianjurkan. Waktu pemasangan AKDR yang paling baik adalah dalam keadaan : 1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil. 2. Hari pertama sampai ke tujuh siklus haid

3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode MAL. Perlu di ingat angka ekspulsi tinggi pada pemasangan segera atau selama 48 jam pasca persalinan. 4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari ) apabila tidak ada gejala infeksi. 5. Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi. J. Periksa Ulang AKDR Menurut Manuaba, (2002) , menyatakan jadwal pemeriksaan ulang AKDR sebagai berikut : 1. Dua minggu setelah pemasangan 2. Satu bulan setelah pemeriksaan pertama 3. Tiga bulan setelah pemeriksaan ke dua 4. Setiap 6 bulan sampai 1 tahun K. Efek Samping dan Komplikasi Menurut Mochtar (1998), efek samping dari penggunaan AKDR adalah : 1. Nyeri dan mulas biasanya terjadi sehabis insersi AKDR, yang pada umumnya akan hilang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. 2. Perdarahan dapat terjadi pasca insersi, bercak di luar haid atau perdarahan,meo atau metroragia 3. Flour Albus 4. Dismenorea 5. Disparenia (nyeri sewaktu coitus) 6. Ekspulsi (AKDR keluar dengan sendirinya)

7. Infeksi 8. Embedmen ( AKDR tertanam dalam dinding rahim 9. AKDR dapat tertanam dalam mukosa rahim atau terletak lebih dalam sebagian (parsial) atau seluruhnya (komplit) L. Pengeluaran AKDR Menurut Mochtar (1998), pengeluaran AKDR dilakuakan atas beberapa indikasi, yaitu : 1. Indikasi medis a. Perdarahan yang hebat atau berlangsung lama b. Nyeri hebat c. Hamil dengan AKDR insitu d. Peradangan panggul e. Infeksi dan sebagainya 2. Atas permintaan suami istri 3. AKDR telah kadaluarsa 4. Translokasi AKDR 5. Tukar atau pindah cara kontrasepsi lain.

BAB III TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. F UMUR 20 TAHUN DENGAN AKSEPTOR KB AKDR DI RS AISYIYAH KUDUS

I.

PENGKAJIAN Hari, Tanggal Jam Tempat Sumber Data : Sabtu, 15 Juni 2013 : 18.55 WIB : Ruang Bersalin RS Aisyiyah Kudus : Data primer : Autoanamnesa Alloanamnesa Data sekunder : Buku KIA dan RM : informasi dari pasien : informasi dari suami pasien

A. DATA SUBYEKTIF 1. Identitas Klien Nama pasien Umur Agama Suku/Bangsa : Ny. F : 20 th : Islam : Jawa/Indonesia Nama suami : Tn. M Umur Agama : 28 th : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan Pekerjaan Alamat 2. Keluhan Utama

: SMA : IRT : Gajah, Demak

Pendidikan Pekerjaan

: SMA : Swasta

Ibu mengatakan ingin memperoleh program KB AKDR karena ia engikuti program jampersal. 3. Riwayat Pernikahan Umur menikah Lama menikah Berapa kali Status pernikahan 4. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan yang lalu Ibu mengatakan tidak pernah menderita sesak napas (asma), kuning (hepatitis) Ibu mengatakan tidak pernah mengeluarkan cairan dari vagina berupa keputihan yang berwarna kuning dan berbau amis, cairan encer kehijauan dan bercak merah. Ibu mengatakan tidak ada nyeri tekan di daerah panggul, dan tidak punya riwayat penyakit jantung, hipertensi, ginjal. b. Riwayat kesehatan sekarang Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seksual, infeksi panggul. Ibu mengatakan tidak punya penyait jantung, hipertensi, ginjal. : Ibu mengatakan menikah pada usia 19 tahun : ibu mengatakan lama menikah 1 tahun : Ibu mengatakan 1 kali dengan suami sekarang : ibu mengatakan sah secara hokum dan agama

c. Riwayat kesehatan keluarga Ibu mengatakan dari pihak keluarga ibu maupun suami tidak ada yang pernah menderita penyakit jantung dan hipertensi. 5. Riwayat Obstetri a. Riwayat Menstruasi Menarche Siklus Lamanya Warna Keluhan : ibu mengatakan pertama kali haid umur 12 tahun : ibu mengatakan 30 hari : ibu mengatakan 6-7 hari : ibu mengatakan merah : ibu mengatakan tidak ada keluhan selama haid

b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu Kehamila Persalinan n N O U ikas i 1. 38 mg gu 5 hr sponta n Bidan 0 hr 3300 /34 Ko Kom mpl Jenis ng si si Penolo plika U JK PB BB/ Laktasi B ika K mpl Ko Anak Nifas

c. Riwayat Keluarga Berencana

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan program keluarga berencana jenis apapun dan berencana akan mengguakan program KB AKDR. 6. Pola Kebiasaan Sehari-hari Pola Nutrisi Makan : 3x sehari Menu : nasi, sayur, lauk Porsi : 1 piring habis Minum : 7-8 gelas/hari Jenis : the manis, air putih Eliminasi BAB : 1x sehari BAK : 6-7x sehari Istirahat Tidur siang 1-2 jam Tidur malam 7 jam Aktivitas Mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti : menyapu, mengepel, mencuci, dll Personal Hygene Mandi : 2x sehari Gosok gigi : 3x sehari Keramas : 2x seminggu Ganti pakaian : 2x sehari Sexual Tidak teratur 1 minggu sekali Selama Hamil Keluhan

7. Data Psiko Sosio Kultural dan Spiritual Suami mendukung ibu untuk KB AKDR

Ibu mengatakan selalu melaksanakan ibadah sholat 5 waktu Ibu mengatakan suami bekerja swasta dan ibu sebagai ibu rumah tangga Ibu mengatakan menganggap bahwa KB AKDR itu tabu karena ibu erasa malu bagian vitalnya dilihat oleh orang lain 8. Data Pengetahuan Klien Ibu mengatakan belum mengerti banyak tentang AKDR dan menganggap jika KB AKDR mengganggu hubungan seksual. B. DATA OBYEKTIF 1. Pemeriksaan Umum Keadaan umum Kesadaran TD Suhu Nadi Pernapasan 2. Status Present Kepala Mata Telinga Hidung Mulut Leher Dada : kulit kepala bersih, rambut tidak rontok : konjungtiva merah muda, sclera putih : bersih : bersih : bersih : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan parotis : simetris : Baik : CM : 110/70 mmHg : 360C : 84x/menit : 24x/menit

Abdomen Genetalia E. atas E. bawah

: tidak ada bekas luka operasi : tidak oedema, PPV darah : tidak oedema, tidak varises, tangan kiri terpasang infuse RL : tidak oedema, tidak varises

3. Pemeriksaan Penunjang Tidak dilakukan II. INTERPRETASI DATA a. Diagnosa Ny. F umur 20 tahun dengan akseptor KB AKDR Data Dasar 1. DS : a) Ibu mengatakan berumur 20 tahun b) Ibu mengatakan ingin mengikuti program KB AKDR 2. DO : KU : baik :

Kesadaran : CM TD S N RR b. Masalah Tidak ada c. Kebutuhan : 110/70 mmHg : 360C : 84x/menit : 24x/menit

Tidak ada III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL Tidak ada IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA Tidak ada V. INTERVENSI Tanggal : 15 juni 2013 Jam : 19.00 WIB

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada pasien 2. Jelaskan tentang KB AKDR 3. Lakukan informed consent 4. Persiapkan alat 5. Lakukan pemasangan AKDR 6. Jelaskan setelah pemasangan AKDR pada pasien 7. Jelaskan tanda bahaya setelah pemasangan AKDR pada pasien 8. Beritahu ibu jadwal kunjungan untuk control 9. Catat hasil tindakan dalam buku KB pasien VI. IMPLEMENTASI Tanggal : 15 juni 2013 1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan baik TD S N RR : 110/70 mmHg : 360C : 84x/menit : 24x/menit

2. Menjelaskan pada ibu tentang KB AKDR merupakan suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim dan terbuat dari plastic halus atau tembaga untuk mencegah terjadinya kehamilan, dengan keuntungan tahan sampai 5 tahun, tidak mengganggu siklus menstruasi, tidak mengakibatkan kegemukan karena alat kontrasepsi tidak hormonal, tidak mengganggu hubungan seksual dan sangat efektif untuk mencegah kehamilan. Kerugiannya kemungkinan ibu pada saat menstruasi darah yang keluar lebih banyak, tidak melindungi ibu dari penyakit mrnular seksual dan nyeri pada saat menstruasi. 3. Meminta persetejuan dari ibu untuk dilakukan pemasangan KB AKDR dengan meminta ibu untuk mengisi lembar informed consent dan ditanda tangani ibu. 4. Mempersiapkan alat, yaitu : a. 1 set IUD coper T 380 A b. 1 pasang sarung tangan c. Speculum d. Tenakulum e. Sonde uterus f. Kasa steril g. Larutan antiseptic h. Gunting steril i. Kapas DTT j. Larutan Chlorin 0,5% 5. Melakuakan pemasangan KB AKDR, yaitu:

a. Menganjurkan ibu untuk buang air kecil terlebih dahulu agar memudahkan dalam pemasangan AKDR b. Mengatur posisi pasien secara litotomi c. Mencuci tngan di air mengalir dengan menggunakan sabun lalu dikeringkan dengan handuk bersih d. Membuka sebagian dari kemasan AKDR dan memasukkan pendorong ke dalam tabung inserter e. Sambil memegang kedua ujung lengan IUD disorong tabung inserter sampai ke pangkal lengan sehingga lengan IUD terlipat f. Setealh lengan terlipat, tarik inserter dari pangkal lengan g. Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan IUD ke dalam tabung inserter h. Memakai sarung tangan i. Melakuakn vulva hygene dengan kapas DTT j. Memberitahu ibu kalau mau dipasang alat k. Memasang speculum di vagina untuk melihat serviks dan menganjurkan ibu untuk bernapas panjang l. Mengusap vagina dan serviks dengan larutan antiseptic m. Menjepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati pada posisi jam 11 dan 1 n. Memasukkan sonde uterus dengan teknik no touch (tidak menyentuh) ke dalam cavum uteri o. Menentukan posisi dan kedalaman cavun uteri dan keluarkan sonde

p. Mengukur atau meyamakan kedalaman pada cavum uteri pada sonde dan tabung iserter yang masih berada didalam kemasan sterilnya dengan menggeser leher biru pada tabung inserter kemudian buka seluruh plastic penutup kemasan IUD q. Mengangkat tabung IUD dari kemasannya tanpa menyentuh permukaan yang masih steril r. Memegang tabung IUD dengan leher biru dalam posisi horizontal sementara melakuakn tarikan hati-hati pada tenakulum. Masukkan tabung inserter ke dalam uterus sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan s. Memegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan t. Melepaskan lengan IUD dengan menggunakan teknik withdrawl (menarik keluar tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap menahan pendorong u. Mengeluarkan pendorong, kemudian tabung inserter di dorong kembali ke serviks sampai leher rahim menyentuh serviks/ada tahanan v. Mengeluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang IUD kurang lebih 3-4 cm w. Mengeluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah x. Melepaskan tenakulum dengan hati-hati , rendam dalam larutan chlorine y. Periksa serviks, kalau ada perdarahan di bekas tenakulum tekan dengan kasa z. Mengeluarkan speculum dengan hati-hati aa. Semua alat dibersihkan dan direndam dalam larutan chlorine 0,5%

bb. Mengembalikan posisi pasien cc. Memberitahu bahwa pemasangan IUD sudah selesai dd. Mencuci tangan 6. Menjelaskan pada ibu setelah pemasangan IUD untuk istirahat terlebih dahulu kira-kira 10 menit. Setelah sampai di rumah saat buang air kecil ibu bisa sambil memeriksa benang IUD, kalu benang teraba keluar bisa dimasukkan dengan menggunakan tangan 7. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya setelah pemasangan IUD jika ibu mengalami nyeri perut yang hebat, pusing, keputihan yang banyak dan berbau dan nyeri saat berhubungan seksual 8. Menjelaskan pada ibu untuk segera datang ke tempat pelayanan kesehatan jika mengalami tanda bahaya tersebut 9. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang yaitu 4 minggu lagi 10. Mendokumentasikan tindakan pada buku KB ibu VII. EVALUASI Tanggal : 15 juni 2013 Jam :

1. Ibu sudah mengetahui keadaan dirinya 2. Ibu sudah mengetahui tentang KB AKDR dan ibu bisa menjelaskan penjelasan yang telah diberikan 3. Ibu bersedia untuk dilakukan pemasangan IUD dan ibu sudah menandatangani informed consent 4. Pemasangan IUD Coper T 380 A sudah dilakukan 5. Ibu sudah mengerti tanda bahaya setelah pemasangan AKDR

TTD

Edy Ayu Dewi Purnama

Anda mungkin juga menyukai