Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN DATA FAKTOR RESIKO PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DAN STROKE NON HEMORAGIK BERULANG BULAN JULI

DESEMBER 2012
Diajukan untuk melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Disusun oleh : Adnan Rizky Maliki 03007009 Androniko Setiawan 03007018 Erina Steviana 03007084 Vina Prawiro 03007264

Pembimbing: dr. Mintarti Sp.S dr. Dyah Nuraini W. Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI 21 JANUARI 23 FEBRUARI 2013
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan dengan judul DATA FAKTOR RESIKO PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DAN STROKE NON HEMORAGIK BERULANG BULAN JULI DESEMBER 2012 ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang periode 21 Januari 2013 sampai dengan 23Februari 2013. Selain itu, besar harapan penulis dengan adanya laporan ini akan mampu menambah pengetahuan para pembaca sekalian tentang Data Faktor Resiko Stroke Non Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik Berulang Bulan Juli Desember 2012. Dalam penulisan makalah ini tim penulis telah mendapat bantuan, bimbingan dan kerja sama dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini tim penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Mintarti Sp.S dan dr. Dyah N. Sp.S selaku Pembimbing Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf di RSUD Semarang, serta kepada Bagian Rekam Medis RSUD Semarang, yang telah membantu membimbing dan menyediakan data, sehingga dapat kami olah selanjutnya.

Semarang, 11 Februari 2013

Tim Penulis

PENDAHULUAN

Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia.Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengandua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Menurut taksiran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 20,5 juta jiwa didunia sudah terjangkit stroke pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta telah meninggaldunia. Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus strokedi dunia. Di Amerika Serikat, stroke menempati posisi ketiga sebagai penyakit utama yang menyebabkan kematian. Posisi di atasnya dipegang penyakit jantung dan kanker. Di negeri Paman Sam ini, setiap tahun terdapat laporan 700.000 kasus stroke. Sebanyak 500.000 diantaranya kasus serangan pertama, sedangkan 200.000 kasus lainnya berupa stroke berulang. Sebanyak 75 % penderita stroke menderita lumpuh dan kehilangan pekerjaan. Di Indonesia penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker. Sebanyak 28,5 % penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya 15 % saja yang dapat sembuh total dari serangan strokedan kecacatan. Menurut WHO, Stroke Non Hemoragik adalah menifestasi klinik darigangguanfungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yangberlangsung dengan cepat, selama lebih dari 24 jam atau berakhir denganmaut, tanpa ditemukannya penyebab lain selain gangguan vaskuler. Pentingnya mengetahui faktor resiko penyebab stroke diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan pasien yang mempunyai resiko dan memudahkan dokter dalam hal penatalaksaannya.

INTERPRETASI DATA FAKTOR RESIKO STROKE NON HEMORAGIK DAN STROKE NON HEMORAGIK BERULANG

I.

HUBUNGAN DENGAN USIA Dari 79 sampel, kejadian stroke non hemoragik berdasarkan kelompok usia adalah: Usia <40 tahun terdapat 3 sampel (3,80%) dengan usia termuda 15 tahun. Usia 40 49 tahun terdapat 15 sampel (18,99%) Usia 50 59 tahun terdapat 27 sampel (34,18%) Usia 60 69 tahun terdapat 18 sampel (22,78%) Usia >70 tahun terdapat 16 sampel (20,25%) dengan usia tertua 78 tahun.

II.

HUBUNGAN DENGAN JENIS KELAMIN Dari jumlah keseluruhan 79 sampel didapatkan dari 35 sampel (44,3%) berjenis kelamin laki-laki dan 44 sampel (55,7%) berjenis kelamin perempuan.

III.

HUBUNGAN DENGAN FAKTOR RESIKO HIPERTENSI Dari jumlah keseluruhan 79 sampel, 60 sampel (75,95%) memiliki faktor resiko dengan hipertensi. Serta 18 sampel (22,78%) tidak memiliki faktor resiko hipertensi.

IV.

HUBUNGAN DENGAN FAKTOR RESIKO DIABETES Dari jumlah keseluruhan 79 sampel, 37 sampel (46,84%) memiliki faktor resiko dengan diabetes mellitus. Serta 42 sampel (53,16%) tidak memiliki faktor resiko diabetes mellitus.

V.

HUBUNGAN DENGAN FAKTOR RESIKO HIPERKOLESTROLEMIA Dari 79 sampel, didapatkan 33 sampel (41,77%) dengan kadar kolesterol yang di atas nilai normal, memiliki kadar kolesterol darah lebih dari 200 mg/dL, dan 46 sampel (58,23%) memiliki kadar kolestrol dalam batas normal

VI.

HUBUNGAN DENGAN FAKTOR RESIKO HIPERTRIGLISERIDEMIA Dari 79 sampel, didapatkan 11 sampel (13,92%) dengan kadar trigliserid yang di atas nilai normal, memiliki kadar trigliserida darah lebih dari 200 mg/dL, dan 68 sampel (86,08%) memiliki kadar trigliserida dalam batas normal

VII.

HUBUNGAN DENGAN FAKTOR RESIKO HIPERURISEMIA Dari 79 sampel, didapatkan 19 sampel (24,05%)memiliki kadar asam urat lebih dari batas normal, yaitu yang melebihi 6.1mg/dL, serta didapatkan 60 sampel (75,95%) memiliki kadar asam urat dalam batas normal.

VIII. HUBUNGAN DENGAN FAKTOR RESIKO > 1 Dari 79 sampel, didapatkan 44 sampel (55,70%) memiliki lebih dari 1 faktor resiko, 32 sampel (40,51%) memiliki 1 faktor resiko, serta 3 sampel (3,80%) tidak memiliki faktor resiko.

IX.

HUBUNGAN DENGAN DEFISIT NEUROLOGIS Dari 79 sample didapatkan 58 sample masuk rumah sakit dengan deficit neurologis hemiparesis. Sisanya masuk dengan tampilan defisit neurologis yang bervariasi, seperti disatria, paresis N.VII, IX, X, XII, vertigo, tetraparesis, mutisme, afasia, kejang, penurunan kesadaran, cefalgia.

X.

HUBUNGAN DENGAN HASIL CT SCAN Hasil temuan CT-Scan dari 52 sample memberikan gambaran lesi yang bervasiasi : infark corona radiata, infark lakuner corona radiata, infark krus posterior kapsula interna, infark serebelum, aging atrofi, tumor ekstra-axial pada lobus frontalis, infark ganglia basalis, infark thallamus, infark lakuner hemisfer, infark pada lobus parietalis, temporalis, oksipitalis, kalsifikasi di ganglia basalis,atrofi cerebri, infark pada nukleus lentiformis dan infark lakuner batang otak.

XI.

HUBUNGAN DENGAN LAMA RAWAT INAP Dari 79 sampel, sebagian besar, sejumlah 62 sampel (78,48%) dirawat inap selama 1 minggu atau kurang.Diikuti oleh 17 sampel (21,52%) yang dirawat 8 hari hingga 2 minggu.Hanya 1 sampel (1,27%) yang dirawat lebih dari 2 minggu.
6

XII.

HUBUNGAN DENGAN JEDA ONSET BERULANG Didapatkan 24 sampel (30,38%) mengalami serangan stroke berulang setelah jeda 1 tahun dan atau lebih dari serangan sebelumnya. 4 sampel (5,06%)mengalami serangan stroke berulang setelah serangan stroke kurang dari 1 tahun sebelumnya, dengan waktu paling singkat sekitar 1 bulan setelah serangan stroke sebelumnya. Didapatkan pula3 sampel (3,80%), mengalami serangan stroke berulang dalam waktu sekitar 1tahun setelahnya, 4 sampel (5,06%) mengalami stroke berulang setelah 2 tahun, dan 4 sampel (5,06%) mengalami stroke berulang setelah 3 tahun berikutnya. Didapatkan pula 9 sampel (11,39%) mengalami stroke berulang tanpa diketahui waktu onset serangan stroke sebelumnya.

KESIMPULAN

Stroke adalah penyebab sindrom neurologis fokal yang terjadi secara tiba-tiba, khususnya tipe yang disebabkan penyakit serebrovaskular. Stroke adalah salah satu penyebab kematian yang tertinggi di seluruh dunia.Selain itu, stroke juga adalah salah satu penyabab kecacatan yang tinggi.Stroke dapat disebabkan karena pendarahan dan non-pendarahan. Dari data yang ditemukan di RSUD Ketileng, pasien non hemoragik tidak memiliki perbedaan berarti dalam distribusi gender, dengan sampel laki-laki sebanyak 44,30% dan sampel perempuan sebanyak 55,70%. Usia sampel yang mengalami serangan stroke non hemoragikmemuncak pada kiasaran usia 50-59 tahun (34,18%). Juga didapatkan hubungan antara serangan stroke non hemoragikdengan hipertensi, di mana dengan adanya peningkatan tekanan darah (hipertensi) meningkatkan resiko terjadinya serangan. Demikian juga hasil temuan hubungan antara kadar gula darah sewaktu dengan kejadian serangan stroke non hemoragik. Sekitar 46,84% dari total sampel dengan diabetes mellitus, mengalami serangan stroke non hemoragik tersebut. Abnormalitas kadar kolesterol juga ditemukan pada 41,77% dari total sampel dengan serangan stroke non hemoragik. Hubungan dengan hipertrigliseridemia hanya ditemukan pada 13,92% total sampel yang mengalami serangan stroke non hemoragik. Rendahnya frekuensi hubungan dengan faktor risiko juga ditemukan dengan faktor risiko hiperurisemia, di mana hanya dimiliki 24,05% sampel. Sebagian sampel mengalami serangan stroke non hemoragik, 55,70% total sampel, memiliki lebih dari satu faktor resiko, dan 40,51% sampel lainnya memiliki satu faktor resiko saja. Onset kejadian stroke berulang pada 22,5% samper terjadi pada saat istirahat.Manifestasi tersering sampel stroke berulang adalah hemiparesis (70%), dan diikuti dengan defisit neurologis lainnya, seperti diartria dan paresis N. VII, IX, X, XII.Hasil temuan CT-Scan menunjukkan lokasi lesi yang bervariasi, seperti infark lakuner thalamus, infark crus posterior kapsula interna, infark lakuner korona radiate, infark ganglia basal. Sebagian besar sampel, 78,48%total sampel, dirawat inap selama satu minggu atau kurang, dan angka ini terus menurun sesuai lamanya perawatan.Kejadian stroke berulang dialami oleh
8

30,38% total sampel, sekitar 11,39% tidak terdapat data mengenai waktu onset serangan sebelumnya dan 10,12% mengalami serangan berulang setelah 2 sampai 3 tahun setelah serangan sebelumnya. Jadi, dalam penelusuran data ini didapatkan temuan bahwa sebagian besar sampel stroke berulang memiliki faktor risiko hipertensi, abnormalitas kadar gula darah sewaktu dan hiperkolesterolemia.

Anda mungkin juga menyukai