Anda di halaman 1dari 12

JURNAL MASYARAKAT KEBUDAYAAN DAN POLITIK

pendahuluan Berbagai peristiwa politik dunia yang terjadi beberapa dekade belakangan ini mengantarkan para pengamat politik sampai pada satu kesimpulan, bahwa proses demo-krasi dalam skala global tidak dapat dibendung lagi. Runtuhnya Tembok Berlin, keberhasilan gerakan solidaritas di Polandia, yang kemudian diikuti dengan maraknya gerakan prodemokrasi di berbagai negara Eropa Timur dan Tengah, seperti Yugoslavia, ungaria, !ekoslowa-kia, dan sebagainya, menguatkan tesis di atas. "erasnya proses demokratisasi dan redemokratisasi di berbagai belahan dunia sejak penggal kedua dekade #$%&-an itu dinilai untington sebagai 'gelombang demokrasi ketiga' ( untington, #$$#), atau yang disebut *+hmitter sebagai 'gelombang demokrasi keempat', karena proses demokratisasi itu meluas sampai setidaknya pertengahan dasawarsa #$$& an. ,elombang demokrasi keempat mempunyai +iri -+iri di antaranya, perubahannya lebih bersi-at global daripada sebelumnya sehingga konsekuensinya mempengaruhi lebih banyak negara (*+hmitter, #$$./ 012-.&). Pendek kata, dalam skala global, demokrasi merupakan suatu sistem politik meminjam istilah 3alk yang bersi-at keharusan (3alk, #$$./ #&1-00). *atu hal yang patut di+atat, di berbagai perubahan tersebut, peranan masyarakat atau +ivil so+iety (masyarakat madani) dalam proses trans-ormasi demokrasi sangat menentukan. Betapapun, keberhasilan proses itu tidak jarang ditentukan oleh kesediaan para elit pemegang kekuasaan khususnya militer untuk turun se+ara 4suka rela4. 5amun tak bisa disangkal bahwa, proses kesediaan para elit pemegang kekuasaan tersebut disebabkan oleh adanya desakan dari masyarakat madani, baik melalui aksi -aksi yang bersi-at damai maupun gerakan-gerakan yang melibatkan kekerasan -isik. 6kibatnya, studi studi tentang trans-ormasi demokrasi di mana masyarakat madani banyak berperan di. "alamnya dan konsolidasi demokrasi sangat marak pada dekade #$$&an. Beberapa tulisan yang membahas tentang tran-ormasi demokrasi di antaranya adalah *tephani 7awson (#$$0), 8illiam (#$$1), dan ishiyama (#$$.). *ejak saat itulah, konsep dan analisis +ivil so+iety kembali menghiasi buku-buku dan jurnal-jurnal ilmu politik untuk menjelaskan -enomena mun+ulnya proses demokratisasi yang berskala global, terutama untuk menjelaskan mun+ulnya gerakan-gerakan masyarakat madani dalam melakukan trans-ormasi demokrasi, baik dari rejim totalitarian --sebagaimana yang terjadi di beberapa bekas negara komunis9sosialis maupun trans-ormasi dari rejim otoritarian-sebagaimana yang terjadi di beberapa negara 6merika *elatan atau Tengah. Bahkan, konsep dan analisis tersebut juga dipakai di berbagai negara lain untuk (sekedar) menjajagi potensi mun+ulnya masyarakat madani dalam melakukan trans-ormasi sosial, ekonomi dan politik. "i :ndonesia misalnya, analisis relati- komprehensi- tentang masyarakat madani banyak dikenalkan oleh ikam (#$$2), dan beberapa penulis lain seperti 6rie- Budiman (#$$;).

Permasalahan "alam perkembangan ilmu politik, wa+ana masyarakat madani mempunyai akar historis +ukup panjang. *ejak 6ristoteles, konsep tersebut telah menjadi diskursus menarik di kalangan ilmuwan politik. 5amun, konsep itu tampaknya mempunyai nuansa yang tidak sama pada tahap-tahap perkembangan sejarah tertentu. *ebelum abad ke-#%, misalnya, masyarakat madani umumnya diartikan dan dipahami sama dengan pengertian negara, sehingga antara term masyarakat madani dengan negara (the state) sering dipakai se+ara bergantian untuk merujuk pada makna yang sama. Baru setelah penggal terakhir abad #%, terminologi ini mengalami pergeseran makna. <onsep masyarakat madani dipahami sebagai suatu entitas yang saling berhadapan dengan negara. 5egara dan masyarakat madani dipahami sebagai identitas yang berbeda ( ikam,#$$2/#-0).

Pembahasan Pada perkembangan dewasa ini, konsep masyarakat madani digunakan untuk memahami gerakan demokratisasi yang bersi-at universal, sebagaimana yang belakangan ini mendominasi wa+ana politik di berbagai negara. Pemahaman sema+am itu terutama berkembang setelah keberhasilan gerakan-gerakan +ivil so+iety (dan kelompok-kelompok pro demokrasi) di beberapa negara Eropa Timur dan Tengah, seperti di Polandia, Yugoslavia, masyarakat yang independen dan relati- bebas dari intervensi kekuasaan negara. =ean 7. <ahin dan 6ndrew 6rato misalnya, menkonsepkan masyarakat madani sebagai suatu kondisi kehidupan masyarakat yang tegak di atas prinsip-prinsip egaliterisme dan inklusivisme universal. *ebagaimana yang ditulis <ohen dan 6rato (#$$;/#$)/ >odern +ivil-so+iety is based on egalitarian prin+iples and universal in+lution, e?perien+e in arti+ulating the politi+al will and in +olle+tive de+ision making is +ru+ial to the reprodu+tion o- demo+ra+y. *e+ara kongkrit, masyarakat mada-ni bisa berujud dalam bentuk berbagai organisasi yang berada di luar institusi-institusi pemerintah yang mempunyai +ukup kekuatan untuk melakukan kounter atau mengimbangi terhadap negara (,ellner, #$$./0;). 6tau, berupa kelompok-kelompok yang melakukan gerakan sosial politik untuk menuntut adanya trans-ormasi ungaria, !ekoslowa-kia, dan sebagainya. <onsep tersebut kemudian dipahami sebagai suatu wilayah

demokrasi meski mungkin tidak terorganisir ketat seperti kelompok keluarga atau RT, buruh, petani dan sebagainya. *e+ara demikian, masyarakat madani (3oley and Edwards,#$$2) harus dipahami sebagai/ 7ebih jauh, Eisenstadt (#$$./;1&-;) mengajukan empat komponen

masyarakat madani sebagai suatu prasarat tegaknya demokrasi modern dan sekaligus membantu untuk melakukan transisi dari rejim otoritarian atau totalitarian menuju demokrasi/ adanya

otonomi dari negara terhadap individu dan kelompok@ di satu sisi masyarakat dan organisasi atau lembaga-lembaga yang ada mempunyai akses ke berbagai lembaga negara, namun di sisi lain mereka menerima sua-tu komitmen tertentu pada komunitas politik (politi+al +omunity) dan berbagai peraturan yang ada. 6rtinya, ada interaksi timbal balik dan saling menguntungkan antara negara dan masyarakat@ A adanya ruang publik (publi+ arenas) yang dapat dijadikan masyarakat untuk

mengaktualisasikan diri9kepentingan yang relati- bebas dari intervensi negara@ A masyarakat mempunyai akses ke ruang publik tersebut. >eski akar pemikiran masyarakat madani pada dasarnya dapat dirunut ke belakang sejak jaman 6ristoteles, namun, !i+erolah yang mulai memperkenalkan pemakaian istilah so+ietes +ivilis dalam -ilsa-at politik. "i Eropa, +ikal bakal masyarakat madani diawali dengan menguatnya kekuatan-kekuatan politik di luar raja ketika pihak kerajaan membutuhkan upeti atau sumbangan lebih besar dari kelompok-kelompok tuan tanah. 5amun, perkembangan masyarakat madani se+ara besar-besaran dimulai sejalan dengan proses -ormasi sosial dan perubahan-perubahan politik di Eropa akibat pen+erahan (enlightenment) dan modernisasi dalam menghadapi persoalan duniawi, yang keduanya waktu itu ikut mendorong tergusurnya rejim-rejim absolut ( ikam, #$$2). *elanjutnya, perkembangan masyarakat madani se+ara kuat berhubungan dengan -enomena masyarakat borjuasi Eropa, yang pertumbuhann ditandai dengan perjuangan untuk melepaskan diri dari dominasi negara (Rasyid, #$$B). <arena itu se+ara konseptual, gagasan masyarakat madani, terutama setelah

pertengahan abad #%, biasanya diletakkan pada posisi yang saling berhadapan dengan negara. Beberapa pemikir yang menempatkan masyarakat madani se+ara berhadapan dengan negara adalah 6dam 3erguson, =ohan 3oster, Tom odgkins, Emmanuel *ieyes, Tom Paine, dan

sebagainya. Pemisahan antara masyarakat dan negara ini pada perkembangan selanjutnya menjadi -o+us perhatian egel dalam -ilsa-at politiknya. 5amun, egel tidak begitu optimistik

dalam melihat masyarakat madani. Bagi

egel, gagasan tersebut tidak seharusnya diberi

kebebasan se+ara luas, namun membutuhkan supervisi dan perlu dikontrol oleh negara. >enurutnya, kebebasan mengembangkan aspirasi dan kepentingan yang berbeda yang menjadi +iri masyarakat madani dapat men+iptakan kerawanan terhadap kesatuan kelompok atau negara. "i sinilah letak pentingnya keterlibatan (intervensi) negara pada kehidupan masyarakat madani. *ebab, jika masyarakat dibiarkan bebas tanpa kontrol dan intervensi negara, maka mereka +enderung menjadi suatu kesatuan yang melumpuhkan dirinya sendiri (a sel- +rippling entity) Perdebatan posisi egel tentang hubungan negara dan +ivil so+iety dapat dilihat dalam =ean

!ohen and 6ndrew 6rato (#$$;/$#-##.). Betapapun konsepsi egel ini kurang mendapat sambutan di kalangan pemikir politik egel tidak mengkonsepsikan masyarakat madani sebagai

kontemporer, namun ia berhasil memberikan sumbangan berharga pada perkembangan konsep tersebut (8alCer, #$$./ ;), yaitu/ suatu kondisi kebebasan yang lahir se+ara alamiah, tetapi sesuatu yang lahir se+ara historis, yaitu sebagai suatu kehidupan etis (ethi+al li-e) yang mengambil posisi di dalam three-part -ramework, yakni keluarga, masyarakat madani dan negara. 6rtinya, masyarakat madani tidaklah akan mun+ul dengan sendirinya, tetapi perlu diperjuangkan keberadaannya sebagai hasil dari proses sejarah yang berlangsung lama. egel mengkonsepsikan masyarakat madani sebagai suatu kehidupan yang penuh dengan kon-lik. 6rtinya, di dalam masyarakat madani akan selalu ada kon-lik di antara para anggotanya karena adanya perbedaan kepentingan. Bagi egel, 4+ivil so+iety is des+ribed as a realm o- +on-li+t and -ragmentation.4 5amun, konsep memisahkan masyarakat madani dan negara ini dikritik oleh enningsen. Bagi enningsen, sebagaimana juga =urgen abermas, masyarakat madani merupakan menurutnya, antara '+ivil so+iety' egel yang

+onstitutive +ondition dari masyarakat

politik. *ebab,

(masyarakat madani) dan 'politi+al so+iety' (masyarakat politik) adalah dua istilah yang saling dapat dipertukarkan (inter+hangable). >asyarakat madani pada dasarnya adalah identi+ dengan ruang publik masyarakat modern yang ber-ungsi dengan baik. <arena itu, memisahkan negara dan masyarakat, atau menempatkan '+ivil so+iety' dan 'politi+al so+iety' pada posisi yang saling bertabrakan adalah sesuatu yang tidak realistik.

6palagi, mende-inisikan masyarakat madani sebagai suatu organisasi sukarela non pemerintah yang berarti menempatkan +ivil so+iety se+ara terpisah dengan masyarakatakan mengalami kesulitan untuk mengidenti-ikasi dan merujuk pada realitas empirik. =ika masyarakat madani merujuk pada organisasi - organisasi seperti kelompok perdagangan, serikat buruh9pekerja, organisasi pro-esional dan sebagainya, persoalan yang mun+ul adalah, bagaimana dengan organisasi politikD 6pakah masuk akal untuk membedakan antara '+ivil so+iety' dari 'politi+al so+iety'D *eandainya memang dibedakan, bagaimana membedakan antara asosiasi-asosiasi politik per se dengan aktivitas politik kelompok-kelompok di dalam masyarakat madani, dan bagaimana membedakan asosiasi-asosiasi politik dari kelompok

kepentingan dan lembaga-lembaga keagamaan yang sebenarnya dimobilisasi untuk men+apai tujuan-tujuan yang bersi-at politikD *ingkat pertanyaan, kapankah suatu '+ivil so+iety' menjadi 'politi+al so+iety'D (3oley and Edwards, #$$2). "i samping itu, pandangan egel yang se+ara tegas meletakkan posisi masyarakat

madani di bawah supervisi negara jelas tidak menjadi inspirasi bagi mun+ulnya gerakan-gerakan membangun kembali masyarakat madani di negara-negara Eropa Timur dan Tengah. "i kawasan itu, gerakan +ivil so+iety Pengalaman historis beberapa negara di kawasan tersebut menunjukkan ditolaknya tesis egel, bahwa masyarakat madani +enderung melumpuhkan dirinya sendiri. =ustru terdapat bukti kuat bahwa intervensi negara menyebabkan melemahnya kehidupan masyarakat madani. <arena itu, gagasan +ivil so+iety di kawasan itu menjadi landasan idelogis untuk melepaskan diri dari +engkeraman totalitarian penguasa. dipahami sebagai upaya untuk membangun kemandirian masyarakat di satu sisi dan melemahkan intervensi atau supremasi negara di sisi lain. <eberhasilan masyarakat madani dalam menumbangkan rejim totalitarian beberapa

negara Eropa Timur dan Tengah, seperti kemenangan +ivil so+iety di Polandia pada pemilu =uni #$%$ (*molar, #$$2@ juga Rasyid, #$$B), membuktikan e-ektivitas gagasan tersebut dalam mengilhami mun+ulnya gerakan-gerakan masyarakat madani untuk menumbangkan penguasa totaliter, termasuk keberhasilan gerakan masyarakat madani dalam menumbangkan otoritarian di beberapa negara 6merika *elatan dan Tengah. >elalui gerakan masyarakat madani inilah terjadi proses trans-ormasi demokrasi di kawasan Eropa Timur dan Tengah. Tentu saja, se+ara konseptual sebenarnya masih dapat rejim

diperdebatkan, apakah +ivil si+iety yang men+iptakan sistem pemerintahan demokratis, atau justru pemerintahan demokratis setidaknya karena longgarnya kontrol dan intervensi 5egara yang men+iptakan masyarakat madani. al ini didasarkan pada satu pemahaman bahwa, suatu masyarakat madani adalah kondisi di mana di dalamnya terdapat kemandirian masyarakat, baik se+ara individual maupun kelompok dan adanya ruang publik yang bebas dari intervensi negara. "engan begitu, hanya pada sistem demokrasilah yang dapat men+iptakan adanya masyarakat madani. Beberapa penulis mengatasi persoalan konseptual ini meskipun sebenarnya tidak menjawab persoalan yang ada dengan meletakkan kedua konsep tersebut pada hubungan yang saling mempengaruhi (resiprokal). 6rtinya, sebagaimana ditulis 8alCer (#$$./;1)/

>eski demikian, keberhasilan masyarakat madani menumbangkan rejim totaliter dan men+iptakan sistem politik yang demokratis di beberapa negara Eropa Timur dan Tengah pada tahun #$%$-#$$& di atas ternyata mengilhami gerakan yang sama di banyak negara di belahan dunia yang lain. *ebagaimana yang di+atat oleh untington maupun *hmitter, pada awal dekade #$$&-an telah mun+ul proses demokratisasi politik yang bersi-at global. <enyataan ini yang pada akhirnya memberi inspirasi kepada 3ran+is 3ukuyama (#$$;), bahwa proses demokrasi di negara-negara yang totaliter dan komunis tidak dapat dielakkan, dan diikuti dengan kemenangan sistem demokrasi dan kapitalis. :a men+atat, bahwa seluruh evolusi historis kehidupan politik modern akan bermuara pada demokrasi. <edua, wa+ana masyarakat madani dapat mengilhami sekaligus menjelaskan

mun+ulnya gerakan-gerakan pro demokrasi di :ndonesia. <eberhasilan gerakan +ivil so+iety di beberapa negara Eropa Timur dan Tengah dalam menumbangkan rejim totaliter atau otoriter dan men+iptakan negara demokrasi dapat dijadikan pelajaran berharga untuk melihat peran yang sama di negara-negara totaliter atau otoriter yang lain. 8a+ana masyarakat madani dijadikan sebagai kerangka analisis untuk menjelaskan proses trans-ormasi menuju demokrasi di banyak negara. "ari pengalaman Eropa Timur dan Tengah menunjukkan, bahwa mun+ulnya gerakan masyarakat madani diawali oleh ketidakmampuan rejim totaliter di kawasan tersebut untuk memenuhi janji-janjinya sendiri dalam men+iptakan kesejahteraan dan keadil-an sosial.

"i negara-negara

ini, sistem totaliter di bawah rejim komunis dihadapkan dengan

kekuatan demokratis dalam masyarakat madani yang bertujuan (a) membebaskan individu dari +engkeraman penguasa, (b) memulihkan kemandirian individu sebagai warga negara, (+)

menuntut jaminan hak-hak asasi manusia, kebebasan berbi+ara dan menyatakan pendapat, serta keadilan yang merata di seluruh bidang kehidupan, baik sosial, ekonomi maupun politik. 3enomena tersebut menimbulkan revolusi harapan di sebagian masyarakat :ndonesia, yang merasa tinggal di suatu negara yang mempunyai persamaan dengan negara-negara di Eropa Timur dan Tengah, yakni kuatnya peranan negara. Termasuk juga, persamaan kuatnya peran negara antara :ndonesia dan beberapa negara 6merika 7atin yang mengalami proses trans-ormasi demokrasi melalui +ivil so+iety. "engan demikian, harapan yang patut diajukan adalah/ tidakkah akan mun+ul -enomena yang sama, yaitu penguatan masyarakat madani dan proses demokratisasi di :ndonesia sebagaimana yang pernah terjadi di beberapa negara di mana intervensi negara dalam kehidupan masyarakat +ukup kuatD Revolusi harapan inilah yang mengilhami mun+ulnya gerakan prodemokrasi di :ndonesia. <etiga, wa+ana masyarakat madani dapat membantu mengidenti-ikasi

kelompok-kelompok stra-tegis yang mempunyai kemungkinan besar tampil sebagai agen demokrasi. 6rtinya, pengalaman kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat madani di beberapa negara yang mengalami trans-ormasi demokrasi melalui +ivil so+iety dapat dijadikan sebagai barometer untuk melihat peran yang sama yang dimainkan oleh kelompok-kelompok tersebut di negara-negara lain. "i beberapa negara ini, kelompok seperti buruh, petani, +endekiawan, gereja, partai politik dan sema+amnya, mempunyai peran yang +ukup menentukan dalam proses trans-ormasi demokrasi. 8a+ana demiki-an itu dapat dijadikan pijakan untuk mengidenti-ikasi kelompok-kelompok strategis yang dapat dijadikan sebagai agen demokratisasi di :ndonesia. Tentu saja, relevansi wa+ana tersebut tidak hanya sebatas sebagai sarana untuk mengidenti-ikasikan kelompok prodemokrasi. 7ebih dari itu, identi-ikasi kelompok strategis ini. "i samping itu, menempatkan demokrasi sebagai satu-satunya arah yang hendak dituju oleh perjuangan masyarakat madani di :ndonesia tampaknya juga harus hati-hati. >ungkin tak semua perjuangan +ivil so+iety di :ndonesia menghendaki arah demokrasi liberal sebagaimana yang terjadi di beberapa negara Eropa Timur dan Tengah.

>asih ada sebagian kelompok yang menghendaki demokrasi pan+asila. *elain itu, di dalam demokrasi sendiri ternyata menyimpan banyak keterbatasan. *alah satunya adalah ketidakmampuan para kampiun demokrasi menerapkan nilai-nilai demokrasi se+ara universal. >isalnya, sering terdengarnya ketidakadilan di 6merika *erikat terhadap warga kulit hitam, juga perlakuan tak adil di 6ustralia terhadap suku aborigin dan sebagainya. Bahkan, beberapa negara menggunakan standar ganda dalam menerapkannya. Peran+is misalnya, perilaku demokratisnya hanya di negaranya, sementara perilaku yang sama tidak ditunjukkan di 6ljaCair ( amdi, #$$2). Berbagai keterbatasan itu tampaknya mempengaruhi sebagian kelompok masyarakat madani di :ndonesia untuk mempertanyakan demokrasi ma+am apa yang hendak dituju. <edua, wa+ana tersebut ternyata tidak seluruhnya berisi +erita-+erita sukses

trans-ormasi demo-krasi, namun juga +erita minor. <on-lik etnis dan agama yang begitu menguat di beberapa daerah bekas Yugoslavia merupakan salah satu +ontohnya. Pertikaian segitiga antar suku, ras dan agama antara <roasia, *erbia dan Bosnia, seakan membenarkan tesis egel, yaitu bahwa masyarakat madani adalah suatu entitas yang +enderung menghan+urkan dirinya sendiri, sehingga diperlukan intervensi negara. <enyataan ini setidaknya dapat meragukan optimisme 3ukuyama, sebab kebangkitan demokrasi liberal di berbagai negara setelah perang dingin justru menimbulkan semangat nasionalisme kesukuan dan keagamaan (ethnoreligious). :nilah mungkin, letak relevansi tesis all bahwa nasionalisme merupakan salah satu musuh (enemy) masyarakat madani ( all, #$$./ #;-1). <asus-kasus khusus di atas membawa pada satu kesimpulan penting, bahwa gerakan masyarakat madani di Eropa Timur dan Tengah ternyata tidak seluruhnya menghasilkan demokrasi. 6rtinya, jalan menuju demokrasi melalui masyarakat madani ternyata tidak semulus yang dibayangkan banyak orang, termasuk oleh pendukung gerakan +ivil so+iety itu sendiri. <enyataan itu meragukan sebagian kalangan di :ndonesia, apakah penguatan masyarakat madani yang bisa berimplikasi pada penguatan perasaan kesukuan dan keagamaan merupakan satu-satunya +ara yang paling tepat untuk menuju demokrasi di :ndonesia. <etiga, dari segi tradisi ketatanegaraan di :ndonesia, setidaknya pada masa Erde Baru yang baru lalu, penempatan masyarakat dan negara pada posisi yang berhadapan kurang mempunyai landasan normati-9hukum, setidaknya menurut interpretasi penguasa. Para pemegang kekuasaan meyakini bahwa antara negara dan masyarakat adalah tidak bisa diposisikan saling bertentangan. "alam tradisi konsep kekuasaan =awa disebut sebagai 4manunggaling kawula

gusti4 (menyatunya rakyat dan penguasa). "alam praktek kenegaraan modern, hal ini dimani-estasikan dalam -aham kenegaraan yang oleh *oepomo disebut negara integralistik, di mana kedaulatan negara pada tara--tara- tertentu dapat meng-atas-i kedaulatan rakyat. Perdebatan tentang -aham negara :ntegralistik dan kritik terhadapnya, lihat >arsilam *imanjuntak (#$$1), juga Bour+hier (#$$2/ #1-1&). <eempat, omponen-komponen masyarakat madani sebagai prasyarat tegaknya demokrasi modern di :ndonesia sangat sulit terpenuhi, seperti (a) adanya otonomi, (b) akses pada lembaga-lembaga negara, (+) adanya ruang publik dan akses pada ruang tersebut. "i :ndonesia, baik individu maupun kelompok, sangat sulit memiliki otonomi yang kuat dihadapan negara, karena sistem perwakilan kepentingan di :ndonesia menggunakan sistem korporatisme negara. "emikian juga komponen adanya ruang publik yang relati- bebas dari intervensi negara. Berbagai ruang publik yang ada seperti pers misalnya, tidak bebas dalam menjalankan perannya karena kontrol yang +ukup ketat dari negara melalui lembaga *:FP (*urat :jin Fsaha Penerbitan). <arena itu, akses masyarakat terhadap kedua komponen tersebut juga sangat lemah. :ntervensi negara +ukup kuat, baik pada ber-ungsinya lembaga-lembaga tersebut maupun pada masyarakat.

:G. <esimpulan

"ari uraian di atas dapat diketahui bahwa se+ara konseptual, wa+ana masyarakat madani ternyata mengalami perkembangan baik se+ara substansial maupun praktikal. Pengalaman di belahan dunia lain tentang keberhasilan trans-ormasi demokrasi melalui jalan +ivil so+iety agaknya tidak berjalan linier dengan pengalaman di :ndonesia, bahkan mungkin di kebanyakan negara-negara 6sia lainnya. <arena itu, se+ara konseptual, penggunaan masyarakat madani sebagai kerangka analisis untuk memahami demokrasi di :ndonesia agaknya perlu hati-hati, karena di samping kele-bihan-kelebihannya juga terkan- dung kekurangan.

6pa yang disebut masyarakat madani jika menggunakan kriteria *+hmitter seperti adanya otonomi, akses pada lembaga-lembaga negara, adanya ruang publik yang bebas dan akses pada ruang publi+ di :ndonesia sebenarnya belum ada se+ara penuh, kalau pun memang ada, setidaknya ia baru tumbuh. Fntuk itu, relevansi atau penggunaan konsep masyarakat madani di :ndonesia mungkin tidak diletakkan sebagai produk sejarah yang sudah jadi, tetapi perlu diletakkan dalam tataran proses. 6rtinya, diskursus itu dipakai sebagai kerangka analisis untuk memahami tumbuh dan berkembangnya serta peran yang mungkin dimainkan oleh masyarakat madani dalam proses demokratisasi di :ndonesia.

G. "a-tar Pustaka

Bour+hier, "avid, 7ineages o- Ergani+ist Politi+al Thought in :ndonesia (>elbourne/ >onash Fniversity, #$$2). Budiman, 6ri-e, (ed.), *tate and !ivil *o+iety in :ndonesia (Gi+toria/ !entre o- *outhest 6sian *tudies >onash Fniversity, #$$;). Eisenstadt, *.5., 4!ivil *o+iety4, dalam *eymour >. 7ipset (ed.), The En+y+lopedia o-

"emo+ra+y, Golume :, (8ahington, ".!./ !ongressional Huarterly :n+., #$$.). 3alk, Ri+hard, En uman ,overnment, Toward a 5ew ,lobal Politi+s (Pennsylvania/ The Pennsylva-nia *tate Fniversity Press, #$$.). 3oley, >i+hael 8., and Edwards, Bob, 4The Parado? o- !ivil *o+iety4, dalam =ournal o"emo+ra+y, Go. B, 5o, 0, #$$2. 3ukuyama, 3ran+is, The End o- istory and The 7ast >an (5ew York/ The 3ree Press, #$$;). ,ellner, Ernest, 4The :mportan+e o- Being >odular4, dalam =ohn 6. Theory, istory, !omparison (!am-bridge/ !ambridge Fniversity Press, #$$.). all, =ohn 6., !ivil *o+iety/ Theory, istory, !omparison (!am-bridge/ !ambridge Fniversity Press, #$$.). amdi, >ohamed E., 4:slam and "emo+ra+y/ The 7imits o- the 8estern >odel4, dalam =ournal o- "emo+ra+y, Gol B, 5o. ;, tahun #$$2. ikam, >uhammad 6*, "emokrasi dan !ivil *o+iety (=akarta/ 7P0E*, #$$2). untington, *amuel P., The Third 8ave/ "emo+ratiCation in the Twentieth !entury (5orman/ Fniversity o- Eklahoma Press, #$$#). all, !ivil *o+iety/

:shiyama, =ohn T., 4!ommunist Party in Transitions/ stru+tures, 7eaders, and Pro+esses o"emo+ratiCation in Eastern Europe4, dalam !omparative Politi+s, Gol. ;B, 5o. ;, #$$..<ohen, =ean 7., and 6rato, 6ndrew, !ivil *o+iety and Politi+al Theory (!ambridge/ The >:T Press, #$$;). 7awson, *tephani, 4!on+eptual :ssues in the *tudy o- Regime !hange and "emo+ra+y4, dalam !omparative Politi+s, Gol. ;, #$$0.

>ardin, *eri-, 4!ivil *o+iety and :slam4, dalam =ohn 6.

all (eds.), !ivil *o+iety/ Theory,

istory, !omparison (!ambridge/ !ambridge Fniversity Press, #$$.). Rasyid, >. Ryaas, 4Perkembangan Pemikiran tentang >asyarakat <ewargaan (Tinjauan Teoritik)4, dalam =urnal :lmu Politik, 5o. #B, #$$B. *+hmitter, Philippe !., 4"emo+ratiCation, 8ave o-4, dalam *eymour >. 7ipset (eds.), The En+y+lopedia o- "emo+ra+y, Gol. : (8ahington, ".!./ !ongressional Huarterly :n+., #$$.). *imanjuntak, >arsilam, Pandangan 5egara :ntegralistik (=akarta/ ,ra-iti, #$$1). *molar, 6leksander, I!ivil *o+iety 6-ter !ommunism/ 3rom Epposition to 6tomiCationJ, dalam =ournal o- "emo+ra+y, Gol. B, 5o. #, #$$2. 8alCer, >i+hael, Toward a ,lobal !ivil *o+iety (E?-ord/ Berghahn Books, :n+., #$$.). 8illiam, Philip =., 4"ual Transitions -rom 6uthoritarian Rule/ Populer and Ele+toral "emo+ra+y in 5i+aragua4, dalam !omparative Politi+s, Gol. ;2, 5o. ;, #$$1.

Anda mungkin juga menyukai