remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi. Kita juga tidak boleh lupa bahwa masa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Di saat remajalah proses menjadi manusia dewasa berlangsung. Pengalaman manis, pahit, sedih, gembira, lucu bahkan menyakitkan mungkin akan dialami dalam rangka mencari jati diri. Sayangnya, banyak diantara mereka yang tidak sadar bahwa beberapa pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Dalam kehidupan para remaja sering kali diselingi hal-hal yang negatif dalam rangka penyesuaian dengan lingkungan sekitar baik lingkungan dengan teman temannya di sekolah maupun lingkungan pada saat dia di rumah. Rasa ingin tahu dari para remaja kadangkadang kurang disertai pertimbangan rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan. Dan disanalah para remaja banyak yang terjebak dalam beberapa perilaku menyimpang yang lazim disebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Perilaku menyimpang dikalangan remaja atau yang biasa desebut dengan kenakalan remaja bentuknya bermacam-macam seperti perkelahian secara perorangan atau kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian, perampokan, penganiayaan, penyalahgunaan narkoba, dan seks bebas pranikah. Bentuk-bentuk kenakalan yang demikian biasa disebut juga dengan pergaulan bebas. Perilaku yang penuh dengan kebebasan seringkali mengarah pada kenakalan yang sangat mencemaskan Sangat menyedihkan saat perilaku ini mengakibatkan tingginya jumlah penyimpangan dikalangan remaja. Penyimpangan-penyimpangan yang kasusnya makin marak dan menarik untuk dibahas adalah pergaulan bebas atau lebih spesifiknya disebut seks bebas. Dari tahun ke tahun kasus seks bebas di negeri ini makin banyak saja jumlahnya, dan tak dapat dipungkiri bahwa sebagian pelakunya adalah remaja (pelajar dan mahasiswa). Di berbagai media pemberitaan baik media massa ataupun media elektronik, yang namanya kasus seks bebas selalu saja muncul. Inilah indikasi bahwa seks bebas kasusnya makin marak.
Seperti banyak orang bilang bahwa masa remaja merupakan masa yang rentan, seorang anak dalam menghadapi gejolak biologisnya. Apalagi ditunjang dengan era globalisasi dan era informasi yang sedemikian rupa menyebabkan remaja sekarang terpancing untuk cobacoba memp raktekkan apa yang dilihatnya. Terlebih bila apa yang dilihatnya merupakan informasi tentang indahnya seks bebas yang bisa membawa dampak pada remaja itu sendiri. Nah dari sinilah kasus seks bebas di negeri ini semakin hari semakin meningkat. Di tambah lagi kasus video mesum tiga artis belakangan ini, yang tentunya semakin mengingatkan kita akan betapa tingginya aktivitas seks bebas ini terjadi di Negara kita. Kita sebagai generasi penerus bangsa ini seharusnya malu melihat negara kita yang dikenal dunia dengan populasi mayoritas muslim terbesar, tetapi menjadi konsumen industri pornografi dan pornoaksi nomor dua setelah Rusia. Tak hanya itu akses masyarakat Indonesia terhadap nama-nama sex-idol (bintang porno) seperti Pamela Anderson dari Amerika Serikat atau Maria Ozawa alias Miyabi dari Jepang, terekam oleh google trends menempati peringkat 1 di dunia selama 3 tahun berturut-turut sampai tahun ini. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKS BEBAS Penyebab perilaku seks bebas sangat beragam. Pemicunya karena lingkungan, sosial budaya, penghayatan keagamaan, penerapan nilai-nilai, faktor psikologis dan ekonomi. Secara garis besar faktor yang berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja terdiri dari faktor didalam individu (internal) dan faktor diluar individu (eksternal). 1. Faktor di dalam Individu (Internal) a. Usia Hyde dalam psychologymania.com (2012) menemukan bahwa makin dewasa, makin besar kemungkinan remaja untuk melakukan hubungan seks bebas. Hal ini dikarenakan pada usia ini adalah potensial aktif bagi mereka untuk melakukan perilaku seks bebas. Berkaitan dengan usia juga ditemukan bahwa semakin muda usia pada hubungan seksual yang pertama, maka cenderung untuk lebih permisif daripada mereka yang lebih dewasa pada hubungan seksualnya yang pertama. Pada remaja putri, makin muda saat menstruasi pertama, makin mungkin terjadinya hubungan seks pada remaja. Perubahan pada hormon yang terjadi seiring dengan menstruasi berkontribusi pada meningkatkatnya keterlibatan seksual pada sikap dan hubungan dengan lawan jenis. b. Sikap Permisif Faktor didalam individu yang cukup menonjol adalah sikap permisif dari individu yang bersangkutan (Laksmiwati, Tt). Sikap permisif ini akan muncul ketika remaja merasa paling menarik secara seksual dan sosial. Artinya, ia merasa banyak disukai oleh orang lain, terutama lawan jenis. c. Penghayatan Keagamaan Rendahnya religiusitas dan sikap serba boleh dalam perilaku seks berjalan sejajar seiringan. Clayton & Bokemier menyatakan, sikap permisif terhadap hubungan seks bebas dapat dilihat dari aktivitas keagamaan dan religiusitas (Rice dalam
psychologymania.com, 2012). Penghayatan tentang perintah dan larangan agama saat ini sangat minim, karena kurangnya pendidikan agama di rumah. Bahkan di sekolah pelajaran agama hanya diberikan selama dua jam pelajaran dalam satu minggu dan hanya sebatas pendekatan nilai akademis. 2. Faktor di luar Individu (Eksternal) a. Lingkungan Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku seks bebas remaja, baik lingkungan keluarga, teman sebaya (peer group) dan Pacar. b. Keluarga Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang disharmoni keluarga maka resiko anak untuk berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan remaja yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis. Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain: (1). Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation, divorce). Remaja yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga tanpa ayah lebih mungkin untuk mencari hubungan seks bebas sebagai alat untuk menemukan afeksi dan persetujuan sosial, daripada remaja yang tumbuh dengan adanya ayah. Peran ayah sebagai figur yang disegani dan penegak aturan tidak ada, sehingga anak cenderung merasa bebas. (2). Kesibukan orang tua, yang menyebabkan ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak di rumah. Pada keluarga yang berada di kota besar, merupakan suatu pola kehidupan yang wajar dimana ayah dan ibu bekerja. Hal tersebut seringkali mengakibatkan kehidupan anak-anak mereka kurang mendapatkan pengawasan orang tua dan memiliki kebebasan yang terlalu besar termasuk kebebasan dalam mengeksplorasi masalah seksual. Padahal ekspresi kebebasan mereka masih membutuhkan bimbingan agar tetap sesuai dengan standar nilai yang baik dan benar. (3). Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik (buruk). Baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang masih menganggap tabu mengenai seks menyebabkan orang tua tidak terbuka untuk membicarakan masalah seks pada anaknya. Padahal disaat ini dunia remaja semakin mencari kebebasan. Hal ini cenderung membuat anak mencari informasi mengenai seksual dari sumber lain, misal teman atau internet. (4). Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi daripada kejiwaan (psikologis). c. Saudara kandung Remaja, khususnya remaja puteri dipengaruhi oleh sikap dan tingkah laku saudara kandung dengan jenis kelamin yang sama. d. Teman sebaya (Peers Group) Remaja cenderung untuk membuat standar seksual sesuai dengan standar teman sebaya secara umum. Pengaruh kelompok teman sebaya pada perilaku seksual remaja terjadi melalui dua cara yang berbeda namun saling mendukung. Pertama, ketika kelompok teman sebayamelakukan seks bebas, mereka menciptakan suatu standar normatif bahwa hubungan seks bebas adalah suatu yang dapat diterima. Kedua, teman sebaya
menyebabkan perilaku seksual satu sama lainnya secara langsung, baik melalui komunikasi diantara teman ataupun dengan pasangan seksualnya. Pacar Remaja yang memiliki pacar lebih mungkin untuk melakukan hubungan seks bebas dibanding remaja yang belum memiliki pacar. Remaja yang memiliki kencan lebih awal atau cepat dari remaja yang seumurannya memiliki kemungkinan untuk bersikap permisif dalam hubungan seks bebas, memiliki hubungan dengan lebih banyak pasangan daripada mereka yang mulai pacaran pada usia dewasa. (1). Sosial Budaya Arus globalisasi dan berkembangnya teknologi informasi telah mewarnai budaya timur. Masuknya nilai negatif budaya barat mempengaruhi kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara remaja pria dan wanita dalam masyarakat. Selain itu, lemahnya kontrol sosial yang cenderung menganggap biasa kejadian hubungan seks pranikah semakin memperparah kejadian seks bebas dikalangan pelajar. (2). Penyalahgunaan Teknologi Informasi perkembangan teknologi yang memberikan efek positif dan negatif tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu dari kita merasa senang dengan kehadiran produk atau layanan yang lebih canggih dan praktis. Tidak terkecuali teknologi internet yang telah merobohkan batas dunia dan media televisi yang menyajikan hiburan, informasi serta berita aktual. Di era kehidupan dengan sistem komunikasi global, dengan kemudahan mengakses informasi baik melalui media cetak, TV, internet, komik, media ponsel, dan DVD bajakan yang berkeliaran di masyarakat, tentunya memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan kita, namun perkembangan iptek yang sangat baik dan penting bagi perkembangan ilmu pengetehuan dan informasi para remaja, namun saat ini remaja justru salah mempergunakan kecanggihan teknologi tersebut, dan mereka menyelewengkan fungsi teknologi yang sebenarnya. Bahkan tayangan televisi, media-media berbau porno( bahkan VCD dan DVD porno yang begitu mudah diperoleh hanya dengan Rp 5.000), semakin mendekatkan para remaja itu melakukan hubungan seks di luar nikah. Semua media informasi tersebut menyerbu anak-anak dan dikemas sedemikian rupa sehingga perbuatan seks itu dianggap lumrah dan menyenangkan. Mulai dari berciuman, berhubungan seks sebelum nikah, menjual keperawanan, gonta-ganti pasangan, seks bareng, homo atau lesbi, semuanya tersedia dalam berbagai media informasi. (3).agama Dasar-dasar agama yang kurang juga menjadi pendorong terhadap maraknya kasus seks bebas. Hal ini terkadang tidak terlalu diperhatikan oleh orang tua yang sibuk dengan segala usaha dan kegiatan mereka dan juga oleh pihak sekolah terkadang kurang memperhatikan hal ini, karena jika remaja tidak mendapat pendidikan agama yang baik mereka akan jauh dari Tuhan dan pasti tingkah laku mereka akan sembarangan. Selain itu, tidak adanya media penyalur bakat dan hobi remaja juga menjadi faktor maraknya kasus seks bebas.
Lain dari hal di atas, seks bebas juga terjadi karena pola pikir yang dangkal dan punya konsep diri rendah di kalangan remaja, seperti; tidak bisa mengatakan TIDAK terhadap seks bebas (merasa takut diputus hubungan oleh pacarnya/dijadikan alasan sebagai pembuktian cinta/pacar sudah membujuk rayu sedemikian rupa, sampai akhirnya tidak bisa menolak). Bahkan ada yang beranggapan dengan pernah melakukan seks, dianggap Gaul. Nah, akhirnya ada beberapa orang malah sudah menjalaninya sebagai gaya hidup. Sudah biasa saja. AKIBAT SEKS BEBAS Seks bebas yang dilakukan remaja akan memunculkan permasalahan dalam kehidupan remaja. Permasalahan yang dihadapi remaja pelaku seks bebas meliputi permasalahan fisik, psikologis dan sosial. Seks bebas juga cenderung merusak masa depan remaja terutama remaja perempuan. Menurut Chytia dan Sarwono dalam Psychologymania.com (2012) seks bebas berakibat sebagai berikut: 1. Fisik a. Kehamilan. Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila dilakukan pada masa subur/masa ovulasi. Terjadinya kehamilan diluar nikah khususnya pada remaja perempuan karena saat remaja tersebut melakukan hubungan seks diluar pernikahan kebanyakan tidak mengetahui masa suburnya. b. Aborsi tidak aman. Remaja yang hamil akibat seks bebas merasa belum siap untuk memiliki anak dan melakukan aborsi pada tempat praktek ilegal tanpa ditunjang peralatan medis yang memadai. Hal ini mengakibatkan infeksi bahkan kematian. c. Terjangkitnya PMS (penyakit menular seksual) berupa bakteri, parasit, jamur, dan virus. Hubungan seks satu kali saja dapat menularkan penyakit bila dilakukan dengan orang yang tertular salah satu penyakit kelamin. 2. Psikologis Remaja yang ketahuan melakukan seks bebas apabila berada dalam lingkungan (baik keluarga, teman maupun sekolah) yang masih menjaga standar moral yang tinggi, maka ia akan diliputi malu, takut dan merasa bersalah. Hal ini biasa dialami remaja perempuan terutama jika terjadi kehamilan. Perasaaan ini akan membebani dan menyebabkan depresi. 3. Sosial Secara sosial, remaja yang melakukan seks pranikah akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pendidikan/sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Jika terjadi kehamilan dan melahirkan anak, maka akan mengalami kesulitan dalam mengurus anak. Biasanya usia remaja masih sangat muda dan tidak mempunyai persiapan. Remaja juga kurang mendapatkan kesejahteraan yang baik dalam hal pendidikan maupun dalam hal kesehatan bagi dirinya sendiri ataupun anaknya. Biasanya anak yang lahir dari remaja yang tidak mempunyai persiapan apapun, bila anak yang dilahirkan adalah wanita maka ia akan berakhir seperti ibunya. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja: Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur
orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan. Maka dari itu diperlukan upaya penanggulangan dari segala pihak dengan langkah upaya meningkatkan akses remaja terhadap informasi yang benar dengan merangkul berbagai kalangan, termasuk media massa. Karena seks bebas di kalangan remaja merupakan tanggung jawab kita bersama. Mereka adalah asset yang harus kita bina mental dan moralitasnya. Budaya seks bebas dan gaya hidup nyeleweng akibat adanya westernisasi harus kita kikis bersama. Sumber 1.http://klikterusdong.blogspot.com/2011/04/dampak-pergaulan-bebas.html 2.http://ciricara.com/2013/01/31/ciricara-cara-agar-terhindar-dari-pergaulan-bebas/