Anda di halaman 1dari 15

HEPATITIS

A. DEFINISI 1. Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999). 2. Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas. (Suzanne C.Smeltzer, 2001) 3. Hepatitis kronik ialah suatu sindrom klinis dan patologis yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi,ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada hati yang berlangsung terus menerus tanpa penyembuhan dalam waktu paling sedikit 6 bulan. (prof.dr.H.M.sjaifoellah noer). 4. Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh, walaupun efek yang menyolok pada hati.( Syivia .A. price : 2005 hal : 485 ) 5. Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toxin, seperti kimia atau obat atau agen penyebab infeksi (Suriadi, Skp dan Rita Yuliani, 2001:131). Hepatitis adalah keradangan pada hati yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, bahan toxin, obat-obatan, atau bahan-bahan lain yan dapat merusak hati (RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1998 : 77) 6. Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus,ada 4 jenis virus : virus A(penyebab hepatitis A),virus B(penyebab hepatitis B),dan serum hepatitis atau yang disebutikterus serum hemologik,virus lain ialah virus non A& non B yang sering pada pasien pasca tranfusi ,virus C,D,dll.( Ngastiyah,1997:191) 7. Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toxin, seperti kimia atau obat atau agen penyebab infeksi (Suriadi, Skp dan Rita Yuliani, 2001:131).

B. Klasifikasi
Hepatitis A Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Penderita hepatitis A akan tidak akan berlanjut menjadi kronik. Masa inkubasi 15-50 hari, (rata-rata 30 hari). Tersebar diseluruh dunia dengan endemisitas yang tertinggi terdapat di Negara-negara berkembang. Penularan terjadi melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi tinja penderita hepatitis A, misalnya makan buah-buahan atau sayur yang tidak dikelola / dimasak sempurna, makan kerang setengah matang, minum es batu yang prosesnya terkontaminasi. Faktor risiko lain, meliputi : tempat-tempat penitipan atau perawatan bayi atau batita, institusi untuk developmentally disadvantage, bepergian ke Negara berkembang, perilaku seks oral-anal, pemakain jarum bersama pada IDU (Injecting Drug User). Hepatitis B Manifestasi infeksi Hepatitis B adalah peradangan kronik pada hati. Virus hepatitis B termasuk yang paling sering ditemui. Distribusinya tersebar di seluruh dunia, dengan prevalensi karier di USA <1%, sedangkan di Asia 515%. Masa inkubasi berkisar 15180 hari, (rata-rata 6090 hari). Viremia berlangsung selama beberapa minggu sampai bulan setelah infeksi akut. Sebagian penderita hepatitis B akan sembuh sempurna dan mempunyai kekebalan seumur hidup, tapi sebagian lagi gagal memperoleh kekebalan. Sebanyak 15% penderita dewasa, 90% neonatus dan 50% bayi akan berkembang menjadi hepatitis kronik dan viremia yang persisten. Orang tersebut akan terus menerus membawa virus hepatitis B dan bisa menjadi sumber penularan. Penularannya melalui darah atau transmisi seksual. Dapat terjadi lewat jarum suntik, pisau, tato, tindik, akupunktur atau penggunaan sikat gigi bersama yang terkontaminasi, transfusi darah, penderita hemodialisis dan gigitan manusia. Hepatitis B sangat menjadi kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A

berisiko bagi pecandu narkotika dan orang yang mempunyai banyak pasangan seksual. Gejala hepatitis B adalah lemah, lesu, sakit otot, mual dan muntah, kadangkadang timbul gejala flu, faringitis, batuk, fotofobia, kurang nafsu makan, mata dan kulit kuning yang didahului dengan urin berwarna gelap. Gatal-gatal di kulit, biasanya ringan dan sementara. Jarang ditemukan demam. aUntuk mencegah penularan hepatitis B adalah dengan imunisasi hepatitis B terhadap bayi yang baru lahir, menghindari hubungan badan dengan orang yang terinfeksi, hindari penyalahgunaan obat dan pemakaian bersama jarum suntik. Menghindari pemakaian bersama sikat gigi atau alat cukur, dan memastikan alat suci hama bila ingin bertato melubangi telinga atau tusuk jarum. Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan. Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual. Hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan anti HBs positif berarti Anda pernah terinfeksi virus Hepatitis B, namun virus tersebut sudah tidak ada lagi dalam darah Anda (HbsAg negatif). Itu bahkan menunjukkan bahwa Anda sekarang sudah mempunyai kekebalan terhadap Hepatitis B (anti HBs positif). Karena itu selama kadar antibodi anti HBs Anda tinggi, maka Anda tak perlu lagi divaksinasi. Imunisasi Hepatitis B dapat dimulai sejak bayi. Hepatitis C Manifestasi infeksi Hepatitis B adalah peradangan kronik pada hati. Virus hepatitis B termasuk yang paling sering ditemui. Distribusinya tersebar di seluruh dunia, dengan prevalensi karier di USA <1%, sedangkan di Asia 515%. Masa inkubasi berkisar 15180 hari, (rata-rata 6090 hari). Viremia berlangsung selama beberapa minggu sampai bulan setelah infeksi akut. Sebagian penderita hepatitis B akan sembuh sempurna dan mempunyai kekebalan seumur hidup, tapi sebagian lagi gagal memperoleh kekebalan. Sebanyak 15% penderita dewasa, 90% neonatus dan 50% bayi akan berkembang menjadi

hepatitis kronik dan viremia yang persisten. Orang tersebut akan terus menerus membawa virus hepatitis B dan bisa menjadi sumber penularan. Penularannya melalui darah atau transmisi seksual. Dapat terjadi lewat jarum suntik, pisau, tato, tindik, akupunktur atau penggunaan sikat gigi bersama yang terkontaminasi, transfusi darah, penderita hemodialisis dan gigitan manusia. Hepatitis B sangat berisiko bagi pecandu narkotika dan orang yang mempunyai banyak pasangan seksual. Gejala hepatitis B adalah lemah, lesu, sakit otot, mual dan muntah, kadangkadang timbul gejala flu, faringitis, batuk, fotofobia, kurang nafsu makan, mata dan kulit kuning yang didahului dengan urin berwarna gelap. Gatal-gatal di kulit, biasanya ringan dan sementara. Jarang ditemukan demam. Untuk mencegah penularan hepatitis B adalah dengan imunisasi hepatitis B terhadap bayi yang baru lahir, menghindari hubungan badan dengan orang yang terinfeksi, hindari penyalahgunaan obat dan pemakaian bersama jarum suntik. Menghindari pemakaian bersama sikat gigi atau alat cukur, dan memastikan alat suci hama bila ingin bertato melubangi telinga atau tusuk jarum. Gejala Hepatitis C biasanya lebih ringan dibandingkan dengan Hepatitis A atau B. Setelah terserang Hepatitis A pada umumnya penderita sembuh secara sempurna, tidak ada yang menjadi kronik. Hepatitis B juga sebagian besar akan sembuh dengan baik dan hanya sekitar 5-10 persen yang akan menjadi kronik. Bila hepatitis B menjadi kronik maka sebagian penderita hepatitis B kronik ini akan menjadi sirosis hati dan kanker hati. Pada Hepatitis C penderita yang menjadi kronik jauh lebih banyak. Sebagian penderita Hepatitis C kronik akan menjadi sirosis hati dan kanker hati. Hanya sebagian kecil saja penderita Hepatitis B yang berkembang menjadi kanker hati. Begitu pula pada penderita Hepatitis C hanya sebagian yang menjadi kanker hati. Biasanya diperlukan waktu 17 sampai dengan 20 tahun seorang yang menderita Hepatitis C untuk berkembang menjadi sirosis hati atau kanker hati. Anti HCV negatif artinya Anda belum pernah terinfeksi Hepatitis C. Sampai sekarang ini belum ada vaksin untuk Hepatitis C sehingga Anda dianjurkan agar berhati-hati sehingga tidak tertular Hepatitis C. Jadi hindari kontak dengan cairan

tubuh orang lain. Sekarang memang ada obat baru untuk Hepatitis B yang disebut lamivudin. Obat ini berupa tablet yang dimakan sekali sehari. Sedangkan jika penggunaan obat-obat tersebut harus dilakukan diperlukan pengobatan untuk Hepatitis C tersedia obat Interferon (suntikan) dan Ribavirin (kapsul). Namun dibawah pengawasan dokter. Hepatitis D Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat progresif. Hepatitis E Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), kecuali bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi tinja manusia. Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabka oleh virus dan mengganggu serta merusak organ hati. Dengan mengetahui bagaimana penyakit ini dapat terjadi, gejala-gejala yang ditimbulkan, serta pencegahan yang dapat dilakukan akan mengurangi kasus penyakit ini. Berobatlah ke dokter bila merasakan gejala-gejala seperti diatas, mengingat cara penularan penyakit ini yang melalui banyak cara. Yang harus diingat pemulihan organ hati. Hepatitis F Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Hepatitis G adalah penyakit ini memerlukan istrihat (bedrest) untuk muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat

Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan atau hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah dan jarum suntik.

C. ETIOLOGI 1. Virus Type A Metode transmisi Fekal-oral melalui orang lain Type B Parenteral seksual, perinatal Type C Parenteral jarang seksual, orang ke orang, perinatal Type D Parenteral perinatal, memerlukan koinfeksi dengan type B Type E Fekaloral

Keparah-an

Tak ikterik dan asimtomatik

Parah

Menyebar luas, dapat berkem-bang sampai kronis

Peningkatan insiden kronis dan gagal hepar akut

Sama dengan D

Sumber virus

Darah, feces, saliva

Darah, saliva, melalui darah semen, sekresi vagina

Melalui darah

Darah, feces, saliva

Inkubasi

24 minggu

1- 6 bulan

2 minggu 6 bulan

3 minggu 3 bulan

3 -6 bulan

Kelompok beresiko

Militer, penitipan anak

Pecandu obat, Pecandu obat, homoseksual, tenaga tenaga kesehatan,

Pecandu obat, penderita hepatitis B

Pelancon g daerah endemik

kesehatan, resipien darah

resipien darah

Dan Virus hepatitis Epidemik seperti : virus Epstein- Barr, virus sitomegali, virus herpes simplex, virus varisela dan virus adeno. 2. Alkohol Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.

3. Obat-obatan Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.

D. TANDA DAN GEJALA 1. Masa tunas Virus A Virus B : 15-45 hari (rata-rata 25 hari) : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)

Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari) 2. Fase Pre Ikterik Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.

3. Fase Ikterik Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatalgatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu. 4. Fase penyembuhan Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai. Gambaran klinis menurut buku PATOFISIOLOGI ( Silvia Anderson Prince, Ph.D.,R.N ) Gambaran klinis infeksi virus hepatitis dapat bervariasi mulai dari gagal hati berat sampai hepatitis anikterik subklinis. Yang terakhir ini lebih sering ditemukan pada infeksi HAV dan sering kali penderita mengira menderita penyakit FLU . Infeksi HBV biasanya lebih berat dibandingkan HAV, dan idens nekrosis massif dan payah hati berat lebih sering terjadi. Sebagian besar infeksi hepatitis A dan B berlangsung ringan dengan penyembuhan sempurna dan gambaran klinis serupa. Gejala gejala progdimal timbul pada semua penderita dan dapat berlangsung selama satu minggua atau lebih sebelum timbul ikterus ( meskipun tidak semua pasien mengalami ikterus ). Gambaran utama pada masa ini adalah malaise, rasa malas, anokreksia, sakit kepala, demam derajat rendah, dan hilangnya nafsu merokok. Banyak pasien mengalami artralgia, arthritis, urtikaria, dan ruam kulit sementara. Terkadang dapat terjadi glomerulonefritis. Manifestasi ekstrahepatik dari hepatitis virus ini dapat menyerupai syndrome penyakit serum, dan dapat disebabkan oleh kompleks imun yang beredar dalam sirkulasi. Di samping itu dapat pula timbul perasaan yang tidak nyaman di kuadran kanan atas, yang biasanya dihubungkan dengan peregangan kapsula hati. Fase progdimal diikuti oleh fase ikterikdan awitan fase ikterus. Fase ini biasanya berlangsung 4 6 minggu. Selama fase ini, biasanya penderita merasa lebih sehat. Napsu makan kembali, demam mereda, sementara kemih menjadi gelap dan feases memucat.

Hati membesar sedang pada sekitar seperempat pasien. Seringkali ditemukan limfadenopati yang nyeri. Kelainan biokimia yang paling dini adala penigkatan kadar AST dan ALT, yang mendahului awitan ikterus seminggu atau 2 minggu. Pemeriksaan kemih pada masa awaitan mengungkap adanya bilirubin dan kelebihan urobilinogen. Bilirubinuria menetap selama penyakit berlangsung, namun urobilinogen kemih akan menghilang untuk sementara waktu bilamana ada fase obstuktif yang disebabkan oleh kolestasis, dalam perjalanan penyakit selanjutnya, dapat timbul peningkatan urobolinogen kemih sekunder. Fase ikterik dikaitkan dengan hiperbilirubinemia ( baik fraksi terkonyugasi dan tak terkonyugasi ) yang biasanya kurang dari 10 mg/100 ml. kadar fosfatase alkali serum biasanya normal atau sedikit meningkat. Leukositosis ringan lazim ditemukan pada hepatitis virus, dan waktu protrombin dapat memanjang. HBsAg ditemikan dalam serum selama fase progdimal dan memastikan adanya hepatitis HBV. Pada kasus yang tidak berkomplikasi, penyembuhan dimulai 1 atau 2 minggu setelah awitan ikterus, dan berlangsung 2 hingga 6 minggu. Mudah lelah merupakan keluhan yang sering diajukan. Faeses dengan cepat memperoleh warna kembali, ikterus berkurang dan dan warna kemih menjadi lebih muda. Bila ada slenomegali, maka akan segera mengecil. Tetapi hepatomegali baru akan kembali normal setelah beberapa minggu kemidian. Temuan laboratorium dan hasil tes fungsi hati yang abnormal dapat menetap selama 3 hingga 6 bulan.

E. PATOFOSIOLOGI Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.

Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin. Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. a. b. Laboratorium Pemeriksaan pigmen urobilirubin direk bilirubun serum total bilirubin urine urobilinogen urine urobilinogen feses Pemeriksaan protein

c.

protein totel serum albumin serum globulin serum HbsAG Waktu protombin

- respon waktu protombin terhadap vitamin K d. 2. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase AST atau SGOT ALT atau SGPT LDH Amonia serum Radiologi 1. Ultrasonography ( USG ) USG paling baik digunakan sebagai alat penapis untuk memeperlihatkan dilatasi percabangn-percabangan saluran empedu dan memperlihatkan batu empedu. Alat ini juga mendeteksi penyakit parenkim. 2. Computed tomography scanning ( CT-Scan ) CT-SCAN dengan kontras intravena paling banyak digunakan untuk evaluasi penyakit parenkim hati namun dapat pula digunakan untuk dilatasi percabangan saluran empedu. Dalam pemeriksaan terhadap lesi desak ruang ( Space occupying lesion/SOL ) seperti misalnya abses dan tumor, CT-Scan mempunyai kegunaan berupa kontras yang lebih baik. 3. Magnetic Responanse Imaging ( MRI ) MRI mempunyai kegunaan yang serupa dengan CT-Scan. Keunggulannya terletak pada kemampuannya memperlihatkan pembuluh darah tampa perlu

menggunakan beban kontras. Pada pemeriksaan mri diperlukan sikap kooperatif pada penderita. 4. Scintigraphy hati - limpa Merupakan tehnik lama yang terutama digunakan untuk mendeteksi kelainan penangkapan koloid yang terjadi pada disfungsi sel-sel hati.

5. Percutaneous Transhepatic Colangiography ( PTC ) dan Endoscopic Retrograde Colangeo Pankreatography ( ERCP ) Tehnik ini dilakukan dengan cara memasukan bahan kontras kedalam percabangan saluran empedu dan paling bermanfaat jika dilakukan setelah penapisan awal dengan USG, CT- Scan, atau MRI yang hasilnya memperlihatkan kelainan pada percabnagan saluran empedu.

3. -

Pemeriksaan tambahan Laparoskopi Biopsi hati

G. Penatalaksanaan 1. Virus hepatitis A Tirah baring selama stadium akut dan diet yang akseptabel serta bergizi merupakan bagian dari pengobatan dan asuhan keperawatan. Selama periode anoreksia,pasien harus makan sedikit-sedikit tapi sering dan jika diperlukan

,disertai dengan infus glukosa. Karena pasien sering menolak makan ,kreativitas dan bujukan yang persisten namun dilakukan dengan halus mungkin diperlukan untuk merangsang selera makan pasien. Jumlah makanan dan cairan yang optimal diperlukan untuk menghadapi penurunan berat badan dan kesembuhan yang lambat. Namun ,demikian banyak pasien telah pulih selera makannya bahkan sebelum fase ikterik sehingga tidak perlu diinginkan untuk mempertahankan diet yang baik. Perasaan sehat yang dialami pasien disamping hasil-hasil pemeriksaan laboratorium umumnya merupakan pedoman yang tepat untuk menentukan diperlukannya tirah baring dan pembatasan aktivitas fisik. Ambulasi bertahap namun progresif akan mempercepat pemulihan bila pasien beristirahat sesudah melakukan aktivitas dan tidak turut serta dalam aktivitas yang menimbulkan kelelahan. 2. Virus hepatitis B

Ujicoba klinik dengan interferon menunjukkan bahwa terapi dini dengan penyuntikan interferon setiap hari akan menyembuhkan penyakit hepatitis B pada lebih dari sepertiga pasien dan menghilangkan antigen permukaan hepatitis B (yang menunjukkan status karier) pada 10% pasien. Meskipun hasil-hasil ini menimbulkan harapan yang besar, interferon ternyata tidak efektif pada sejumlah pasien, harus diberikan dengan penyuntikan setiap hari dan memiliki efek samping yang signifikan,termasuk intoksikasi hati.

H. KOMPLIKASI 1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. 2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik. 3. Gangguan fungsi hati 4. Penyakit kronik hati seperti cirosis atau hepatitis kronik persisten 5. Carsinoma hepatic 6. Kematian karena fungsi hati

I. PENCEGAHAN Karena terbatasnya pengibatan terhadap hepatitis, maka penekanan lebih diarahkan pada pencegahan melalui imunisasi pasif untuk HAV, dan pasf untuk HBV. Anjurkan untuk praktek imunisasi sebelum dan sesudah paparan telah diterbitkan oleh Centers for Disease Control ( 1990 ). Globulin imun ( IG ) dahulu disebut globulin serum imun, diberikan untuk perlindungan sebelum atau sesudah paparan terhadap HAV. Semua sediaan IG mengandung anti HAV. Profilaksis sebelum paparan dianjurkan untuk pelancong manca negara yang akan berkunjung ke negara negara dimana HAV masih endemis. Bila kunjungan berlangsung kurang dari 3 bulan, maka diberikan dosis tunggal IG ( 0,2 ml/kg BB ) secara IM : bila kunjungan diperkirakan lebih lama, diberikan 0,06 ml/kg setiap 4 hingga 6 bulan.

Pemberian IG paska paparan efektif dalam mencegah atau mengurangi paparan infeksi HAV. Dosis 0,02 mg/kg diberikan segera mungkin dalam batas 2 minggu setelah paparan. Inokulasi dengan IG diindikasikan pada kontak serumah atau kontak seksual, serta untuk staf dari institusi perawatan serta pemeliharaan.Kini tersedia globulin imun HBV titer tinggi ( HBIG ) dan vaksin untuk pencegahan dan pengobatan HBV.

Profilaksis sebelum paparan dianjurkan untuk individu individu yang beresiko menderita HBV berikut ini : 1. Pekerja social kesehatan 2. Klien dan staf institusi perawatan penderita terbelakang mental 3. Pasien hemodialisis 4. Pria homoseksual yangaktif secara seksual 5. Pemakai obat obat intaravena 6. Penerima produk produk darah secara kronik 7. Kaontak serumah atau kontak seksual dari pembawa HBsAg 8. Heterosksual dengan banyak pasangan yang aktif secara seksual 9. Pelancong manca negara ke daerah daerah endemic HBV 10. Pengungsi dari daerah endemic HBV

Vaksin HBV orisinil ditahun 1982 yang berasal dari pembawa HBV, kini telah digantikan dengan vaksin mutakir hasil rekayasa genetika dari ragi rekombian. Vaksin mengandung partikel partikel HBsAg yang tidak menular. Tiga injeksi serial akan menghasilkan antibody terhadap HBsAg pada 95% kasus yang divaksinasi, namun tidak memiliki efek terhadap individu pembawa. HBIG merupakan obat terpilih untuk profilaksis paska paparan jangka pendek. Pemberian vaksin HBV secara bersamaan dapat dilakukan untuk memperoleh imunitas jangka panjang, bergantung pada situasi paparan. Center for Disease Control ( CDC ) menganjurkan pemberian HBIG dan vaksin hepatitis B dalam 12 bulan setelah lahir pada bayi bayi dari ibu positif HBsAg. Lebih jauh, mereka menganjurkan uji rutin HBsAg prenatal pada semua wanita hamil dimasa

yang akan datang, oleh karena kehamilan akan menyebabkan penyakit yang berat pada ibu, dan infeksi kronik pada neonates. Bayi yang dilahirkan oleh ibi HBsAg dan HBeAg positif memiliki resiko 70% hinga 90% terinfeksi HBV : 80% hinga 90% bayi yang terinfeksi akan membawa HBV kronik, lebih dari 25% pembawa ini akan meninggal akibat karsinoma hepatoseluler primer ataupun sirosis hati. Sekitar 18.000 kelahiran diperkirakan berasal dari ibi ibu HBsAg positif pada tahun 1987 ( Centers for Dieseas Control, 1990 ). HBIG ( 0,06 ml/kg ) adalah pengobatan terpilih untuk mencegah infeksi HBV setelah paparan perkuatan ( jarum suntik ) ataupn paparan mukosa dengan darah HBsAg positif. Vaksin HBv harus segera diberikan dalam waktu 7 hari bilamana individu terpapar belum divaksinasi. Idividu yang sudah divaksinasi harus sudah menjalani pemeriksaan pengukur kadar antibody anti HBs. Bila kadar antibody HBs cukup, maka tidak perlu diberikan pengobatan : namun bila tidak memadai, perlu diberikan booster vaksin. Petugas yang terlibat dalam kontak resiko tinggi, misalnya pada hemolisis, transfuse tukar, dan terapi parenatal, perlu sangat berhati hati dalam menangani peralatan dan tusukan jarum. Langkah langkah dalam masyarakat adalah penting dalam pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air bersih yang aman, setra system pembuangan sampah yang efektif. Higene umum, mencuci tangan dan pembuangan

air kemih dan faeces dari pasien terinfeksi secara aman, penting untuk diperhatikan. Pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai, akan menghilanhkan sumber infeksi yang penting. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor.

Sumber ; Pharmaceutical Care untuk penyakit hati ( direktorat bina farmasi komunitas dan klinik ditjen bina kefarmasian dan alat kesehatan departemen kesehatan RI ) tahun 2007

Anda mungkin juga menyukai