Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN KEBIASAAN DUDUK TERHADAP TERJADINYA SKOLIOSIS PADA ANAK USIA 11-13 TAHUN DI SD PABELAN KARTASURA SURAKARTA (RELATION

OF PATTERN ATTITUDE SIT TO THE HAPPENING OF SKOLISOSIS AT CHILD AGE 11-13 YEAR IN SDN PABELAN KARTASURA) Rahkmad Rosadi Program Studi Keperawatan FIKES Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Bendungan Sutami 188 A e-mail: rahkmad@umm.ac.id / rosadi42@yahoo.com ABSTRAK Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang dimana terjadi penyimpangan susunan tulang belakang jika dilihat dari belakang adanya kurva tulang belakang ke arah lateral (samping) diikuti dengan rotasi. Tujuan penelitian mengetahui hubungan kebiasaan duduk terhadap terjadinya skoliosis pada anak usia 11-13 tahun di SDN Pabelan Kartasura. Jenis penelitian termasuk observasional analitik dengan desain cross sectonal study, yaitu variabel bebas dan terikat diukur secara bersamaan. Setelah dianalisis menggunakan chi-square test terhadap 63 anak memperlihatkan hasil berdasarkan umur sebanyak 33 siswa mengalami skoliosis. Penyebab terjadinya skoliosis adalah sikap duduk membungkuk sebanyak 21 anak, tegak sebanyak 4 anak, miring sebanyak 6 anak. Kesimpulan secara statistik dengan uji chisquare, p value = 0,000 < 0,05 yang berarti Ha diterima artinya terdapat hubungan antara kebiasaan duduk dengan terjadinya skoliosis pada anak usia 11-13 tahun. Kata kunci: kebiasaan duduk, skoliosis ABSTRACT Scoliosis represent definition from disparity of backbone where happened backbone formation deviation if seen and behind existence of backbone curve up at lateral (beside) followed with rotation. Target of this research is to know attitude pattern relation sit to the happening of scoliosis at age child 11-13 year in SDN Pabelan Kartasura. This research use type research of analytic observational designed by cross sectional study, that is free variable and tied to be measured concurrently. Research subject is elementary schoolboy counted 63 childs with total sampling technique. After analyzed to use chi-square tests show result, founded by 31 subjects was scoliosis, scoliosis pursuant to cause the happening of scoliosis is attitude hunch up 21 child, straightening 4 child, and oblique 6 child. Proved

statistically attitude pattern relation sit with the happening of scoliosis at age child 11-13 year in SDN Pabelan Kartasura use chi-square tests, p-value = 0,000 < 0,05 that mean Ha is accepted. Keywords: attitude pattern sit, scoliosis LATAR BELAKANG Perkembangan globalisasi membawa dampak yang cukup signifikan pada dunia kesehatan, khususnya berkembangnya dunia semakin banyak penyakit yang akan diderita oleh manusia dan perkembangan yang pesat pada dunia medis. Perkembangan teknologi dan pendidikan pada sekolahsekolah yang harus bergerak maju semakin menuntun siswa untuk aktif, dimana sering kali keaktifan ini dapat berakibat buruk terjadinya kesalahan pada tubuh yang dapat menimbulkan cidera pada jaringan lunak tulang maupun saraf. Kejadian yang banyak terjadi pada usia anak sekolah antara SD sampai SMP ialah kesalahan sikap atau postur tubuh dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang dapat menyebabkan gangguan cedera akibat kesalahan sikap tubuh terdapat pada trauma tulang yaitu terjadinya defomitas misalnya skoliosis, kiposis ataupun lardosis. Di setiap negara diperkirakan kira-kira 3% penduduk mengalami skoliosis dan cenderung diderita perempuan daripada laki-laki dengan perbandingan antra 3:1 (Jamaludin, 2006). Menurut ahli orthopedic dan rematologi RSU Dr Soetomo Surabaya, Dr Ketut Martiana Sp.Ort.(K), 4,1% dari 2000 anak SD hingga SMP di Surabaya, setelah diteliti ternyata mengalami tulang bengkok. Hasil rongten sebagai bentuk pemeriksaan lanjutan diketahui yang kebengkokanya mencapai 10 derajat sebanyak 1,8%, sedangkan yang lebih dari 10 derajat sebanyak 1% (Rahayu, 2008). Skoliosis memang tidak menimbulkan rasa nyeri, namun dapat menggangu rasa percaya diri anak, mengganggu pertumbuhan tulang dan berpengaruh pada postur tubuh, seperti jalan pincang karena pinggul tinggi sebelah, atau tubuh jadi membungkuk ke depan. Skoliosis memberikan pesakitan pada penderita sendiri tetapi pada saat dalam posisi dalam kegiatan belajar mengajar misal duduk dengan berulang-ulang maka kerja otot tidak akan pernah seimbang. Sikap tubuh yang tidak natural atau tidak baik bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain yaitu peralatan kerja, lingkungan kerja, jenis pekerjaan ataupun ketidaktahuan seseorang tentang sikap tubuh yang optimal baik dalam pengertian statis maupun dinamis. Agar sikap tubuh yang baik dapat terintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga setiap individu sewaktu melaksanakan berbagai aktivitas termasuk dalam hal duduk dapat memperoleh keluaran yang optimal tanpa harus memanen keluhan rasa tidak nyaman, nyeri bahkan hingga terjadi pembengkokan tulang kearah lateral atau skoliosis. Skoliosis pada pemuda-pemudi akan memberikan pengaruh kepada kejiwaan, karena skoliosis yang berat merupakan akibat cacat yang berat pula (Soeharso, 1993). Skoliosis merupakan kelainan postur dimana sekilas mata penderita tidak mengeluh sakit atau yang lain, tetapi suatu saat dalam posisi yang dibutuhkan suatu kesiapan tubuh membawa beban tubuh misalnya berdiri, duduk dalam waktu yang

lama, maka kerja otot tidak akan pernah seimbang. Hal ini yang akan mengakibatkan suatu mekanisme proteksi dari otot otot tulang belakang untuk menjaga keseimbangan, manefestasinya yang terjadi justru overuse pada salah satu sisi otot yang dalam waktu terus menerus dan hal yang sama terjadi adalah ketidakseimbangan postur tubuh ke salah satu sisi tubuh. Jika hal ini berlangsung terus menerus pada sistem muskuloskletal tulang belakang akan mengalami bermacam macam keluhan antara lain, nyeri otot, keterbatasan gerak (range of motion) dari tulang belakang atau back pain, kontaktur otot, dan menumpuknya problematik akan berakibat pada terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari bagi penderita, seperti halnya gangguan pada sistem pernapasan, sistem pencernaan dan sistem kardiovaskuler. Pembengkokan yang disebabkan karena salah sikap terjadi pada masa kanak-kanak antara umur 6 tahun samapi 17 tahun dan dapat disebabkan karena kebiasan yang salah, terutama dalam sikap duduk di sekolah. Skoliosis ini tidak berat tidak progresif dan dapat diperbaiki dengan perbaikan sikap (Soeharso, 1993). Hal ini akibat kebiasaan posisi duduk dan berdiri yang salah dalam waktu yang lama dan seringnya sikap bermalas-malasan. Pemeliharaan postur dibutuhkan otot-otot yang kuat. Karena ketidak seimbangan otot dan adanya kontraktur otot. Ketegangan otot para vertebra salah satu sisi dapat meningkatkan derajat lengkungan ke arah lateral atau skoliosis (Arif, 2007). Sikap kerja tidak alamiah atau kebiasaan duduk yang salah dapat menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh menjauhi alamiah, misalnya punggung terlalu membukuk, kepala terlalu terangkat, menyandarkan tubuh pada posisi salah satu sisi tubuh. Semakin jauh bagian tubuh dan gravitasi tubuh maka semakin pula resiko terjadinya keluhan otot yang dapat menyebabkan skoliosis. Banyak orang menderita skoliosis ternyata bermula dari kebiasaan salah yang dilakukan, akibatnya posisi dan fungsi organorgan vital khususnya bagaian thorakal juga ikut berpengaruh, dan tidak kalah penting postur tubuh yang kurang baik membuat penampilan kurang memikat sehingga rasa percaya diri berkurang. Berbicara tentang postur yang baik, meski sudah banyak ahli yang mendefinisikan namun ide dasar tentang apa yang disebut dengan postur yang baik sebetulnya masih samara (Hutton WC dan Adams MA 1985 dalam Parjoto 2007). Postur yang baik selama ini digunakan adalah berasal dari tradisi militer yaitu lebih berorientasi pada estetika dimana sewaktu duduk punggung harus tegak dan tidak boleh membungkuk kedepan atau lunglai (Parjoto, 2007). Kebiasaan duduk yang benar adalah pertama duduk dengan sikap membungkuk ekstrem. Kemudian setelah beberapa detik, secara perlahan tegakkan punggung dan lengkungkan. (Jangan mempertahankan terlalu lama posisi ini karena dapat menyebabkan ketegangan otot punggung), kemudian relakskan lengkung lumbal sekitar 10 persen agar sikap tubuh benar (Samara, 2008). Duduk tegang dan kaku akan memberikan tekanan pada tulang belakang, sikap duduk yang keliru akibat kursi yang tidak sesuai dengan Antropometri pemakai juga dapat menambah tekanan yang terjadi dan merupakan penyebab utama adanya masalah-masalah punggung seperti nyeri punggung bawah dan skoliosis (Normianto, 1996). Kebiasaan duduk dapat menimbulkan nyeri pinggang apabila duduk terlalu lama dengan posisi yang salah ini akan menyebabkan otot punggung akan menjadi tegang dan dapat merusak jaringan disekitarnya terutama bila duduk dengan posisi terus membukuk atau menyandarkan tubuh pada salah satu sisi tubuh. Posisi

itu, menimbulkan tekanan tinggi pada saraf tulang setelah duduk selama 15 sampai 20 menit otot punggung biasanya mulai letih maka mulai dirasakan nyeri punggung bawah. Orang yang duduk tegak lebih cepat letih karena otot-otot punggungnya lebih tegang sementara orang yang duduk membungkuk kerja otot lebih ringan namun tekanan pada bantalan saraf lebih besar. Orang yang duduk pada posisi miring atau menyandarkan tubuh atau salah satu sisi tubuh akan menyebabkan ketidak seimbangan tonus otot yang menyebabkan skoliosis (Tarwaka, 2004). Snell dalam bukunya anatomi klinik juga menjelaskan bahwa belajar dengan duduk yang salah seperti meja terlalu rendah dapat mengakibatkan deformitas vertebra berupa kiposis. Secara garis besar bahwa pada sikap duduk yang salah pada masa anak-anak yang sedang belajar di sekolah dapat memberikan suatu devormitas pada lengkung colomna vertebralis. Sebanyak 4% populasi terdapat 10-15 tahun yang kebanyakan perempuan bentuk normal dan tulang belakang berbentuk lurus dan atas sampai bawah (tulang coxigeus). Tetapi jika terjadi skoliosis maka tulang belakang akan berubah bentuk ke arah kanan dengan tipe S atau C (Harjono dalam Titafi, 2005). Tulang anak-anak masih dalam pertumbuhan dan banyak sel-sel tulang rawan, apabila digesekan suatu gerakan yang menetap dalam waktu yang lama maka akan berubah bentuk. Sedangkan orang dewasa relative tidak berkembang lagi. Jika skoliosis pada anak tidak segara dikoreksi maka semakin dewasa anak tersebut deformitas akan semakin sulit untuk di terapi. METODE Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendektan survey non eksperiment. Desain penelitian mengunakan cross sectional bersifat deskriptif dimana exsposure (penyebab) dan out come (tampak) diteliti dalam suatu waktu. Partisipan diseleksi menggunakan tehnik purposive sampling sehingga didapatkan sebanyak 63 siswa dengan karakteristik: anak berusia 11-13 tahun di SDN I, II, dan III Pabelan dan bersedia dilakukan penelitian. Instrumen yang digunakan meliputi: 1) pendulum atau bandulan yang digunakan untuk menentukan garis lurus atau normal pada tulang belakang pada anak. Anak yang tulang belakangnya terdapat abnormal ke arah lateral maka sangat akan terlihat; 2) lembar kuesioner untuk menyatakan bahwa anak masuk dalam kriteria dalam penelitian atau tidak. Kuesioner juga digunakan untuk menentukan kebiasaan anak dalam duduk waktu belajar di sekolah. Kuesioner terdiri dari delapan pertanyaan yaitu tentang kebiasaan saat duduk di kelas, kebiasaan belajar saat di rumah, sakit pinggang, lama merubah kebiasaan duduk, tas yang dibawa saat sekolah serta punya riwayat atau cacat saat lahir pada tulang belakang anak. Uji analisis statistik menggunakan chi-square dengan bantuan komputerisasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Kebiasaan Duduk, Penyebab Terjadinya Skoliosis

30 25 20 15 10 5 0 11 10 6

26 21 s k olos is tidak s k olos is

2 12

13

Gambar 1. Karakteristik responden berdasarkan umur Gambar 1 didapatkan sebagian besar responden berumur 12 tahun sebanyak 47 siswa (73,1%) dan menderita skoliosis sebanyak 21 siswa.

30 25 20 15 10 5 0 P erempuan 10 6

26 21 s k olos is tidak s k olos is

Lak i-lak i

Gambar 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Gambar 2 didapatkan sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 47 siswa (73,1%) dan menderita skoliosis sebanyak 21 siswa.
35 30 25 20 15 10 5 0 Tegak Membungkuk Miring Menyandar 14 10 6 pola sikap duduk 33

Gambar 3. Karakteristik responden berdasarkan kebiasaan duduk Gambar 3 terlihat sebagian besar responden mempunyai kebiasaan duduk dengan membungkuk sebanyak 33 siswa (54,4%).

25 21 20 15 10 5 0 Tegak Membungkuk 4 10 6

12 10

Skoliosis Tidak Skoliosi

0 Miring

0 Menyandar

Gambar 4. Karakteristik responden berdasarkan penyebab terjadinya skoliosis Gambar 4 didapatkan sebagian besar penyebab terjadinya skoliosis pada responden adalah sikap membungkuk sebanyak 21 siswa (33,3%). Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap Belajar Di Rumah, Nyeri Pinggang Saat Duduk Lama, Lama Merubah Posisi Duduk Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan sikap belajar di rumah, nyeri pinggang saat duduk lama, lama merubah posisi duduk No 1 2 3 No 1 2 3 No 1 2 3 Ya Tidak Kadang-kadang Jumlah Lama Merubah Posisi Duduk < 10 menit 10-20 menit > 20 menit Jumlah Duduk Berbaring Terlentang Jumlah Nyeri Pinggang Saat Duduk Lama Sikap Belajar Di Rumah Jumlah/Prosentase 24 anak (38,1%) 23 anak (36,5%) 16 anak (25,4%) 63 anak (100%) Jumlah/Prosentase 18 anak (28,5%) 9 anak (14,3%) 36 anak (57,2%) 63 anak (100%) Jumlah/Prosentase 11anak (17,5%) 38 anak (60,3%) 14 anak (22,2%) 63 anak (100%)

Tabel 1 terlihat sebagian besar responden mempunyai sikap belajar di rumah dengan posisi duduk sebanyak 24 siswa (38,1%). Pada karakteristik berdasarkan nyeri pinggang saat duduk lama sebagian besar responden merasakan kadang-kadang adalah sebanyak 36 siswa (57,2%). Pada karakteristik lama merubah posisi duduk selama 10-20 menit sebanyak 38 siswa (60,3%). Hubungan Kebiasaan Duduk Terhadap Terjadinya Skoliosis Pada Anak Usia 11-13 Tahun Tabel 2. Uji chi-square Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases 63 Tabel 2 didapatkan hasil uji chi-square dengan asymp. sig = 0,000 (dengan p-value < 0,05), maka Ha diterima yang berarti ada hubungan antara kebiasaan duduk terhadap terjadinya skoliosis pada anak usia 11-13 tahun. Pembahasan Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Kebiasaan Duduk, Penyebab Terjadinya Skoliosis Hasil penelitian berdasarkan umur bahwa anak dengan umur 12 tahun sebanyak 21 siswa mengalami skoliosis. Skoliosis berlaku untuk siapa saja dan tidak memandang umur. Walaupun kebanyakan skolisis terjadi pada usia anak-anak, bahkan bayi. Jenis skoliosis terbagi lagi dalam tiga kelompok yaitu jenis infantil yang muncul pada bayi sejak lahir hingga usia 3 tahun, jenis juvenil pada anak usia 4-9 tahun, dan jenis adolesen pada remaja usia 10 tahun hingga akhir masa pertumbuhan (Jamaludin, 2006). Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu 47 responden dan yang mengalami skoliosis sebanyak 21 siswa. Fenomena ini sangat berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa di setiap negara diperkirakan kira-kira 3% penduduk mengalami skoliosis kebanyakan perempuan dan pada laki-laki dengan perbandingan antara 3:1 (Jamaludin, 2006). Sebanyak 4% populasi terdapat 10-15 tahun yang kebanyakan perempuan. Bentuk normal tulang belakang dilihat berbentuk lurus dari atas sampai bawah (tulang cocigeus). Tetapi jika terjadi skoliosis maka tulang belakang akan berubah bentuk ke arah kiri atau kanan dengan tipe S atau C (Hardjono dalam Titafi, 2000). Hasil penelitian berdasarkan kebiasaan duduk adalah membungkuk sebanyak 33 siswa. Anakanak sering menggunakan sikap duduk membungkuk dalam melakukan aktifitas belajarnya saat berada di sekolah. Kebiasaan duduk yang tegak adalah sikap dimana saat duduk anak cendrung 21,015 1,040
a

df 3 3 1

Asymp. Sig. (2-sided) 0,000 0,000 0,308

27,307

punggungnya tegak dan tidak boleh membungkuk atau menyandar. Kebiasaan membungkuk adalah posisi duduk yang merebahkan tubuhnya pada meja yang ada di depanya. Posisi duduk yang seperti ini kadang anak sambil membengkokkan punggungnya. Berdasarkan wawancara dengan responden di SDN II Pabelan mereka mengatakan bahwa posisi tersebut sering dilakukan karena lebih nyaman namun kadang terlalu lama dan karena terlalu sering posisi tersebut dilakukan responden tidak jarang mengalami nyeri punggung bawah. Kebiasaan duduk miring adalah menumpukan salah satu sisi tubuh ke meja atau ke kursi dengan posisi miring. Kebiasaan duduk menyandar adalah menyandarkan punggung ke kursi semua punggungnya. Berdasarkan pantauan peneliti saat melakukan penelitian, peneliti mencatat bahwa responden bisa tetap statis pada sikap duduknya lebih dari 10 menit saat guru menerangkan atau ujian ulangan harian. Responden perempuan bisa lebih lama dibandingkan laki-laki posisi statis saat duduk. Duduk tegang dan kaku akan memberikan tekanan pada tulang belakang, sikap duduk yang keliru akibat kursi yang tidak sesuai dengan antropometri pemakai juga dapat menambah tekanan yang terjadi dan merupakan penyebab utama adanya masalah-masalah punggung seperti nyeri punggung bawah dan skoliosis (Normianto, 1996). Sikap tubuh dalam melakukan aktivitas ternsuk duduk merupakan sikap tubuh yang alamiah dan tidak dapat dipaksakan serta tidak canggung sehingga dapat dicapai efisiensi yang optimal dan memberikan kenyamanan waktu duduk. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot dan skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang-ulang dan dalam waktu yang lama terutama dalam hal ini adalah kebiasaan duduk, akan menybabkan keluhan berupa cedera otot, sendi hingga tulang. Sikap duduk yang tidak benar saat belajar akan mempengaruhi tulang belakang anak terutama pada perkembangan otot dan tulang belakangnya. Hal ini dikarenakan otot-otot dan tulang belakang tersebut dipaksa bekerja ekstra keras untuk melakukan penyesuaian dengan posisi tubuh. Akbatnya terjadi ketegangan otot yang berpotensi menimbulkan beragam keluhan, seperti nyeri bahu, nyeri leher, mudah lelah, sakit kepala dan sebagainya. Bila posisi tubuh yang salah ini dibiarkan berlangsung terus menerus, anak bisa beresiko mengalami kelainan postur inilah yang menjadi penyebab timbulnya skoliosis (Rahayu, 2008). Hasil penelitian berdasarkan penyebab terjadinya skoliosis sebanyak 21 siswa. Fenomena tersebut sesuai dengan pernyataan Diana Samara (2007) menyebutkan, sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada di belakang serta bokong menyentuh belakang kursi. Seluruh lengkung tulang belakang harus tegak selama duduk, caranya duduk di ujung kursi dan bungkukkan badan seolah terbentuk huruf C. Setelah itu, tegakkan badan buatlah lengkungan tubuh sebisa mungkin. Sehingga posisi duduk yang seperti itu mengurangi resiko cedera otot punggung dan skoliosis. Posisi duduk yang terbaik menyandarkaan punggung ke kusi, yang terbukti bisa membantu meminimalkan cedera otot-otot punggung. Duduk dalam 3 posisi membungkuk dimana posisi tubuh condong ke depan dengan sudut kemiringan sekitar 70 derajat, posisi duduk tegak (90 derajat) dan duduk santai dengan postur kemiringan 135 derajat. Piringan tulang belakang saat timbunan beban berat badan terpusat semuanya pada tulang belakang sehingga piringan sendi ke luar dari tempatnya.

Pergerakan pinggang sendi ini ditentukan pada posisi duduk 90 derajat dari kursi (posisi tegak sempurna), sementara menyandar bisa mengurangi ketegangan piringan sendi dan membuat tendon dan otot jadi lebih relaks. Sementara posisi membungkuk menyebabkan pergerakan tinggi tulang belakang bagian bawah. Posisi menyandar adalah posisi terbaik karena posisi tersebut tidak menyebabkan tekanan pada ligamentum dan otot-otot tetap berada dalam posisi baik di daerah punggung. Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap Belajar di Rumah, Nyeri Pinggang Saat Duduk Lama dan Lama Merubah Posisi Duduk Hasil penelitian berdasarkan sikap belajar di rumah dengan posisi duduk sebanyak 24 siswa. Duduk dalam posisi anatomis adalah sangat penting karena jaringan pada tulang belakang terhubung dengan legamentum yang bisa memicu rasa sakit jika posisi tidak pada tempatnya dan bisa menjadi gangguan tulang belakang yang kronis seperti skoliosis. Tulang pada masa anak masih dalam masa pertumbuhan terutama pada vertebra. Pertumbuhan tidak seimbang pada epiphysial plate yang tidak seimbang karena beberapa penyebab seperti ketidakseimbangan tonus otot pada anak akibat salah kebiasaan duduk. Skoliosis atau pembengkokan tulang belakang ke samping kiri maupun kanan banyak ditemukan pada murid sekolah dasar dan akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, akibat lebih lanjut menyebabkan distorsi costae, berpengaruh terhadap pencernaan, hormonal, otot , cardio respiratory, tulang dan saraf. Posisi duduk yang salah dan statis akan menyebabkan cedera pada otot-otot punggung sehingga terjadinya pola abnormal pada tulang belakang berupa skoliosis. Hasil penelitian berdasarkan nyeri pinggang saat duduk lama sebagian besar responden merasakan kadang-kadang adalah sebanyak 36 siswa. Nyeri merupakan suatu alarm bagi tubuh kita bahwa terjadi sesuatu yang tidak benar dalam tubuh kita. Saat duduk terlalu lama maka terjadi kontraksi otot yang berlebihan sehingga muncul terjadinya nyeri. Nyeri dapat menyebabkan terjadinya spasme pada otot punggung atau kebalikannya. Efek yang terjadi dari terlalu seringnya spasme dan nyeri dapat menyebabkan kontraktur pada otot. Ketika yang terjadi konteraktur hanya salah satu sisi pada otot tulang punggung maka memungkinkan terjadinya skoliosis pada anak. Tulang anak yang dalam masa pertumbuhan masih lebih lentur dibandingkan orang dewasa. Ketika epypiseal plate tumbuh secara bersamaan terjadi pemendekan salah satu tulang punggung maka akan telat berkembang dibandingkan dengan sisi yang satunya. Kurvatura yang abnormal akan terjadi pada tulang belakang jika terdapat ketidak seimbangan pertumbuhan pada tulang belakang (Tarwaka, 2004). Hasil penelitian berdasarkan lama merubah posisi duduk selama 10-20 menit sebanyak 38 siswa. Sikap duduk dapat menimbulkan nyeri pinggang apabila duduk terlalu lama dengan posisi yang salah. Hal ini akan menyebabkan otot punggung akan menjadi tegang dan dapat merusak jaringan di sekitarnya terutama bila duduk dengan posisi terus membungkuk atau menyandarkan tubuh pada salah

satu sisi tubuh. Posisi itu menimbulkan tekanan tinggi pada saraf tulang setelah duduk selama 15-20 menit otot punggung biasanya mulai letih maka mulai dirasakan nyeri punggung bawah. Namun orang yang duduk tegak lebih cepat letih karena otot-otot punggungnya lebih tegang sementara orang yang duduk membukuk kerja otot lebih ringan dan tekanan pada bantalan saraf lebih besar. Orang yang duduk pada posisi miring atau menyandarkan tubuh atau salah satu sisi tubuh akan menyebabkan ketidak seimbangan tonus otot yang menyebabkan skoliosis (Tarwaka, 2004). Hubungan Kebiasaan Duduk Terhadap Terjadinya Skoliosis pada Anak Usia 11-13 Tahun Hasil penelitian didapatkan hasil uji chi-square dengan asymp. sig = 0,000 (dengan p-value < 0,05), Ha diterima yang berarti ada hubungan antara kebiasaan duduk terhadap terjadinya skoliosis pada anak usia 11-13 tahun. Hal ini disebabkan dalam kebiasaan duduk pada aktifitas belajar di dalam kelas pada posisi yang statis dan salah. Padahal kebiasaan duduk yang benar adalah menyandarkan punngung ke kursi. Pada posisi menyandarkan pungung ke kursi tidak menyebabkan tekanan pada tulang dan ligamen dan posisi otot-otot berada dalam posisi baik di punggung. Berbeda halnya jika posisi derajat kemiringan 90 dan 70, pada posisi tersebut piringan tulang belakang saat timbunan beban berat badan terpusat semuanya pada tulang belakang sehingga piringan sendi ke luar dari tempatnaya. Hal itulah yang dapat menimbulkan cedera otot yang akhirnya dengan berjalanya waktu tanpa ada perubahan yang baik dalam sikap duduk tidak menutup kemungkinan terjadi lengkukngan ke arah lateral dari tulang belakang atau disebut skoliosis. Saat posisi duduk yang salah akan menyebabkan cedara pada otot. Pada awalanya hanya terjadi spasme pada otot-otot punggung, selanjutnya adalah terjadi pemendekan pada salah satu sisi otot punggung. Pada masa anak-anak tulang masih dalam masa pertumbuhan dan banyak sel-sel tulang rawan termasuk epyphisial plete pada vertebra terus tumbuh. Pemendekan otot yang terjadi pada salah satu otot punggung dapat memberikan efek negatif pada pertumbuhan epyphisal plate yang tidak seimbang pertumbuhannya antara kanan dan kiri. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan hasil penelitian pada anak usia 11-13 tahun di SDN Pablean Kartasura yaitu: 1) sebagian besar responden mempunyai kebiasaan duduk dengan membungkuk; 2) penyebab terjadinya skoliosis sebagian besar responden adalah sikap membungkuk; 3) berdasarkan nyeri pinggang saat duduk lama sebagian besar responden merasakan kadang-kadang; 4) sebagian besar responden lama merubah posisi duduk selama 10-20 menit; 5) secara statistik ada hubungan antara kebiasaan duduk terhadap terjadinya skoliosis pada anak usia 11-13 tahun. Saran yang dapat diberikan yaitu dengan membiasakan posisi duduk dengan benar kepada siswa untuk menghindari terjadinya skoliosis. DAFTAR PUSTAKA

Apley, A., Salomon, L. 1995. Buku Ajar Ortopedik Dan Fraktur Sistem Apley. Edisi ke 7. Jakarta: Widya Medika. Aston, J.N. 1996. Kapita Selekta Troumatologi Dan Ortopedik. Edisi ke 3. Jakarta: EGC. Cailet, R. 1979. Skoliosis: Diagnosis And Management. Philadelpia: Davis Company. Harjono, J. 2005. Skoliosis. Temu Ilmiah Tahunan Fisioterapi XX. Cirebon. Hariati, E.W. 2007. Beda Pengaruh Back Excersise Dengan Traksi Lumbal Mekanik Terhadap Nyeri Dan Disability Fungsional Pada Nyeri Pinggang Bawah Musculer. Skripsi. Errico, T.J. 2008. Advancement in Surgical Treatment of Skoliosis. Jamaludin. 2006. Pertumbuhan Tulang Tidak Normal. Medan. Kostuik, J.P. 1990. Operative Treatment Idopatic Skoliosis Journal Bone And Joint. Philadelpia. Mae, J.H., et al. 1978. Skoliosis And Other Spinal Deformities. Philadelpia: V.B. Camders Company. Magee, D.J. 1987. Ortopedic Pysical Assesment. First Edition. Canada: Adsem inc. Ovebec. Notoatmojo. 1993. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Parjoto, S. 2007. Pentingnya Memahami Sikap Tubuh Dalam Kehidupan. Majalah Fisioterapi Indonesia Vol. 7 No. 11/Mei 2007. Jakarta: IFI Graha Jati Asih. Siong, S.Y. 2006. Rawatan Skoliosis. Malaysia. Skiner, H.B. 1995. Current Diagnosis And Teratment In Ortopedics,apleton and ladge. East North Walk. Snell, R.S. 1998. Anatomi Klinik. Jakarta: EGC. Soeharso. 1993. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Cetakan ke II. Surakarta: Yayasan Esentia Medika. Tarwaka., et.al. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan Kesehatan Kerja Dan Produktifitas. Surakarta: Uniba Press. Wilson, F.C., Palin, P. 1997. General Ortopedic. USA: Mc Graw-Hill inc.

Anda mungkin juga menyukai