Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional ke-13 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Jakartaa, 6 Nopember 2007

ISSN : 0854 - 2910

EVALUASI TEGANGAN DAN KETAHANAN FATIK UNTUK PIPA PRESSURIZE SURGE LINE PADA PLTN TIPE PWR AKIBAT STRATIFIKASI
1)

Utaja 1), B.Bandriyana 2), Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir- BATAN, e-mail: utajai@batan.go.id 2) Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir- BATAN

ABSTRAK EVALUASI TEGANGAN DAN KETAHANAN FATIK PIPA PRESSURIZE SURGE LINE PLTN TIPE PWR AKIBAT STRATIFIKASI. Evaluasi tegangan dan ketahanan fatik akibat stratifikasi dilakukan pada pipa hotleg PLTN tipe PWR. Stratifikasi menyebabkan terjadinya tegangan lokal dan kerusakan komponen akibat fatik. Perhitungan tegangan dilakukan dengan metode elemen hingga dua dimensi menggunakan paket program ATE 2.1 dan ASE 2.1. Evaluasi ketahanan fatik dilakukan dengan perhitungan berdasarkan standar ASME B&PV Code. Pipa pressurize surge line dibuat dari bahan baja tahan karat SA304 dengan ukuran diameter 25 cm dan skedul 140. Data operasi untuk kondisi stagnan adalah temperatur fluida panas 343oC pada sisi atas pipa dan temperatur dingin 177 oC pada bagian bawah pipa. Perhitungan dilakukan untuk kondisi steady state dan kondisi transien pada operasi penyemprotan pressurizer dengan model aliran setengah panas dan model aliran gradien temperatur secara linear. Hasil perhitungan menunjukkan distribusi tegangan pada pipa dengan tegangan maksimum 1400 kg/cm2. Evaluasi ketahanan fatik dilakukan untuk siklus 500 operasi dengan umur pakai 40 tahun menghasilkan nilai usage sebesar 0,56 memenuhi persyaratan desain komponen nuklir kelas 1. Kata kunci: stratifikasi, tegangan, fatik. ABSTRACT EVALUATION OF STRESS AND FATIGUE RESISTANCE ON THE PRESSURIZE SURGE LINE PIPE OF THE PWR TYPE OF NUCLEAR POWER PLANT DUE TO STRATIFICATION. Stress and fatigue resistance evaluation due to stratification has been performed on the pressurize surge line pipe of NPP of PWR. Thermal stratification introduces a local stresses and the component damage due to fatigue. The calculation of stress has been carried out by the 2 dimension finite element method using the ANSYS program, while the fatigue resistance has been evaluated by the ASME B&PV Code. The pressurize insurge pipe is made from stainless steel SA 304, with 25 cm of diameter and 140 of schedule. Operating temperature on the stagnant condition is 343 oC of hot fluid in the upper side, and 177 oC of cold fluid flow in the bottom. The calculation has been performed at steady state and transient condition at the spray operation of the pressurizer with stratification flow model of half hot flow rate. The result of calculation showes the maximum stress is 1400 kg/cm2. The evaluation of the fatigue resistance is performed on 500 operating cycles in the life time of 40 years and giving the usage value of 0,56 which is met with the design requirement for class 1 of nuclear component. Keywords: stratification, stress, fatigue.

PENDAHULUAN Kerusakan dan kegagalan dari komponen reaktor nuklir banyak disebabkan karena gejala fatik atau rusak akibat kelelahan komponen. Kerusakan akibat fatik terjadi karena beban secara periodik dalam suatu siklus tertentu meskipun secara desain dengan perhitungan beban statik memenuhi persyaratan kekuatan. Kerusakan akibat fatik sangat berpengaruh dan harus diperhitungkan dalam desain komponen

PLTN yang memerlukan persyaratan keandalan dan keselamatan yang tinggi. Beban berulang yang menimbulkan kerusakan fatik ini dapat terjadi secara mekanik maupun oleh beban termal akibat perubahan distribusi temperatur yang berulang yang disebut sebagai gejala stratifikasi. Gejala stratifikasi yang terjadi dalam PLTN merupakan suatu kondisi dengan aliran lemah terjadi diantara sistem dengan temperatur

75

Evaluasi Tegangan dan Ketahanan Fatik......... Utaya, dkk PRPN-BATAN

ISSN : 0854 - 2910

berbeda. Sehubungan dengan aliran ini menyebabkan terjadi aliran pada bagian atas pipa mempunyai temperatur lebih tinggi secara signifikan dibanding pada dasar pipa. Peristiwa khusus ini terjadi diantaranya pada aliran dalam pipa pressurize surge line dalam beberapa PLTN tipe PWR tanpa katup isolasi[1]. Kondisi aliran rendah terjadi saat operasi penyemprotan (spray) atau charging dari sistem pendingin reaktor. Gejala stratifikasi ini akan menimbulkan tegangan lokal akibat regangan yang terjadi karena perbedaan temperatur. Selanjutnya tegangan lokal yang berulang secara periodik akan menyebabkan kerusakan fatik ataupun retak pada komponen sehingga perlu dimasukkan dalam perhitungan desain komponen. Perhitungan fatik akibat stratifikasi banyak menemukan kesulitan karena memerlukan data dan asumsi dari sifat aliran yang menyebabkan stratifikasi. Mengingat pentingnya analisis terhadap gejala fatik akibat stratifikasi, beberapa model perhitungan perlu dikembangkan dengan memperhatikan data lapangan yang menunjukkan karakter aliran . Makalah ini membahas tentang metode perhitungan nilai tegangan lokal dan evaluasi ketahanan fatik akibat stratifikasi pada pipa pressurize surge line PLTN tipe PWR dengan berdasarkan hasil perhitungan tegangan lokal maksimum. Perhitungan distribusi tegangan dilakukan berdasarkan metode elemen hingga dengan menggunakan program ASE 2.1 dan ATE 2.1 secara dua dimensi. Program ASE 2.1 dan ATE 2.1 merupakan program komputasi berbasis elemen hingga yang disusun dan terus dikembangkan di BATAN untuk sarana desain dan komputasi komponen nuklir. Analisis dan evaluasi ketahanan fatik dilakukan dengan perhitungan berdasarkan nilai tegangan lokal maksimum dengan menggunakan rumusan standarad ASME B&PV Code. Hasil analisis diharapkan dapat memberikan data masukan untuk mendukung pengembangan metode analisis tegangan lokal dan gejala fatik yang sangat diperlukan dalam kajian dan evaluasi

kekuatan dan kegagalan akibat beban termal. DASAR TEORI

komponen PLTN

Stratifikasi dalam PLTN tipe PWR Beberapa gejala stratifikasi ditemukan dalam sistem PLTN misalnya dalam kebocoran katup (block valve) antara sistem ECCS ( Emergency Core Cooling System) dan sistem pendingin reaktor atau pada sistem pendingin reaktor ke sistem RHL (residual heat removal) [1] . Gejala stratifikasi pada alur pemipaan pressurizer surge untuk PLTN tipe PWR merupakan kondisi yang berpengaruh besar dalam kekuatan dan kegagalan desain komponen. Stratifikasi yang akan dibahas dalam makalah ini ditunjukkan dalam sistem secara skematis dalam Gambar 1 dengan mengambil asumsi data temperatur untuk PLTN tipe PWR.

Gambar 1. Sistem Pemipan Pressurizer Surge Line Dalam sistem ini tidak didesain adanya katup isolasi antara pressurizer dan RCS sehingga terjadi aliran lambat pada saat penyemprotan (spray operation) pada pressurizer atau charging pada sistem pendingin reaktor. Dalam kondisi ini akan terjadi insurges atau outsurges melewati surge line dan terjadi stratifikasi akibat perbedaan aliran dengan beda temperatur yang signikan yaitu antara 343 dan 177 oC . Akibatnya terjadi beban termal secara

76

Prosiding Seminar Nasional ke-13 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Jakartaa, 6 Nopember 2007

ISSN : 0854 - 2910

berulang dan akan timbul tegangan lokal secara periodik yang menyebabkan kerusakan fatik ataupun retak pada komponen. Selain itu tegangan lokal akan menyebabkan pula bending effect dan efek thermal striping yang juga berpengaruh terhadap kerusakan komponen dan keselamatan operasi [1]. Oleh karena itu perhitungan distribusi tegangan merupakan masalah penting dalam evaluasi kegagalan dan kerusakan komponen nuklir ini. Perhitungan tegangan termal Untuk pembebanan termal rumus tegangan didasarkan pada besarnya perbedaan regangan pada setiap titik dan elemen akibat terjadinya distribusi temperatur yang tidak merata. Secara umum bentuk rumusan tegangan termal dapat disusun dalam persamaan perkalian matrik dan transpose sebagai berikut [2]:

= D = D [ T
dengan:

T 0 ]T ............ (1)

E= modulus elastisitas bahan , Pa = angka muai bahan, oC-1 = beda temperatur, oC = matrik regangan akibat temperatur D = matrik konstanta bergantung pada bahan, (angka Poisson: ), dengan D= E/ ( 1-2 )

nilai dan distribusi tegangan pada seluruh titik elemen pada komponen dengan mengikuti langkah perhitungan yang diatur dalam penggunaan program tersebut. Program ini telah menyusun penyelesaian persamaan dari gabungan dengan berbagai macam pembebanan yang disusun dari penyelesaian dengan menghitung inverse matrik menggunakan teknik iterasi. Evaluasi ketahanan Fatik dalam standar ASME Perhitungan umum ketahanan fatik memerlukan 3 parameter utama yaitu data material, riwayat pembebanan dan nilai tegangan lokal. Data material yang diperlukan adalah data sifat mekanik dan termal dari bahan sedangkan riwayat pembebanan diperoleh dari data desain dan perencanaan operasi. Perhitungan tegangan lokal dihitung dengan metode elemen hingga dengan beban distribusi temperatur, perhitungan regangan dan tegangan. Evaluasi menurut standar ASME B&PV CODE dilakukan dengan langkah dan perhitungan sebagai berikut: Persyaratan aman terhadap gejala stratifikasi termal dipenuhi dengan rumusan sebagai berikut [3]:
Se = C2
T1 <

D0 M * i < 3 Sm 2I
yS
y

........................(3)

1 0

0
0 (1-)

0 ,7 E

C4

.......................................(4)

/2 ...............................(2) Dengan menyelesaikan persamaan menggunakan sistem dekomposisi matrik dapat diperoleh hasil berupa distribusi tegangan termal pada sistem. Berdasarkan bentuk persamaan matrik untuk tiap elemen dapat disusun bentuk persamaan matrik untuk gabungan yang kemudian memberikan hasil tegangan pada setiap titik dan elemen. Penyelesaian metode elemen hingga dapat diselesaikan dengan perhitungan menggunakan program ATE 2.1 dan ASE 2.1 untuk memperoleh hasil akhir berupa

Untuk menentukan efek siklus per bagian komponen oleh kerusakan kumulatif, perlu dihitung intensitas tegangan alternatif dengan rumusan [3]:
Po D 0 D 1 + K2 o + K 3 E / T1 / 2t 2t 2 (1 ) 1 + K 3 C 3 E ab / a T a b T b / + E / T2 / 2 (1 ) S p = K 1C1

..........................................................................(5)
S alt = K e Sp 2

............................................ (6)

dengan : Se = tegangan elastisitas, psi Do = diameter luar pipa, inch Sm = tegangan rata-rata, psi

77

Evaluasi Tegangan dan Ketahanan Fatik......... Utaya, dkk PRPN-BATAN

ISSN : 0854 - 2910

T1 = beda temperatur absolut, oF E = modulus elastisitas, psi = koefisien muai panas, M = momen inersia, 1/oF i = intensitas tegangan Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan Salt dan menggunakan kurva desain fatik dapat ditentukan umur pakai dan batas aman siklus. Pengecekan batas aman diperoleh dengan besaran nilai usage sebagai perbandingan ni/Ni dan harus memenuhi harga siklus lebih kecil 1. METODE DAN TATA KERJA Perhitungan tegangan dengan program ATE dan ASE Perhitungan tegangan lokal untuk model 2 dimensi dengan model setengah pipa, dilakukan dengan langkah sebagai berikut Model geometri dan bahan pipa Ukuran pipa yang digunakan adalah diameter 25 cm, skedul 140 dengan tebal pipa 2 cm. Bahan pipa dari baja tahan karat SA-376 TP304 dengan angka modulus elastisitas, E = 2,5 . 105 N/mm2 dan angka Poison 0,33, angka muai termal = 1,2 x 10-5 , angka o [4] konduktivitas, k = 46,46 kcal/ m jam C : Meshing dan syarat batas Elemen yang digunakan dipilih elemen segitiga axy simetris yang digunakan untuk perhitungan termal, diskretisasi model dilakukan dengan meshing untuk elemen pada permukaan dalam pipa lebih rapat [5]. Pemberian syarat batas dengan perletakan pada kedua ujung diametral pipa . Pembebanan Beban termal berupa temperatur fluida panas 343 oC pada pipa bagian atas dan fluida dingin 177 oC pada pipa bagian bawah yang menimbulkan stratifikasi. Perhitungan dilakukan untuk kondisi steady state dan kondisi transien untuk data operasi penyemprotan pada pressurizer dengan asumsi aliran 5 m3/ jam selama waktu 300 detik. [6]. Model aliran

stratifikasi dibuat dengan model aliran panas pada setengah pipa dengan pembebanan seperti ditunjukkan dalam Gambar 2 berikut:

Panas, 343 oC

Dingin, 177 oC

Gambar 2.

Model Stratifikasi setengah aliran panas dalam pipa

Model geometri, hasil meshing dan syarat batas dalam perhitungan ditunjukkan dalam Gambar 3.
2.5 cm

Fluida panas, 343 oC 30 cm Fluida dingin, 177 oC

Gambar 3. Model geometri dan meshing Input file dan penyelesaian program Data geometri, material, syarat batas dan pembebanan dinyatakan dalam satu input file menggunakan kaidah penulisan program elemen hingga. Running program dilakukan untuk mendapatkan data distribusi tegangan lokal untuk dasar perhitungan dan evaluasi ketahanan fatik menggunakan standar ASME.

78

Prosiding Seminar Nasional ke-13 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Jakartaa, 6 Nopember 2007

ISSN : 0854 - 2910

Langkah evaluasi fatik dengan standar ASME Berdasarkan harga T1 dan T2 dihitung nilai Sp berdasarkan rumus (4). Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan Salt dan menggunakan kurva desain fatik dapat ditentukan umur pakai dan batas aman siklus. Pengecekan batas aman diperoleh dengan besaran nilai usage sebagai perbandingan ni/Ni dan harus memenuhi harga siklus lebih kecil 1[3]. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan distribusi temperatur dan tegangan lokal untuk kondisi stagnan dan transien dengan model stratifikasi aliran setengah panas ditunjukkan dalam Gambar 4, 5 dan 6. Gambar 4 menunjukkan distribusi temperatur pada pipa bagian dalam dan luar dengan kondisi temperatur dari 137 sampai 340oC dan temperatur maksimum sebesar 340oC. Perubahan temperatur terjadi di pusat atau pertengahan pipa dengan variasi temperatur antara 200 sampai dengan 240oC.

transien seperti ditunjukkan dalam Gambar 5 dan 6. Dari hasil perhitungan distribusi tegangan pada kondisi steady state diperoleh besarnya tegangan bervariasi dari 80 sampai dengan 1400 kg/cm2. Tegangan maksimum 1400 kg/ cm2 terjadi pada titik / lokasi pertengahan pipa pada sisi aliran panas dan pada sisi bagian dalam pipa di ujung aliran dingin seperti ditunjukkan dalam Gambar 4. Nilai tegangan yang terdistribusi ini diakibatkan oleh perubahan angka konveksi pada setiap titik akibat perbedaan temperatur, dan untuk daerah perbatasan temperatur dengan beda temperatur tinggi akan menyebabkan regangan dan tegangan yang tinggi pula

Gambar 5.

Distribusi tegangan total pada kondisi stagnan/ steady state

Gambar

4.

Distribusi temperatur kondisi stagnan

Dengan menggunakan distribusi temperatur sebagai masukan dalam program sebagai beban termal untuk perhitungan struktur diperoleh pola distribusi tegangan untuk kondisi stagnan dan

Gambar 6.

Tegangan total kondisi transien

79

Evaluasi Tegangan dan Ketahanan Fatik......... Utaya, dkk PRPN-BATAN

ISSN : 0854 - 2910

Untuk kondisi transien yang diasumsikan terjadi saat pengaliran insurge/ outsurge kondisi aliran sebesar 5 m3/ jam selama 300 detik, perubahan tegangan yang terjadi tidak signifikan dengan tegangan maksimum sekitar 1400 kg/cm2 pada daerah/ lokasi yang sama. Berdasarkan analisis secara konvensional, nilai tegangan 1400 kg/cm2 merupakan nilai yang belum melebihi batas kekuatan optimum dari bahan baja tahan karat tipe 304 dengan tegangan ijin maksimum sampai 3800 kg/cm2. Dalam kenyataannya besarnya tegangan maksimum yang bersifat lokal dan bekerja secara periodik melalui kondisi transient akibat out surge dan insurge ini dapat mengakibatkan kerusakan akibat fatik dan creep khususnya untuk temperatur operasi yang cukup tinggi. Oleh karena itu batas kemampuan ketahanan umur pakai akibat fatik untuk desain komponen nuklir yang mengalami stratifikasi ini perlu dievaluasi baik melalui perhitungan dengan program maupun perhitungan numerik berdasarkan standard. Dari perumusan dan perhitungan dengan standard ASME seperti ditunjukkan dalam rumus (4) sampai dengan (6), diperoleh nilai dari beberapa besaran komponen tegangan sebagai berikut: Beda temperatur T1 dari data distribusi temperatur diambil nilai beda temperatur antara permukaan dalam dan luar dari pipa pada titik kritis di daerah peralihan temperatur pada pertengahan pipa. Nilai T1 diambil selisih dari temperatur 73 oC ( selisih temperatur 287 oC dengan 214 oC). Untuk memenuhi syarat aman terhadap kondisi stratifikasi harus terpenuhi persamaan (3) dan (4). Dari perhitungan berdasarkan persamaan (3) dan data-data dari perhitungan tegangan dan momen serta konstanta dari standar ASME, diperoleh : Se = 9800 kg/cm2. Hasil ini memenuhi persamaan (3) dimana harga Sm = 3100 kg/cm2. Pengecekan aman tegangan termal untuk memenuhi persamaan (3) diperoleh dengan hasil perhitungan: T1= 73 oC= 163 oF < {(1,8) (19400)

(1,3)} / {(0,7) (265) atau 163< 244 Untuk menghitung nilai dan batas aman dari desain ketahanan fatik, dengan menentukan pengaruh siklus pembebanan terhadap kerusakan kumulatif komponen diperoleh tinjauan dengan hasil perhitungan: Sp = 22.000 Kg/cm2 ; Salt = 24.000 kg/cm2 sehingga untuk tinjauan aman dari desain 500 siklus operasi untuk umur pakai 40 tahun dan berdasarkan kurva fatik untuk bahan baja dipenuhi dengan nilai : usage = ni/N = 500/ 900 = 0,56. Hal ini menunjukkan desain komponen memenuhi persyaratan desain komponen nuklir sesuai standar ASME. Masalah yang perlu diperhatikan dalam perhitungan dengan pemodelan adalah tingkat ketelitian dalam membuat asumsi, pemilihan elemen dan syarat batas serta pengambilan data material. Untuk model perhitungan ini belum dilakukan validasi secara eksak, validasi yang sudah dilakukan adalah validasi program ATE 2.1, ASE 2.1 dengan program ANSYS untuk beberapa perhitungan tegangan termal dua dimensi yang menunjukkan kesesuaian cukup baik [7]. Model aliran stratifikasi yang tepat dengan berdasarkan data eksperimen merupakan masalah penting untuk menghasilkan hasil analisis yang lebih akurat. Beberapa model yang bisa diambil misalnya model aliran dengan gradien temperatur linear atau model dengan siklus peralihan temperatur pada daerah batas peralihan akan memberikan hasil perhitungan yang lebih teliti. Model setengah aliran panas merupakan langkah awal dalam studi perhitungan stratifikasi, pengembangan dan pemilihan variasi beberapa parameter pemodelan perlu dilakukan untuk meningkatkan ketelitian dari hasil perhitungan KESIMPULAN Perhitungan tegangan termal akibat stratifikasi dengan metode elemen hingga dapat menunjukkan besar dan lokasi tegangan maksimal yang terjadi pada komponen. Hasil perhitungan menunjukkan tegangan maksimum

80

Prosiding Seminar Nasional ke-13 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Jakartaa, 6 Nopember 2007

ISSN : 0854 - 2910

sebesar 1400 kg/cm2 terutama terjadi pada daerah perbatasan aliran panas dan dingin pada pipa. Hasil analisis menunjukkan tegangan lokal maksimum masih berada dibawah batas aman dari kekuatan bahan pipa baja tahan karat tipe TP 304. Analisis ketahanan fatik dengan standar ASME untuk siklus 500 operasi dengan umur pakai 40 tahun menghasilkan nilai usage sebesar 0,56 memenuhi persyaratan desain komponen nuklir kelas 1. Ketelitian perhitungan perlu ditingkatkan dengan variasi para meter dan validasi program khususnya untuk mengembangkan model aliran stratifikasi.

2.

3.

4.

5.

DAFTAR ACUAN 6. 1. EUGENE CAMP, Parametric Study of Locallized Effects on Piping due to Thermal Stratification, Structural Mechanics in Reactor Technology, Atomic Energy Society of Japan, 1991.

7.

FRANK STASSA, Applied Finite Element Analysis for Engineers, CBS Collage Publishing , USA.,1987 ANONIM ASME Boiler and Vessel Code, Section III, Division 1, American Society of Mechanical Engineers, New York, NY, 1986. SHACKELFORD, J. F, WILLIAM ALEXANDER, Materials Science and Engineering Hand Book, CRC Press, Inc., 1994. UTAJA, Program elemen hingga untuk menyelesaikan distribusi temperatur dua dimensi, Prosiding Komputasi dalam Sains dan Teknologo Nuklir, PPI- BATAN, 1995 ANONIM, AP600 Plant Design Criteria, GW-G1-001 Revision 4-Westinghouse Energy Center, 1994. ANONIM, Manual User ANSYS 5.4, ANSYS Incorporated, Pittsburgh, 1998.

81

Anda mungkin juga menyukai