Anda di halaman 1dari 9

TEKNIK PELUMASAN

BAHAN-BAHAN ADITIF

Nazwir Fahmi Damanik 100401049

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

Bahan-Bahan Aditif
Zat Aditif Minyak Pelumas
Zat aditif minyak pelumas dapat didefinisikan sebagai senyawa yang dapat memperbaiki atau menguatkan spesifikasi atau karateristik minyak lumas dasar oil. Aditif untuk minyak pelumas modern ditentukan berdasarkan riset ilmiah selama bertahun-tahun, dirumuskan untuk memenuhi kebutuhan yang ekstrem dari mesin-mesin modern yang mana untuk melayani unjuk kerja mesin dalam kondisi berat, suhu operasi yang luas dan kecepatan luncur pada bantalan roda gigi yang lebih tinggi. Jadi minyak pelumas digunakan untuk melayani kondisi mesin yang mempunyai kondisi kerja yang lebih berat dan bersuhu lebih tinggi dibandingkan dengan mesin-mesin yang diproduksi sebelumnya. Dengan hanya menggunakan minyak mineral murni (minyak yang berasal dari minyak bumi), minyak mineral murni tidak akan dapat bertahan pada kondisi-kondisi seperti tersebut diatas. Formulasi dan pembuatan minyak pelumas yang mengandung aditif bukanlah suatu hal yang mudah dengan cara mencampurkan anti-oksidan atau bahan dispersan pada minyak dasar (atau base oil atau straight mineral oil) atau kombinasi dari minyak dasar saja. Dalam keadaan sebenarnya, setiap minyak mineral mempunyai respon yang berlain-lainan terhadap aditif tertentu, oleh sebeb itu pula diadakan penelitian di dalam formulasi untuk mendapatkan formula yang paling tepat. Di samping itu perkembangan minyak pelumas menjadi lebih kompleks karena beberapa sifat yang perlu diperkuat dengan aditif misalnya ketahanan terhadap oksidasi, sifat deterjensi dan lain sebenarnya. Untuk itu harus dipertimbangkan pengaruh masing-masing aditif terhadap minyak mineral murni dan pengaruh aditif antara satu terhadap yang lain. Aditif yang satu mungkin mempengaruhi keaktifan pada aditif lainnya. Di lain pihak aditif tertentu mungkin dapat berlaku synergistic atau saling memperkuat dimana kombinasi dari dua atau lebih aditif dapat memberikan pengaruh-pengaruh yang lebih baik daripada apabila digunakan secara tersendiri.

Pembagian Aditif Minyak Pelumas Pembagian Aditif Pelumas Berdasarkan Fungsi dan Kinerja di bagi menjadi menjadi tiga jenis diantarnya :

1. Aditif Utama

a) Anti foam (anti buih)

Gerakan sistem hidrolik yang benar adalah berdasarkan fakta bahwa fluida/ oli pada dasarnya tidak bisa di pampatkan. Apabila fluida/oli bercampur dengan udara atau foam (buih) akan mengakibatkan oli hidrolik bisa terkompresi sehingga terjadi gangguan gelembung udara di dalam oil (berbusa), hal demikian bisa mengakibatkan ganguan operasi dan kerusakan parah pada komponen karena kekurangan pelumasan. Bahan additive anti buih (anti foaming additive) di tambahkan kedalam pelumas untuk meminimalkan busa (gelembung udara) oli diakibatkan kinerja mesin terutama di poros engkol dan efek pemberian aditif detergent. Sehingga menghambat kinerja pelumasan mesin. Kalau dibiarkan, suara mesin menjadi kasar dan konsumsi pelumas boros.

b) Anti Oxidant (anti oksidasi)

Berfungsi menghentikan atau memperlambat reaksi kimia antara molekul hidrocarbon dalam pelumas dan oksigen dari udara. Oksidasi merupakan

mekanisme utama yang bertanggung jawab pada kerusakan pelumas, berupa pembentukan endapan, sludge, soot and corrosive wear dan lain sebagainya. mengakibatkan mengentalnya oli secara berlebihan yang dapat

mengakibatkan tertimbunnya oli yang mengental (sludge).

c) Anti Wear (anti aus)

Bahan ini mengurangi keausan pada permukaan logam yang bergesekan dengan melakukan reaksi kimia terhadap permukaan logam. Hasilnya, usia dan daya tahan komponen lebih lama.

d) Anti Rust and Corrosion (pencegah karat dan korosi)

Anti rust and corrosion bertugas menetralkan terbentuknya asam yang terjadi selama pembakaran, mencegah korosi dan karat akibat reaksi asam dan oksidasi udara dengan cara melapisi metal meskipun mesin dalam keadaan tidak bekerja.

e) Detergent (pembersih)

Sesuai namanya, aditif ini berguna untuk menjaga mesin tetap bersih. Caranya, partikel-partikel kotor ditahan dan tidak larut ketika pelumas tidak digunakan. Dengan demikian, saat pelumas dibuang, partikel kotor itu akan ikut keluar.

f) Dispersant

Mengendalikan timbulnya lumpur yang terbentuk dari suhu rendah pada mesin bensin. Lumpur tersebut terbentuk dari campuran karbon, kumpulan hasil pembakaran, bahan bakar yang tidak terbakar dan air. Dispersants juga berfungsi sebagai pelindung agar jelaga (soot) tidak menggumpal, dan

mengendalikan peningkatan viskositas, menetralisir sisa pembakaran yang dapat mengakibatkan mengentalnya plumas secara berlebihan.

g) Friction Modifier

Friction modifier berfungsi meningkatkan kinerja pelumasan pada metal yang bergerak sehingga gesekan yang bersifat abrasi dan noise dapat diminimalisir.

h) Pour Point Depressant (Aditif yang dapat menekan titik tuang)

Berfungsi mencegah oli membeku atau mengental pada saat suhu dingin. Pour Point Depressants (PPD) dapat mencegah pembentukan krital pada

suhu rendah. Dengan cara ini, mesin gampang dihidupkan di waktu pagi. Di samping itu, pelumas bisa mencapai bagian mesin yang dilumasi dengan mudah. Contoh PPD adalah poly-metacrilates, etylen vynil-acetate copolimers, poly-fumarates. Penekanan pour point tergantung terutama pada karakterisitik base oil dan konsentrasi polimer. PPD lebih efektif jika dipergunakan dalam minyak dasar viskositas rendah.

i) TBN ( Total Base Number ) atau Total Nilai Basa

Aditif basa pada pelumas berfungsi menetralkan kondisi asam yang terjadi hasil proses pembakaran (utamanya asam surfuric dan nitrit), asam organic dari hasil oksidasi pelumas dalam proses penuaan (aging). Total nilai basa (TBN) pelumas menunjukkan kemampuan pelumas dalam menetralkan kondisi keasaman pada mesin. Pemilihan nilai basa pelumas untuk suatu mesin di sesuaikan dengan pertimbangan jenis bahan bakar yang di pakai, kandungan sulfur, dan design mesin itu sendiri. Penurunan nilai basa pelumas bekaspakai (used oil) dari hasil analisa pelumas, menunjukkan degradasi aditif basa terhadap polutan asam serta indikasi kelayakan penggunaan kembali pelumas tersebut.

2. Viscosity Index Improver

Viskositas adalah sifat dasar (property) terpenting dari pelumas. Pelumas dengan kekentalan yang sesuai membentuk lapisan film (pelumas) yang kuat pada celah bantalan (bearing clearance), meminimalkan gesekan serta kebocoran. Standar kekentalan SAE (SAE grade viscosity) SAE 15W/40, angka pertama adalah nilai viskositas dalam satuan centiPoises (cP). Kode angka multi grade seperti 15W/40, yang dapat di artikan bahwa pelumas memiliki tingkat kekentalan sama dengan SAE 15 pada suhu udara dingin ( W=Winter) dan SAE 40 pada suhu panas.

Aditif ini berfungsi menyetabilkan kekentalan pelumas pada saat suhu mesin mulai tinggi, sehingga pelumas tidak gampang encer pada suhu tinggi. Pelumas yang mamakai aditif ini sering disebut oli multigrade.

3. Oil Flow Improver

Aditif ini berfungsi memperlancar aliran pelumas, terutama pada saat mesin start pagi hari. Sehingga mesin tidak mengalami kesulitan pada saat start.

Sumber referensi : http://rzqms.wordpress.com/2013/04/29/zat-aditif-minyak-pelumas/


http://hobimoto.com/mengenal-additives-pada-pelumas

Anda mungkin juga menyukai